HALIMAH BINTI MASDARI

Rabu, 22 Mei 2019

ARTI SYUKUR DAN MENGHARGAI

ARTI SYUKUR DAN MENGHARGAI
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah, S. Si


Hakikat syukur maqomnya di atas sabar. Bisakah kita bersyukur bukan saja saat diberikan nikmat tapi juga saat diberikan musibah. Syukur hanya mampu dicapai dan diaplikasikan bila kita mampu menghargai sebuah proses atau perjuangan dan merasa berterima kasih pada Allah atas segala yang kita capai. 

"Tengoklah ke bawah untuk urusan harta. Sehingga engkau tidak tomak (rakus) dan diperbudak dunia. Dengan melihat ke bawah (melihat fakir miskin, dhuafa, orang yang ekonominya lemah) akan menjadikanmu bersyukur atas apa yang kamu raih. Terlebih harta dunia yang kamu kejar mati matian tidak dibawa di alam barzah kecuali harta yang kamu sedekahkan dan kamu wakafkan. Berbalik dengan itu, bila urusan ilmu maka tengoklah ke atas. Dengan kamu melihat orang yang ilmunya lebih banyak (orang ngalim, orang cerdas) akan mendorongmu semangat belajar. Sesungguhnya semangat belajar ilmu yang bermanfaat adalah jihad melawan kebodohan dan jalan untuk memajukan islam dengan pengetahuan dan teknologi" (Halimah bintu Masdari, 2019).

Kawanku, coba kita renungkan atas segala nikmat yang kita peroleh. Kita bisa makan, kita bisa berpakaian, kita bisa bertempat tinggal, kita bisa bernafas semua tiada lain karena sifat pemurahnya Allah swt. Bayangkan jika sifat Allah tidak sebaik itu, tentu untuk bernafas kita bayar oksigen seperti saat di rumah sakit, iya kan? Hehe.


Kawanku...
Pernahkah terbesit di hatimu, saat engkau memakai baju?. Apa yang ada di benakmu?. Cara bersyukur saat memakai baju adalah dengan mengucap basmallah dan doa saat memakai baju. Di pikiran Halimah, ketika memakai baju, Halimah banyak bersyukur. Halimah niatkan:

"Bismillah, niat ingsun memakai baju kangge aktivitas lan ibadah supaya aurat tertutup (sesuai syariat agama) lilahi Ta'ala"

Halimah suka merenung, coba bayangkan kawanku. Untuk memakai baju, kita harusnya bersyukur. Berapa banyak kita bersyukur pada Allah swt dan juga berterima kasih pada semua orang yang terlibat. Untuk menjadi sebuah baju, pertama adalah jasa petani kapas. Tanpa adanya petani kapas, tak akan ada benang. Lalu dari kapas, ada jasa pemintal benang. Dari benang, akan diolah menjadi kain. Dari kain menjadi baju selanjutnya dijahit oleh penjahit. Jadi, untuk memakai sebuah baju, kita itu tidak bisa membuatnya sendiri. Artinya kita tergantung orang lain (Mumatsalatul Lil hawadisi). Lalu jika kita sombong, betapa tak tahu malunya kita. Kita makhluk yang sifatnya fana (rusak), tergantung, lalu apa yang kita sombongkan. Oleh karena itu, taatlah syariat agama.

Coba kita renungkan lagi...
Kita makan nasi, sudahkah kita doa istiqomah sebelum makan nasi. Jika iya alhamdulillah, jika belum mulai besok sebelum makan, doa dulu ya 😊. Untuk menjadi sebuah nasi, melibatkan banyak pihak. Dimulai dari gabah, ada jasa para petani yang menanam padi. Mereka bermandikan keringat, dijemur terik matahari, dibawah kuyup hujan. Lalu untuk menjadi beras, ada jasa tukang selep, untuk menjadi beras, lalu dimasak hingga menjadi nasi ada jasa tukang masak. Masikah kita membuang-buang nasi?. Berarti kalau kita membuang-buang nasi, betapa kita tak bisa menghargai jasa petani, tukang selep, tukang masak. Apakah karena uang lalu engkau menyepelekan itu hingga hilang sifat makhlukmu?. Sesungguhnya sombong itu pakaian Tuhan, Dialah Allah, Dzat Yang Maha Segalanya. Makhluk sangat tidak pantas sombong. Marilah menghambakan diri, sebab kita adalah makhluk.


Coba kita renungkan kembali kawan...
Kita bernafas tiap hari itu menghirup berapa banyak oksigen? Lalu pernahkah Allah meminta kita membayar atas oksigen yang kita hirup?. TIDAK. Rata-rata manusia dewasa membutuhkan 7 sampai 8 liter setiap menitnya. Sehingga setiap harinya manusia membutuhkan sekitar 10.080 sampai 11.520 liter. Sedangkan harga 1 meter kubik atau 1000 liter oksigen adalah Rp 850.000,00 rupiah.

Bayangkan berapa yang harus kita bayar bila Allah meminta kita membayar oksigen yang kita hirup?. Kita harus bayar Rp 8.568.000, 00/ hari sampai Rp 9.792.000, 00/ hari. Bila dikalkulasikan kita harus membayar sekitar 3.050.208.000, 00/ tahun (3 milyar 50 juta 208 ribu) hingga 3.485.952.000, 00/ tahun (3 milyar 485 juta 952 ribu). Tapi apakah kita diminta Allah membayar oksigen seperti di rumah sakit? Tidak, Allah menggratiskan kita menghirup oksigen tiap harinya. Bila kita bernafas pun, oksigen dari Allah gratis. Lalu kita bermaksiat pada Allah menggunakan oksigen yang diberikan Allah swt, betapa dzalim dan tak tahu dirinya kita. Semoga Allah melimpahpahkan hidayah pada kita.


Oke, coba kita renungkan lagi...
Allah memberikan matahari yang setiap hari menyinari bumi sebagai energi terbesar dalam tata surya GRATIS. Allah memberi bintang dan bulan untuk menyinari malam GRATIS. Coba kita bayangkan andai sinar matahari itu diminta membayar sama Allah. Berapa banyak yang harus kita bayar, berapa juta bahkan ratusan hingga milyaran juta yang perlu kita bayar. Biaya rata rata listrik saja 1.467/kWh. Coba tengok rekening listrik kalian per bulan, berapa?. Itu saja penggunaannya tidak non stop. ALLAH memberikan cahaya matahari NON STOP dari pagi sampai sore, bintang dari malam sampai fajar GRATIS. Masih kah kita durhaka di bumi Allah? Bayangkan jika tidak ada cahaya matahari, tumbuhan untuk fotosintesis dan menghasilkan oksigen harus dibantu sinar listrik. Itupun hasilnya tidak sempurna, biayanya milyaran hingga triliunan bila tiap hari. Allah ngasih kita energi terbesar di dunia dengan GRATIS. Masih tak malukah kita melanggar syariat agama Islam, menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk bermaksiat pada Allah misalnya mendukung Maksiyat, makan hasil riba, makan hasil MLM/ Ghoror, ghibah, mendzalimi orang lain, zina, merampas hak orang lain dsb? Sungguh bila tak segera taubat betapa tak tahu dirinya kita. Betapa angkuhnya kita. Sesungguhnya nikmat dunia yang diperoleh dengan cara HARAM/ DZALIM hanyalah permainan dunia yakni kesenangan sesaat yang harus dibayar dengan ahzab atau siksa Allah yang amat pedih di negeri akherat.


Coba kita renungkan kembali...
Kita diberikan Allah hati untuk mengingat Allah supaya digunakan untuk niatan baik, husnudzan, dan memperbanyak kebaikan melalui hati. Lalu bila hati kita yang sejatinya nikmat Allah swt, lantas kita gunakan sebagai sarang penyakit hati (iri, takabur, ujub, riya, dll) tanpa taubat, tidakkah kita malu sama Allah, menggunakan pemberiannya untuk bermaksiat yang notabennya larangan Allah? Allah berikan hati kita sehat supaya kita banyak bersyukur dan menjaga hati dari penyakit hati. Seandainya Allah murka, lantas memberikan penyakit hati seperti kanker hati, liver, berapa banyak uang yang perlu kita keluarkan untuk berobat?. Dikasih hati yang sehat, masihkah kita tak malu bermaksiat pada Allah. Mari bermuhasabah diri. Sudah kita gunakan untuk apa saja hati kita, apakah hati kita sering berburuk sangka ataukah hati kita sering menyakiti orang lain dari iri hingga mendzalimi?. Semoga kita, Allah sadarkan dengan hidayah sebelum akhirnya kita wafat. Agar kita tidak wafat dalam kondisi mengidap penyakit hati.

