HALIMAH BINTI MASDARI

Selasa, 05 November 2019

JERITAN ANAK AYAM

JERITAN ANAK AYAM
*****
Catatan Nyata Perjalanan Halimah
(Dewi Nur Halimah)


Pagi itu, di tengah embun pagi dan dinginnya udara pagi yang menusuk-nusuk kulitku. Badanku menggigil kedinginan apalagi aku tak tahan cuaca dingin. Kupacu motorku untuk berangkat mengajar. Niatku kuluruskan.
"Bismillahhir rohmanir rokhim. Niat ingsun mucal hari ini keroni kanggo ibadah lillahi ta'ala"

Sepanjang perjalanan tiada henti-hentinya aku bersolawat dan berdzikir. Air mataku mengalir deras membasahi masker wajahku. Mengingat kenangan dimana pengorbanan dibalas penghianatan dan kebohongan. Duhai Rabbku, hapuskan lukaku. Kupacu motorku pelan pelan sambil memandangi tumbuhan.

Di tengah perjalanan, ku dengar jeritan anak ayam yang terkapar di jalan raya, dan salah satu kakinya pincang tak bisa jalan. Dia ditengah jalan raya. Awalnya aku acuh, soalnya kalau aku berhenti resikonya aku terlambat. Kulihat orang-orang lewat juga acuh, motor banyak lewat, kendaraan roda 4 juga banyak lewat tapi acuh dengan jeritan anak ayam yang pincang di jalan raya.

Setelah berjalan melewati anak ayam itu sekitar 100 m. Hatiku terketuk. 
"Halimah sayang, ada makhluk Allah butuh pertolonganmu. Mengapa engkau acuh. Larut dengan orang-orang yang acuh. Halimah sayang, barangkali kamu menyayangi makhluk Allah yang lain, kamu menolong makhluk Allah yang lain. Nanti suatu saat akan Allah kirimkan seseorang untuk menolongmu saat engkau butuh, saat engkau terluka. Bukankah dalam hadist disebutkan bahwa siapa yang tidak sayang maka tidak disayang. Adakah engkau tak peduli dengan anak ayam itu? ", suara hatiku yang seolah olah ada sosok yang bertanya padaku.

Hatiku tak tega. Motor yang sudah melaju 100 m, aku berhenti dan memutar balik laju motorku menghampiri anak ayam yang menjerit-jerit. Aku tidak peduli bila nanti aku terlambat ke sekolah. Kalau pun dimarahin ya tidak masalah, karena memang salah. Tapi anak ayam ini, dia butuh pertolongan. Kuparkir motorku di tepi jalan yang tak beraspal.

Setelah jalan sepi, kuambil anak ayam di jalan raya itu. Mengapa dia menjerit? Satu kakinya patah. Setelah kuamati, dapat kusimpulkan. Anak ayam itu bermain di jalan raya, kakinya yang satu kesrempet motor atau kendaraan yang melintas jalan raya hingga terluka parah yang membuatnya tidak bisa berjalan dan duduk di tengah jalan raya hanya bisa menjerit. Namun penabrak acuh dan meninggalkannya begitu saja. 

Hatiku tersentuh, terharu. Betapa kasihan anak ayam itu. Ia menjerit puluhan kali tak ada yang menolongnya. Saat kuangkat tubuhnya, dia terdiam memandangiku. Lalu kutaruh ia ditepi semak-semak agar jauh dari jalan raya. Kasihan kalau dia mati terlindas kendaraan yang lewat. Aku membayangkan, bagaimana sedihnya bila ditabrak orang dan yang menabrak kita lari dari tanggung jawab. Demikian juga yang menabrak ayam itu, dia tak bertanggung jawab. Masih beruntung, ayam itu tak mati. Kutolong, kuelus elus, lalu aku kembali berangkat ke sekolah untuk mengajar.

Hatiku menangis dan terkadang air mataku terjatuh saat melihat orang menabrak ayam atau kucing di jalan raya, namun membiarkan mayatnya tergeletak begitu saja dijalan raya bahkan hingga hancur. Aku tak bisa membayangkan jika manusia diperlakukan sama. Ayam dan kucing pun juga makhluk Allah, jangan mendzaliminya lalu meninggalkannya. Jangan menyepelekan kedzaliman kecil pada hewan. Banyak pula orang ditakdirkan masuk surga bukan karena ahli ibadahnya, bukan karena puasanya, bukan karena zakatnya, bukan karena ibadah hajinya melainkan karena sifat welas asihnya sesama makhluk Allah. Banyak pula yang karena dzalim dan tidak punya rasa belas kasihan, menjadikan Allah swt murka. 

Bersifat welas asih dan penolonglah pada makhluk Allah, bukan hanya sesama manusia, tapi jua tumbuhan dan hewan. Imam Syafi'i masuk surga bukan lantaran ibadahnya, melainkan lantaran hal kecil dimana beliau welas pada lalat dan membiarkannya kenyang menghisap tinta yang digunakan untuk menulis kitab. Seorang imam di Baghdad dimasukkan surga bukan lantaran amalan ibadahnya, melainkan beliau yang menolong anak kucing kedinginan lalu menyelimutinya hingga tidak kedinginan. Seorang PSK memberikan minum pada anjing yang kehausan, qodarullah mendapatkan hidayah allah dan wafatnya husnul khotimah.

Selain itu ada pula kisah seorang wanita gara gara mengurung kucing hingga kelaparan dan mati mendapatkan laknat Allah hingga dimasukkan neraka. Teringat akan kisah itu, membuatku balik lagi menyelamatkan anak ayam itu. Barangkali saat ini hatiku sedang terluka, didzalimi orang. Suatu saat, diganti Allah dengan kebahagiaan yang tak terduga. Wallahu a'lam. 

Tidak ada komentar :