HALIMAH BINTI MASDARI

Rabu, 26 Februari 2025

MELATIH JIWA SOSIAL BAYI SEJAK DALAM KANDUNGAN

 MELATIH JIWA SOSIAL BAYI SEJAK DALAM KANDUNGAN


Blora, 27 Februari 2025. Saat ini usia kehamilanku sekitar 35 Minggu lebih 3 hari. Atau sekitar 8 bulan lebih 3 minggu-an. Aku sering sounding ke anakku meski ia masih dalam kandungan. 

"Dedek, besok dedek dihadiahkan buat Islam sama ibuk. Dedek semoga kelak lahir jadi anak Soleh, cerdas, berjiwa sosial tinggi, sehat mental, sehat fisik tanpa cacat, kaya dan berkontribusi buat memajukan Islam ya dek."

Selama hamil, aku pun melatih janin dalam kandunganku untuk peduli sosial tepat sasaran. Aku sering mengajak dia, jajan membeli dagangan penjual yang sepi atau penjual pentol yang manula. Membeli = sedekah yang tetap menjaga Marwah penjual. Kalau aku welas asih ke makhluk Allah yang lain, semoga Allah juga menggerakkan hati orang-orang untuk welas ke suamiku saat jualan lesehan di pasar. Sesuai dawuh kanjeng nabi, siapa yang welas asih, maka akan diwelas asihi. 

Aku juga sering menyisihkan penghasilanku untuk shodaqoh yatim atau miskin (orang yang mau kerja tapi penghasilan tidak mencukupi, aku suka orang yang usaha tidak berpangku tangan cuman ngarep bantuan nggak mau usaha dulu). Biasanya kalau penghasilanku 30-40 RB karena sering izin pas kontraksi atau morning sickness, aku menyisihkan 10 ribu kusofaqohkan. Kalau penghasilan naik, karena nggak pasti. 200 RB atau lebih sehari, aku kadang shodaqoh 50 rb-100 RB. Khusus buat yatim atau fakir. 

Aku juga nabung, buat beli perlengkapan bayi. Alhamdulillah sekitar 8 JT an sudah kubeli sendiri. Aku kasihan suamiku, penghasilannya tak seberapa kalau tidak dibantu terus nasib anakku gimana. Sementara penghasilan emakku kecil, cuman pedagang garam pasar yang kecil, bapak pedagang keliling pakai tombong. Jadi melas kalau memberatkan mereka terus. Itu aja sejak nikah sampai sekarang 2 tahun nikah, meski rumah sudah pisah tapi belanjaku sering dibantu emakku. Aku paling iuran.

Sebagai gantinya biasanya uang pupuk urea, npk/ organik aku yang membelikan buat pertanian. Buat biaya tandur, irigasi emak bapak juga kubantu, aku yang biayai. Bersyukur sudah dibagehi sawah sendiri meskipun hasilnya sekitar 7 karung kalau dipanen tapi tetap Alhamdulillah. Emakku bapakku banyak berjasa, meskipun mereka terutama bapak sering debat sama aku. Tapi mereka orangtua yang peduli dan tidak pelit. Faktanya aku belanja dibantu, rumah diberi, sawah diberi. Aku tinggal nempati dan renovasi. Mungkin keras cara mereka menyayangiku. GPP radak keras asal dermawan, daripada pendiam tapi pailit, malah mumet. Syukur syukur tidak keras, juga dermawan hehe. 