Kita diberikan Allah mata untuk memandang manusia dengan kebaikan, tidak merendahkan, melihat keagungan nikmat Allah, bersyukur dengan menggunakan mata untuk membaca dan menulis (belajar). Betapa seharusnya kita bersyukur atas mata yang sehat yang Allah anugerahkan. Bayangkan saja bila mata itu diuji Allah dengan katarak, tumor, kanker mata. Betapa banyak harga yang perlu kita bayar untuk mengobatkan mata yang sakit. Masihkah kita tak malu menggunakan mata kita untuk maksiyat dan durhaka dengan Allah (seperti memendang lawan jenis bukan makhram dengan syahwat, memandang makhluk Allah dengan rendah, memandang film porno, memandang kemaksiatan)?. Sungguh setiap organ kita kelak akan dihisab dan semua terdata oleh malaikat rokib dan atit, tak ada yang terlewatkan tercatat. Maka Berhati-hatilah menggunakan mata. Jangan kau gunakan untuk memandang rendah makhluk Allah hanya karena ia miskin, jangan memandang rendah seseorang hanya karena ia buruk rupa, jangan memandang film porno, jangan memandang lelaki/ perempuan ajnabi dengan syahwat. Jangan memandang yang diharamkan, sesungguhnya hisab Allah itu adil, takut lah sama Allah. Bila engkau ingin maksiyat dengan mata, jangan engkau gunakan mata yang Allah berikan untuk maksiyat tapi maksiyatlah dengan mata yang bukan dari Allah Swt, sanggupkah?. Sanggupkah engkau membuat atau membeli mata sendiri? Sekali-kali TIDAK. Maka jangan gunakan matamu untuk bermaksiat.

Coba kita tengok telinga kita, sudah kita gunakan apa saja telinga kita? Apakah untuk mendengarkan majelis ilmu, ceramah kebaikan ulama, dan kebaikan lainnya? Ataukah telinga kita, kita gunakan untuk mendengarkan ghibah, mendengarkan fitnah, mendengarkan hoaks, mendengarkan hal-hal yang mendukung maksiyat atau kedzaliman pada kaum lemah, pada perempuan, pada siapapun? Bila kita gunakan telinga yang pemberian dari Allah untuk bermaksiat pada Allah swt, seharusnya kita malu. Kita menggunakan nikmat dari Allah untuk maksiyat pada Allah, semoga hidayah untuk kita dan insyaf. Allah anugerahkan telinga yang sehat untuk mendengarkan kebaikan dan ilmu bukan untuk maksiyat. Coba kalau telinga kita diuji Allah dengan kanker telinga, infeksi telinga, gendang telinga pecah, tetanus telinga, dll yang berbahaya? Betapa banyak yang harus kita bayar untuk sebuah telinga sehat. Lalu masihkah kita gunakan telinga kita untuk durhaka pada Allah dengan melakukan maksiyat telinga?. Wahai hamba Allah, bertaubatlah sebelum terlambat, sesungguhnya ahzab Allah itu teramat pedih, janganlah sesekali engkau melawan hukum Allah swt.

Coba kita tengok tangan dan kaki kita, apakah kita gunakan untuk berjalan ke majelis ilmu? Apakah kita gunakan untuk menulis ilmu yang bermanfaat? Apakah untuk bekerja yang halal? Ataukah kaki dan tangan kita gunakan untuk ke tempat maksiyat (tempat karaoke, tempat tempat maksiat lainnya)? Ataukah kita gunakan tangan kita untuk mengurangi takaran timbangan dalam berjualan? Ataukah tangan kita gunakan untuk memanipulasi data sehingga merugikan atau mendzalimi orang lain?. Ataukah tangan dan kaki kita gunakan untuk merampas hak fakir miskin, yatim piyatu, dhuafa? Ataukah tangan dan kaki kita gunakan untuk korupsi? TIDAKKAH KITA Malu menggunakan tangan dan kaki dari Allah untuk maksiyat kepada Allah dan melanggar syari'at Allah? Apakah Allah tidur sehingga kita berani bermaksiat kepada Allah? TIDAK. Sekali kali tidak, Allah tidak tidur, Allah melihat semua yang kamu lakukan dan semua dicatat malaikat rokib dan atit. Wahai hamba Allah, janganlah menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya ahzab Allah teramat pedih. Tanganmu saja bila kesetrika gosong, perih, lecet, sakitnya minta ampun. Bagaimana bila disetrika di neraka? Panasnya bagaimana? Takutlah akan siksa neraka. Janganlah berlaku dzalim dengan telingamu.


