HALIMAH BINTI MASDARI

Kamis, 02 Agustus 2018

Tissue Nanotransfection (TNT) sebagai Inovasi Baru Teknologi Penyambung Sel Kulit dengan Tulang


Tissue Nanotransfection (TNT) sebagai Inovasi Baru Teknologi Penyambung Sel Kulit dengan Tulang untuk Mengurangi Rasa Sakit bagi Penderita Patah Tulang Sebelum Mendapatkan Penanganan Medis
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah, S.Si
Email: halimahundip@gmail.com, PH. 085725784395       
*****
 
Gambar 1. Teknologi Tissue Nanotransfection (TNT).


Dewasa kini, seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi, jumlah kendaraan pribadi semakin banyak. Sebagai dampaknya, banyak kendaraan yang memadati jalan dan menyebabkan kemacetan lalu lintas. Semakin berkurangnya pengguna transportasi umum di Indonesia akan mendorong tingginya laju kemacetan lalu lintas dan semakin banyak angka kecelakaan. Hal itu tiada lain karena semakin banyak yang menggunakan kendaraan pribadi maka semakin banyak jumlah pengemudi, semakin banyak jumlah pengemudi akan semakin sulit untuk mengontrol keamanan lalu lintas dibandingkan ketika semakin banyak jumlah pengguna kendaraan umum. Dampaknya, pengemudi yang tak sabaran akan mengendarai kendaraannya dengan ugal-ugalan (kebut-kebutan) dan tak mengindahkan peraturan lalu lintas yang dapat menyebabkan tingginya angka kecelakaan bahkan angka kematian.     
Gambar 2. Jumlah Kendaraan di Indonesia dari 2008 hingga 2012.

Gambar 3. Statistik Kecelakaan Lalu Lintas dari Tahun 2008 - 2012.

Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian Indonesia, Inspektur Jenderal Royke Lumowa mengatakan jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia sekitar 28-30 ribu jiwa per tahun. Angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia termasuk tinggi, dengan menduduki peringkat ke-4 di ASEAN dari enam negara yang paling tinggi angka kecelakaan lalu lintasnya yakni Thailand, Vietnam, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Laos. Jasa raharja melaporkan dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 261 juta jiwa dan pertumbuhan kendaraan bermotor di angka 121,39 juta unit, termasuk angka lakalantas yang terjadi di Indonesia menembus 105.374 kasus, dan yang menjadi korban lakalantas sekitar 55,6 persen usia produktif. Bahkan jika dalam satu hari ada 1 juta insiden maka 2,76 persen terjadi di Indonesia dengan korban rata-rata berada di usia produktif antara 15 sampai 22 tahun yang mencapai. Hal ini sangat memprihatinkan, kemudahan teknologi yang seharusnya membantu manusia untuk bepergian justru menambah musibah baru berupa tingginya angka kecelakaan dan kematian akibat lakalantas.
Gambar 4. Jumlah Kejadian Kecelakaan, Korban Meninggal Dunia,
Luka Berat dan Luka Ringan dari Tahun 1992 - 2014.

Selain kecelakaan lalu lintas yang bisa menyebabkan patah tulang, kecelakan kerja juga bisa menyebabkan hal yang sama. Baik kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor manusia maupun faktor lingkungan, semuanya menyumbang tingginya kasus kecelakaan di Indonesia. Data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus. Sementara itu, untuk kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian tercatat sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja.  

Gambar 5. Jumlah Kecelakaan Kerja dari 2007 - 2011.

Sebagaimana kita ketahui, kecelakaan ini dapat mendorong terjadinya patah tulang. Patah tulang adalah terputusnya  jaringan tulang dan/atau tulang rawan baik seluruhnya atau hanya sebagian yang sebagian besar terjadi akibat cedera/ benturan. Patah tulang ini dapat terjadi sebagai akibat dari cedera olahraga, kecelakaan motor, kecelakaan mobil, kecelakaan kerja, benturan, jatuh, dan lain sebagainya. Biasanya patah tulang ini disertai rasa nyeri hebat ketika cedera awal terjadi. Kondisi patah tulang bisa menjadi lebih buruk ketika digunakan bergerak atau menyentuh area yang terluka. Dalam beberapa kasus, penderita patah tulang bahkan bisa pingsan karena rasa sakit dan nyeri yang dialaminya. Bukan hanya itu, ia juga akan merasakan pusing dan kedinginan karena syok.


Gambar 6. Patah Tulang.

Gambar 7. Patah Tulang Kaki.

