HALIMAH BINTI MASDARI

Kamis, 19 Desember 2019

BAROKAH MENGALAH

BAROKAH MENGALAH
*****



Senin, 16 Desember 2019. Aku menjadi juri lomba drama. Di sana ada 2 juri yakni aku dan pak Alif. Aku bahagia menyaksikan ternyata banyak anak-anak yang berbakat dan memiliki kreativitas yang bagus. Qodarullah, kebahagian itu musnah tatkala tiba-tiba Pak Alif marah karena beda pendapat. Aku pun mengalah, misal yang menang sesuai keputusan dia tidak masalah. Untuk apa persoalan sepele dibesar-besarkan. Tidak puas dengan emosi, tidak kuladeni. Beliau mengumpat dan mengataiku "Anjing, tai, dancuk". Awalnya aku diam saja. Tapi entah kenapa dipisuhi itu rasanya sakit hingga tak kuasa air mataku berjatuhan. Aku diam, tapi air mataku berjatuhan.
"Aku sudah mengalah, mengapa masih belum puas. Menghina, menghina didiamkan tak puas masih misuh".

Aku berusaha menahan air mataku tak berjatuhan. Aku berusaha tegar, bagaimanapun di pisuhi artinya disodaqohi pahala. Aku berusaha husnudzan. Dipisuhi, diumpat. Alhamdulillah ada 3 kawan yang memotivasi. Dan malam harinya, pak alif minta maaf. Iya in syaAllah kumaafkan. Barokah mengalah, beliau akhirnya sadar bahwa ucapannya sangat melukaiku.

Ada bu bina, pak udin, bu Yuni yang menyemangatiku saat aku benar benar down. Bagaimanapun berkata perlu dijaga, terpelesetnya lidah bisa melukai perasaan hingga ke relung yang terdalam. Aku memaafkan sebelum beliau minta maaf. Mengapa aku mudah memaafkan? Karena yang disakiti aku, hatiku mudah meridhokan. Namun saat yang disakiti ibu, bapak atau adekku mungkin akan lebih sakit bagiku. Semua mengandung hikmah, ujian melatihku sabar dan tegar. 

Jumat, 15 November 2019

STORY OF AKSESORIS

STORY OF AKSESORIS
*****
Catatan Dewi Nur Halimah 


Jombang, 12 November 2019, aku membeli AKSESORIS. Ya, aku suka sekali dengan jam tangan, pitek kuku, gelang, henna, bross, dan hiasan jilbab dan tangan. Sekitar jam 8 malam aku membeli itu, kebetulan warnanya unik, langka dan imut di tanganku. Aku sudah hunting AKSESORIS itu di Blora, di Rembang tiap ada acara, tapi tidak sebagus di Jombang. Warnanya, bentuknya, bagus yang di Jombang.

Baru dua hari aku memakai, Rabu dan Kamis. Jumatnya aku pakai, namanya barang kesukaan pasti kupakai trus. Apalagi manis kan di tanganku. Jam yang kupakai diminta saudara. Nah AKSESORIS yang kupakai, pas anak kecil lihat bilang.

"Mbak Halimah yang ditangannya bagus banget deh, aku suka. Boleh aku minta," kata anak kecil berusia 7 tahun itu padaku.

Gumamku dalam hati... 
"Yah. Jam tangan baru beli diminta saudara. Nah ini gelang imut baru pakai 2 hari juga diminta anak. Padahal aku hunting dua duanya susah. Di Blora dan Rembang jelek jelek, banyak yang tak manis saat kupakai. Tapi, tapi Sayyidatuna Fatimah dan Rosulullah saw itu dermawan. Toh sekiranya aku berikan, harga di bawah 100 rb, masih bisa beli lagi kan walaupun nggak tahu ke Jombang lagi atau ke Semarang kapan".

Akhirnya saat itu juga AKSESORIS tanganku kulepas dan kuberikan 2 orang yang meminta. Ada rasa, yah aku harus melepas barang kesayanganku. Tapi ada rasa bahagia juga, Rosulullah itu dulu kalau barang dipuji, diminta sohabat diberikan. Selama aku masih mampu beli lagi ya, in syaAllah kuberikan. Tapi kalau yang diminta HP, motor, atau leptop. Karena aku belum bisa beli baru, ya mohon maaf belum kuberi. Kecuali aku rizkinya melimpah, ada yang minta sekiranya rizki banyak banget, ya kuberi. 

Terkadang aku melepaskan yang aku cintai, semata untuk meniru Sayyidatuna Fatimah. Aku pernah di dompet tinggal 170 ribu, ada santri yang butuh beli alat pondok. Dia nggak ada uang, sementara aku belum makan. Uang 160 ribu tak belanjakan kebutuhan pondok. Nah dia senyum, lalu lihat di dompetku sisanya 10 rb tok haha. 

Dia tanya... 
"Mbak Halimah uangnya habis buat aku. Tinggal sepuluh ribu tok. Mbak trus gimana?"

"Santuy dek. Rizki dijamin Allah. Kebetulan kebutuhan primer mbk udah mbak beli semua. Jadi santai ya Hehe," padahal aku muter otak gimana caranya dapat uang lagi, tapi HARUS halal dan toyyib.

Alhamdulillah paska ngasih itu santri, job ngelesin, job jasa pinaringan lancar. Jadi bisa buat aku pegang uang lagi. Aku biasanya lihat lihat, kalau santri itu baik, kalem, sinaune tenanan dimodali kan nggak papa buat investasi akherat. Toh dia sekolah tenanan. Aku suka banget santri yang cerdas, kalem, tenanan, kalau ngendikan pakai krama inggil, pokoknya cerdas berakhlakul karimah. Suka banget. Modalin kayak gitu nggak rugi, apalagi kalau santrinya nggak mampu atau yatim. In syaAllah berkah. 

