HALIMAH BINTI MASDARI

Minggu, 22 Januari 2017

PERAN WANITA PADA KEHIDUPAN LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF AGAMA

PENGARUH WANITA PADA LAKI-LAKI
MENENTUKAN NASIB DI AKHIR HAYATNYA  
  


Kaum muslimin dan kaum muslimat yang dirahmati Allah SWT…J
Pernahkah engkau merenung, lalu terbesit…siapakah penentu maju mundurnya suatu negara? Siapa penyumbang kemajuan dan kehancuran negara? Siapa di balik sosok lelaki yang hebat? Siapakah penyumbang utama yang membawa seorang laki-laki masuk surga ataukah neraka?. Jawabannya satu yakni wanita. Mengapa wanita?. Nah, simaklah penjelasan berikut.
Wanita menentukan maju mundurnya suatu negara karena wanita adalah pencetak generasi bangsa. Sedangkan kemajuan atau kehancuran suatu negara terletak ditangan pemuda, pemuda dilahirkan dari rahim wanita. Wanita yang baik dan berakhlak mulia (bermoral dan berkharakter) akan membawa kemajuan bagi suatu bangsa. Tahukah engkau bahwa 99% kecerdasan anak diturunkan dari genetik kecerdasan Ibu. Jika menginginkan generasi muda yang cerdas, maka didiklah wanitanya menjadi wanita yang cerdas. Wanita yang mampu menghormati dan memuliakan dirinya akan membawa kedamaian. Kelembutan sikap wanita akan membawa kesejukan dan ketentraman. Mau negaramu maju? Maka cetaklah wanita-wanita yang cerdas dan berakhlak. Mereka akan menentukan generasi emas dimasa datang.
Lalu siapakah di balik sosok laki-laki yang hebat?, jawabannya adalah perempuan hebat.
Dibalik seorang suami yang hebat dan sukses, ada seorang istri yang hebat yang mendampinginya. Seorang istri yang menemaninya dalam suka dan duka, seorang istri yang memotivasinya, seorang istri yang menginspirasinya, seorang istri yang menguatkan bahunya, seorang instri yang mencerdaskan akal dan pikirannya. Hal ini dapat anda saksikan, pada kehidupan Rosulullah SAW dengan Sayyidah Khodijah RA. Bagaimana tidak?, Sayyidah Khodijah RA rela menyumbangkan akal pikirannya untuk perjuangan Rosululullah baik pada dakwah sembunyi-bunyi maupun dakwah secara terang-terangan. Sayyidah Khodijah RA rela mengorbankan seluruh harta yang dimilikinya untuk Allah dan Rosulullah. Sayyidah Khodijah RA menguatkan dan memotivasi Rosulullah SAW kala beliau ketakutan, kedinginan saat pertama kali menerima wahyu. Kau jua dapat melihat itu pada Sete Jobs, dibalik kesuksesan karir Steve Jobs, ada istrinya yang selalu menemaninya dalam suka maupun duka, ada istrinya yang selalu memotivasi dan menginspirasinya.
