HALIMAH BINTI MASDARI

Kamis, 26 Februari 2015

POHON MANGGA DI TEPI JALAN




            Tahukah kamu tentang kisah sebuah pohon mangga di tepi jalan?. Pohon itu begitu indah, daunnya rindang dan buahnyapun teramat banyak. Banyak orang terguir dengan warna mangga yang matang mencolok, membuat yang melihat membayangkan betapa nikmatnya buah itu. Warnanya cerah, mencolok, buahnya besar dan menurut orang yang sudah terbiasa memakannya konon rasanya sangatlah manis dan segar. Tak heran, jikalah banyak orang yang memetik buahnya. Ada yang memetiknya dengan memanjat, ada yang menggunakan bilah kayu (getek), bahkan ada pula yang melemparinya dengan batu.     
            Kendati pohon itu diperlakukan buruk dan dilempari dengan batu, namun pohon itu membalasnya dengan memberikan buahnya. Disinilah kita belajar arti cinta. Bagaimana sejatinya kita memaafkan orang yang mendzalimi dan menyakiti kita serta kita membalasnya dengan kebaikan. Mencintai orang yang menganiaya kita dan membalasnya dengan akhlakul karimah. Suatu ketika, pernahkan kamu menjumpai beberapa orang bertanya, mengapa sih kalau aku lihat FILM HIDAYAH…selalu dan selalu orang yang baik itu kesannya menderita, selalu tersiksa, dan dianiaya…perasaan nggak gitu-gitu amat deh???. Ya memang benar, semuanya itu relatif. Ada orang baik yang ditakdirkan baik, ia hidup mewah, bahagia, segala keperluannya tercukupi, contohnya Nabi Sulaiman AS. Ada hidupnya datar-datar saja, didzalimi juga nggak terlalu menyiksa, hidupnya sederhana contohnya banyak mungkin mayoritas manusia seperti yang kamu bilang. Ada yang diuji dengan penderitaan yang luar biasa oleh Allah untuk menguji kesabarannya, contohnya banyak:
1.      Rosulullah SAW, beliau adalah yatim. Ketika dilahirkan ayahnya sudah wafad, kemudian ketika masih usia anak-anak, ibunya pun menyusul ayahnya wafad, maka jadilah beliau yatim piyatu. Beliau ikut bersama kakeknya, lalu kakeknyapun meninggal dunia dan ia diasuh pamannya. Tak hanya itu, rosul kita Muhammad SAW juga disakiti sedemikian rupa oleh kaum musrikin, kaum Yahudi, dan kaum Nasrani. Beliau merasakan berbagai cobaan berupa pendustaan, konspirasi, konfrontasi, pengusiran, perolokan, pelecehan, umpatan, dan cercaan.
Beliau dituduh sebagai orang gila, dukun, penyair, tukang sihir dan sebagai seorang yang suka membuat kebohongan. Para sahabat beliau juga turut diusir, diperangi dan dibunuh. Para pengikut beliau turut dihinakan. Istri beliau dituduh melakukan hal yang tidak senonoh. Beliau juga dihantam dengan berbagai macam hinaan, diancam dengan berbagai ancaman dan teror, diputus seluruh mata penghdupannya, dibuat lapar dan dimiskinkan, dilukai dan dilempar batu hingga gerahamnya tanggal dan kepalanya terluka.
Beliau harus kehilangan pamannya, Abu Thalib (sosok yang sejak awal memberikan pertolongan beliau atas izin Tuhan) dan juga kehilangan Sayyidah Khodijah (sosok istri yang sangat mencintai beliau, istri yang menyumbang harta dan fikiran untuk perjuangan beliau, istri yang selalu menguatkan beliau ketika hatinya sedang melemah). Beliau juga pernah diblokade di sebuah lembah sampai-sampai beliau dan para sahabatnya harus makan daun-daunan. Beberapa putri beliau sudah meninggal ketika beliau masih hidup. Putra beliau juga meninggal di depan mata beliau sendiri. Beliau sempat kalah dalam peperangan dalam perang uhud. Mayat paman beliau, Hamzah dikoyak-koyak sedemikian rupa oleh musuh.
Para orang kafir bertaruh siapa saja yang berhasil membunuh beliau, akan dihadiahi 100 ekor unta. Beliau pernah mengikatkan batu pada perut beliau untuk mengganjal rasa lapar dan juga pernah tidak mendapatkan sepotong roti gandum atau kurma yang paling jelek sekalipun. Beliau harus menelan rasa pahit kehidupan. Beliau harus menghadapi perlakuan kasar orang-orang yang kejam, kedzaliman orang-orang yang sombong, tindakan jahat orang-orang badui arab, kesombongan orang-orang kaya, kedengkian orang-orang yahudi, makar orang-orang munafik dan kelambatan respon masyarakat terhadap dakwah beliau.
Namun beliau selalu berbuat baik terhadap orang yang menghinanya bahkan menyuapi orang kafir yang selalu mengejeknya sebagai ORANG GILA hingga hatinya orang tersebut tersentuh dan masuk islam karena terharu begitu mengetahui indahnya akhlak beliau. Beliau mnjenguk orang yang melemparinya dengan kotoran unta saat ke masjid, dan beliau adalah orang yang pertama menjenguknya. Beliau sosok yang pemaaf dan penuh kasih sayang, meski didzalimi namun tidak serta merta membalasnya. Tetapi pada akhirnya akibat dan kesudahan yang baik ada pada beliau, dan kemenangan Allah limpahkan atas beliau. Allah berkenan memenangkan agama-Nya, menolong parahambaNya, menghancurkan golongan-golongan yang menghancurkan beliau, serta menghinakan musuh-musuhnya. Allah berkuasa dan Maha Adil, namun kebanyakan manusia tiada memahaminya (Aidh Al-Qarni, 2012).
2.       Nabi Yusuf AS.
Nabi Yusuf adalah piyatu dimana sejak kecil ia sudah ditinggal karena ibunya wafad. Ia jua  dimasukkan kedalam surumur, dibuang seolah barang yang tiada berguna oleh saudaranya karena kedengkiannya sebab kasih sayang ayahnya lebih besar pada yusuf dibandingkan saudara-saudara tirinya. Kendati demikian Nabi Yusuf, sosok penyabar, pemaaf dan bukan suka balas dendam. Tak hanya itu, bahkan ujian cintapun menghampirinya, dimana Zulaikha memancingnya untuk berzina, namun Ia dengan tegas menolaknya dan berlari menghindarinya. Beliau harus dipenjara meski Zulaikha yang bersalah. Sungguh betapa sabarnya beliau.
3.      Nabi Ayub  AS
Nabi Ayub AS adalah keluarga yang kaya raya, anaknya banyak, beristri banyak, hidup bahagia sejahtera dan semuanya serba kecukupan. Lalu Allah mengujinya dengan mengambil semua harta yang dititipkannya, gedung-gedung yang ia miliki roboh dan anak-anaknya meninggal karena tertimpa bangunan. Sementara pertaniannya semua gagal hingga ia harus menderita penyakit kulit yang menjijikkan bahkan ia harus diusir dari kampung karena penyakitnya tersebut dan semua istrinya meninggalkannya kecuali Rahmah. Beliau sangat sabar dan ikhlas menerima cobaan Allah SWT.
Duhai sahabat, renungkanlah…sesungguhnya dengan cobaan yang Allah berikan, dengan permasalahan hidup yang menghampiri sangat melatih kesabaran kita, sangat melatih keikhlasan kita, sangat melatih kesetiaan kita dan sangat melatih ke-kona’ah-an kita. Bagaimana kita menjadi kuat dan sabar jika tiada masalah yang kita hadapi, bagaimana kita berlatih bijaksana dan tegas jika tiada masalah yang perlu diselesaikan. Jika kau renungi kembali,…sesungghnya siapakah yang memberimu masalah/ atas izin siapakah masalah itu hadir? Lalu untuk apakah masalah itu Allah berikan?...renungkanlah…J. Bukankah masalahpun hadir atas izin Allah, jadi bersabar dan bertawakallah dalam menerimanya.
Jika Rosulullah SAW mencontohkan bagaimana kita harus bersabar dalam menghadapi masalah dan selalu memaafkan pada orang yang menganiaya kita, mengapa kita tidak mencontohnya???..Jika kita mengaku mencintai Muhammad, mengaku sebagai ummat Muhammad…maka sudah sepantasnyalah kita meneladani beliau. Jika bukan beliau yang kita teladani, lalu siapakah???. Perlu kita ketahui, bahwa Tuhan sangat mencintai orang yang pemaaf, Bukankah cinta Tuhan jauh lebih menyenangkan dibandingkan penderitaan yang kau alami??...sesungguhnya tiadalah masalah dengan penderitaan yang kita alami, selama Tuhan semakin sayang dan cinta pada kita. Sebab mulia disisi Tuhan adalah hal yang kita cari. Keburukan tiadalah perlu dibalas dengan keburukan, meskipun keburukan dibalas dengan keburukan yang setimbang itu diperbolehkan. Percayalah…bahwa musibah ataupun anugerah yang Tuhan berikan tiada yang sia-sia tetapi mengandung hikmah yang luar biasa. Mengalah bukan berarti kalah. Sesungguhnya kemenangan Allah limpahkan atas orang-orang yang sabar. Sebagaimana telah dicntohkan oleh Rabiah Al Adawiyah, bahwa tiada cnta yang luar biasa selain cinta terhadap Tuhan. Sehingga terhadap apapun yang Tuhan berikan ia terima dengan rasa cinta sebab yang memberinya adalah kekasihnya. Cinta yang begitu tulus, tanpa mengharap imbalan apapun, tanpa syarat dan tanpa mengharap surga. Ia hanya mengabdi, menjalankan apapun yang Tuhan perintahkan bukan sebagai kewajiban melainkan sebagai rasa cintanya kepada Tuhannya.
*****
SEMOGA BERMANFAAT                   
                            



