HALIMAH BINTI MASDARI

Kamis, 05 Mei 2016

SURAT TERBUKA UNTUK PERBAIKAN PENDIDIKAN INDONESIA

 Assalamualaikum. Wb. Wb.

Yth. Departemen Pendidikan Nasional Indonesia 
serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia,
Di Tempat

Perkenalkan saya Dewi Nur Halimah, Mahasiswa Universitas Diponegoro Angkatan 2012. Menurut saya, pendidikan Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus secara mendetail dari pemerintah. Hal ini mengingat pendidikan adalah pondasi utama yang akan membawa bangsa ini di masa depan. Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu dikoreksi untuk kebaikan pendidikan bangsa ini.

Sebelumnya mohon maaf atas surat terbuka ini, namun menurut saya hal ini patut direnungkan, patut untuk mendapatkan perhatian. Saya mahasiswi yang jua bekerja part time sebagai tentor baik tentor SD, SMP, SMA, maupun SNMPTN. Tak jarang, sayapun sering membaca jua mengamati tentang potret pendidikan Indonesia. Tepat malam ini, saya sangat prihatin tentang buku ajar untuk siswa SMP kelas VIII.

Kronologinya seperti ini, tepat tanggal 5 Mei 2016, saya mengajar murid saya kelas VIII  SMP pada pelajaran Bahasa Indonesia. Di sinilah saya merasa turut prihatin dan perlu saya sampaikan. Murid saya meminta untuk dijelaskan pada Bab 8 yang kebetulan tentang novel dan teks berita. Hal yang miris saya lihat adalah, pada buku ajar anak SMP Kelas VIII disuguhkan cuplikan novel dengan tema percintaan dengan menggunakan bahasa pokem (bahasa anak gaul). Tak hanya berhenti disini, isi dari cuplikan yang tertera dalam buku ajar tersebut mengutip tentang kisah cinta, perebutan pacar (Adit) oleh Tita dari Uni. Bahkan dalam buku tersebut, seolah mengisahkan tetang pacaran.

Yang menjadi point saya, bukankah tujuan pendidikan untuk membentuk kharakter anak yang cerdas dan berakhlak?. Jika tujuannya untuk membentuk kharakter anak, mengapa disuguhkan cuplikan novel yang bertemakan pacaran, menggunakan bahasa pokem, tentang penghianatan, tentang kebohongan yang menurut saya kurang pantas untuk disuguhkan pada anak SMP Kelas VIII.

Pada buku ajar dengan ketebalan 208 halaman, dengan:
            Judul Buku      : “Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP/ MTs Kelas VIII”
            Penulis             : Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawarti
            Diterbitkan      : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008
            Diperbanyak    : Eurika Bookhouse
            Tempat Terbit  : Jakarta                      
            Tahun Terbit    : 2008.
           



Menurut saya, cuplikan novel yang terletak pada halaman 142-143 dengan novel yang berjudul Eiffel, I’m in Love, Rachmania Arunita”  kurang layak untuk disajikan pada siswa SMP. Merusak kharakter generasi muda memang mudah, tetapi membangun kharakter itulah yang susah, terkadang tanpa disadari hal kecil dapat menimbulkan kerusakan pada anak-anak, terutama moralnya. Terlebih Indonesia saat ini telah terancam dan mengalami degradasi moral dari generasi mudanya dan hal ini patut untuk direnungkan serta dicari solusinya untuk mengembalikan jati diri Indonesia yang sarat akan budi luhur dan sopan santun. Dalam cuplikan novel tersebut, terdapat 4 tokoh yakni Tita, Adit, Uni, dan Ananda. Kisahnya tentang percintaan, dimana dalam cuplikan tersebut Tita sangat sebal saat bertemu dengan Uni karena Adit membatalkan perjanjiannya dengan Uni demi pergi bersama Tita. Ternyata Tita dan Adit terpergok oleh Uni, Uni melambaikan tangannya dan menyapa Adit dan Tito, lalu secara langsung tanpa bosa basi menanyakan apakah yang digosipkan itu benar akan hubungan mereka. Namun bahasa yang digunakan bahasa pokem (gue, loe, dll). Bukankah dalam bahasa Indonesia seharusnya anak dididik untuk berbahasa baku, santun, sekalipun tidak baku tetapi masih memperhatikan etika dalam berbahasa.

Pada hakikatnya tema percintaan boleh, karena segala sesuatu perlu didasari dengan cinta bahkan menuntut ilmupun perlu didasari dengan cinta pada ilmu yang sedang dipelajari. Namun yang perlu diperhatikan, tinggal bagaimana pengemasannya seperti bahasa yang digunakan (misal sebaiknya menggunakan bahasa baku, sekiranya tidak bahasa baku tetapi tetap memperhatikan unsur kesantunan dalam berbahasa), misalkan mengangkat kisah cinta seorang anak pada Ibunya, cinta seseorang pada Tuhannya, kisah perjuangan seseorang meraih beasiswa dan menjadi orang sukses, dan lain-lain. Sehingga setelah membaca cuplikan kisah tersebut anak menjadi termotivasi dan terinspirasi untuk menjadi lebih baik, bukan justru sebaliknya. Alangkah baiknya bila buku ajar dalam dunia pendidikan, sudah seharusnya yang ditekankan adalah tentang pendidikan, budi pekerti, motivasi dan inspirasi menuju kebaikan bukan justru perusakan moral dengan kisah-kisah pacaran anak muda yang menggunakan bahasa pokem dan berisikan romantisme yang tak selayaknya disuguhkan untuk anak.

Menurut saya, anak SMP Kelas VIII, sangat kurang tepat bila disuguhi novel ataupun cuplikan novel tentang percinta’an. Solusi dari saya, alangkah baiknya hal ini perlu ditangani dan dirubah. Bukankah penulis hebat Indonesia yang menggulirkan karya tentang motivasi dan pendidikan jua banyak, diantaranya Andrea Hirata dengan karya-karyanya yang sangat memotivasi (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpuv, Padang Bulan dan Cinta di dalam Gelas, Sebelas Patriot), Ahmad Fuadi dengan “Negeri Lima Menara”, Tere Liye dengan karyanya yang berjudul “Hafalan Sholat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, dan Bidadari – Bidadari Surga” serta karya lainnya, Asma Nadia dengan karyanya “Jilbab Traveler, Emak Ingin Naik Haji: Cinta Hingga Ke Tanah Suci ”, dan novel lainnya yang motifatif dan inspiratif.

Sungguh, sangat tidak layak jika anak SMP diusuguhkan cerpen, cuplikan novel ataupun novel yang bertemakan percintaan yang berisi tentang pacaran, ungkapan romantis-romantisan, perebutan pacar, penghianatan sahabat karena masalah cowk, dan sebagainya yang sekiranya kurang mendidik. Jika masih banyak novel berisikan tentang kisah inspiratif dan motivatif yang menyupport pendidikan, mengapa justru yang ditampilkan novel yang kurang mengajarkan tentang pendidikan kharakter. Semoga ini menjadi koreksi bersama agar ke depannya pendidikan Indonesia lebih baik lagi.

Demikian yang saya sampaikan, mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan. Tulisan ini didedikasikan karena keprihatinan penulis yang menurut penulis perlu disampaikan agar mendapatkan perhatian yang lebih serius dari pemerintah dan mendapatkan penanganan. Semoga pendidikan Indonesia semakin baik ke depannya, generasinya semakin baik dan dapat membawa Indonesia lebih baik di masa depan. Terimakasih.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Salam,
Semarang, 5 Mei 2016


Dewi Nur Haalimah
(Penulis)