Di balik seorang anak yang hebat, ada sosok Ibu yang hebat. Bila ia belum menikah, maka sosok yang menyokong dibalik hebatnya seorang lelaki adalah Ibunya. Benarkah? Iya. Mari kita tengok pada sosok Imam Syafi’i. Beliau sudah menjadi seorang Hafidz saat beliau masih berusia 7 tahun. Itu adalah peran Ibunya. Ibunya adalah sosok yang mengarahkan beliau, Ibunya adalah sosok yang mendidik beliau serta membimbing beliau. Kaupun bisa melihat hal ini pada teman-temanmu laki-laki, anak-anak Indonesia. Dibalik kejuaraan dan prestasi seorang anak, ada sosok Ibu luar biasa yang sabar mendidik dan mengarahkannya. Sebagai contohnya adalah Fahma dan Hania, dua programmer cilik asal Indonesia yang mendapatkan 30 penghargaan Internasional. Kau tahu, di balik sosok Fahma dan Hania, ada sosok Ibu yang selalu membimbingnya, ada sosok Ibu yang mendongeng tentang kisah-kisah cendekia hebat pada Fahma dan Hania saat mereka akan tidur, sehingga mereka terinspirasi. Sekali lagi, bahwa di balik sosok anak yang hebat, ada sosok Ibu yang hebat di belakangnya…J
Lalu, apa hubungannya dengan wanita bisa menyeret seorang lelaki terjurumus masuk neraka dan bisa pula menyeretnya merasakan nikmatnya surga?. Nah, inilah ulasannya. Banyak kisah-kisah terdahulu yang menjelaskan tentang pentingnya peran wanita terutama Ibu. Lelaki ditakdirkan memiliki kelebihan kekuatan secara fisik dibandingkan wanita [read: wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki (suaminya), sedangkan sifat tulang rusuk itu lemah atau mudah patah, itulah sebabnya wanita cenderung bersifat lemah kekuatannya atau lembut hatinya] supaya lelaki mampu melindungi wanita, lelaki bisa menjaga wanita, lelaki bisa memuliakan wanita. Mereka (lelaki) yang tersungkur ke neraka adalah lelaki yang durhaka pada ibunya, lelaki yang menelantarkan istrinya, menelantarkan ibunya, dan terhasut oleh istrinya untuk melakukan kejahatan. Mereka (lelaki) yang dikaruniai nikmat surga adalah lelaki yang memuliakan keluarganya terutama ibu, memuliakan istrinya, serta terkuatkan oleh istri solekhahnya yang selalu mendorongnya akan berbuat kebaikan. 
Siapakah sosok yang terseret ke dalam jurang neraka karena wanita pada kisah orang-orang terdahulu?. Mereka adalah Bal’am bin Baurah, Kiahi Barseso, dll. Lalu siapakah sosok yang terbawa masuk surga karena wanita pada kisah orang-orang terdahulu?. Mereka adalah kisah Mushab bin Umair, kisah Uwis Al-Qarni, Kisah Hiran Al Furhaidy, dll. Bailah berikut adalah kisah singkatnya.     

Contoh kisah lelaki yang terjerumus masuk neraka karena wanita:
1.      Bal’am bin Baurah
Bal’am bin Baurah adalah seorang waliyullah pada masa Nabi Musa AS. Ia dikaruniai bahwa setiap doanya makbul (diijabah Allah SWT). Tak hanya itu bahkan ia telah Allah perlihatkan surga dan neraka. Ia adalah sosok yang taat Ibadah kepada Allah SWT, selalu memujinya dan selalu menyembahNya. Setelah pasukan Fir’aun tenggelam dalam lautan mengejar nabi Musa dan Bani Isra’il. Nabi Musa dan Bani Isra’il selamat dan hampir sampailah mereka pada negeri Bal’am. Raja dan penasehat-penasehatnya ketakutan akan Nabi Musa dan Bani Isra’il. Maka mintalah sang Raja agar Bal’am dengan ilmunya (berdoa karena doanya ijabah) untuk mengalahkan Nabi Musa. Awalnya Bal’am menolak permintaan itu. Namun syetan menggoda istri Bal’am, sebagaimana Syetan menggoda Hawa dahulu hingga Adam dan Hawa dikeluarkan dari Syurga. Raja dan penasehat-penasehatnya membujuk istrinya dengan iming-iming Emas senampan.
Istri Bal’am yang tersilaukan akan kemewahan dunia itu kepincut, dibujuknya suaminya. Bal’am yang tak menerima permintaan Raja, dingambeki oleh istrinya, didiamkannya ia, ia tak dilayani. Akhirnya Bal’am menanyakan pada istrinya mengapa ia mogok dan tak mau melayaninya. Sang istri berkata, “Apa susahnya kau berdoa sesuai permintaan Raja, lalu kau akan mendapatkan hadiah Emas dari Raja.” Bal’am yang dungu itupun lantas menuruti istrinya, didoakanlah Nabi Musa AS dan Bani Israil hingga tersesat. Ketika berdoa untuk keburukan Nabi Musa AS, belum sempat ia bertaubat…Allah mencabut nyawanya, ia mati dalam keadaan kufur karena mendoakan keburukan bagi orang mukmin dengan kondisi lidah yang menjulur panjang layaknya anjing. Demikianlah kisah Bal’am Bin Baurah yang terseret masuk neraka karena istrinya. Sehebat apapun lelaki, kalau istrinya buruk…maka mudah baginyapun ikut terseret pada arus kejahatan.
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. (QS. Al-A’raf: 175-177).

2.      Kiahi Barseso
Kiahi Barseso adalah kiahi yang tersohor pada zamannya. Ia terkenal akan kengalimannya dan ketaatannya dalam beribadah bahkan muridnya ribuan. Maka datanglah tiga pemuda kepada Kiahi Barseso untuk menitipkan saudari (perempuannya) karena mereka bertiga hendak bepergian jauh untuk berdagang. Tiga pemuda tersebut yakin bahwa hanya Kiahi Barsesa lah yang bisa dipercaya untuk menjaga adek perempuannya dengan baik dan aman selama mereka pergi.
Awalnya Kiahi Barseso menolak amanah untuk menjaga saudari perempuan mereka, karena Kiahi Barseso takut jikalau ibadahnya terganggu. Namun atas bujukan (dengan alasan kemanusiaan) oleh tiga pemuda tersebut, akhirnya Kiahi Barseso menyetujui permintaan mereka untuk menjaga saudari perempuan mereka selama mereka pergi dengan satu syarat saudari perempuan mereka tinggal di gubug yang terpisah dengan Kiahi Barseso.
Bukan syetan namanya bila ia tidak cerdik. Maka dilemparkanlah umpan kebaikan untuk menyeret manusia ke api neraka jahannam. Pada mulanya, Kiahi Barshiso menaruh makanan untuk wanita tersebut di tepi jalan dekat gubugnya, biar wanita tersebut yang mengambilnya. Dengan demikian Kiahi Barseso tidak berjumpa dengannya dan tidak tergoyah imannya. Syetan merayunya melalui pikirannya, dibisikinnya Kiahi Barseso, “Kau meletakkan makanan itu di jalan, bagaimana bila dimakan anjing maka wanita tersebut tidak makan dan sakit. Letakkan saja makanan untuk wanita tersebut di depan pintu gubuknya. Bila ia sampai sakit, maka berdosalah engkau karena tak mampu menjaga amanah,” bujuk syetan.
Kiahi Barseso yang tanpa sadar bahwa pikiran itu adalah bujukan syetanpun menuruti pikiran tersebut. Keesokannya diantarkanlah makanan untuk wanita tersebut hingga sampai di depan pintu gubug wanita itu tinggal. Bukan syetan namanya bila ia tak merayu, dilemparkanlah umpan kebaikan demi kebaikan agar Kiahi Barseso tertarik tanpa disadarinya bahwa itu adalah buah dari hasutannya. “Kau letakkan makanan itu di depan pintu, kau tak pernah menengok wanita tersebut atau sekedar menanyakan kabarnya. Bagaimana bila ia sakit dan tak bisa mengambil makanan di depan pintu gubugnya? Maka semakin parahlah kondisinya. Sungguh kau telah lalai akan amanah itu,” hasut syetan kembali.
Kiahi Barseso yang dungu, tanpa sadar iapun masuk dalam perangkap syetan. Keesokan harinya, ia mengantarkan makanan itu ke gubug wanita tersebut, lalu mengetuk pintu dan menanyakan kabarnya. Sungguh, betapa terkejutnya Kiahi Barseso, ternyata wanita itu lebih cantik dari yang dibayangkannya bak bidadari turun di bumi. Tanpa disadari, karena kekagumannya, Kiahi Barseso melonglong dan menelan air ludahnya saat bertemu wanita tersebut. Lalu berkenalanlah mereka karena selama ini mereka belum pernah bertemu dan bercakap-cakap. Begitu sampai rumah, Kiahi Barseso memohon Ampunan pada Tuhannya (Allah) atas kekhilafannya bercakap-cakap dengan wanita tersebut.