Ya kan yang perlu dibantu tetap yang membutuhkan. Tapi di Qur'an juga ada skala prioritasnya, siapa yang perlu didahulukan:
1. Ibu, Bapak. Kalah bapak ibu tidak mampu, kamu udah berhasil. Angkat derajat dan muliakan orangtua. Jangan kebalik, pas berhasil orangtua ditelantarkan. 
2. Saudara kandung yang butuh pertolongan. 
3. Kerabat dekat yang tidak mampu. 
4. Tetangga dekat yang tidak mampu. 
5. Yatim Piyatu
6. Fakir Miskin
7. Dhuafa
8. Sibyan
9. Orang berkebutuhan khusus

Jadi kalau ada skala prioritas berbasis Qur'an, kita melakukan sesuatu itu enak. Ada pedomannya, siapa yang perlu diprioritaskan. Terkadang aku harus melawan nafsu, karena sering kali barang kesayanganku. Baju, jilbab, jam tangan, gelang, bross yang baru kupakai diminta saudara, sibyan. Semua akan indah pada waktunya. Terkadang aku suka nangis kalau tahu cerita Sayyidatuna Fatimah ra. Membaca manaqib Sayyidah Fatimah ra itu masya Allah. Nggak kerasa air mata berjatuhan, baiknya itu loh masya Allah. Beliau pernah memberikan kalung kesayangannya, kenangan pemberian sang bunda Sayyidatuna Khodijah ra pada pengemis. Qodarullah apa yang dikorbankan, dibalas Allah dengan baik. Fakir miskin itu membawa kalung pemberian Sayyidah Fatimah ke pasar, ada sohabat yang tahu. Soalnya fakir miskin itu mengatakan:
"Aku menjual kalung. Kalung ini dari Sayyidatuna Fatimah, anak Rosulullah. Siapa yang berani membelinya paling tinggi, aku berikan. Aku lelang kalung ini"

Sontak sohabat yang tahu bahwa itu kalung Sayyidatuna Fatimah. Langsung dibeli dengan harga paling tinggi. Pengemis itu kegirangan, dia tidak lagi kelaparan, bisa beli baju, makanan, kebutuhan pokok. Dan kalung itu dibeli sohabat. Lalu sohabat memberikan kalung itu pada Rosulullah saw. Rosulullah saw diberikan pada Sayyidatuna Fatimah. In syaAllah pengorbanan tiada yang Allah swt sia-siakan. Kalau manusia bisa seperti kacang lupa akan kulitnya, tapi tidak dengan Allah. Allah membalas dengan berlipat apa yang kita lakukan. Maha Baik Allah swt. Dari sinilah aku banyak belajar. 

HANYA ALLAH

HANYA ALLAH
*****
Catatan Dewi Nur Halimah 


Allah... 
Mungkin karena aku seorang penulis, aku sangat suka bercerita. Tapi hanya cerita pada satu orang. Selebihnya tidak suka bercerita kecuali hanya pada seorang. Tapi aku khawatir, orang yang aku ceritakan bosan atau sibuk. Aku tahu, makhluk sifatnya mudah bosan, berbeda dengan Engkau ya rabb. Aku meminta apapun denganmu, tapi Engkau tak pernah bosan. Aku cerita banyak denganmu tapi Engkau tak pernah bosan. 

Allah... 
Ajarkan aku untuk tidak bergantung pada manusia. Melalui tulisan demi tulisanku, kutuangkan tentang asa, rasa, karsa, sedih, senang dan rinduku. Tuhan, terkadang aku rapuh. Air mata membasahi pipiku. Tapi aku sadar, perlahan kuhapus air mataku. Aku yakin bahwa Engkau tak akan menguji di luar kemampuanku. Tuhan, aku tahu bahwa Engkau sangat menyayangiku sehingga Engkau mengujiku.

Allah... 
Ujian yang bertubi-tubi terkadang membuatku rapuh. Air mata yang mengalir deras di sepanjang pipiku. Duhai rabbku, gantilah air mata dengan kebahagian. Sebagaimana Engkau ganti jerih payah Siti Hajar dengan ia lari kesana kemari dengan Engkau hadiahin air zam zam.

Hapuslah lukaku ya Rabb. Gantilah dengan senyuman indah yang membuatku semakin bersyukur denganMu. Maafkan aku ya Rabb, bila cintaku pada makhlukMu membuatMu cemburu. Maafkan aku ya Rabb, jangan pernah tinggalkan aku. Allah, aku sangat menyayangi ibuku. Berikan beliau usia yang panjang, rahmatilah, dan muliakanlah. Ujian kemarin sangat membuatku benar benar takut. Aku takut kehilangan orang yang aku sayangi. Biarkan aku membahagiakannya, memuliakannya di masa tuanya ya rabb. 

BERBAGI ITU INDAH

BERBAGI ITU INDAH
*****
Catatan Perjalanan Dewi Nur Halimah


Dear diary digitalku sayang...
Selasa, 12 November 2019, aku bersama ibuku berziarah ke Sunan Ngampel Surabaya, Gusdur Jombang, dan tamsya ke Jatim Park 1. Terkadang aku pengen melukiskan perasaan bahagia dan sedihku ke sahabat penaku. Tapi aku khawatir dia bosan kalau keseringan atau bisa pula aku khawatir akan mengganggu dia saat sibuk. Maka kutuangkan segala rasa dan kisahku dalam catatan digitalku. Agar kelak saat aku rindu, dimanapun aku berada, dapat kubuka blog ku lewat gawaiku. 

Ibuku adalah guruku. Beliau selalu mengajariku untuk berbagi pada kaum lemah sejak kecil. Terkadang kalau ada pengemis datang ke rumah, sudah sepuh (tua) atau orang cacat. Ibu mengajak pengemis itu makan bersama kami tanpa rasa risih. Disiapkan masakan yang dimasak ibu seadanya. Kalau kebetulan pas hajatan ya enak, apa aja ada. Ibu tak pernah membeda bedakan orang karena pakaiannya lusuh atau bersih, kaya atau miskin, cantik atau tidak. 1Dari sinilah aku belajar cinta kaum lemah.

Saat menjadi musafir, baik saat wisata religi atau bepergian. Ibu selalu memintaku merecehkan uangku menjadi ribuan, terutana 2 ribuan buat ke toilet-toilet, 5 ribuan atau 10 ribuan buat infak atau sedekah dhuafa yang sepuh atau pun yang cacat. Sekedar untuk berjaya jaga, tatkala ada penjual di bus, pengemis, pengamen. Walaupun tak butuh, karena yang jual sepuh atau cacat terkadang aku membelinya. Niatnya kasih sayang (welas asih). Barangkali aku welas pada orang, lalu Allah pun welas asih terhadapku.

