HALIMAH BINTI MASDARI

Minggu, 03 November 2019

CERITA JAM TANGAN


CERITA JAM TANGAN
*****
Catatan hati Dewi Nur Halimah 



Aku tahu, terlalu banyak cerita sama makhluk akan membuat bosan. Maka kucurahkan isi hatiku pada Rabb semesta alam dan kugoreskan pada diaryku. Jika di facebook, Instagram, WhatsApp, tentu banyak yang baca. Kalau di blog, tidak aku share linknya kan aman. Bila kugoreskan dalam tulisan, suatu saat bila aku rindu maka aku dapat membukanya kembali saat membaca. Membaca kenangan itu akan menjadi catatan perjalanan hidupku. 

Senin, 4 November 2019. Pagi itu aku makan, namun tubuhku tak bisa kompromi. Setiap suapan hampir muntah, iya aku masuk angin. Spontan saja, makananku tidak habis. Di tengah menyuap nasi, ada seorang perempuan yang menyapaku.

"Mbak Halimah, jam tangannya kog nggak ganti beli baru," sapa seorang perempuan yang sangat aku segani, sebab dari beliau aku banyak mengingat akheratku.

"Hehe belum ada rizki buat baru. Apa mau dikasih," candaku sambil tersenyum.

"Hehe. Kirain beli baru, jam tangan yang lama diberikan kulo," katanya. Iya beliau sendiri bukan orang kaya, masih dinafkahi dan bukan wanita karir. Aku paham beliau.

Spontan jam tanganku kulepas. Bila kuingat, jasa beliau untuk akheratku lebih banyak dibandingkan harga sebuah jam yang hanya 80 rb. Baru kupakai beberapa bulan. Aku adalah perempuan yang suka aksesoris jam tangan, gelang, pitek muslim. Entahlah aku suka, apalagi yang berbau kearab Arab an atau Albanian. Aku sangat suka. Jam itu sangat aku taksir, selain kalau dipakai manis di tangan. Aku susah mendapatkan ukuran segitu. 

"Jam tangan ini untuk jenengan," kataku sambil menyodorkan jam tanganku yang kulepas.

"Tapi kan ini jam kesayanganmu. Belum beli lagi," elaknya untuk menolak pemberianku. 

"Yakinlah, aku memberimu karena Allah akan memberiku rizki yang lain. Doakan saja rizkiku berkah. Jangan bosan menasehati akheratku. Ini tak ada artinya dengan banyaknya nasehatmu selama ini untuk akheratku," kataku lalu kuberikan padanya.

"Benarkah nggak papa?. Makasih ya," jawabnya sumringah dan jam itu langsung dipakai dihadapanku.

"Iya ridho," jawabku sambil senyum.

Bagiku beliau adalah sosok yang sangat aku cintai. Setiap mendengar tutur katanya yang super lembut mendorongku menjadi insan yang pemaaf meskipun aku didzalimi. Setiap melihat sikapnya yang amanah, menepati janji, lembut tutur kata, tenang sikapnya, dermawan walau belum memiliki penghasilan, hatiku menemukan kedamaian. Setiap barangku yang dipinta beliau, karena beliau spesial. Entah baju yang kupakai, jam tangan, kitab, kerudung atau apapun biasanya langsung kucopot dan kuberikan beliau saat itu juga.

Beliau suka menolong, beliau rajin ibadah. Semoga jam itu membantu buat beliau memanage waktunya dalam ibadah sehingga membawa keberkahan baik untukku maupun untuknya. 

Dear diaryku. Terimakasih untuk hari ini. Hari ini aku menemukan ketenangan. Sangat berbeda dari hari hari sebelumnya. Bila sebelumnya kalau didzalimi menangis dan tidak legowo. Hari ini dari beliau, aku belajar ikhlas, legowo, syukur. Di samping beliau sejuk. Dan dari beliau aku akan banyak belajar menata hati, memperbaiki akhlak, menambah wawasan, berlatih syukur dan legowo. Alhamdulillah terimakasih Allah. Tanpa hidayahMu dan anugerahMu, engkau pertemukan aku dengan sosok perempuan Sufi yang sangat baik selalu menyandarkan hidup dan matinya semata untuk Allah. 

Tidak ada komentar :