Sejak bertemu wanita tersebut, hati Kiahi Barseso selalu dibayang-bayangi akan wajah wanita tersebut. Maka begitu mudahnya syetan merayu hati yang melamun, rasanya hari kian sepi tanpa pertemuan dengan wanita tersebut, hingga munculah tekad Kiahi Barseso untuk menemuinya. Syetan merasuk dalam mimpi Kiahi Barsesa, bayangan pada wanita tersebut menghantuinya. Hingga ia terperangkap akan nafsu syahwatnya, bercakap-cakap dengan wanita tersebut berduaan lantas berbuat keji (zina) hingga menghasilkan benih anak haram. Lalu hamillah wanita tersebut hingga melahirkan. Karena takut kebusukannya diketahui ketiga saudara wanita tersebut, maka dibunuhlah bayi dari perzinaan itu dan dikuburkan disamping gubug wanita tersebut. Lagi-lagi Kiahi Barseso dihantui rasa takutnya, bila wanita tersebut mengadu pada saudaranya, akhirnya dibunuhlah pula wanita tersebut dan menguburnya di samping kuburan anaknya.
Selang beberapa lama kemudian, datanglah saudara-saudara (tigga pemuda) si wanita tersebut dan mendatangi Kiahi Barseso yang berpura-pura beribadah. Kemudian mereka bertanya perihal saudari mereka yang dititipkannya pada Kiahi Barseso. Kiahi Barseso berdusta, dia menceritakan bahwa saudari perempuannya telah meninggal dan diberitahukanlah kuburannya. Merekapun percaya. Namun syetan datang ke mimpi tiga pemuda tersebut dengan mimpi yang sama. Dia datang di mimpi tiga pemuda tersebut berupa seorang lelaki yang sedang musafir. Lelaki itu mengucapkan salam pada tiga pemuda tersebut lalu berkata: “Sesungguhnya saudari kalian itu dikubur Barseso bersama anaknya hasil perzinaan mereka berdua setelah dia membunuhnya,”. Lelaki itu (yang tak lain adalah syetan) lalu menunjukkan kuburan saudari perempuannya dan kuburan anaknya.
Mereka bertiga memimpikan hal yang sama. Kemudian mereka berniat pergi ke kuburan saudarinya dan menggali kuburannya. Ditemukanlah mayat saudarinya yang mati terbunuh karena disembelih dan bersamanya ada anaknya. Mereka kemudian membawa Barsesa pada hakim untuk mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Kiahi Barseso yang dungu itupun dimasukkan dalam sel penjara untuk kemudian diberi hukuman mati karena telah membunuh.
Di saat tiang gantungan dipersiapkan untuk mengeksekusi kematian Kiahi Barseso, datanglah syetan.
“Tahukah engkau siapa aku?,” tanya syetan.
“Tidak,” jawab Kiahi Barseso.
“Aku adalah syetan yang telah menyesatkanmu dan menipumu, hingga aku menjerumuskanmu ke dalam perbuatan keji. Akulah yang membuatmu membunuh sang gadis itu dan anaknya. Aku pulalah yang menunjukkan saudara-saudaranya kan kuburan gadis itu beserta kuburan anaknya. Maka taatilah aku agar bisa menyelamatkanmu dari hukuman mati,” ungkap syetan.
“Apa yang harus aku lakukan?,”tanya Kiahi Barseso yang dungu itu.
“Sujudlah kepadaku,” pinta syetan.
