TENGADAH DOA DALAM AIR MATA
*****
Catatan Hati Dewi Nur Halimah
Untuk buku catatanku...
Kugores ceritaku disini. Kuekspresikan segala lukaku yang dalam disini. Bagaimana hancur dan sedihnya hatiku saat mengorbankan jiwa, raga, dan yang kupunya dibalas dengan penghianatan. Tak bisa kuungkapkan. Hari-hari kulalui dengan hujan air mata.
Badai air mata pun berganti. Ini cerita kemarin sore. Hatiku kelabu, air mataku berjatuhan saat pengorbanan demi pengorbananku disia-siakan dibalas dengan kedzaliman. Aduhai rabbku, sungguh hatiku hancur.
Aku berjalan menyusuri gang-gangan seorang diri. Hanya untuk mengobati luka kecewa dan air mata yang begitu dalam. Rasanya tak bisa diungkapkan. Sangat banyak. Ditengah lahar dingin yang membanjiri pipiku, kupaksa rautku untuk tersenyum walau bengkak bekas tangis membekas di mataku. Bagaimana tidak bengkak, larut dalam air mata. Kupacu motorku dengan kecepatan lebih tinggi, lebih tinggi dari biasanya.
Kutemui dan kudapati orang gila. Ia membawa sampah kemana-mana. Makan dengan memungut bekas sampah. Dari sinilah aku belajar syukur, syukur telah diberikan nikmat sehat walaupun ujian datang bertubi tubi. Syukur karena diberikan otak normal walau hatiku hancur.
Aku berjalan lagi, seorang diri untuk menyenangkan hati yang terluka. Kujumpai sosok orangtua, diusia senjanya yang sudah berambut putih mendorong gerobak. Hatiku teriris. Astagfirullah, semoga diusia tua orangtuaku. Aku bisa memuliakannya. Waktu kecil anak anak dirawat orangtua, saat dewasa. Anak anak merawat orangtua.
Saat air mataku pecah. Aku sering menghibur diriku sendiri dengan menjumpai orang gila, orang sakit, gelandangan, fakir miskin, dhuafa, yatim piatu di gang gangan, di panti asuhan, di panti jompo, di rumah sakit, di rumah sakit jiwa atau dimanapun aku melangkahkan kakiku. Barangkali dengan silaturahmi dengan mereka mengajarkanku arti syukur, berbagi, dan sabar.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar