HALIMAH BINTI MASDARI

Minggu, 03 November 2019

STORY OF BUBUR AYAM

STORY OF BUBUR AYAM
*****
Catatan hati Dewi Nur Halimah

Senin, 4 November 2019. Siang ini, ada sebuah cerita dibalik semangkuk bubur ayam langgananku. Aku jarang sekali makan bubur, karena kurang suka bubur. Yups, sukanya nasi. Biasanya kalau makan siang, aku sangat lahan. Namun udah 2 bulan ini sejak tipes. Hampir tiap makan, rasanya mual, pengen muntah. Hampir tiap hari masuk angin, gegara makan telat karena suatu hal dan kebetulan bad mood makan. Eh berdampak panjang, kesehatan drop. Tapi kalau ijin trus kan nggak mungkin, kegiatan juga padat. Apapun kondisinya harus datang kegiatan, dan nunjukin fresh. The power of lip cream bisa nutup bibir yang pucat tampak seger. The power of celak, bukan hanya sunnah tapi juga menutup mata pucat pas sakit Hehe. 

Pokoknya walau sakit, kadang masih obat jalan. Tetap harus tampil fresh. Ngomong ngomong soal makan siang. Saat makan siang hari ini, aku tidak habis. Baru kumakan setengah mangkuk buburnya, udah mau muntah. Kan nggak enak kalau muntah di rumah makan. Kasihan pengunjung yang lain. Kasihan juga penjualnya kalau harus bersihin utahan kita.

"Mbak, nyuwun ngapunten njeh. Kulo ndak telas bubur ayamnya. Bukan boten doyan, tapi nembe boten enak badan. Nembe masuk angin, nembe greges greges. Eco buburnya mbak," kataku pada mbak penjual bubur ayam agar nggak kecewa sebab buburnya masih banyak dimangkokku.

"OH. Kirain nggak doyan mbak. Biasanya habis, kog nggak habis. Semoga lekas sehat ya mbak. Maturnuwun mpun mampir," jawab Mbaknya ramah.

Mengapa cuman makan doang aku izin nggak habis ke penjualnya, toh kan aku udah bayar?. Bukan begitu, tidak semua bisa dinilai dengan uang lalu etika hilang. Aku tak mau mengecewakan penjual bubur itu. Kata abah, hati hati dengan mengecewakan hati sesama muslim yang tidak dzalim denganmu, barangkali itu bisa jadi murka dan ahzab Allah di kemudian hari.

Karena aku takut akan hal itu, terlebih wejangan guru. Maka sikapku kujaga hati hati agar tidak mengecewakan orang lain semampuku. Mengecewakan orang lain itu mudah, menghilangkan lukanya yang susah. Barangkali saat ini kita mengecewakan orang lain, bisa jadi di kemudian hari diganti Allah dengan kita dikecewakan orang lain. Maka hati hatilah mendzalimi orang lain. Dengan terbuka, dan ada penjelasan in syaAllah sama sama ridho antara penjual dan pembeli sehingga tidak ada salah paham atau su'udzan. Su'udzan terjadi karena tidak adanya komunikasi. Maka jujur dan terbukalah untuk hal hak tertentu untuk menghindari salah paham dan mengecewakan orang lain. Semoga Allah juga ridho. Allah yarham 😊

Tidak ada komentar :