Coba kita tengok lisan/ mulut kita. Sudahkah kita berlaku jujur ataukah kita sering menipu dan berdusta dengan lisan kita? Sudahkah kita menepati janji yang keluar dari mulut kita ataukah kita ingkar janji dengan lisan kita? Sudahkah kita gunakan lisan kita untuk tolabul ilmi dan dakwah ataukah kita gunakan lisan kita untuk mendukung kemaksiatan? Sudahkah kita gunakan lisan kita untuk berdzikir dan doa ataukah kita gunakan lisan kita untuk ghibah dan menebar fitnah?. Marilah kita berkaca dan menengok lisan kita sendiri-sendiri. Lebih banyak kita gunakan untuk kebaikan ataukah kemaksiatan. Apakah kita berpegang pada amar makruf nahi munkar ataukah amar munkar nahi makruf? Apakah kita lebih sering berdusta ataukah jujur?. Kawanku, Allah anugerahkan lisan (mulut) yang sehat itu untuk melakukan kebaikan pada Allah. Bukankah hakikat Allah menciptakan manusia dan jin di muka bumi untuk beribadah? Lalu mengapa kau gunakan nikmat dari Allah untuk membela kemungkaran? Kamu bisa lari dari tanggung jawab pada manusia atas kebohonganmu, tapi kamu tidak bisa lari dari Allah di hari pembalasan. Berhati Hati lah berlaku dzalim, balasan Allah di yaumil qiyamah teramat pedih. Mulut yang sehat, perbanyaklah untuk berbuat kebaikan, kejujuran, keadilan. Jangan sekali kali kau gunakan mulut dari Allah untuk bermaksiat pada Allah. Bayangkan api dunia saja bila membakar tubuhmu bisa gosong dan sangat perih, bagaimana dengan api neraka?

Kawanku...
Manusia yang beruntung BUKANLAH manusia yang kaya, bisa beli apa saja, bisa pergi kemana saja.
Manusia yang beruntung BUKANLAH manusia yang cantik/ tampan tapi ahli maksiyat dan dzalim.
Manusia yang beruntung BUKANLAH manusia yang punya kekuasaan atau jabatan sehingga dihormati orang.
MELAINKAN....
Manusia yang beruntung ADALAH manusia yang wafatnya tetap iman, tetap islam, dan khusnul khotimah menjadi kekasih Allah.

Adakah yang bisa tahu bahwa matinya kelak khusnul khotimah, pasti masuk surga? TIDAK ADA YANG TAHU kecuali Allah. Oleh karena engkau tidak tahu, janganlah memperbanyak berlaku dzalim dan maksiyat, sesungguhnya kehidupan dunia itu sementara, sementara kehidupan akherat itu kekal abadi. Coba pikir baik baik, yang kamu lakukan itu mengejar harta/ nikmat dunia (hubbud dunya hingga lupa bekal akherat) ataukah memperbanyak ibadah dan kebaikan sebagai bekal akherat? Jawabannya yang lebih tahu adalah engkau, bukan orang lain. Mari bermuhasabah diri, jangan menggunakan nikmat Allah untuk berlaku dzalim dan membangkang pada Allah. Teruslah belajar dan diamalkan, tegakkan keadilan dan tebarkan kebaikan sebagai bekal amal soleh di alam barzah. Jangan berlaku dzalim, sesungguhnya dituntut di hadapan Allah itu berat hisabnya.