Tingkat keparahan patah tulang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya; 1). Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang, 2). Usia penderita, 3). Kelenturan tulang dan, 4). Jenis tulang. Patah tulang sendiri dibedakan menjadi dua yakni patah tulang tertutup dan patah tulang terbuka. Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak melukai/ merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa menjadi terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan menusuk daging/kulit hingga menimbulkan luka berdarah. Sementara itu, patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya membuat daging dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek dan terluka.
Bagaimanakah solusinya bila terjadi patah tulang sebelum mendapatkan penanganan medis?. Pertanyaan yang sering muncul di benak kita ketika dihadapkan pada patah tulang. Hal itu tiada lain karena tidak serta merta pasien patah tulang langsung mendapatkan penanganan medis. Beberapa hal yang menyebabkan tertundanya penangaan medis diantaranya jarak rumah sakit dan tenaga medis yang jauh dari lokasi kecelakaan, kamar rumah sakit yang penuh sehingga korban patah tulang perlu antri kamar atau bahkan pindah ke rumah sakit lain, biaya operasi yang mahal dan lain sebagainya. Solusinya adalah pemanfaatan teknologi Tissue Nanotransfection (TNT) untuk menyambungkan sel kulit dan tulang sehingga mengurangi rasa sakit bagi penderita patah tulang sebelum mendapatkan penanganan medis.
Tissue Nanotransfection (TNT) merupakan perangkat prototipe berupa nanochip yang mampu menyembuhkan kerusakan dan penuaan jaringan, organ tubuh, pembuluh darah, dan sel saraf secara cepat. Tissue Nanotransfection (TNT) ini bekerja dengan prinsip mempercepat regenerasi sel. Pada dasarnya, saat organ tubuh mengalami kerusakan, secara otomatis tubuh akan menyembuhkan diri sendiri dengan memperbaiki sel-sel yang rusak, akan tetapi membutuhkan proses yang lama tergantung pada tingkat kerusakan dan kesehatan pada tubuh itu sendiri. Teknologi Tissue Nanotransfection (TNT) ini membantu tubuh meregenerasi sel secara cepat. Program Tissue Nanotransfection (TNT) ini memungkinkan tubuh dengan cepat memprogram ulang sel yang rusak untuk menggantikan sel lainnya pada tubuh sehingga teknologi ini berpotensi besar dapat menyambungkan sel kulit dengan tulang yang diakibatkan oleh patah tulang.
Nanochip Tissue Nanotransfection (TNT) ini bekerja dengan cara menempelkan nanochip pada kulit. Setelah itu nanochip akan mengirimkan medan listrik yang kuat untuk mengantarkan gen tertentu ke jaringan di bawahnya. Gen tersebut akan menciptakan jenis sel baru yang dapat digunakan pada area tubuh yang membutuhkan. Bila kaki mengalami cedera, Tissue Nanotransfection (TNT) ini akan memprogram ulang sel kulit pada bagian luar kaki yang mengalami cedera menjadi sel vaskular. Sel vaskuler berfungsi untuk mengatur peredaran darah yang sehat melalui tubuh, serta memberikan oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh yang mengalami cedera. Dalam waktu seminggu, pembuluh darah aktif muncul di kaki yang terluka, dan pada minggu kedua kaki yang terluka akan sembuh. Dengan teknologi nanochip Tissue Nanotransfection (TNT) ini, organ yang terluka dapat terganti karena perangkat ini membantu mempercepat pemulihan luka dengan menyambungkan kulit dengan tulang sehingga bagian luka cepat teratasi dengan baik oleh sel baru yang menggantikan sel yang rusak.
Teknologi ini berpotensi dapat memprogram kembali sel yang telah mati menjadi sel baru untuk memperbaiki tubuh. Keunggulan dari teknologi Tissue Nanotransfection (TNT) adalah menggunakan perantara biasa agar menciptakan sel induk pluripoten, sel yang dapat berubah menjadi jenis sel lainnya. Teknologi Tissue Nanotransfection (TNT) ini terdiri dari dua komponen utama yaitu chip yang berbasis nanoteknologi yang berada pada kulit yang memiliki ukuran seperti manset, dan muatan biologis yang memiliki kandungan untuk mempengaruhi jaringan di bawahnya. Bagi penderita patah tulang, tidak perlu khawatir ketika menggunakan nanochip Tissue Nanotransfection (TNT) ini. Penggunaanya cukup mudah, hanya ditempelkan pada bagian kulit yang terluka. Chip ini aman karena kejutan ini bermuatan listrik yang tidak berbahaya untuk dilepaskan ke dalam membran sel. Selain itu, waktu yang diperlukan untuk penerapan nanochip ini sangat singkat yakni kurang dari sedetik. Proses yang terjadi tidak invasif karena sel yang diprogram ulang sudah ada di tubuh, teknologi ini membuat sel-sel di dalam tubuh dibawah pengawasan kekebalan tubuh, jadi penekanan kekebalan tubuh tidak diperlukan lagi.         

Sumber Reverensi Data:
BPJS Ketenagakerjaan. 2016. “Jumlah kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi”. Available at: https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/Jumlah-kecelakaan-kerja-di-Indonesiamasih-tinggi.html. Diakses Tanggal 3 Agustus 2018.
Kurniawati Endri. 2017. “Angka Kecelakaan Lalu Lintas Indonesia Termasuk Tinggi di ASEAN”. Available at: https://nasional.tempo.co/read/1033993/angka-kecelakaan-lalu-lintas-indonesia-termasuk-tinggi-di-asean. Diakses Tanggal 3 Agustus 2018.
Sarifudin, Amir. 2017. “Astaga! Angka Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia Termasuk Tinggi di Dunia”. Available at: https://news.okezone.com/read/2017/09/14/340/1775815/astaga-angka-kecelakaan-lalu-lintas-di-indonesia-termasuk-tinggi-di-dunia. Diakses Tanggal 3 Agustus 2018.       

Tidak ada komentar :