Kadang suka melas kalau nyawang suami. Penghasilan dia hanya seribu-20 rb sehari. Untung beras tidak beli, hasil panen sendiri dari sawah diberi bapakku. Alhamdulillah, paling belanja ya buat lauk dan sayur. Makanya aku tetap kerja buat bantu meringankan beban suamiku. Suamiku bukan pemalas, dia pekerja keras cuman ya memang rizkinya sedikit. Gimana dengan mertuaku?. Entahlah dia tidak peduli, faktanya selama aku hamil tidak pernah tanya kabar, tidak pula tanya anaknya bisa nafkahi istrinya tidak, bisa bantu tidak. Banca'an, belanja, beli perlengkapan semua dadi aku sendiri dan emakku. Boro boro ngasih, lawong suami aja kerja belum mapan penghasilannya, dengan tanpa nurani bilang besok serahan nikahan adekmu bantu ya. Kayak gitu GPP kalau anaknya sukses, wong anaknya nafkahi istrinya saja belum bisa mencukupi, masih kepental pontal bahkan istrinya yang biayai. Kog ndak melas sama anak sendiri. Ngomong itu lihat situasi dan kondisi, minta dibantu selama ini modali besar nggak buat rumah tangga anakmu, anakmu sudah mapan belum. 

Aku suka melas memandang suamiku, aku mencintainya, aku juga selalu menjaga amanah suamiku meskipun suamiku tidak melihatnya. Tidak ada peluang lelaki lain di hatiku kecuali hanya suamiku. Sebab ridho Allah bersama ridho suamiku. Aku juga neriman dengan keadaan suami dengan catatan suami harus selalu jujur dan terbuka ke istri, tidak main perempuan baik kholwat atau sejenisnya, dan bentuk kejahatan lain. Nyawang suami, celana cuman berapa biji doang yang dibawa saat habis nikah melas. Alhamdulillah pas ada Rizki ya kubelikan 3 celana panjang, 3 celana pendek, selusin CD, baju Koko 2, baju batik panjang 2, baju Koko pendek 4, sepasang sarung dan Koko khusus 2025, dan kebutuhan lain. Sandal juga rusak, kasihan. Alhamdulillah Allah titipkan Rizki untukku. Kubelikan suamiku biar senang, biar terawat, biar dipakai. Sandal juga kubelikan, aku sayang suamiku. Aku tidak suka janji nanti kubelikan ini mas, basi. Aku suka diam diam belikan, kalau sudah beli langsung kuberikan. Atau langsung orderan shopee dan kubayar lewat shopeepay atau transfer baru udah kubelikan bilang, jadi kejutan. Semoga keberkahan untuk suamiku, semoga dagangannya laris. 

Putraku ...
Besok yang jiwa sosial ya, ibuk waktu hamil kamu itu perjuangan di atas rata rata. Hipotensi 80 sistol, 50 diastol, rendah banget tensinya. Muntah dari usia hamil 3 bulan sampai hampir 9 bulan. Sehari bisa 4-12 kali sampai pucet dan lemes. Belum kontraksimu saat hamil usia 6 bulan sampai 9, nendang nendang rasanya rusuk remuk kayak dipukulin. Tiap hari dikerokin bapakmu, dibikinkan jamu bapakmu, dirawat bapakmu. Bapak emang tidak menanggung soal biaya, karena penghasilan bapakmu kecil. Tapi bapakmu peduli act of service di tenaga, tindakan gercep merawat ibumu. Meskipun sempat selisih gegara kegoda perawan payudara Gedhe. Alhamdulillah taubat, jadi kumaafkan. Allah memaafkan hamba yang TAUBATAN NASUHA. Aku juga memaafkan orang orang yang bener bener mau taubat jadi baik. Ibukmu ini melatihmu dermawan sejak dalam kandungan. Ya dermawan ke orangtua, ke suami, ke yatim piatu dan fakir miskin. Tapi kalau bantu orang lihat lihat ya sayang, biar tepat sasaran. Tidak asal bantu. 

Besok jadilah orang yang punya kontribusi besar memajukan Islam seperti Solahudin Al Ayubi, Najmudin Ayub dan Muhammad Al Fatih yang menaklukkan konstantinopel ya sayang. Ibu mau kamu jadi orang hebat yang rendah hati, cerdas, berjiwa sosial tinggi. 

Tidak ada komentar :