HALIMAH BINTI MASDARI

Selasa, 20 Agustus 2019

RABI'AH AL ADAWIYYAH, SANG RATU SUFI

RABI'AH AL ADAWIYYAH
SANG RATU SUFI
*****
Oleh Dewi Nur Halimah, S. Si


Tahukah engkau siapakah sosok waliyullah wanita yang amat tersohor sebagai ratu sufi wanita?. Ya, dialah Rabi'ah Al Adawiyah, wanita yang cintanya ke Allah swt luar biasa. Tiada sedikitpun celah ruang di hatinya berisi kebencian, sekalipun benci pada setan. Seluruh isi hatinya dipenuhi rasa cinta yakni cinta pada Allah swt.

Rabi'ah Al Adawiyah lahir di Basrah pada tahun 95 H (717 M), keluarganya dari suku Atiq, dan ayahnya bernama Ismail. Rabi’ah Al Adawiyah adalah seorang sufi yang mengusung mazhab cinta.

Cintanya kepada Allah swt begitu dalam dan kuat, sehingga Ia tidak mampu mencintai selain Allah. Rabi’ah Al Adawiyyah menyembah Allah swt dengan dasar cinta (hubb), bukan karena takut (roja') atau harap (khauf) sebagaimana orang pada umumnya.

Rabi’ah termasuk dalam kelompok manusia yang mempunyai naluri yang tinggi, melebihi manusia biasa. Cintanya pada Allah swt luar biasa dan ia tak mau menduakannya dengan cinta pada makhluk. Nafsu manusiawinya telah tunduk dan menyerah di bawah keinginan yang suci yakni semata mata mengabdikan hidupnya hanya untuk Allah swt. Baginya cinta termahal adalah cinta Rabb Semesta Alam. Bila ia sudah mendapatkan cinta tertinggi (cinta Rabb Ilahi), maka engganlah ia menoleh untuk cinta yang lebih rendah tingkatannya (cinta makhluk).

Karena pemikirannya yang tajam, kecerdasannya yang luar biasa ia dikenal sebagai wanita tercerdas di zamannya. Bahkan saking ngalim dan solekhahnya, sampai sampai para amir (pemimpin negara), kalau pada zaman sekarang setara dengan kepala negara (presiden) dan menteri jatuh hati dan hendak melamarnya untuk menikahinya. Lelaki mana yang tidak jatuh hati pada wanita yang solekhah lagi sangat cerdas sekelas Rabi'ah Al Adawiyah. Maka, barangsiapa lelaki dapat memiliki hatinya, beruntunglah ia.


Alkisah Abdul Wahid bin Zaid, seorang yang dihormati dan berpengaruh dalam masyarakat pada waktu itu. Kalau saat ini beliau adalah sosok pejabat sekelas menteri. Melalui temannya, Abdul Wahid meminta temannya untuk menjadi perantara menyampaikan maksud hatinya untuk meminang Rabi’ah Al Adawiyyah menjadi istrinya. Namun ketika perantara itu menemui Rabi’ah, Rabi'ah Al Adawiyyah, kemudian Rabi'ah berkata: “Wahai orang yang bernafsu kepadaku, carilah wanita yang bernafsu sepertimu." yang artinya pinangan itu ditolak.

Lalu seorang pemuda sekelas menteri yang bernama Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi, seorang Amir Abbasiyah dari Basrah (w. 172 H) pun memberanikan diri mengutarakan niat hatinya untuk menikahi Rabi'ah Al Adawiyah. Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi menawarkan mahar perkawinan sebesar 100 ribu dinar dan menulis surat kepada Rabi'ah Al Adawiyyah  bahwa ia masih memiliki gaji sebanyak 10 ribu dinar tiap bulan dan akan diberikan padanya semua jika ia menerima pinangannya.

Tetapi dijawab Rabi'ah Al Adawiyah "Aku sungguh tidak merasa senang bahwa engkau akan menjadi budakku dan semua milikmu akan engkau berikan kepadaku, atau engkau akan menarikku dari Allah meskipun hanya untuk beberapa saat." 
Artinya pinangan Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi pun juga ditolaknya. 