Kiahi Barseso yang harusnya bertaubat dan memohon ampunan pada Allah SWT atas dosa-dosanya, justru ia sujud pada syetan. Dan pasa saat ia sujud pada syetan, tibalah ajal terakhirnya sehingga ia mati dalam keadaan bersujud pada syetan. Akhirnya Kiahi Barseso dimasukkan dalam neraka. Syetan lantas berteriak: “Sesungguhnya kau berlepas diri dari perbuatanmu (tidak bertanggungjawab atas dirimu). Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam”.
Ketahuilah bahwasannya syetan itu sangat cerdik, terkadang untuk menjerumuskan seseorang agar tergelincir pada api neraka ia gunakan umpan kebaikan demi kebaikan agar manusia itu terbujuk. Setelah terbujuk, maka tak sadarlah ia, sehingga sangat mudah baginya untuk mengajaknya pada hal kekejian (kejahatan). Berhati-hatilah, banyak lelaki tersungkur dalam api neraka karena bujukans syetan menggunakan umpan wanita.
Allah SWT berfirman:
(Bujukan orang-orang munafiq itu seperti bujukan syetan), ketika dia berkata kepada manusia: ‘kafirlah kamu’, maka tatkala manusia itu kafir, dia berkata: ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan Semesta Alam’. Maka adalah kesudahan keduanya (masuk) ke neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang lalim.” [QS. AL-Hasyr (59):  16-17 ]


Contoh kisah lelaki yang dimasukkan surga oleh Allah SWT karena memuliakan wanita:
1.      Mushab bin Umair    
Mush’ab bin Umair dilahirkan di masa jahiliyah, empat belas tahun  setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun 571 M (Mubarakfuri, 2007: 54), sehingga Mush’ab bin Umair dilahirkan pada tahun 585 M. Ia merupakan pemuda kaya keturunan Quraisy; Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdud Dar bin Qushay bin Kilab al-Abdari al-Qurasyi.
Dalam Asad al-Ghabah, Imam Ibnul Atsir mengatakan, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya. Sandal Mush’ab adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang ia lewati.” (al-Jabiri, 2014: 19).     
Dalam Asad al-Ghabah, Imam Ibnul Atsir mengatakan, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya. Sandal Mush’ab adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang ia lewati.” (al-Jabiri, 2014: 19).
Mush’ab lebih memilih memeluk islam, walau dimusihi Ibunya. Walau ia harus meninggalkan kemewahan dunia yang diberikan ibunya. Mush’ab lalu ditangkap keluarganya dan dikurung. Semua fasilitas kemewahan pakaian, makanan dan semuanya yang diberikan Ibunya dicabut.   

2.      Kisah Uwais Al Qarni
Uwais bin ‘Amir al-Qarni adalah seorang pria Yaman yang menjalankan hidupnya dalam kemiskinan, memiliki status sosial rendah, tidak dipedulikan, dan tidak pernah diperhatikan. Akan tetapi di sisi Allah ia adalah orang besar, bahkan amat besar, seandainya ia bersumpah atas nama Allah untuk melaksanakan sesuatu, pasti Allah memenuhinya. Sewaktu mendengar berita tentang Rasulullah SAW, Uwais langsung mempercayai dan membenarkannya. Sebenarnya ia berharap bisa berhijrah ke Madinah al-Munawarah untuk menjumpai Rosulullah SAW, hanya saja perhatiannya dalam berbakti kepada ibunya menahan niatnya. Ia memimilih di rumah merawat ibunya yang sakit dan membatalkan niatnya berjumpa Rosulullah. Dirawatnya sang Ibu, disuapinya, digendongnya, dimuliakannya karena ia teringan bahwa Ridho Allah bersama dengan Ridho orangtua, terutama Ibu. Bahkan ia teringat pepatang yang mengatakan “Surga di telapak kaki Ibu”.
