PENGARUH
WANITA PADA LAKI-LAKI
MENENTUKAN
NASIB DI AKHIR HAYATNYA
Kaum muslimin dan kaum
muslimat yang dirahmati Allah SWT…J
Pernahkah engkau
merenung, lalu terbesit…siapakah penentu maju mundurnya suatu negara? Siapa
penyumbang kemajuan dan kehancuran negara? Siapa di balik sosok lelaki yang
hebat? Siapakah penyumbang utama yang membawa seorang laki-laki masuk surga
ataukah neraka?. Jawabannya satu yakni wanita. Mengapa wanita?. Nah, simaklah
penjelasan berikut.
Wanita menentukan maju
mundurnya suatu negara karena wanita adalah pencetak generasi bangsa. Sedangkan
kemajuan atau kehancuran suatu negara terletak ditangan pemuda, pemuda
dilahirkan dari rahim wanita. Wanita yang baik dan berakhlak mulia (bermoral
dan berkharakter) akan membawa kemajuan bagi suatu bangsa. Tahukah engkau bahwa
99% kecerdasan anak diturunkan dari genetik kecerdasan Ibu. Jika menginginkan
generasi muda yang cerdas, maka didiklah wanitanya menjadi wanita yang cerdas.
Wanita yang mampu menghormati dan memuliakan dirinya akan membawa kedamaian.
Kelembutan sikap wanita akan membawa kesejukan dan ketentraman. Mau negaramu
maju? Maka cetaklah wanita-wanita yang cerdas dan berakhlak. Mereka akan
menentukan generasi emas dimasa datang.
Lalu siapakah di balik
sosok laki-laki yang hebat?, jawabannya adalah perempuan hebat.
Dibalik seorang suami
yang hebat dan sukses, ada seorang istri yang hebat yang mendampinginya.
Seorang istri yang menemaninya dalam suka dan duka, seorang istri yang
memotivasinya, seorang istri yang menginspirasinya, seorang istri yang
menguatkan bahunya, seorang instri yang mencerdaskan akal dan pikirannya. Hal
ini dapat anda saksikan, pada kehidupan Rosulullah SAW dengan Sayyidah Khodijah
RA. Bagaimana tidak?, Sayyidah Khodijah RA rela menyumbangkan akal pikirannya
untuk perjuangan Rosululullah baik pada dakwah sembunyi-bunyi maupun dakwah
secara terang-terangan. Sayyidah Khodijah RA rela mengorbankan seluruh harta
yang dimilikinya untuk Allah dan Rosulullah. Sayyidah Khodijah RA menguatkan
dan memotivasi Rosulullah SAW kala beliau ketakutan, kedinginan saat pertama
kali menerima wahyu. Kau jua dapat melihat itu pada Sete Jobs, dibalik
kesuksesan karir Steve Jobs, ada istrinya yang selalu menemaninya dalam suka
maupun duka, ada istrinya yang selalu memotivasi dan menginspirasinya.