Dalam kisah lainnya, kawan-kawan sesama Sufi Rabi'ah Al Adawiyah mendorong Rabi'ah menerima pinangan Hasan Al Basri (sekelas kepala negara) yang juga msrupakan ahli sufi lelaki yang tersohor kecerdasannya. Karena desakan itu, Rabi’ah Al Adawiyyah lalu mengatakan, “Baiklah, aku akan menikah dengan seseorang yang paling pintar dan bisa menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang pasti jaminannya.”

Rabi’ah Al Adawiyyah kemudian mengatakan kepada Hasan al-Bashri:
“Jika engkau dapat menjawab empat pertanyaanku, aku pun akan bersedia menjadi istrimu.”

Hasan Al Bashri berkata, “Bertanyalah, dan jika Allah mengizinkanku, aku akan menjawab pertanyaanmu.”

“Pertanyaan pertama, apakah yang akan dikatakan oleh Hakim dunia ini saat kematianku nanti, akankah aku mati dalam husnul khotimah atau su'ul khotimah?” kata Rabi’ah Al Adawiyyah. 

Hasan Al Bashri menjawab, “Hanya Allah Yang Maha Mengetahui yang dapat menjawab.”

“Pertanyaan kedua, apa yang akan Anda katakan, jika ragaku telah diletakkan di bumi pemakaman, dan malaikat Munkar Nakir telah menanyaiku, apakah aku mampu menjawab pertanyaan darinya?”

Hasan Al Bashri menjawab, “Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.” 

"Pertanyaan ketiga, jika manusia telah diarak, di akhirat kelak, masing-masing dari mereka menerima kitab amal perbuatannya. Dan aku telah benar-benar menerima kitab amal perbuatanku, di tangan mana aku menerimanya, apakah tangan kiri atau tangan kanan?

Hasan kembali menjawab, “Hanya Allah Yang Maha Tahu. “

"Pertanyaan terakhir, pada saat Hari Perhitungan nanti. Jika manusia telah dipanggil, beberapa diantara mereka ada yang di syurga, ada yang di neraka, dimanakah aku berada diantara dua golongan ini?”


Hasan lagi-lagi menjawab seperti jawaban semula bahwa hanya Allah saja Yang Maha Mengetahui semua rahasia yang tersembunyi itu.

Setelah semua pertanyaan dijawab oleh Hasan Al Basri.

Rabi’ah Al Adawiyah mengatakan: "Seseorang yang baginya ghaib tentang empat hal ini, bagaimana dia disibukkan dengan pernikahan? Wahai Hasan, Kabarkan kepadaku, berapa bagian Allah Membagi akal?" kata Rabi'ah Al Adawiyah. 

"Sepuluh bagian, sembilan bagian diperuntukkan laki-laki dan satu bagian diperuntukkan perempuan. " kata Hasan Al Bashri. 

"Lalu, berapa bagian Allah membagi nafsu?" tanya  Rabi’ah Al Adawiyyah kembali.

"Sepuluh bagian, sembilan bagian diperuntukkan perempuan dan satu bagian diperuntukkan laki-laki.." jawab Hasan  Al Basri. 

“Wahai Hasan, aku dianugrahi kemampuan menjaga sembilan bagian nafsu dengan satu bagian akal, dan engkau tidak mampu menjaga satu bagian nafsu dengan sembilan bagian akal," kata Rabi’ah Al Adawiyyah. 

Hasan Al Bashri pun menangis mendengar jawaban jawaban yang dikatakan Rabi’ah Al Adawiyah. Dia-pun keluar dari kediaman Rabi’ah dan ia tak berhasil meminang Rabi’ah Al Adawiyyah. Ya, cintanya Rabi'ah Al Adawiyah sudah mencapai maqom tertinggi yakni tak mau membagi hatinya untuk mengabdi pada makhluk selain mengabdikan hidupnya pada kekasih hatinya (Allah swt). Semua lelaki yang hendak meminangnya dibuatnya menangis dengan jawaban yang cerdas dan sangat menyentuh qolbu. Masya Allah, Maha Cinta Allah yang menciptakan manusia sehebat Rabi'ah Al Adawiyah yang hatinya hanya dipenuhi dengan cinta pada Allah swt. Semoga kelak di akhirat bisa dipertemukan dengan Sayyidatuna Fatimah Az Zahra, para ummahatul mukminin, dan waliyullah Rabi'ah Al Adawiyah. Sesungguhnya tiada kebahagiaan sejati melainkan kebahagiaan akherat. Aamiin