Ada pemandangan yang mengharukan saat di Jombang. Aku berjumpa seorang bapak tak memiliki kedua kaki. Spontan air mataku mengalir. Ada rasa trenyuh, sedih, dll. Kuambil uang yang sudah kusiapkan. Sengaja aku menukar uangku dengan 10 ribuan atau 5 ribuan untuk kuberikan yang membutuhkan. Rata rata 10 ribuan. Kata ibu, kalau aku peduli orang in syaAllah, Allah pun akan peduli denganku. Kalau infaq juga nggak boleh pelit. Harta kita itu semua bukan harta kita melainkan hanya titipan. Semua harta itu habis, kecuali harta yang disedekahkan, diwakafkan, dibuat untuk kebaikan akherat. Terkadang ngebisnya habis 50 ribu. Keluarnya untuk dibagi bagikan pernah nyampai 100 ribu lebih. Karena tiap ada penjual sepuh dan pengemis tak tega. Terutama pengemis sepuh, gelandangan atau orang cacat. 

Jadi teruslah berbuat baik semampumu. Semaksimal yang kamu bisa. Bila engkau welas sama makhluk Allah yang lain, in syaAllah akan Allah kirimkan pula orang yang welas terhadapmu. 

Minggu, 10 November 2019

ESENSI HAMPA

ESENSI HAMPA
*****
Catatan Dewi Nur Halimah 


Duhai Rabbku... 
Satu per satu, engkau pisah kan aku dengan orang-orang yang sangat aku cintai dan itu menyisakan air mata. Engkau tahu Rabbku, tanpaMu aku rapuh.

Aku berada dalam keramaian hiruk pikuk dunia, tapi tanpa orang yang aku cintai di sampingku. Aku merasa sepi ya rabb. Aku bagaikan unta di gurun pasir yang kehausan kesana kemari. Aku bagaikan Nabi Yaqub AS yang Engkau pisah kan dengan Nabi Yusuf AS. Aku bagaikan Sayyidina Abdurahman bin Abu Bakar yang Engkau pisahkan dengan Sayyidah Atikah. Perpisahan telah membawa lahar dingin yang senantiasa membanjiri pipiku

Duhai Rabbku... 
Aku tak mungkin menceritakan ini pada siapapun, kucurahkan pada segala asaku dalam lembaranku ini dan air mata yang membanjiri TENGADAH doaku. Duhai rabbku, janganlah Engkau biarkan aku larut dalam kesedihan. Duhai Rabbku, janganlah Engkau pisahkan aku dengan orang yang aku cintai. Sebab bersama yang aku cintai, justru ibadahku terhadapMu semakin kuat, justru dari cintaku padanya membuatku semakin mencintaiMu. 

Allah... 
Air mata ini tak kuasa untuk kutahan. Aku memang tegar di hadapan orang-orang. Tapi aku tak bisa menyembunyikan air mataku di hadapanMu. Jadikanlah cintaku pada makhlukMu sebagai jalan semakin dekat ku denganMu. Hapuskan lukaku dengan senyuman ya rabb, berilah cahaya kebahagiaan. Air mataku membuncah tatkala cinta demi cinta Engkau pisahkan. Rabbku, satukan cintaku dengan jalan halal.

Duhai Rabbku. Berikanlah seseorang yang membuatku semakin syukur ketika memandang, semakin teduh hatiku tatkala mendengar kata-katanya, dan semakin tenang tatkala melihat sikapnya. Aduhai rabbku, pada siapa aku meminta jika bukan pada Rabbku.

Duhai Rabbku... 
Janganlah Engkau cemburu, in syaAllah cintaku pada makhlukMu tak akan lebih besar dari cintaku padaMu. Berikanlah cinta yang membuatku senantiasa selalu bersyukur tatkala memandang kekasihku. Bukan kebencian atau pembangkangan karena tiada rasa cinta. Duhai rabbku janganlah Engkau pisahkan aku dengan yang aku cintai. Sungguh aku tak mampu. 

Duhai Rabbku... 
Dalam dera air mata di seperti malam. Di keheningan dan kesendirian. Kucurahkan segala isi hatiku untukMu. Izinkan lah mimpi demi mimpiku untuk Engkau ijabah. Hamba ingin menjadi zaujati solekhah, umi solekhah, dzuriyah soleh solekhah cerdas, wafat husnul khotimah. Cita-cita hamba hanya empat itu ya Rabb. Duhai Rabbku Yang Maha Penyayang, Yang Maha Pengasih, kasihanilah hambaMu. Pengorbananku telah disia siakan makhlukMu. Maka janganlah pula Engkau menyia-nyiakanku. Sesungguhnya aku tak mampu bila tanpaMu. Engkau adalah Rabbku. Rabb Yang Maha Pengasih, Penyayang, lagi adil dan Maha Memberi. 

WANITA TAK DIKENAL

WANITA TAK DIKENAL
*****
Perjalanan Dewi Nur Halimah 


Ahad, 10 November 2019. Bertepatan dengan 13 Robi'ul awal. Setelah pulang ngelesin, tepatnya paska dari rumah Eugene dan Sasa. Kupacu motorku dengan cepat karena setelah itu ada kegiatan kembali. 

Di tengah perjalanan, aku teringat akan pesan di gadgetku. Kurem motorku dan kuparkir digang-gangan di bawah pohon, kubuka tasku perlahan. Kubuka chat chat di pesan WhatsApp. Masya Allah, chat masuk sangat banyak. Jadwal kegiatan tertata rapi sehingga tidak keteteran.

Begitu kagetnya aku paska balik mau ngegas motor. Ada seorang wanita setengah tua sekitar kepala empat memakai celana, berjilbab dan bertopi membawa wadah, sudah naik diboncengan motorku. 

"Mbak, aku nebeng ya sampai ketemu suamiku. Tadi aku ditinggal dia. Dia motor e mogok, bawa kayu. Lalu ditolong orang, motor ditarik sambil nyari bengkel. Antar aku ya mbak ke bengkel bengkel" 

Spontan aku bingung. Bilang iya, akunya takut. Bilang tidak, akunya tidak tega. Akhirnya kuberani beranikan bilang "Nggeh bu". 

Sepanjang jalan aku ketakutan, saking takutnya aku tiada henti-hentinya bersolawat, agar dengan barokahnya solawat, Allah swt pinaringan welas sama saya dan saya selamat. Teringat di benakku cerita emak, kejadian nyata yang menimpa teman emakku. 

Jadi ceritanya beliau naik motor, lalu dicegat orang minta tolong nggak bisa pulang. Karena nggak tega, kenalan emakku memboncengkan orang itu. Eh ternyata yang diboncengan begal. Temannya komplotan begal dihubungi dia (si orang yang nebeng pura-pura butuh bantuan diantar) pas dia di boncengin, lalu kenalan emakku ditodong, dan motornya dibawa kabur. Sementara kenalan emakku pulang linglung, sudah nggak sadar. Jalan kaki, astagfirullah melas banget. 

Makanya tadi sore sekitar jam 3 an, pas diboncengin orang nggak kenal, digang gangan ketakutan. Aku pun mencari bengkel satu per satu, sekitar 4 bengkel kulewati, alhamdulillah akhirnya ibu itu bertemu suaminya. Alhamdulillah beliau orang baik dan memang benar butuh pertolongan. Beliau bukan komplotan begal yang pura-pura minta tolong. Maturnuwun gusti. Kalau boncengin anak sekolah, nggak kenal pun berani. Kalau orang dewasa, tampang agak menakutkan, kan ya takut. 

Ketakutanku hilang tatkala ibu itu bertemu suaminya. Dan meminta berhenti. 
"Mbak itu suamiku di bengkel itu. Lah kog jauh amat," katanya sambil tangannya menunjuk pada suaminya. 
"Makasih mbak udah diboncengin dan diantar nyari" lanjutnya. 
"Sami Sami bu" jawabku. 

Aku bersyukur, orang yang bonceng aku di gang-gangan tersebut benar-benar orang baik yang butuh pertolongan. Ketika aku benar-benar takut alias sangat takut, biasanya aku membaca solawat fatih, dzikir, doa. Kupasrahkan jiwa, raga, hati dan nyawaku pada Allah. Alhamdulillah pinaringan selamat. Saat aku akan operasi, iya aku pernah dua kali operasi seingatku. Aku ketakutan luar biasa, apalagi dibius total kan. Jadi ketika puasa sebelum operasi, hari-hariku kuisi dengan doa, solawat, dzikir. Alhamdulillah pinaringan lancar operasinya. Setiap kali aku ketakutan, kuhadirkan Allah, Dzat Yang Maha Memelihara makhlukNya. Kutitipkan jiwa ragaku padaNya. Semoga senantiasa selamat dunia akherat dan barokah dunia akherat. Aamiin


BAROKAH MAULID

BAROKAH MAULID
*****
Catatan Perjalanan Dewi Nur Halimah




Hello diary digitalku... 
Tempatku bercurah menggoreskan asa dan catatan perjalanan hidupku. Sepenggal cerita maulid kumulai

Bagaimanakah perasaanmu ketika mendengar bulan maulid?. Yups, jika aku, hatiku berbunga-bunga. Spontan kulangitkan doaku.

"Allah ya rabb, Halimah sangat ingin memuliakan bulan Maulid sebagai bentuk cinta dan hormat kelahiran Rosulullah saw. Berikanlah rizki untukku agar aku bisa membeli banyak jajan lalu kubagikan pada puluhan sibyan setelah solawatan dan berjanjen".

Aku yakin, bika kulangitkan doaku in syaAllah ijabah. Soalnya kalau pakai logika matematika susah dan impossible, tabunganku sudah kugunakan untuk ikut iuran investasi beli ternak  Hehe. Aku suka binatang. Selebihnya buat berobat ibu, itu sudah 2 juta an sendiri. Belum beli kebutuhan primer, ngasih adek, bagi bagi, nyenengin hati emak dan bapak. Uang kerjaku ludes. Maka tatkala aku pengen beli jajan banyak, dompet udah ludes. Ya kulambungkan doaku ke langit pada Rabb Yang Maha Memberi.

Iya, tiap aku memperoleh rizki. Management keuangan selalu kuatur dengan baik. Buat kebutuhan primer (makan harus terpenuhi dan bergizi, skincare sederhana karena aku speaker jadi harus selalu tampil natural cantik), lalu sisanya kutabung, kubelikan aset, kuberikan adek sebagai kiriman untuk tambahan biaya dia sekolah dengan syarat sungguh sungguh tolabul ilmi sampai berhasil, kuberikan bapak ibu buat menyenangkan mereka, buat sodaqoh (entah sodaqoh sibyan, fakir miskin, dhuafa atau yatim piatu). Alhamdulillah semua lancar, padahal kubagi bagikan tapi aku tak pernah merasa kekurangan masalah uang. Alhamdulillah selalu syukur dan cukup. Asal kita mau usaha, nggak males-malesan kerja, nggak suka hutang kecuali dorurot, ya alhamdulillah tercukupi semua. Gaya boleh, tapi sesuaikan budget di kantong.

Qodarullah. Aku mendapatkan rizki, ada yang ngontrak jasaku. Iya, aku menawarkan jasa bimbel, jasa pelatihan public speaking, jasa pembicara, juru bicara dll. Alhamdulillah rizki tak terduga. Well, aku bisa beli jajan banyak banget dan siap kubagikan anak anak. Senangnya, rizki tak terduga.

Berjanjen-an pun di mulai. Dimana aku bersama anak-anak berjanjen. Hatiku paling bahagia ketika mahalul qiyyam. Masya Allah senang sekali. Usai berjanjen dan solawatan, kami (saya dan anak-anak makan makan bersama). Alhamdulillah, terimakasih Allah. Keinginanku Engkau ijabah.

By the way, rizki yang kekal itu bukan rizki berupa aset atau kekayaan yang terlihat mata manusia seolah milik kita, tapi rizki yang kekal dunia akherat adalah rizki yang kita sedekahkan. In syaAllah pahalanya mengalir dari dunia hingga akherat. Sedekah terbuka mulia, apalagi sedekah sembunyi-sembunyi. Kalau sedekah terbuka niatkan memberikan teladan agar makin banyak ahli sodaqoh sehingga kesenjangan sosial dan kemiskinan dapat diminimalisir pelan pelan lillah ta'ala, kalau sodaqoh sembunyi sembunyi maka niatkan peduli sesama lilahi ta'la. 

Alhamdulillah the power of du'a akhirnya ada rizki yang nggak terduga dan keinginanku tercukupi semua. Nggak nyangka banget, soalnya uang sudah habis buat nabung. Nggak mungkin diambil kembali juga soalnya sudah buat iuran investasi, sudah buat belanjakan keperluan pondok adek, buat belanja keperluan bapak ibu untuk nyenengin bapak ibu, dll. Alhamdulillah rizki selalu ada. Maturnuwun ya rabb. Barokah maulid, kalau kita niat bagus in syaAllah yang terjadi juga bagus. 