Di balik seorang anak
yang hebat, ada sosok Ibu yang hebat. Bila ia belum menikah, maka sosok yang
menyokong dibalik hebatnya seorang lelaki adalah Ibunya. Benarkah? Iya. Mari
kita tengok pada sosok Imam Syafi’i. Beliau sudah menjadi seorang Hafidz saat
beliau masih berusia 7 tahun. Itu adalah peran Ibunya. Ibunya adalah sosok yang
mengarahkan beliau, Ibunya adalah sosok yang mendidik beliau serta membimbing
beliau. Kaupun bisa melihat hal ini pada teman-temanmu laki-laki, anak-anak
Indonesia. Dibalik kejuaraan dan prestasi seorang anak, ada sosok Ibu luar
biasa yang sabar mendidik dan mengarahkannya. Sebagai contohnya adalah Fahma
dan Hania, dua programmer cilik asal Indonesia yang mendapatkan 30 penghargaan
Internasional. Kau tahu, di balik sosok Fahma dan Hania, ada sosok Ibu yang
selalu membimbingnya, ada sosok Ibu yang mendongeng tentang kisah-kisah
cendekia hebat pada Fahma dan Hania saat mereka akan tidur, sehingga mereka
terinspirasi. Sekali lagi, bahwa di balik sosok anak yang hebat, ada sosok Ibu
yang hebat di belakangnya…J
Lalu, apa hubungannya
dengan wanita bisa menyeret seorang lelaki terjurumus masuk neraka dan bisa
pula menyeretnya merasakan nikmatnya surga?. Nah, inilah ulasannya. Banyak
kisah-kisah terdahulu yang menjelaskan tentang pentingnya peran wanita terutama
Ibu. Lelaki ditakdirkan memiliki kelebihan kekuatan secara fisik dibandingkan
wanita [read: wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki (suaminya),
sedangkan sifat tulang rusuk itu lemah atau mudah patah, itulah sebabnya wanita
cenderung bersifat lemah kekuatannya atau lembut hatinya] supaya lelaki mampu
melindungi wanita, lelaki bisa menjaga wanita, lelaki bisa memuliakan wanita. Mereka (lelaki) yang tersungkur ke neraka adalah lelaki yang durhaka pada ibunya, lelaki yang menelantarkan istrinya, menelantarkan ibunya, dan terhasut oleh istrinya untuk melakukan kejahatan. Mereka (lelaki) yang dikaruniai nikmat surga adalah lelaki yang memuliakan keluarganya terutama ibu, memuliakan istrinya, serta terkuatkan oleh istri solekhahnya yang selalu mendorongnya akan berbuat kebaikan.
Siapakah sosok yang
terseret ke dalam jurang neraka karena wanita pada kisah orang-orang terdahulu?.
Mereka adalah Bal’am bin Baurah, Kiahi Barseso, dll. Lalu siapakah sosok yang terbawa masuk surga karena
wanita pada kisah orang-orang terdahulu?. Mereka adalah kisah Mushab bin Umair,
kisah Uwis Al-Qarni, Kisah Hiran Al Furhaidy, dll. Bailah berikut adalah kisah
singkatnya.
Contoh
kisah lelaki yang terjerumus masuk neraka karena wanita:
1.
Bal’am
bin Baurah
Bal’am bin Baurah adalah seorang waliyullah pada
masa Nabi Musa AS. Ia dikaruniai bahwa setiap doanya makbul (diijabah Allah
SWT). Tak hanya itu bahkan ia telah Allah perlihatkan surga dan neraka. Ia
adalah sosok yang taat Ibadah kepada Allah SWT, selalu memujinya dan selalu
menyembahNya. Setelah pasukan Fir’aun tenggelam dalam lautan mengejar nabi Musa
dan Bani Isra’il. Nabi Musa dan Bani Isra’il selamat dan hampir sampailah
mereka pada negeri Bal’am. Raja dan penasehat-penasehatnya ketakutan akan Nabi
Musa dan Bani Isra’il. Maka mintalah sang Raja agar Bal’am dengan ilmunya
(berdoa karena doanya ijabah) untuk mengalahkan Nabi Musa. Awalnya Bal’am
menolak permintaan itu. Namun syetan menggoda istri Bal’am, sebagaimana Syetan
menggoda Hawa dahulu hingga Adam dan Hawa dikeluarkan dari Syurga. Raja dan
penasehat-penasehatnya membujuk istrinya dengan iming-iming Emas senampan.
Istri Bal’am yang tersilaukan akan kemewahan dunia
itu kepincut, dibujuknya suaminya. Bal’am yang tak menerima permintaan Raja,
dingambeki oleh istrinya, didiamkannya ia, ia tak dilayani. Akhirnya Bal’am
menanyakan pada istrinya mengapa ia mogok dan tak mau melayaninya. Sang istri
berkata, “Apa susahnya kau berdoa sesuai permintaan Raja, lalu kau akan
mendapatkan hadiah Emas dari Raja.” Bal’am yang dungu itupun lantas menuruti
istrinya, didoakanlah Nabi Musa AS dan Bani Israil hingga tersesat. Ketika
berdoa untuk keburukan Nabi Musa AS, belum sempat ia bertaubat…Allah mencabut
nyawanya, ia mati dalam keadaan kufur karena mendoakan keburukan bagi orang
mukmin dengan kondisi lidah yang menjulur panjang layaknya anjing. Demikianlah
kisah Bal’am Bin Baurah yang terseret masuk neraka karena istrinya. Sehebat
apapun lelaki, kalau istrinya buruk…maka mudah baginyapun ikut terseret pada
arus kejahatan.