Rabu, 25 Februari 2015

Everyone…Move On!!!

     
Ngomong-ngomong “move on”, apa sih yang terbesit di benakmu?. Mayoritas kata “MOVE ON” selalu dikaitkan dengan namanya patah hati lalu move on  ke lain hati, right???...benar atau tidak, saya yakin benar adanya…hehe. Yups..nothing is wrong, move on memiliki multimakna, termasuk makna sempitnya maupun makna luasnya.
Ø  Dalam arti sempit move on diartikan sebagai berpindah. Nah, buat yang lagi patah hati, biasanya mengartikan pindah ke lain hati atau “open heart” ke yang lain.
Ø  Dalam arti luas move on berarti berpindah dari hal buruk menjadi hal yang baik. Baik itu mencakup permasalahan hati yang bernama cinta, permasalahan hidup yang lebih kompleks, dan permasalahan lainnya.
Okay..back to my topic. Yang akan saya bahas kali ini adalah move on dalam arti luas, yups lebih tepatnya move on dari hal buruk menjadi hal baik. “Muslim and Muslimah…move on!!!” Okay, masih ingatkah kalian tentang zaman jahiliyah atau masa kebodohan dimana saat itu manusia hidup hanya untuk memenuhi nafsu belaka???...lets me tell you about it. Nabi Muhammad SAW adalah nabi akhir zaman yang membawa dari zaman kegelapan ke zaman yang terang. Beliaulah suri tauladan yang mulia, penyempurna akhlak manusia atas izin Tuhan YME. Beliaulah kekasih Tuhan, setiap katanya menjadi pedoman dan setiap sikapnya menjadi tauladan.
Well…tentang zaman jahiliyah. Ingatkah kamu tentang zaman penuh kegelapan. Dimana ketika seorang anak perempuan dilahirkan dibunuh, dimana kehormatan wanita begitu murah, dimana tindak kriminal merajalela dimana-mana, dan akhlak manusia porak-poranda. Maka, Allah hadirkan kekasihnya, Rosulullah SAW sebagai suri tauladan yang menyempurnakan akhlak manusia dari akhlakul mazmumah menjadi akhlakul karimah.
Hey…Moslem and Moslemah…move on!!
Jika kalian mengerjakan laporan saja direvisi, masak akhlak nggak sih???
Manusia diciptakan tak lain untk mengabdi dan beribadah pada Tuhannya, serta memuji keagungan Tuhannya. Jika manusia diciptakan berpasang-pasangan, layaknya Nabi Adam dan Siti Hawa, Sayyidah Khadijah dan Rosulullah SAW, Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis, dan contoh lainnya. Apa sih maksudnya mengapa diciptakan berpasang-pasangan, toh tujuan kita diciptakan kan untuk mengabdi pada Allah SWT. Yups…izinkan aku bercerita sedikit denganmu. Tahukah kamu mengapa orang kalau sendirian merasa kesepian??? Mengapa ketika seorang diri orang mudah merasa bosan?...karena hasrat manusia membutuhkan kasih sayang. Bagaimana kaum Adam mengamalkan asma Allah, jika tanpa diciptakan wanita. Sekarang renungkan…J
v  Bagaiamana seorang lelaki belajar sabar jika ia tidak ada istri dan anak, karena istri dan anak adalah ujian dari Allah untuk menguji kesabaranya.
v  Bagaimanakah seorang lelaki mengamalkan sifat Allah Ar Rahmaan dan Ar Rahiim (Pengasih dan Penyayang), jika tiada seorang yang disayangi dan dikasihi? Itulah sebabnya Allah tiada meciptakan Nabi Adam seorang diri.
v  Bagaimana seorang mengamalkan sifat Allah Al Hakiim (Maha Bijaksana) jika dalam hidupnya tanpa diberi masalah. Hidu dengan masalah adalah satu paket, dimana dengan adanya masalah seeorang mengamalkan sikap bijaksana bagaimana untuk memecahkan masalah yang ia hadapi, bagaimana ia menjadi sabar jika tak ada masalah yang ia hadapi?, bagaimana ia menjadi kuat jika tiada masalah yang dihadapi?...yusp mari merenung bersama…J
Itulah sebabnya mengapa Tuhan menciptakan berpasang-pasangan, supaya saling melengkapi, SALING menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Well…back to tell about “MOVE ON”. Move on akhlak sangatlah penting, bagaimana kita berhijrah dari akhlakul mazmumah ke akhlakul karimah. Hello Everyone…do you know tha everyone have a same right to change their self to be better. Ya…setiap orang berhak untuk memperbaiki diri ke jalan yang lurus, ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Jika kamu bertanya, bagaimana jika aku sosok yang bejad akhlaknya? Aku suka menipu, aku suka menyakiti perasaan wanita, aku koruptor dan lain lain atau bahkan aku seorang tuna susila, aku seorang yang teramat hina dimata manusia, bolehkan aku kembali ke jalan Tuhanku??. Jawabannya adalah BOLEH. Tuhan Maha Pengampun, Dia akan memaafkan kesalahan hambanya selama ia mau bertaubatan nasuha (taubat denagn setulusnya dan sebenarnya). Loh…namanya taubat, yah taubatan nasuha lah, masak taubat cabe rawit???...Okey lets me tell you. Tidak semua orang bertaubatan nasuha, ada yang taubatan cabe rawit…taubat sekarang, lalu esoknya diulang kembali seperti kamu saat kepedasan makan cabe rawit dan kau bilang “aku kapok makan cabe..pedaaas”, lalu esoknya kau ulangi lagi makan sambal cabe berulang kali…heee.
Bayangkan, gunakan perasaanmu. Bagaimana perasaanmu ketika temanmu meminta maaf padamu dan ia berjanji ia tak kan mengulangi kesalahannya. Dan ternyata esoknya ia mengulangi kembali kesalahan yang sama. Bagaiamana perasaanmu??...jengkel bukan? Atau bahkan kecewa, sakit dan merasa dipermainkan apalagi jika ia memintamu diberi kesempatan berulang kali namun mengulangi kesalahan yang sama juga berulang kali, tentu kesal bukan??. Demikian pula dengan Allah, masihkah Allah memaafkan kita, jika kita terus terlena dalam kemaksiyatan tanpa merasa berdosa, meminta maaf lalu mengulangnya kembali untuk kesekian kalinya, apakah Allah memaafkannya?...jawabannya Wallahu A’lam, itu adalah kuasa Allah, entah Dia mengampunimu ataukah tidak. Yang bisa kita lakukan adalah berupaya bagaimana agar kita bisa menjadi kekasih Allah, mari bertaubata sebelum nafas terakhir di tenggorokan, mari saling mengoreksi diri kita masingmasing, apa yang perlu kita benahi. Bagaiamana kita seharusnya memperbaiki akhlak kita?...lets MOVE ON.
Perlu kita ketahui bahwa Tuhanlah yang berkuasa untuk menyesatkan dan memberikan petunjuknya pada hambaNya. Tiada yang dapat merubah hati seseorang kecuali dengan izinNya. Tuhan Maha Pembolak-balik hati seseorang. Sungguh teramat beruntung seorang yang mendapatkan rahmad Allah SWT. Lalu bagaimanakah nasib orang kafir???...jawabannya wawallhu a’lam. Janganlah langsung menjustis seseorang “KAU INI CALON NERAKA” atau “KAU KAFIR’…atau “KITA ADALAH CALON SURGA”. Sekarang mari aku bertanya?...Siapakah yang memiliki surga dan neraka? Siapakah yang berhak memasukkan surga dan neraka? Dan apakah kita berkuasa sehingga menjastis seseorang bahwa seorang itu kafir dan seorang itu pantas masuk neraka, bukankah Tuhan yang berkuasa??? Apakah seseorang masuk surga karena amalannya yang bagus.
Ya…Tuhanlah yang memiliki surga dan neraka, maka Tuhanlah yang berhak memasukkan siapa saja ke surga ataupun ke neraka, kita tak berhak untuk memasukkannya, maka tak patutlah bagi kita menjastis seseorang itu kafir dan pantas masuk neraka kecuali Tuhan telah menerangkannya dalam firman-Nya seperti Abu Lahab dan Abu Jahal. Seseorang masuk surga bukan karena amalan baiknya melainkan karena rahmad Allah SWT.
Lalu, jika manusia masuk surga bukan karena amalannya melainkan karena rahmad Allah SWT, mengapa kita perlu berlaku baik?. Tahukah kamu bahwa Allah sangat mencintai orang yang penyabar dan berakhlakul karimah. Jika kita mengaku mencintai Allah SWT, apakah pantas kita berlaku maksiyat padaNya. Gunakan perasaanmu, jika kau mencintai seseorang…akankah kau taat dan patuh pada keinginannaya agar ia jua mencintaimu?...jawabannya tentu ia, kau akan melakukan apapun untuk orang yang kau cintai. Demikian pula dengan Allah, ketika engkau mengaku mencintai Allah, maka sudah sepatutnya kita melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah SWT.  Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapakan diri, memperbaiki akhlak kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kita tiada tahu kapan Tuhan memanggil kita, betapa malunya kita jika kita menghadap Tuhan dalam kondisi bermaksiyat padaNya. Mari saling mengingatkan, mari saling menasehati dalam kebaiakan.
Ngomong-ngomong tentang nasehat, memberi nasehat pada seseorangpun ada akhlaknya yakni bagaimana agar saran kita bisa diterima orang yang kita nasehati tanpa mempermalukannya. Berikut adalah cara menyampaikan saran yang baik:
·         Lihatlah siapa objek yang anda nasehati, apakah itu anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, remaja ataukah dewasa bahkan manula? Kenali ia, pahami ia, dengarkan ia lalu berilah satan yang bijak terhadapnya.
·         Gunakanlah bahasa yang sopan dan santun, sehingga tidak menyinggung perasaan orang yang kau nasehati. Dengan demikian, ia akan menerima saran anda dan mau menerapkan saran anda.
·         Berikan ia pilihan, jangan paksakan ia melakukan nasehatmu. Misalkan: Belajar rajin ataukah tidak adalah pilihanmu. Jika kamu rajin, tekun dan ulet maka in syaallah apa yang kau cita-citakan akan tercapai. Sebaliknya jika kamu malas, maka kamu tiada dapar mewujudkan citacitamu. Keputusan adalah pilihanmu, tetapi sangat dianjurkan bagimu untuk rajin agar kelak tercapai cita-citamu…J
·         Jangan menasehati aib orang lain di depan umum, itu bukanlah solusi yang baik melainkan sama halnya kau membuka aib orang tersebut didepan umum sehingga ia merasa malu dan enggan menerima saranmu.
Hi moslem and moslemah…lets move on. Mari mempersiapkan diri, saling menasehati, saling mengingatkan akan kebaikan.
Rabbi…
Limpahkanlah sholawat serta salam
Kepada sayyidina Muhammad dan keluarganya dan para sahabatnya
Pembuka pintu rahmad sebanyak apa yang ada dalam ilmu Allah
Sholawat dan salam yang selalu tercurah sekekal kerajaan Allah
Ya Rabb…
Jadikanlah kegembiraanku dan kebahagiaanku dalam taat kepada-Mu
Dan segala urusanku dalam keridhoanMu
Ya Rabb…yang mengetahui segala keadaanku
Yang Mengawasi segala niat dan isi hatiku
Kabulkanlah segala hajadku
Dan ampunilah segala dosa serta kejahatanku
Maafkanlah segala kesalahan dan segala kekeliruanku
Terimalah segala amal baikku
Maafkanlah dosa-dosaku yang telah lampau dan yang akan datang
Tulislah namaku dalam daftar para pemimpinku
Tuntunlah aku ke dalam jalan keselamatan dalam hidup dan matiku
Ya Rabb…aku sangat mengharap pemberianMu
Mendambakan keridhoanMu
Pasrah pada ketetapanMu…
Maka catatlah aku sebagai salah seorang walimu
Bimbinglah aku ke jalan hidayahmu
Susulkanlah aku ke dalam kelompok pilihanMu
Sholawat dan salam semoga tercurah kepada sayyidina Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Aamiin.
*****
SEMOGA BERMANFAAT            