Uwais Al Qorni rela menerima kenyatan tidak dapat membina jalinan persahabatan yang amat mulia di dunia dan tidak bisa melihat Rasulullah secara langsung, seraya berharap bisa menemani beliau disurga disebabkan berbaktinya kepada ibunya, sehingga ia mendapatkan keridhaan Allah Swt dan Allah Swt menyampaikan beritanya kepada Rasulullah saw, dan Rasul pun menyampaikan beritanya kepada sahabatnya. Uwais bin ‘Amir al-Qarni hidup ketika Rasulullah saw masih ada, hanya saja ia tidak pernah melihat beliau. Dengan demikian , secara definitif statusnya adalah seorang tabi’in bukan sahabat, akan tetapi karena Rasulullah saw memberikan kesaksian tentang kesalehannya dan ketakwaannya, dan bahwa ia adalah sebaik-baik tabi’in, maka hal itu mensejajarkannya dengan barisan para sahabat.
Sesungguhnya akan datang kepadamu seorang laki-laki dari Yaman yang biasa dipanggil dengan Uwais. Dia tinggal di Yaman bersama Ibunya. Dahulu pada kulitnya ada penyakit belang (berwarna putih). Lalu dia berdo'a kepada Allah, & Allahpun menghilangkan penyakit itu, kecuali tinggal sebesar uang dinar atau dirham saja. Barang siapa di antara kalian yang menemuinya, maka mintalah kepadanya untuk memohonkan ampun kepada Allah untuk kalian. Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb & Muhammad bin Al Mutsanna keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami 'Affan bin Muslim; Telah menceritakan kepada kami Hammad yaitu Ibnu Salamah dari Sa'id Al Jurairi melalui jalur ini dari 'Umar bin Al Khaththab dia berkata; Sungguh aku telah mendengar Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik tabi'in, adalahl seorang laki-laki yg dibiasa dipanggil Uwais, dia memiliki ibu, & dulu dia memiliki penyakit belang ditubuhnya. Carilah ia, & mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian.” [HR. Muslim No.4612]. 


Begitu besar peran wanita terhadap laki-laki, terutama peran istri terhadap suami. Sehebat apapun lelaki bila wanitanya toma’, rakus akan kenikmatan dunia, isrof maka mudahlah ia terperosok  pada keburukan layaknya Bal’am Bin Bauroh. Wanita yang baik akan meminta suaminya untuk taat pada ibunya, Ia akan menasehati suaminya bila suaminya keliru (melakukan kejahatan/ kekejian) dengan kelembutan sehingga hati suaminya luluh atas kelembutan dan kecerdasannya lalu kembalilah pada jalan Allah. Sebagaimana ketegaran istri Nabi Ibrahim yang kukuh pendiriannya, tak tergoyah oleh bujukan syetan untuk menghalangi Nabi Ibrahim menyembelih Nabi isma’il sebagai wujud bahaktinya kepada Allah. Istri Nabi Ibrahim justru mendukung suaminya taat dan berbhakti pada perintah Allah. Lelaki bahkan tekad melakukan korupsi, itu tak lain karena ia menuruti nafsu duniawi, jua bisa pula disebabkan untuk memenuhi hasutan istri yang meuntutnya hidup dalam kemewahan bergelimang harta tanpa memikirkan jalan yang ditempuhnya, halal ataukah tidak. Pilihlah wanitamu yang sekiranya kamu halal bersanding dengannya, makin makin dekatlah engkau dengan Tuhanmu. Memandangnya membawamu semakin ingat akan hari kematian, mendengarkan katanya menyejukkan kalbumu mengingatkanmu akan kehidupan abadi di akherat serta ia yang mau menguatkanmu dikala engkau lemah, menasehatimu kala engkau salah. Layaknya keteguhan hati ibunda Nabi Ismail yang teguh imannya, layaknya siti Khodijah yang taat Rosulullah SAW.

REFERENSI:
al-Jabiri, Adnan bin Sulaiman. 2014. Shirah ash-Shahabi al-Jali: Mush’ab bin Umair. Jeddah: Dar al-Waraq al-Tsaqafah.
Mubarakfury, Shafiyurrahman. 2007. ar-Rahiq al-Makhtum. Qatar: Wizarah al-Awqaf wa asy-Syu-un al-Islamiyah.