Dan bacakanlah
kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami
(pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada
ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah
Dia Termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya
Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti
anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya
Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. (QS.
Al-A’raf: 175-177).
2.
Kiahi
Barseso
Kiahi Barseso adalah kiahi yang tersohor pada
zamannya. Ia terkenal akan kengalimannya dan ketaatannya dalam beribadah bahkan
muridnya ribuan. Maka datanglah tiga pemuda kepada Kiahi Barseso untuk
menitipkan saudari (perempuannya) karena mereka bertiga hendak bepergian jauh
untuk berdagang. Tiga pemuda tersebut yakin bahwa hanya Kiahi Barsesa lah yang
bisa dipercaya untuk menjaga adek perempuannya dengan baik dan aman selama
mereka pergi.
Awalnya Kiahi Barseso menolak amanah untuk menjaga
saudari perempuan mereka, karena Kiahi Barseso takut jikalau ibadahnya
terganggu. Namun atas bujukan (dengan alasan kemanusiaan) oleh tiga pemuda
tersebut, akhirnya Kiahi Barseso menyetujui permintaan mereka untuk menjaga
saudari perempuan mereka selama mereka pergi dengan satu syarat saudari
perempuan mereka tinggal di gubug yang terpisah dengan Kiahi Barseso.
Bukan syetan namanya bila ia tidak cerdik. Maka
dilemparkanlah umpan kebaikan untuk menyeret manusia ke api neraka jahannam. Pada
mulanya, Kiahi Barshiso menaruh makanan untuk wanita tersebut di tepi jalan
dekat gubugnya, biar wanita tersebut yang mengambilnya. Dengan demikian Kiahi
Barseso tidak berjumpa dengannya dan tidak tergoyah imannya. Syetan merayunya
melalui pikirannya, dibisikinnya Kiahi Barseso, “Kau meletakkan makanan itu di jalan, bagaimana bila dimakan anjing maka
wanita tersebut tidak makan dan sakit. Letakkan saja makanan untuk wanita
tersebut di depan pintu gubuknya. Bila ia sampai sakit, maka berdosalah engkau
karena tak mampu menjaga amanah,” bujuk syetan.
Kiahi Barseso yang tanpa sadar bahwa pikiran itu
adalah bujukan syetanpun menuruti pikiran tersebut. Keesokannya diantarkanlah
makanan untuk wanita tersebut hingga sampai di depan pintu gubug wanita itu
tinggal. Bukan syetan namanya bila ia tak merayu, dilemparkanlah umpan kebaikan
demi kebaikan agar Kiahi Barseso tertarik tanpa disadarinya bahwa itu adalah
buah dari hasutannya. “Kau letakkan makanan
itu di depan pintu, kau tak pernah menengok wanita tersebut atau sekedar
menanyakan kabarnya. Bagaimana bila ia sakit dan tak bisa mengambil makanan di
depan pintu gubugnya? Maka semakin parahlah kondisinya. Sungguh kau telah lalai
akan amanah itu,” hasut syetan kembali.
Kiahi Barseso yang dungu, tanpa sadar iapun masuk
dalam perangkap syetan. Keesokan harinya, ia mengantarkan makanan itu ke gubug
wanita tersebut, lalu mengetuk pintu dan menanyakan kabarnya. Sungguh, betapa
terkejutnya Kiahi Barseso, ternyata wanita itu lebih cantik dari yang
dibayangkannya bak bidadari turun di bumi. Tanpa disadari, karena kekagumannya,
Kiahi Barseso melonglong dan menelan air ludahnya saat bertemu wanita tersebut.
Lalu berkenalanlah mereka karena selama ini mereka belum pernah bertemu dan
bercakap-cakap. Begitu sampai rumah, Kiahi Barseso memohon Ampunan pada
Tuhannya (Allah) atas kekhilafannya bercakap-cakap dengan wanita tersebut.