Untuk melatih syukur...
Cobalah silaturahmi ke yatim piyatu, di sana engkau akan banyak bersyukur karena engkau masih memiliki bapak dan ibu. Sehingga engkau akan lebih menyayangi dan memuliakan bapak ibumu, engkau akan dermawan pada mereka.
Cobalah silaturahmi ke rumah sakit, tengoklah para penderita penyakit bahaya seperti penderita kanker, tumor. Disana engkau akan banyak bersyukur karena Allah telah menganugerahi kesehatan.
Cobalah silaturahmi ke panti jompo, di sana engkau akan banyak melihat para orang tua yang wajah dan kulitnya telah berubah keriput. Itulah gambaran engkau ketika tua nanti. Lalu apakah engkau akan tega menyombongkan kecantikan atau ketampananmu bila kelak engkau akan keriput juga? Tidakkah engkau siapkan bekal untuk kematian sebab makhluk pasti mati?.
Cobalah silaturahmi ke rumah sakit jiwa. Di sana engkau akan banyak menjumpai orang yang gangguan jiwa (orang gila). Dengan demikian engkau akan bersyukur karena dianugerahi akal sehat (tidak gila).  Lalu betapa malunya kita bila Allah telah menganugerahkan otak dan akal yang sehat, ALLAH tidak gunakan akal pemberiannya untuk kebaikan dan justru untuk berpikir negatif. Naudzubillah. Marilah bersyukur, telah Allah anugerahkan akal yang sehat.
Cobalah silaturahmi ke para fakir miskin, dhuafa dan gelandangan. Maka engkau akan memperbanyak bersyukur atas harta yang engkau miliki dan melatihmu memiliki kepekaan sosial dan peduli, tidak pelit dan banyak bersyukur.
Cobalah silaturahmi dengan anak jalanan. Di sana engkau akan banyak menjumpai anak yang putus sekolah demi mencari nafkah, mereka putus sekolah karena pergaulan bebas, karena kurang perhatian orangtua. Dengan demikian engkau akan bersyukur, orangtuamu telah mendidik agama dan akhlak.
Cobalah silaturahmi dengan anak anak penyandang cacat baik tuna daksa, tuna grahita, ataupun autis. Kamu akan banyak bersyukur dianugerahi tubuh normal, dianugerahi otak normal. Bayangkan bila kamu seperti mereka. Maka apakah lantas kenormalan tubuh dan otakmu itu engkau gunakan untuk maksiyat kepada Allah swt?

Sungguh betapa dzalimnya kita bila kita menggunakan organ dari Allah untuk maksiyat kepada Allah.
Sungguh betapa durhakanya kita bila kita hidup di bumi Allah swt, lantas kita durhaka di bumi Allah.
Sungguh betapa dzalimnya kita bila kita menghirup udara pemberian dari Allah tapi kita maksiyat dengan oksigen yang Allah berikan.
Sungguh betapa dzalimnya kita bila kita bisa hidup dari rizki yang Allah berikan sementara kita bermaksiat, mendzalimi makhluk Allah dengan rizki dari Allah.
Sungguh betapa tak tahu dirinya kita, kita bisa lancar aktivitas karena adanya energi cahaya matahari yang menyinari bumi, lantas kita gunakan nikmat Allah untuk bermaksiat kepada Allah swt.


Semoga rahmat dan hidayah Allah tercurah untuk kita semua sehingga kita selamat dari dunia dan akherat. Semoga bila kita maksiyat, Allah tegur kita. Allah ingatkan kita dengan lembut melalui nasehat dan teguran kawan kita. Betapa meruginya kita bila Maksiyat tiada yang mengingatkan. Teguran di dunia yang membawa kita pada taubat lebih baik daripada ahzab Allah di negeri akherat.

Segala kebenaran datangnya dari Allah Swt. Segala kesalahan dari al fakir penulis. Semoga tulisan ini menjadi lantaran hidayah dan amal jariyah penulis beserta para guru penulis. Persembahan pertama untuk al mukarom ibu penulis, Emak Mahzunah Bintu Makhsun yang mendidik akhlak dan ilmu pada penulis sejak usia dini dan juga pada Bapak Masdari bin Ja'far Sodiq selaku bapak juga guru penulis yang pertama kali. Wabil khusus untuk yang penulis takdhimkan KH. Muharror Ali beserta para guru madrasah, para guru ngaji penulis dan tak lupa adek kesayangan penulis adinda Afidatul Mafrucha.

Penulis sangat welcome akan saran dan kritik yang membangun. Penulis pun sedang proses lebih baik dan memperbaiki akhlak, menegakkan keadilan, berpegang syari'at. Mohon doanya agar penulis bisa menjadi Al Mar'atus Solekhah, walad solekhah, dan kelak menjadi umi solekhah. Semoga bisa meneladani idola penulis Sayyidah Robi'ah Al Adawiyyah dan para ummahatul mukminin wabil khusus terutama Sayyidatuna Fatimah ra dan Sayyidatuna Khodijah ra. Sekali lagi mohon maaf atas segala kekurangan dalam tulisan ini. Tulisan ini ditulis semata-mata untuk berdakwah. Tulisan ini penulis hadiahkan pada bapak, emak, adek, dan kiahi serta guru-guru ngaji penulis. Aamiin 😊

Tidak ada komentar :