Selasa, 05 November 2019

JERITAN ANAK AYAM

JERITAN ANAK AYAM
*****
Catatan Nyata Perjalanan Halimah
(Dewi Nur Halimah)


Pagi itu, di tengah embun pagi dan dinginnya udara pagi yang menusuk-nusuk kulitku. Badanku menggigil kedinginan apalagi aku tak tahan cuaca dingin. Kupacu motorku untuk berangkat mengajar. Niatku kuluruskan.
"Bismillahhir rohmanir rokhim. Niat ingsun mucal hari ini keroni kanggo ibadah lillahi ta'ala"

Sepanjang perjalanan tiada henti-hentinya aku bersolawat dan berdzikir. Air mataku mengalir deras membasahi masker wajahku. Mengingat kenangan dimana pengorbanan dibalas penghianatan dan kebohongan. Duhai Rabbku, hapuskan lukaku. Kupacu motorku pelan pelan sambil memandangi tumbuhan.

Di tengah perjalanan, ku dengar jeritan anak ayam yang terkapar di jalan raya, dan salah satu kakinya pincang tak bisa jalan. Dia ditengah jalan raya. Awalnya aku acuh, soalnya kalau aku berhenti resikonya aku terlambat. Kulihat orang-orang lewat juga acuh, motor banyak lewat, kendaraan roda 4 juga banyak lewat tapi acuh dengan jeritan anak ayam yang pincang di jalan raya.

Setelah berjalan melewati anak ayam itu sekitar 100 m. Hatiku terketuk. 
"Halimah sayang, ada makhluk Allah butuh pertolonganmu. Mengapa engkau acuh. Larut dengan orang-orang yang acuh. Halimah sayang, barangkali kamu menyayangi makhluk Allah yang lain, kamu menolong makhluk Allah yang lain. Nanti suatu saat akan Allah kirimkan seseorang untuk menolongmu saat engkau butuh, saat engkau terluka. Bukankah dalam hadist disebutkan bahwa siapa yang tidak sayang maka tidak disayang. Adakah engkau tak peduli dengan anak ayam itu? ", suara hatiku yang seolah olah ada sosok yang bertanya padaku.

Hatiku tak tega. Motor yang sudah melaju 100 m, aku berhenti dan memutar balik laju motorku menghampiri anak ayam yang menjerit-jerit. Aku tidak peduli bila nanti aku terlambat ke sekolah. Kalau pun dimarahin ya tidak masalah, karena memang salah. Tapi anak ayam ini, dia butuh pertolongan. Kuparkir motorku di tepi jalan yang tak beraspal.

Setelah jalan sepi, kuambil anak ayam di jalan raya itu. Mengapa dia menjerit? Satu kakinya patah. Setelah kuamati, dapat kusimpulkan. Anak ayam itu bermain di jalan raya, kakinya yang satu kesrempet motor atau kendaraan yang melintas jalan raya hingga terluka parah yang membuatnya tidak bisa berjalan dan duduk di tengah jalan raya hanya bisa menjerit. Namun penabrak acuh dan meninggalkannya begitu saja. 

Hatiku tersentuh, terharu. Betapa kasihan anak ayam itu. Ia menjerit puluhan kali tak ada yang menolongnya. Saat kuangkat tubuhnya, dia terdiam memandangiku. Lalu kutaruh ia ditepi semak-semak agar jauh dari jalan raya. Kasihan kalau dia mati terlindas kendaraan yang lewat. Aku membayangkan, bagaimana sedihnya bila ditabrak orang dan yang menabrak kita lari dari tanggung jawab. Demikian juga yang menabrak ayam itu, dia tak bertanggung jawab. Masih beruntung, ayam itu tak mati. Kutolong, kuelus elus, lalu aku kembali berangkat ke sekolah untuk mengajar.

Hatiku menangis dan terkadang air mataku terjatuh saat melihat orang menabrak ayam atau kucing di jalan raya, namun membiarkan mayatnya tergeletak begitu saja dijalan raya bahkan hingga hancur. Aku tak bisa membayangkan jika manusia diperlakukan sama. Ayam dan kucing pun juga makhluk Allah, jangan mendzaliminya lalu meninggalkannya. Jangan menyepelekan kedzaliman kecil pada hewan. Banyak pula orang ditakdirkan masuk surga bukan karena ahli ibadahnya, bukan karena puasanya, bukan karena zakatnya, bukan karena ibadah hajinya melainkan karena sifat welas asihnya sesama makhluk Allah. Banyak pula yang karena dzalim dan tidak punya rasa belas kasihan, menjadikan Allah swt murka. 

Bersifat welas asih dan penolonglah pada makhluk Allah, bukan hanya sesama manusia, tapi jua tumbuhan dan hewan. Imam Syafi'i masuk surga bukan lantaran ibadahnya, melainkan lantaran hal kecil dimana beliau welas pada lalat dan membiarkannya kenyang menghisap tinta yang digunakan untuk menulis kitab. Seorang imam di Baghdad dimasukkan surga bukan lantaran amalan ibadahnya, melainkan beliau yang menolong anak kucing kedinginan lalu menyelimutinya hingga tidak kedinginan. Seorang PSK memberikan minum pada anjing yang kehausan, qodarullah mendapatkan hidayah allah dan wafatnya husnul khotimah.

Selain itu ada pula kisah seorang wanita gara gara mengurung kucing hingga kelaparan dan mati mendapatkan laknat Allah hingga dimasukkan neraka. Teringat akan kisah itu, membuatku balik lagi menyelamatkan anak ayam itu. Barangkali saat ini hatiku sedang terluka, didzalimi orang. Suatu saat, diganti Allah dengan kebahagiaan yang tak terduga. Wallahu a'lam. 

TENGADAH DOA DALAM AIR MATA

TENGADAH DOA DALAM AIR MATA
*****
Catatan Hati Dewi Nur Halimah


 
Untuk buku catatanku... 
Kugores ceritaku disini. Kuekspresikan segala lukaku yang dalam disini. Bagaimana hancur dan sedihnya hatiku saat mengorbankan jiwa, raga, dan yang kupunya dibalas dengan penghianatan. Tak bisa kuungkapkan. Hari-hari kulalui dengan hujan air mata.

Badai air mata pun berganti. Ini cerita kemarin sore. Hatiku kelabu, air mataku berjatuhan saat pengorbanan demi pengorbananku disia-siakan dibalas dengan kedzaliman. Aduhai rabbku, sungguh hatiku hancur. 

Aku berjalan menyusuri gang-gangan seorang diri. Hanya untuk mengobati luka kecewa dan air mata yang begitu dalam. Rasanya tak bisa diungkapkan. Sangat banyak. Ditengah lahar dingin yang membanjiri pipiku, kupaksa rautku untuk tersenyum walau bengkak bekas tangis membekas di mataku. Bagaimana tidak bengkak, larut dalam air mata. Kupacu motorku dengan kecepatan lebih tinggi, lebih tinggi dari biasanya.

Kutemui dan kudapati orang gila. Ia membawa sampah kemana-mana. Makan dengan memungut bekas sampah. Dari sinilah aku belajar syukur, syukur telah diberikan nikmat sehat walaupun ujian datang bertubi tubi. Syukur karena diberikan otak normal walau hatiku hancur.

Aku berjalan lagi, seorang diri untuk menyenangkan hati yang terluka. Kujumpai sosok orangtua, diusia senjanya yang sudah berambut putih mendorong gerobak. Hatiku teriris. Astagfirullah, semoga diusia tua orangtuaku. Aku bisa memuliakannya. Waktu kecil anak anak dirawat orangtua, saat dewasa. Anak anak merawat orangtua.

Saat air mataku pecah. Aku sering menghibur diriku sendiri dengan menjumpai orang gila, orang sakit, gelandangan, fakir miskin, dhuafa, yatim piatu di gang gangan, di panti asuhan, di panti jompo, di rumah sakit, di rumah sakit jiwa atau dimanapun aku melangkahkan kakiku. Barangkali dengan silaturahmi dengan mereka mengajarkanku arti syukur, berbagi, dan sabar. 

Senin, 04 November 2019

FILOSOFI SEPEDA

FILOSOFI SEPEDA
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah, S. Si



Pernahkah Anda mendengar kata "sepeda"?. Tentu benda satu ini bukanlah hal asing bagi semua orang. Bagaimana tidak, hampir semua orang dari semua kalangan (dari lower class hingga upper class) pernah menaiki kendaraan yang satu ini. Terkesan sederhana namun menyehatkan, bisa sebagai kendaraan, bisa sebagai alat olahraga maupun sarana refreshing wisata sehat.

Oh ya ngomong-ngomong soal sepeda. Ada filosofi sepeda yang menarik untuk diambil hikmah. Tentu jika kita mengayuh sepeda, lambat laun namun pasti akan mengantarkan kita pada tempat tujuan. Demikian pula mimpi, dengan usaha yang gigih dan pantang menyerah disertai doa yang Istiqomah, pelan namun pasti akan mengantarkan Anda mewujudkan mimpi-mimpi Anda berbuah nyata. Pada intinya kayuhlah mimpimu dengan usaha. Tiada usaha yang sia-sia karena hasil tak akan mengingkari usaha. Bukankah Allah membagi rizki sesuai kadar usaha hambanya sebagaimana tertera dalam QS. Ar Rad: 11?. Bermimpilah, berusahalah dan bertawakallah.

Mimpi selamanya akan menjadi mimpi pada bunga tidurmu, bila tidak disertai usaha dan perjuangan. Pepatah bilang:

"Life needs struggle"

Berusahalah dan wujudkan mimpi-mimpi Anda menjadi nyata. Tak ada yang tak mungkin selama kita ikhtiar dan melibatkan Allah dalam setiap ikhtiar kita. Jangan berpangku tangan, malas-malasan, dan suka menunda nunda sesuatu yang bisa Anda kerjakan. Karena setiap hasil diperoleh dari jerih payah keringat Anda. Berusahalah semaksimal mungkin, imbangi dengan tawakal. Usaha tanpa doa menghasilkan suatu kesombongan, doa tanpa usaha menghasilkan kekosongan. Maka dari itu, buatlah seimbang antara usaha dan doa. 

BELAJAR DARI SEEKOR KUCING

BELAJAR DARI SEEKOR KUCING
*****
Catatan hati Dewi Nur Halimah 


Selasa, 5 November 2019. Aku bangun sekitar pukul 3. Lalu wudhu. Begitu sajadah kugelar, kucing imutku dengan manisnya tidur tepat di samping sajadahku saat sujud. Tidurnya terlihat pulas, ayem, dan seolah tanpa beban. Ya, setiap apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri, apa yang kudengar dari telingaku sendiri selalu menjadi bahan perenungan tersendiri. 

Usai salam, aku duduk terdiam. Masih kupandangi wajah imut kucingku yang tertidur pulas. Masya Allah, ditengah tengah air mataku yang mengucur deras ada pelajaran berharga. Aku banyak belajar tawakal dari seekor kucing. Bagaimana tidak, kucing yang diadopsi seorang majikan itu ayemnya masyaAllah. Dia hidupnya cuman buat makan tidur makan tidur lalu main di rumah. Ayem banget.

"Ya Rabb, kucing saja tidak pernah khawatir akan besok makan apa. Sebab ia yakin, ia punya majikan. Mana tega majikan yang mengadopsinya, majikan yang menyayanginya membiarkannya dalam kelaparan. Demikian aku, aku milikmu ya Rabb. Haruskah aku khawatir akan rizkiku sementara Engkau menjaminnya? Haruskah aku khawatir akan siapa jodohku sementara Engkau sudah menuliskanNya sejak di lauh mahfudz?. Harusnya aku tidak sedikit pun khawatir. Aku mantab akan janji Allah, tapi mengapa aku menangis," kataku dalam isak tangis dimana aku masih mengenakan mukenah.

"Allah. Aku tak memiliki siapapun kecuali Engkau. Semua titipan. Ragaku milikMu, jiwaku milikMu, dan hatiku pun milikMu. Ya Wahab, Engkau telah menguji imanku dengan ujian yang luar biasa mengoyak hati, tentang pengorbanan dibalas penghianatan, tentang kebaikan dibalas keburukan hingga tiada henti banjir air mata membasahi pipiku. Aku yakin akan kalamMu bahwa dibalik kesulitan akan Engkau beri kemudahan, dibalik musibah akan ada kenikmatan. Aku yakin suatu saat Engkau akan memberikan surprise kepadaku setelah ujian ujian ini," kataku dalam hati masih dalam linangan air mata.

Aku adalah perempuan tegar di hadapan banyak orang, tapi aku perempuan lemah di hadapan Tuhanku. Bila tanpa kasih sayang Rabbku, tidaklah aku bernafas hingga detik ini. Ya, belajar dari kucing aku belajar pasrah. 

"Allah, aku milikMu. Engkau tentu mengurus segala hajatku, memberikan apa yang aku butuhkan sebab setiap Tuan pasti peduli dan bertanggung jawab atas hambaNya. Aku yakin bahwa Engkau yang memberiku luka, maka Engkau pula yang menghapus luka. Jika Engkau hendak memberikan musibah pada seseorang sebagai ujian, tak ada satu pun tangan yang mampu menghalanginya. Bila Engkau hendak memberikan nikmat pada seseorang, tak ada satupun jiwa yang mampu mencegahnya. Sebab Engkaulah Dzat Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu," lanjutku dengan keyakinan penuh dan air mata yang menemani malamku.

Ya, tiap kali aku bersedih. Aku solat dan menangis di masjid, menenangkan fikirku. Terkadang menyambangi fakir miskin, yatim, dhuafa atau mengajar sibyan. Barangkali dengan aku menyenangkan orang lain, Allah kirimkan orang untuk menyenangkanku. Terkadang pula aku merenung bersama binatang binatang sambil ngelus ngelus dan ngasih makan. Entah kucing, ayam, sapi, atau kambing. Aku suka empat binatang itu. Kenapa?. Kucing sangat pengertian dan imut, Rosulullah adalah pecinta kucing. Ayam?. Setiap pagi ayam selalu bangun pagi, disiplin dan dia mengajak manusia untuk mengingat Allah.  Ayam yang berkokok "Kuk kuruyuk" pada hakekatnya dia membangunkan manusia untuk ingat manusia "udkurullah" kalau diterangkan jelas demikian. Ingatlah Allah. Jadi harus bangun pagi, solat fajar, solat subuh. Tuh kan ayam sangat baik. Mengapa kambing?. Semua nabi sebelum diangkat menjadi Nabi, Allah ciptakan dengan menjadi pengembala. Kambing, terutama kambing Jawa bukan kambing domba itu bandelnya minta ampun. Saya ngalamin sendiri, dikasih makan bukan terimakasih kayak ayam, kucing atau sapi. Eh malah nggundang jal (nyeruduk pakai tanduknya). Kan kurangajar tuh, nah kalau bisa naklukin dan bimbing kambing. Artinya, mimpin binatang saja mampu, in syaAllah mimpin manusia juga mampu. Mengapa sapi?. Sapi itu penyayang loh, aku suka banget ngelus ngelus kepala sapi. Dan alhamdulillah selama ini sapi yang galak pun tunduk sama aku, nggak tahu. Apa karena aku suka binatang atau bagaimana. Yang jelas sapi itu memiliki filosofi unik. Dia suka bilang "MEH" artinya Maha Esa Habibi (habibi disini maksudnya adalah kekasih, Rabb semesta alam/ Allah). Selain itu sapi itu tipikal setia, pertama bertemu galak, kalau udah tahu yang sama dia baik. Kalau pisah nangis. Sapiku pas dijual nangis, air matanya basah kuyup. Kuelus elus.

"Maafin kami Pi. Karena kepepet perlu uang, akhirnya engkau di jual. Semoga majikanmu juga penyayang seperti mbak" kata yang sering kubusikkan ditelingannya. Karena aku melihat air matanya basah kuyup. Aku pun sama nangis kuyup saking cintanya dan harus berpisah. Di sinilah aku belajar, setiap pertemuan akan terjadi perpisahan. Baik perpisahan dunia masih bisa jumpa maupun pisah nyawa/ kematian.

Ya, aku sering merenung saat memandangi hewan maupun tumbuhan. Bahkan tak jarang air mataku menetes. 

"Allah, tumbuhan besar tidak pernah disiram di hutan. Selama kemarau panjang masih tetap hidup. Kalau tidak ada Dzat Yang Mengurusnya tentu akan mati. Dialah Allah Dzat Yang Mengurus makhluk makhlukNya".

Lalu kupandangi tumbuhan hijau
"Allahu rabbi, dalam firmanmu bahwa setiap daun yang bergerak selalu bertasbih memujiMu. Lalu, seberapa banyak aku mengingatMu?". Kataku dalam hati dan air mata spontan membasahi pipiku.

Tatkala aku dirundung kesedihan yang tak bisa kuungkapkan. Iya aku masih tersenyum guyon di hadapan teman. Tapi dibalik itu, dihadapan Allah aku rapuh. Dahulu aku memiliki seorang yang selalu mendengarkan curhatku. Tapi kupikir pikir, kasihan dia. Dia sendiri sudah punya masalah untuk apa aku menambah masalahku kuceritakan dia. Kasihan. Akhirnya aku memutuskan untuk mencurahkan sama Allah dan menulisnya di blog. Barangkali catatan demi catatan ini kelak bisa mengingatkan memori untuk dibukukan. Pada hakekatnya, Allah bila menyayangi seorang hamba, maka Allah menaruh belas kasihan padanya. Itu artinya bila seseorang welas terhadapmu, tentu ada cinta di hatinya. Entah cinta seorang keluarga, kerabat, sahabat, ataupun kekasih. Allahu ya Rahman. Istajib du'a ana. 

Minggu, 03 November 2019

STORY OF BUBUR AYAM

STORY OF BUBUR AYAM
*****
Catatan hati Dewi Nur Halimah

Senin, 4 November 2019. Siang ini, ada sebuah cerita dibalik semangkuk bubur ayam langgananku. Aku jarang sekali makan bubur, karena kurang suka bubur. Yups, sukanya nasi. Biasanya kalau makan siang, aku sangat lahan. Namun udah 2 bulan ini sejak tipes. Hampir tiap makan, rasanya mual, pengen muntah. Hampir tiap hari masuk angin, gegara makan telat karena suatu hal dan kebetulan bad mood makan. Eh berdampak panjang, kesehatan drop. Tapi kalau ijin trus kan nggak mungkin, kegiatan juga padat. Apapun kondisinya harus datang kegiatan, dan nunjukin fresh. The power of lip cream bisa nutup bibir yang pucat tampak seger. The power of celak, bukan hanya sunnah tapi juga menutup mata pucat pas sakit Hehe. 

Pokoknya walau sakit, kadang masih obat jalan. Tetap harus tampil fresh. Ngomong ngomong soal makan siang. Saat makan siang hari ini, aku tidak habis. Baru kumakan setengah mangkuk buburnya, udah mau muntah. Kan nggak enak kalau muntah di rumah makan. Kasihan pengunjung yang lain. Kasihan juga penjualnya kalau harus bersihin utahan kita.

"Mbak, nyuwun ngapunten njeh. Kulo ndak telas bubur ayamnya. Bukan boten doyan, tapi nembe boten enak badan. Nembe masuk angin, nembe greges greges. Eco buburnya mbak," kataku pada mbak penjual bubur ayam agar nggak kecewa sebab buburnya masih banyak dimangkokku.

"OH. Kirain nggak doyan mbak. Biasanya habis, kog nggak habis. Semoga lekas sehat ya mbak. Maturnuwun mpun mampir," jawab Mbaknya ramah.

Mengapa cuman makan doang aku izin nggak habis ke penjualnya, toh kan aku udah bayar?. Bukan begitu, tidak semua bisa dinilai dengan uang lalu etika hilang. Aku tak mau mengecewakan penjual bubur itu. Kata abah, hati hati dengan mengecewakan hati sesama muslim yang tidak dzalim denganmu, barangkali itu bisa jadi murka dan ahzab Allah di kemudian hari.

Karena aku takut akan hal itu, terlebih wejangan guru. Maka sikapku kujaga hati hati agar tidak mengecewakan orang lain semampuku. Mengecewakan orang lain itu mudah, menghilangkan lukanya yang susah. Barangkali saat ini kita mengecewakan orang lain, bisa jadi di kemudian hari diganti Allah dengan kita dikecewakan orang lain. Maka hati hatilah mendzalimi orang lain. Dengan terbuka, dan ada penjelasan in syaAllah sama sama ridho antara penjual dan pembeli sehingga tidak ada salah paham atau su'udzan. Su'udzan terjadi karena tidak adanya komunikasi. Maka jujur dan terbukalah untuk hal hak tertentu untuk menghindari salah paham dan mengecewakan orang lain. Semoga Allah juga ridho. Allah yarham 😊

CERITA JAM TANGAN


CERITA JAM TANGAN
*****
Catatan hati Dewi Nur Halimah 



Aku tahu, terlalu banyak cerita sama makhluk akan membuat bosan. Maka kucurahkan isi hatiku pada Rabb semesta alam dan kugoreskan pada diaryku. Jika di facebook, Instagram, WhatsApp, tentu banyak yang baca. Kalau di blog, tidak aku share linknya kan aman. Bila kugoreskan dalam tulisan, suatu saat bila aku rindu maka aku dapat membukanya kembali saat membaca. Membaca kenangan itu akan menjadi catatan perjalanan hidupku. 

Senin, 4 November 2019. Pagi itu aku makan, namun tubuhku tak bisa kompromi. Setiap suapan hampir muntah, iya aku masuk angin. Spontan saja, makananku tidak habis. Di tengah menyuap nasi, ada seorang perempuan yang menyapaku.

"Mbak Halimah, jam tangannya kog nggak ganti beli baru," sapa seorang perempuan yang sangat aku segani, sebab dari beliau aku banyak mengingat akheratku.

"Hehe belum ada rizki buat baru. Apa mau dikasih," candaku sambil tersenyum.

"Hehe. Kirain beli baru, jam tangan yang lama diberikan kulo," katanya. Iya beliau sendiri bukan orang kaya, masih dinafkahi dan bukan wanita karir. Aku paham beliau.

Spontan jam tanganku kulepas. Bila kuingat, jasa beliau untuk akheratku lebih banyak dibandingkan harga sebuah jam yang hanya 80 rb. Baru kupakai beberapa bulan. Aku adalah perempuan yang suka aksesoris jam tangan, gelang, pitek muslim. Entahlah aku suka, apalagi yang berbau kearab Arab an atau Albanian. Aku sangat suka. Jam itu sangat aku taksir, selain kalau dipakai manis di tangan. Aku susah mendapatkan ukuran segitu. 

"Jam tangan ini untuk jenengan," kataku sambil menyodorkan jam tanganku yang kulepas.

"Tapi kan ini jam kesayanganmu. Belum beli lagi," elaknya untuk menolak pemberianku. 

"Yakinlah, aku memberimu karena Allah akan memberiku rizki yang lain. Doakan saja rizkiku berkah. Jangan bosan menasehati akheratku. Ini tak ada artinya dengan banyaknya nasehatmu selama ini untuk akheratku," kataku lalu kuberikan padanya.

"Benarkah nggak papa?. Makasih ya," jawabnya sumringah dan jam itu langsung dipakai dihadapanku.

"Iya ridho," jawabku sambil senyum.

Bagiku beliau adalah sosok yang sangat aku cintai. Setiap mendengar tutur katanya yang super lembut mendorongku menjadi insan yang pemaaf meskipun aku didzalimi. Setiap melihat sikapnya yang amanah, menepati janji, lembut tutur kata, tenang sikapnya, dermawan walau belum memiliki penghasilan, hatiku menemukan kedamaian. Setiap barangku yang dipinta beliau, karena beliau spesial. Entah baju yang kupakai, jam tangan, kitab, kerudung atau apapun biasanya langsung kucopot dan kuberikan beliau saat itu juga.

Beliau suka menolong, beliau rajin ibadah. Semoga jam itu membantu buat beliau memanage waktunya dalam ibadah sehingga membawa keberkahan baik untukku maupun untuknya. 

Dear diaryku. Terimakasih untuk hari ini. Hari ini aku menemukan ketenangan. Sangat berbeda dari hari hari sebelumnya. Bila sebelumnya kalau didzalimi menangis dan tidak legowo. Hari ini dari beliau, aku belajar ikhlas, legowo, syukur. Di samping beliau sejuk. Dan dari beliau aku akan banyak belajar menata hati, memperbaiki akhlak, menambah wawasan, berlatih syukur dan legowo. Alhamdulillah terimakasih Allah. Tanpa hidayahMu dan anugerahMu, engkau pertemukan aku dengan sosok perempuan Sufi yang sangat baik selalu menyandarkan hidup dan matinya semata untuk Allah.