Sejak bertemu wanita tersebut, hati Kiahi Barseso
selalu dibayang-bayangi akan wajah wanita tersebut. Maka begitu mudahnya syetan
merayu hati yang melamun, rasanya hari kian sepi tanpa pertemuan dengan wanita
tersebut, hingga munculah tekad Kiahi Barseso untuk menemuinya. Syetan merasuk
dalam mimpi Kiahi Barsesa, bayangan pada wanita tersebut menghantuinya. Hingga
ia terperangkap akan nafsu syahwatnya, bercakap-cakap dengan wanita tersebut
berduaan lantas berbuat keji (zina) hingga menghasilkan benih anak haram. Lalu
hamillah wanita tersebut hingga melahirkan. Karena takut kebusukannya diketahui
ketiga saudara wanita tersebut, maka dibunuhlah bayi dari perzinaan itu dan
dikuburkan disamping gubug wanita tersebut. Lagi-lagi Kiahi Barseso dihantui
rasa takutnya, bila wanita tersebut mengadu pada saudaranya, akhirnya
dibunuhlah pula wanita tersebut dan menguburnya di samping kuburan anaknya.
Selang beberapa lama kemudian, datanglah
saudara-saudara (tigga pemuda) si wanita tersebut dan mendatangi Kiahi Barseso
yang berpura-pura beribadah. Kemudian mereka bertanya perihal saudari mereka
yang dititipkannya pada Kiahi Barseso. Kiahi Barseso berdusta, dia menceritakan
bahwa saudari perempuannya telah meninggal dan diberitahukanlah kuburannya. Merekapun
percaya. Namun syetan datang ke mimpi tiga pemuda tersebut dengan mimpi yang
sama. Dia datang di mimpi tiga pemuda tersebut berupa seorang lelaki yang
sedang musafir. Lelaki itu mengucapkan salam pada tiga pemuda tersebut lalu
berkata: “Sesungguhnya saudari kalian itu
dikubur Barseso bersama anaknya hasil perzinaan mereka berdua setelah dia
membunuhnya,”. Lelaki itu (yang tak lain adalah syetan) lalu menunjukkan
kuburan saudari perempuannya dan kuburan anaknya.
Mereka bertiga memimpikan hal yang sama. Kemudian
mereka berniat pergi ke kuburan saudarinya dan menggali kuburannya.
Ditemukanlah mayat saudarinya yang mati terbunuh karena disembelih dan bersamanya
ada anaknya. Mereka kemudian membawa Barsesa pada hakim untuk mendapatkan
hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Kiahi Barseso yang dungu itupun
dimasukkan dalam sel penjara untuk kemudian diberi hukuman mati karena telah
membunuh.
Di saat tiang gantungan dipersiapkan untuk
mengeksekusi kematian Kiahi Barseso, datanglah syetan.
“Tahukah engkau siapa aku?,” tanya syetan.
“Tidak,” jawab Kiahi Barseso.
“Aku adalah syetan yang telah menyesatkanmu dan
menipumu, hingga aku menjerumuskanmu ke dalam perbuatan keji. Akulah yang
membuatmu membunuh sang gadis itu dan anaknya. Aku pulalah yang menunjukkan
saudara-saudaranya kan kuburan gadis itu beserta kuburan anaknya. Maka taatilah
aku agar bisa menyelamatkanmu dari hukuman mati,” ungkap syetan.
“Apa yang harus aku lakukan?,”tanya Kiahi Barseso
yang dungu itu.
“Sujudlah kepadaku,” pinta syetan.
Kiahi Barseso yang harusnya bertaubat dan memohon
ampunan pada Allah SWT atas dosa-dosanya, justru ia sujud pada syetan. Dan pasa
saat ia sujud pada syetan, tibalah ajal terakhirnya sehingga ia mati dalam
keadaan bersujud pada syetan. Akhirnya Kiahi Barseso dimasukkan dalam neraka.
Syetan lantas berteriak: “Sesungguhnya
kau berlepas diri dari perbuatanmu (tidak bertanggungjawab atas dirimu).
Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam”.
Ketahuilah bahwasannya syetan itu sangat cerdik,
terkadang untuk menjerumuskan seseorang agar tergelincir pada api neraka ia gunakan
umpan kebaikan demi kebaikan agar manusia itu terbujuk. Setelah terbujuk, maka
tak sadarlah ia, sehingga sangat mudah baginya untuk mengajaknya pada hal
kekejian (kejahatan). Berhati-hatilah, banyak lelaki tersungkur dalam api
neraka karena bujukans syetan menggunakan umpan wanita.
Allah SWT berfirman:
“(Bujukan
orang-orang munafiq itu seperti bujukan syetan), ketika dia berkata kepada
manusia: ‘kafirlah kamu’, maka tatkala manusia itu kafir, dia berkata: ‘Sesungguhnya
aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan
Semesta Alam’. Maka adalah kesudahan keduanya (masuk) ke neraka, mereka kekal
di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang lalim.” [QS. AL-Hasyr
(59): 16-17 ]
Contoh
kisah lelaki yang dimasukkan surga oleh Allah SWT karena memuliakan wanita:
1.
Mushab
bin Umair
Mush’ab bin Umair dilahirkan di
masa jahiliyah, empat belas tahun
setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad dilahirkan
pada tahun 571 M (Mubarakfuri, 2007: 54), sehingga Mush’ab bin Umair dilahirkan
pada tahun 585 M. Ia merupakan pemuda kaya keturunan Quraisy; Mush’ab bin Umair
bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdud Dar bin Qushay bin Kilab al-Abdari
al-Qurasyi.
Dalam Asad
al-Ghabah, Imam Ibnul Atsir mengatakan,
“Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang
tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya.
Sandal Mush’ab adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang
terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang paling harum sehingga semerbak aroma
parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang ia lewati.” (al-Jabiri, 2014: 19).
Dalam Asad al-Ghabah,
Imam Ibnul Atsir mengatakan, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan
rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah
seorang wanita yang sangat kaya. Sandal Mush’ab adalah sandal al-Hadrami,
pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang
paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang
ia lewati.” (al-Jabiri, 2014: 19).
Mush’ab lebih memilih memeluk
islam, walau dimusihi Ibunya. Walau ia harus meninggalkan kemewahan dunia yang
diberikan ibunya. Mush’ab lalu ditangkap keluarganya dan dikurung. Semua
fasilitas kemewahan pakaian, makanan dan semuanya yang diberikan Ibunya
dicabut.
2.
Kisah
Uwais Al Qarni
Uwais bin ‘Amir al-Qarni adalah seorang
pria Yaman yang menjalankan hidupnya dalam kemiskinan, memiliki status sosial rendah,
tidak dipedulikan, dan tidak pernah diperhatikan. Akan tetapi di sisi Allah ia
adalah orang besar, bahkan amat besar, seandainya ia bersumpah atas nama Allah
untuk melaksanakan sesuatu, pasti Allah memenuhinya. Sewaktu mendengar berita
tentang Rasulullah SAW, Uwais langsung mempercayai dan membenarkannya.
Sebenarnya ia berharap bisa berhijrah ke Madinah al-Munawarah untuk menjumpai
Rosulullah SAW, hanya saja perhatiannya dalam berbakti kepada ibunya menahan
niatnya. Ia memimilih di rumah merawat ibunya yang sakit dan membatalkan
niatnya berjumpa Rosulullah. Dirawatnya sang Ibu, disuapinya, digendongnya,
dimuliakannya karena ia teringan bahwa Ridho Allah bersama dengan Ridho
orangtua, terutama Ibu. Bahkan ia teringat pepatang yang mengatakan “Surga di telapak kaki Ibu”.