Jumat, 20 Februari 2015

RIDHO ALLAH BERSAMA RIDHO ORANGTUA

RIDHO ALLAH BERSAMA RIDHO ORANGTUA
             
*****TENTANG CINTA*****
            Inilah tentang kisahku, kisah cinta yang tiada berujung hingga saat ini. Bagiku suatu kisah yang menyakitkan adalah suatu pembelajaran yang berharga untuk proses selanjutnya. Pertama adalah kisah dimana cinta pertamaku, ya saat itu aku masih kelas 1 SMP dan cinta itu berlanjut hingga aku kelas 2 SMA (5 tahun). Si B (nama inisial orang yang aku suka) ini anaknya kalem, lembut, santun, dan terpandai di sekolahku. Mungkin inikah yang namanya cinta pertama atau cinta monyet atau apa aku tak mengerti. Aku mencintainya dari kejauhan tanpa ia tahu. Sebenarnya kami saling mencintai, tetapi aku tak berani pacaran. Karena aku masih terngiang pesan Bapakku:
“Nduk, Bapak boten ridho nek pean pacaran. Mbok yah o, mesakke Bapakmu, neg sampean pacaran iku maksiyat. Lah sampean putrine Bapak, neg pean maksiyat (pacaran) besog neg alam kubur bapak juga ikut disiksa malaikat. Mbok yaho wedi marang siksane Gusti. Seng taat Marang perintahe Allah. Allah boten sare nduk”.
Meskipun aku mencintai, namun aku tiada berani kalaupun diajak pacaran. Karena aku masih ingat wejangan Bapak, mesakke Bapak. Kalau aku pacaran, Bapak turut disiksa malaikat.
Maka aku pertegas dan aku mengatakan padanya:
“Aku tidak berani pacaran. Bapakku ndak meridhoi, sebab ridho Allah bersama ridho kedua orangtua. Toh…hakekatnya cinta tiada harus berpacaran, nanti kalau jodoh pasti Allah pertemukan kembali di percintaan yang halal”.
Ku kira ia, ia setia menunguku dan tak berpacaran hingga suatu saat nanti kita menikah. Ternyata bullsyit, dia tidak sabar menunggu dan yang lebih menyakitkan ia berpacaran dengan sahabat karibku sendiri (backstreet). Dibilang syok…ia aku syok, suatu penghianatan dari kawan karib sendiri. Ah sudahlah, mungkin ini bukan jalanku. Karena apapun yang Tuhan berikan adalah yang terbaik. Mungkin ia bukan yang terbaik untukku, 5 tahun berakhir penghianatan…mungkin ia lebh pantas mendapatkan yang lebih baik dariku dan aku lebih pantas mendapatkan yang lebih baik darinya. Perjalanan move on 5 tahun, bukanlah hal yang mudah…dibilang sering menangis dan menyebut namanya dalam setiap doa, tentu iya. Tiada rasa benci meski sangat tersakiti dan dikhianati sahabat sendiri…hanya aku butuh waktu sendiri untuk menenangkan diri.
Kisah cinta kedua berlanjut, karena aku tiada bisa move on, sahabat-sahabatku yang lain turut bersedih. Maka dikenalkanlah aku dengan teman-teman ia, tetap saja hatiku tiada bisa berpaling…entah inikah cinta Laila dan Qois. Kalau Qois, ah bukan, dia saja tak sabar menungguku dan memilih berpacaran dengan wanita lain.
Suatu saat, aku dikenalkan dengan si AF, kakak sepupu dari sahabatku. Begitu mengenalku ia sangat mencintaiku, aku sendiri tak tahu kog bisa ia mencintaiku. Dibilang cantik, aku ngerasa pas-pasan, dibilang kaya aku dari keluarga lower class. Entahlah, ia sanggup menerima segala kekuranganku. Dibilang nervous, saat itu nervous banget karena memang aku sama dia perbedaanya seperti langit dan bumi. Dia putih, tinggi, mancung…sedangkan aku tinggi, hitam manis, lugu. Dia dari upper class, sedang aku dari lower class. Entahlah tapi ia mengenalku baik, bahkan ia sudah mengenal sosok keprinadianku entah dari tanya-tanya temanku atau bagaimana aku tak mengerti. Aku kenal dia tapi setiap didekati aku tidak mau, yups sekedar say hello dan hi ala kadarnya dan seperlunya saja. Meski ia mencintaiku, kami tiada pernah ketemu kecuali saat pertama bertemu dan diperkenalkan….itupun perkenalan di tempat ramai, dan ada teman-temanku. Aku sama dia berjarak 1-2 m, kalau kami bicara agak jauh. Apalagi waktu itu masih polos-polos dan lugunya, tiap deket ikhwan dredeg.
Terakhir, ia mengajakku ke rumahnya saat acara sedekah bumi. Ia hendak mengenalkanku kepada orangtuanya. Tetapi Bapakku tiada meridhoiku, maka dengan segenap rasa hormat aku menolaknya:
“Maaf kak, Bapak tak meridhoiku ke rumahmu. Karena tak etis wanita bermain ke rumah ikhwan. Apalagi kita bukan makhram. Ridho Allah bersama ridho orangtua, maka maafkan aku tidak bisa datang ke rumahmu”.
Ya, aku tahu ia sangat kecewa. Tetapi tetaplah aku berpegang pada taat kepada kedua orangtuaku. Aku ketemu dia cuman sekali. Karena dia kecewa tidak bisa memperkenalkan aku ke keduaorangtuanya. Maka iapun memutus tali silaturahmi denganku tanpa suatu komunikasi kembali seperti dulu. Ya…tidak apa, mungkin ini jalan yang Tuhan berikan sebagai ujian apakah aku tetap taat orangtuaku ataukah tidak.
Cinta ketiga berawal karena hobi yang sama dan kita sering bertemu di ajang lomba. Sebut saja namanya S. Ia handsome, putih, baik, anaknya cerdas dan lincah. Hobi kita sama, ia sering mengikuti lomba dan akupun sama. Ia mahir bertilawah, berpidato dan nasyid, akupun sama. Ia sosok yang cerdas dalam bidang duniawi dan ukhrawinya. Kami sama-sama ada rasa, dan saling mengagumi atas prestasi masing-masing. Seiring dengan berjalannya waktu, rasa itupun tumbuh menjadi rasa cinta, namun cinta dalam diam. Kami tiada pernah berjumpa kecuali saat even-even lomba dan seminar. Kendati demikian, meski aku suka, akupun tak mau jika bertemu tanpa suatu tujuan yang jelas seperti lomba, belajar, ngaji bareng atau refreshing. Kalau sekedar main atau ngeceng, entahlah aku tidak menyukai yang demikian. Justru cinta yang jarang bertemu, itu semakin besar rasa rindunya. Semakin besar menahan rasa rindu, maka cinta itu akan semakin besar. Hakekat cinta yang sejati ia akan menjaganya. Berarti ia tidak mau berduaan, tidak mau berpacaran, tidak mau menyentuh atau melakukukan apapun kecuali ia sudah halal baginya. Karena cinta berarti menjaga. Ketika seseorang mengatakan cinta lalu memaksamu berpacaran berarti ia tak mencintaimu melainkan hanya nafsu.
Suatu hal yang luar biasa, ia mengatakan tak berpacaran dan mencintaiku. Akupun sama. Dalam fikirku, jika kita berjodoh, nantilah Allah yang mempertemukan tanpa perlu berpacaran. Cinta akan sabar menungu sampai di batas waktu, waktu yang halal (pernikahan) untuk cinta itu tumbuh dengan indah. Ternyata suatu bullsyit….disinilah aku mengerti ternyata dia shoot at my friend tanpa sepengetahuanku. Dibilang kaget, yups kaget.
“Bukankah katanya dia tak mau berpacaran, pacaran banyak mudhorotnya, banyak dosanya. Lah kog dia berpacaran, astagfirullah hal adzim”
Dibilang kecewa, tentu aku kecewa. Maka tiada sesuatu yang perlu disesali, karena mereka adalah jalan Allah untuk menguji kesabaranku, mereka adalah jalan Allah seberapa jauh aku berbhakti padanya, dan mereka adalah jalan Allah sebagaimana aku teguh terhadap pendirianku untuk selalu taat pada perintahNya dan perintah kedua orangtuaku. Terimakasih Ya Rabb engkau telah menjagaku dari berpacaran.
Prinsipku sendiri aku tiada mau berpacaran, meskipun aku jua mencintai seseorang dari kejauhan. Mencintai adalah hal wajar. Karena manusia tercipta dengan fitrah yang namanya cinta. Cinta itu suci yang artinya menjaga, ketika anda mencintai seseorang berarti anda akan berusaha menjaga perasaannya, tiada menyentuhnya kecuali ketika halal waktunya, kalaupun berkata sekedar yang penting saja. Hal yang menjadi pertimbanganku sehingga aku selalu mengurungkan niatku berpacaran adalah:              
  1. Berpacaran adalah maksiyat. Berarti kalau aku bermaksiyat, maka aku mendurhakai Allah, padahal aku sangat mencintai Allah.
  2. Mesakke Bapakku. Bagaimana tidak???...jika aku berpacaran, maka di alam kubur nanti Bapak juga turut disiksa malaikat.
  3. Allah berhak memanggilku kapan saja. Jika Allah memanggilku saat berpacaran, lalu bagaimana nasibku…meninggal dalam kondisi durhaka terhadap Allah SWT. Maka aku berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari berpacaran. Kalau sekedar suka ya wajar, orang aku juga manusia biasa.
  4. Allah tiada pernah tidur, sudah seharusnya aku malu kalau aku pacaran Allah melihatku, sedang diriku dalam bermaksiyat padanya. Maka dari itu, aku menghindari pacaran.
  5. Kalau aku berpacaran berarti aku mendurhakai kedua orangtuaku. Karena Bapak dan Emakku melarangku berpacaran. Padahal ridho Allah bersama ridho orangtua. Maka bagiku lebih baik memilih tidak berpacaran, meskipun godaan berpacaran teramat besar, teramat saat yang shoot at me adalah orang yang jua aku cintai.
Cinta keempat adalah saat aku dibangku perkuliahan, tepatnya saat semester 3. Seorang bernama IP, dengan segudang prestasi mencintaiku. Aku sendiri masih tak percaya, terlebih banyak wanita yang mengadu padaku ia pernah dipermainkan sama si IP. Tapi entahlah, begitu aku menolaknya ada rasa tak tega ketika ia memintaku untuk diberi kesempatan dan ia berjanji akan bertaubat dan menjadi manusia yang lebih baik lagi akhlaknya.  Pertama saat ia shoot at me, aku menolaknya karena seseorang memberitahuku ia mempunyai pacar. Yang bikin kaget.
“Lah kog punya pacar…nembak aku, perasaannya dimana…lah terus pacarnya gimana?”      
Secinta apapun dengannya tetap aku tolak, mana mungkin aku tega menyakiti perasaan cewknya. Aku juga seorang wanita, tentulah tak tega menyakiti hati wanita, mending tak bersama dia daripada jua menyakiti perasaan wanita lainnya. Namun dia, tiada menyerah…dia masih menyatakan bahwa ia sudah putus dengan pacarnya sambil membawa bukti bahwa ia sudah putus.
Kemudian ia memintaku untuk memberinya kesempatan, kali ini ia tak memintaku sebagai pacar tetapi lebih berkomitmen untuk memantaskan menjadi calon imam hidupku. Karena kelihatannya serius, toh ia berjanji perlahan akan merubah sikapnya, ia akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Namun aku masih belum berani. Saat itu yang kukatakan:
“Kak, sehebat apapun engkau. Engkau jua terlahir dari rahim seorang wanita. Apa engkau tega menyakiti perasaan wanita, sementara ibumu jua seorang wanita. Bagaimana perasaanmu jika ibumu disakiti lelaki, apa kau tega. Hormati wanita, sebagaimana sebab hebatnya seorang lelakipun tiada lepas dari peran wanita”.
Entahlah, kataku mak jleb atau bagaimana…aku sendiri tak mengerti, aku hanya mengungkapkan berdasarkan hati nuraniku. Yang aku tahu ia masih memintaku untuk diberi kesempatan sembari meyakinkanku akan memantaskan diri menjadi calon imam dll. Ia berjanji bahwa kita akan saling memotivasi, saling bersama menjadi satu kita juara. Sementara sambil berproses, kita sahabatan dulu karena aku tak berani pacaran. Entah ada badai apa, aku tak mengerti….aku tanya ia pelan-pelan tanpa emosi memintanya agar ia jangan berlaku kasar,…perlahan-lahan kasar itu dihilangi. Setiap orang berhak berubah baik kog. Tetapi apa yang ia lakukan tiadalah etis, dia mengatakan bahasa yang teramat keras…semacam misuh….sambil mengancam. Oh my God, mengapa cinta harus dengan ancaman?...kalau tidak diterima akan mengahiri hidupnya, ketika diterima berlaku kasar. Bahkan hujatannya luar biasa, bahasa bukan manusia diungkapakan…apakah pantas bahasa makhluk lain digunakan manusia. Apakah pantas seorang intelektual yang notabenya berpendidikan tinggi berkata kasar seperti mengumpat.
Ia meninggalkanku, tanpa mengakhiri komitmenya dan berganti wanita entah ke berapa banyaknya. Itu terserah dia. Mungkin saja tak betah jua tak tahu, karena aku tiada pernah mau diajak berduaan. Suka boleh tanpa ketemuan membahas yang tak penting kecuali sekedar belajar. Romantis memang dianjurkan tetapi bagi mereka yang sudah halal (suami-istri), tetapi sangat dilarang bagi yang bukan makhram bukan mukhrim berkhalwat. Entahlah…sikapnya yang luar biasa kasar membuatku shock dan down..tepat saat UAS semester 3, karena perlakuan kasar itu nilaiku hancur dan mlorot drastis. Aku sangat shock dengan ancaman itu…tetapi memaafkan adalah jalan yang lebih baik.
Tiada aku membencinya, melainkan dalam setiap tangisku ketika mengingatnya, semoga pintu hidayah selalu diberikan padanya dan untukku pula. Dia, mas IP adalah jalan bagi Allah untuk menguji kesabaranku, untuk menguji ketegaranku, untuk menguji kesetiaanku. Bagaimana aku masih berpegang teguh pada wejangan orangtua, alhamdulillah atas perlakuannya yang super kasar menjadikanku tidak jadi berpacaran sehingga aku tetap bisa taat terhadap wejangan orangtua. Dengan perlakuannya yang kasar, menjadikanku taat pada Allah. Allah mengingatkanku untuk tidak berpacaran dengan perlakuannya yang kasar. Allhamdulillah, dengan jalan ia kasar menjadikanku tetap setia pada pesan kedua orangtuaku. Terimakasih telah melatihku sabar, kuat dan tegar.
Bagiku keempat kejadian tersebut adalah pelajaran yang sangat luar biasa, ujian untuk melatihku apakah aku tetap setia pada wejangan keduaorangtuaku ataukah tidak. In syaallah sampai kapanpun aku tiada tergoyah untuk berpacaran, cukup berpasrah. Yang menjadi fokusku adalah meraih mimpi dan mewujudkannya menjadi nyata, lalu membahagiakan orang-orang yang aku sayangi terutama ibu, adek kandungku, dan Bapak beserta daftar orang-orang yang aku cintai lainnya. Alhamdulillah..semoga dari segala kejadian,melatihku untuk berfikir dewasa dan rasa sakit yang kurasakan semakin mendekatkanku padaNya. Karena apapun yang terjadi tiada yang sia-sia melainkan untuk diambil hikmahnya.
In syaallah fokus pada karir dan memperjuangkan mereka-mereka orang-orang yang aku cintai itu jauh lebih baik. Masalah jodoh, wallahu a’lam, jika suatu saat nanti ada yang mengatakan cinta padaku tiadalah aku mudah percaya. Kecuali ketika ia berani mengatakan itu pada kedua orangtuaku, menghitbahku dan menikahiku, barulah aku percaya. Jika memang aku jua mencintainya, akupun akan menerimanya apa adanya terpenting ia mencintaiku apa adanya, ia berakhlakul karimah, dan bisa membimbingku. Entahlah..masalah jodoh adalah urusan belakang, siapapun yang Allah takdirkan nanti denganku, in syaallah aku akan mengabdi padanya sepenuh jiwaku padanya sebagaimana Sayyidah Khodijah mengabdi pada Rosulullah sebagaimana rasa taatku pada Tuhanku. Jika memang sekarang aku jutek, memang seharusnya aku jutek…karena romantis hanya untuk orang yang halal menenerimanya, yakni suami kita nanti untuk kaum hawa. Namun terpenting adalah sekarang bagaimana aku berfokus pada karir dan membahagiakan orang-orang ang aku sayang, keluarga, kaum dhuafa, fakir miskin, dan saudara-saudaraku yang super tegar di panti (mereka tanpa ayah dan ibu). Tetapi hati mereka begitu kuat menerjang kehidupan. Kepahitan yang kualami adalah ujian bagaimana untuk aku mengambil hikmah dan berhusnudzan atas setiap takdir yang Allah berikan….:)
Tuhan…
Apapun yang terjadi tiada yang kebetulan
Melainkan semua berjalan atas izin dan takdirMu
Jadikanlah rasa syukurku dalam setiap takdir baik
Jadikanlah rasa sabar teman takdir burukku
Ajarkan aku arti ikhlas meski hati ini sering meronta
Ajarkanlah arti sabar menghadapi setiap ujian darimu
Ajarkanlah bagaimana aku bersikap dewasa
Sungguh…
Aku meminta kuat kau beri masalah
Agar aku belajar sabar
Aku ingin setia dan taat
Kau uji dengan godaan
Agar aku tetap berpegang teguh pada keyakinanku
Jadikanlah setiap sedih dan laraku
Sebagai jalan semakin dekat denganMu
Jadikanlah setiap senang dan bahagiaku
Sebagai rasa taatku terhadapMu
Jadikanlah setiap langkah kakiku  
Berjalan pada jalan yang kau ridhoi
Terimalah taubatku atas segala dosa dan kesalahanku
Ingatkan aku agar aku senantiasa kembali ke jalanMu
Ajarkan aku arti berlapag dana
Menerima segala qodho’ qodarMu dengan hati yang ikhlas
Tanamkan hati yang selalu berkhusnudzan   
Dalam setiap peristiwa di hidupku
Segala puji syukur bagiMu
Rabb…Tuhan Semesta Alam           
Penguasa Alam Raya
Yang mengasihi segala makhluknya
Yang adil lagi bijaksana
Allahu Ar-Rahman
*****
Ini adalah sebagian kenangan yang memotivasiku untuk bangkit, supplemen meraih mimpi, vitamin untuk melangkah dan membahagiakan orang-orang yang aku sayang atas izin Tuhanku. Terimakasih kata-kata pedasnya, ini adalah hadiah terindah...:)...All praises to Allah telah mengujiku menjadi sabar melalui hal ini...:)
Rhido kedua orangtua sangatlah penting, hal ini terbukti dimana ketika hampir pacaran gagal terus, alhamdulillah Allah masih menjagaku dari pacaran. Duhai Rabb...jika hatiku lemah dan tergoyah hendak bermaksiyat terhadapMu, maka tegurlah aku...bimbing aku menuju jalanMu, ajarkan aku berkhusnudzan dalam menerima setiap takdirmu...:)



Minggu, 15 Februari 2015

PESTA PINDANG

PESTA PINDANG

Siang itu, Amir mengantarkan Fathiyyah ke pasar. Entah gerangan apa, siang-siang ditengah panasnya terik matahari, Fathiyah begitu semangat antusias pergi ke pasar. Rupanya inilah gerangan yang membuat sosok gadis ini rela berpanas-panasan bersimpanng siur dengan debu asap kendaraan bermotor dan butir-butir partikel yang melekat dipipi.
“Fat, kau mau beli apa?,” tanya Amir pada Fathiyyah dengan penasaran saat mereka di tempat perbelanjaan.
“Pindang sama Lele,” jawab Fathiyyah singkat sembari tersenyum.
“Haaa…pindang dan lele sebanyak itu,” kata Amir melongo saat melihat Fathiyah membeli 20 bungkus pindang dan 20 ekor lele. “Untuk  apa Fat sebanyak itu, keluarga kamu kan cuma 4 orang…heee, kalaupun kamu berikan aku juga masih sisa banyak,” lanjutnya.
“Ah kau ini Mir…buat pesta nanti sore,”ucap Fathiyyah singkat.
“Hah..pesta dikasih makannya pindang, ih pelit banget sih kamu sama tamunya. Setahu aku pesta itu makannya kayak kue tar, nasi tumpeng, kue-kue bolu, apa kek yang modern dikit,” sanggah Amir.
“Kau tahu siapa tamunya???,” tanya Fathiyyah pada Amir.
“Ya nggaklah kan kamu yang ngadain acara, aneh aja pesta makannya pindang, baru tahu juga sekarang.”
“Tamunya bukan kamu, bukan teman kita seangkatan, bukan pula yang lain…tetapi keluargaku.”
“Bapak Ibu kamu maksudnya?”
Fathiyyah diam menggelengkan kepala pertanda tidak.
“Lalu siapa Fat?,” tanya Amir.
“Para kucing yang liar dijalan-jalan, di pasar, kucing yang tidak terawat, dan kucing yang tak punya majikan,” papar Fathiyyah.
“Baru kali ini dengar…pesta pindang, lagian kenapa nggak buat manusia aja sih Fat?.”
“Karena aku sudah ada niatan bahwa jika kelak aku nanti juara lomba foto, maka akan kuberikan pesta pindang pada kucing jalanan, kucing liar,” kata Fathiyyah sembari tersenyum.
“Kan sayang pindang yang gedhe-gedhe buat diberikan kucing, lelenya juga besar-besar…sayang banget mending buat makan manusia aja, kayak aku…heehe, mending kucingnya dikasih pindang yang kecil-kecil aja…heee” celoteh Amir.
“Mir, tahukah engkau ketika kita memberi sesuatu pada orang lain ataupun binatang sangat dianjurkan memberinya yang baik. Oh ya, andaikan kamu aku beri…kamu lebih suka aku beri mangga yang mulus ataukah mangga yang bercak-bercak coklat atau mangga yang ukurannya kecil agak masam?.”
“Ya jelas milih mangga yang mulus, manis dan gedhelah aku…gila aja kalau milih yang kecil, masam, bercak-bercak lagi,” kata Amir.
“Oranglainpun atau binatangpun jua sama dengan halnya kamu Mir. Mereka akan lebih suka bila diberi sesuatu yang baik. Demikian halnya kucing, meskipun dia tidak bisa bicara. Dia jua suka kalau diberikan pindang yang besar-besar Mir,” papar Fathiyyah.
“Lah kenapa kamu ngasihnya ke binatang, kenapa nggak milih manusia aja Fat? Fakir miskin, dhuafa, atau yatim piyatu kek kan bisa…nggak kucing atau binatang lain?...dasar aneh,” elak Amir.
“Amir…ada hal yang perlu kau tahu. Dikatakan manusia itu bermanfaat apabila ia bisa bermanfaat bagi lingkungan disekitarnya, termasuk manusia, hewan, tanaman, dan makhluk Allah yang lain. Kucingpun makhluk Allah, ia juga butuh kasih sayang dan kepedulian manusia. Apa iya sementara kita mendapatkan rizki banyak, lalu kita membiarkan kucing-kucing disekitar kita kelaparan. Ketika engkau mencintai makhluk Allah yang lain, maka Allahpun akan menanamkan kasih sayang makhluk yang lain terhadapamu meskipun tanpa sepengetahuan kamu. Ketika engkau menyayangi dan peduli terhadap binatang, binatangpun akan menyayangimu. Tahukah engkau…ada suatu kisah tentang seorang wanita tunasusila yang diampuni dosa-dosanya karena beliau mempunyai rasa kasih sayang yang tinggi terhadap binatang. Beliau memberikan minum anjing yang kehausan. Masih ada kisah lagi…tentang seorang ulama yang ahli menulis kitab, suatu malam ia akan menulis dengan tintanya, tiba-tiba tintanya dihinggapi lalat dan dibiarkan lalat itu meminum tintanya tanpa mengusiknya. Kau tahu…Tuhan mencintainya karena dia memuliakan binatang. Ada pula suatu kisah lain tentang seorang pemuda yang membeli emprit yang disiksa anak kecil dibuat mainan anak kecil tersebut sehingga terluka, lalu setelah dibelinya emprit itu dilepaskan untuk terbang kembali. Kau tahu…Allah menyayanginya sebab ia merasa iba terhadap burung emprit itu,” ulas Fatthiyah dengan jelas.
“Oh gitu ya Fat…berarti pengetahuanku tentang BERMANFAAT masih terlalu sempit, jadi yang dimaksud bermanfaat yang sejatinya adalah kala kita bisa bemanfaat bagi lingkungan sekitar termasuk bermanfaat pada sesama manusia, bermanfaat pada lingkungan (tidak merusak lingkungan), peduli terhadap tanaman (tidak mencabutnya, meusaknya, menebangnya secara tak beaturan tetapi merawat dan menjaga agar tetap lestari), sayang dan peduli terhadap binatang. Tidak mengusik ketenangannya,” kata Amir.
“Iya Mir. Ketika kita mencintai makhluk Allah dengan menjaganya, maka Allahpun mencintai kita. Barang siapa tidak mempunyai belas kasihan ataupun sikap kasih sayang terhadap makhluk Allah yang lain, maka Allahpun tak menanamkan kasih sayang makluk Allah terhadapnya,” ucap Fathiyyah sembari tersenyum.
Lalu Amirpun segera membantu Fathiyyah memasak, ia bantu Fathiyyah mencuci pindang-pindang dan lele-lele yang akan digoreng. Sedang Fathiyyah mempersiapkan bumbu, lalu digorenglah pindang-pindang dan lele-lele itu di atas wajan hingga matang dan berbau harum. Pesta pindangpun dimulai, Fathiyyah ditemani Amir pergi ke tempat dimana biasanya mereka mejumpai kucing liar, lalu diberilah makan para kucing itu dengan pindang dan lele. Hati merekapun nampak senang tatkala melihat kucing-kucing itu makan dengan lahapnya.
*****
SEMOGA BERMANFAAT   





Jumat, 13 Februari 2015

EVERYDAY IS MY BEAUTIFUL VALENTINE

Setiap Hari adalah Hari Valentin

            Siang itu sangat cerah, Hadi, Rani, Siti, dan Halisa berjalan menyusuri pasar. Oh ya hari ini adalah hari dimana kalayak muda ramai merayakan hari valentin.
”Sit, hari valentine loh…mau coklat nggak???...hehe,” kata Hadi sembari cengingiran.
“Ehem-ehem…cieh,” suara Rani menyambar percakapan Hadi.
“Apaan sih Ran…ngiri aja deh. Mau nggak Sit?,” jawab Hadi ketus.
“Nggak usah deh akhi…walentin kan haram, ngasih coklat juga haram”.
Hadipun tertunduk diam. Rani si kocak, ceplas-ceplospun turut andil bicara.
“Sit…kalau begitu aku lak haram…heheh..sekujur tubuhku kan coklat, kulitku kan coklat sawo-sawo sepet gimana gitu…heeee,” ucap Rani.
“Haaa…sawo-sawo sepet…huahaa,” ceplos Hadi.
“Apaan si Loh Di…rese aja, main nyambar-nyambar aja,’ protes Rani.
Si Siti cukup tersenyum, maka si Halisapun turut bicara.
“Sudah-sudah nggak boleh ribut. Setiap hari itu valentin, bukankah kalian tiap hari berkasih sayang dengan keluarga kalian, dengan ayah, ibu, saudara kalian?”.
Semuanya terdiam dan cukup menganggukkan kepala sebagai pertanda bahwa mereka mengiyakan.
“Ngasih coklat itu boleh, semua tergantung niat kalian. Kalau niatnya ngasih coklat buat sedekah, ngasih bunga buat sedekah daripada layu atau daripada nggak suka atau daripada punya banyak….ya itu bagus. Atau mungkin ngasih makanan buat sedekah…ya boleh-boleh saja kan untuk kebaikan meskipun itu di hari valentine atau tidak. Nah coba pikir deh, kalian (Siti, Hadi, Rani) suka coklat nggak misalkan tidak valentine?,’ tanya Halisa sembari memandangi satu persatu temannya.
“Suka bangetlah…coklat kan menenangkan,” sahut Rani.
‘Suka…apalagi kalau lagi bete,” tambah Siti.
“Suka banget…nikmat…yummy,” kata Hadi.
“Nah tuh boleh, kenapa makanan yang halal kalian haramin. Niatin saja kalau ngasih untuk sedekah. Heee…oh ya seandainyapun kalian tidak suka atau tidak merayakan valentine, tolong jangan menghina atau menghujat keburukan valentine. Bukankah kita juga tak mau dihina, ya jangan menghina atau meremehkanlah…kan saling menghargai. Nggak suka ya nggak usah ngerayakan tetapi nggak usah menghujat,” lanjut Halisa.
“Iya Bu ustadzah…hehe,’ kata Rani cengengesan.
“Aaamiiin…,” kata Hadi dan Siti kompak barengan.
Halisa cukup tersenyum dan ia melanjutkan penjelasannya.
“Oh ya kita hidup kan harus saling menghargai. Terpenting kita tidak turut merayakan…selama mereka tidak mengganggu kita, mengapa kita mengganggu mereka. Oh ya…dalam islam kan ada hari lailatul qodar, nah misalkan ada seorang atau beberapa orang non muslim berkata padamu…”tolak lailatul qodar, I am non islam, NO LAILATUL QODAR”…nah bagaimana perasaanmu saat mendengar itu?,’ tanya Halisa.
“Ya, sakit hati bangetlah aku. Nggak ngrayain nggak papa, tapi ya jangan ngehina,” jawab Siti.
“Aku juga…hehe,’ sahut Rani.
“Dasar pengikut....ngekor..wewewe…hahah,” Ledek Hadi pada Rani.
“Biarin…kayak kamu nggak aja…hehe…lanjutin Halisa, lalu kita harus gimana dong?,” kata Rani.
“Kalau kalian sakit diperlakukan demikian, mengapa memperlakukan demikian bersorai-sorai “I AM MUSLIM, NO VALENTIN”. Perasaan mereka juga sama seperti perasaanmu ketika hari besarmu dilecehkan atau direndahkan. Tidak merayakan boleh, tetapi jangan menghujat…Kau tahu, mereka melakukan itupun bukan kebetulan melainkan ada yang mengatur. Apakah seorang menginginkan kafir?...jawabannya tentu tidak. Tidak ada seorangpun yang menginginkan keburukan. Semua itu terjadipun atas izin Allah. Kau tahu…siapakah yang berhak menyesatkan hambanya atau menunjukkan hambanya pada jalan yang lurus. Allah bukan?,” papar Halisa.
“Iya yang berhak menyesatkan dan memberi hidayah adalah Allah,” jawab Hadi.
“Sekarang aku tanya lagi…bagaimana jika dalam sebuah drama perannya protagonis semua?”, lanjut Halisa.
“Jelas hambarlah…ceritanya flat…nggak greget. Kalau semuanya baik, mana ada konflik, ya nggak serulah…padahal seru-serunya cerita kan pas konflik lalu ada resolusi…hehe,” Jawab Siti.
“Lah yang bagus gimana?,” tanya Halisa kembali.
“Ya..yang ada protagonis, antagonis dan tritagonisnya. Jadi ceritanya seru…ada yang jahat, ada yang baik, ada yang nengahin…nanti ada konflik, klimaks, trus resolusinya…hehe,” sahut Rani.
“Siapa yang membuat tokoh itu harus melakonkan protagonis, antagonis, dan tritagonis?,” tanya Halisa kembali.
“Ya Sutradaralah..haha…sutradara yang ngatur supaya ada yang berperan sebagai antagonis, protagonis dan tritagonis biar cerita itu hidup nggak datar gitu-gitu aja,” jawab Hadi.
“Nah…kalian tahu jawabannya. Demikian pula kehidupan sesuangguhnya, Allahlah Sutradara Alam Semesta. Ia yang mengatur baik buruknya seseorang, agar hidup inipun tidak datar. Allah pulalah yang menyesatkan dan memberikan hidayah pada hambanya, semua terserah Allah. Maka dari itu kita harus saling menghargai, yang baik tidak boleh mencaci yang buruk, karena belum tentu buruk, selamanya akan buruk. Karena kita tiada tahu, siapa tahu sebelum menjelang ajalnya ia sempat bertaubatan nasuha. Wallahu a’lam. Semua terserah Tuhan. Demikian pula yang baik belum tentu baik…banyak yang pagi beriman, sore kafir. Pagi kafir sore beriman atau bisa juga istiqomah kafir terus ataupun istiqomah beriman terus. Wallahu a’lam, semoga kita termasuk orang yang mendapatkan hidayah dan pertolongan Allah,” papar Halisa.
“Terimakasih Halisa…its good reminding to me,” kata Hadi.
“Aku juga…makasih Halisa,” sahut Rani.
“Thanks Halisa…melalui dirimu aku tersadar. Tuhan mengingatkanku bahwa kita tak boleh merasa lebih baik dari orang lain dan mencaci orang lain. Okelah kalau begitu mana coklat yang mau kamu kasih Hadi…hehee,” kata Siti.
“Huh..sekarang mau tadi nolak,’ celoteh Hadi.
“Mau dong, ngapain rizki ditolak…buat ngganjal perut kan bisa…haaa,” kata Siti.
“Aku juga mau,” kata Rani.
“Oke deh…kalau begitu aku beli coklat 4 aja sekalian buat kita berempat,” ucap Hadi.
“Thanks Hadi,” kata Halisa, Siti dan Rani kompak barengan.
*****
SEMOGA BERMANFAAT