Uwais Al Qorni rela menerima kenyatan
tidak dapat membina jalinan persahabatan yang amat mulia di dunia dan tidak
bisa melihat Rasulullah secara langsung, seraya berharap bisa menemani beliau
disurga disebabkan berbaktinya kepada ibunya, sehingga ia mendapatkan keridhaan
Allah Swt dan Allah Swt menyampaikan beritanya kepada Rasulullah saw, dan Rasul
pun menyampaikan beritanya kepada sahabatnya. Uwais bin ‘Amir al-Qarni hidup ketika
Rasulullah saw masih ada, hanya saja ia tidak pernah melihat beliau. Dengan
demikian , secara definitif statusnya adalah seorang tabi’in bukan sahabat,
akan tetapi karena Rasulullah saw memberikan kesaksian tentang kesalehannya dan
ketakwaannya, dan bahwa ia adalah sebaik-baik tabi’in, maka hal itu
mensejajarkannya dengan barisan para sahabat.
Sesungguhnya
akan datang kepadamu seorang laki-laki dari Yaman yang biasa dipanggil dengan
Uwais. Dia tinggal di Yaman bersama Ibunya. Dahulu pada kulitnya ada penyakit
belang (berwarna putih). Lalu dia berdo'a kepada Allah, & Allahpun
menghilangkan penyakit itu, kecuali tinggal sebesar uang dinar atau dirham
saja. Barang siapa di antara kalian yang menemuinya, maka mintalah kepadanya
untuk memohonkan ampun kepada Allah untuk kalian. Telah menceritakan kepada
kami Zuhair bin Harb & Muhammad bin Al Mutsanna keduanya berkata; Telah
menceritakan kepada kami 'Affan bin Muslim; Telah menceritakan kepada kami
Hammad yaitu Ibnu Salamah dari Sa'id Al Jurairi melalui jalur ini dari 'Umar
bin Al Khaththab dia berkata; Sungguh aku telah mendengar Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik
tabi'in, adalahl seorang laki-laki yg dibiasa dipanggil Uwais, dia memiliki
ibu, & dulu dia memiliki penyakit belang ditubuhnya. Carilah ia, &
mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian.” [HR. Muslim
No.4612].
Begitu besar peran
wanita terhadap laki-laki, terutama peran istri terhadap suami. Sehebat apapun
lelaki bila wanitanya toma’, rakus akan kenikmatan dunia, isrof maka mudahlah
ia terperosok pada keburukan layaknya
Bal’am Bin Bauroh. Wanita yang baik akan meminta suaminya untuk taat pada
ibunya, Ia akan menasehati suaminya bila suaminya keliru (melakukan kejahatan/
kekejian) dengan kelembutan sehingga hati suaminya luluh atas kelembutan dan
kecerdasannya lalu kembalilah pada jalan Allah. Sebagaimana ketegaran istri
Nabi Ibrahim yang kukuh pendiriannya, tak tergoyah oleh bujukan syetan untuk
menghalangi Nabi Ibrahim menyembelih Nabi isma’il sebagai wujud bahaktinya
kepada Allah. Istri Nabi Ibrahim justru mendukung suaminya taat dan berbhakti
pada perintah Allah. Lelaki bahkan tekad melakukan korupsi, itu tak lain karena
ia menuruti nafsu duniawi, jua bisa pula disebabkan untuk memenuhi hasutan
istri yang meuntutnya hidup dalam kemewahan bergelimang harta tanpa memikirkan
jalan yang ditempuhnya, halal ataukah tidak. Pilihlah wanitamu yang sekiranya
kamu halal bersanding dengannya, makin makin dekatlah engkau dengan Tuhanmu. Memandangnya
membawamu semakin ingat akan hari kematian, mendengarkan katanya menyejukkan
kalbumu mengingatkanmu akan kehidupan abadi di akherat serta ia yang mau
menguatkanmu dikala engkau lemah, menasehatimu kala engkau salah. Layaknya
keteguhan hati ibunda Nabi Ismail yang teguh imannya, layaknya siti Khodijah
yang taat Rosulullah SAW.
REFERENSI:
al-Jabiri, Adnan bin Sulaiman. 2014. Shirah ash-Shahabi al-Jali: Mush’ab bin
Umair. Jeddah: Dar al-Waraq al-Tsaqafah.
Mubarakfury, Shafiyurrahman. 2007. ar-Rahiq al-Makhtum. Qatar: Wizarah
al-Awqaf wa asy-Syu-un al-Islamiyah.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar