HALIMAH BINTI MASDARI

Kamis, 03 Januari 2013

morfologi keladi hias


MORFOLOGI BUNGA KELADI HIAS
(Caladium bicolor)
                     
 
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas
pada Mata Kuliah Morfoogi Tumbuhan Semester Satu
yang Diampu oleh Dr.Jumari,S.Si,M.Si
Disusun oleh:
Dewi Nur Halimah                (24020112130068)     
PROGRAM  STUDI JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Morfologi Bunga Keladi”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Morfologi Tumbuhan pada semester satu jurusan biologi di Universitas Diponegoro.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
  1. Bapak Dr.Jumari,S.Si,M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Morfologi Tumbuhan dan pembimbing penyusunan makalah ini.
  2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Morfologi Tumbuhan.
  3. Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Semarang, 18 Desember 2012


Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………
1.1  Latar Belakang………………………………………………………………………..
1.2  Rumusan Masalah………………………………………………………………….....
1.3  Tujuan…………………………………………………………………………………
1.4  Manfaat……………………………………………………………………………….
BAB II MORFOLOGI Caladium bicolor ………………………………………………………..
            2.1 Definisi Caladium bicolor…………………………………………………………….
            2.2 Habitus Caladium bicolor……………………………………………………………..
            2.3 Morfologi Akar Caladium bicolor……………………………………………………..
            2.4 Morfologi Daun Caladium bicolor…………………………………………………….
            2.5 Morfologi Batang Caladium bicolor…………………………………………………..
            2.6 Morfologi Bunga Caladium bicolor……………………………………………………
            2.7 Tata Cara Penanaman Caladium bicolor……………………………………………….
            2.8 Cara Perawatan………………………………………………………………………...
            2.9 Pembelahan Sel pada Caladium bicolor………………………………………………..
            2.10 Mutasi………………………………………………………………………………....
            2.11 Khasiat Caladium bicolor……………………………………………………………..
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan …………………………………………………………………………….
3.2  Saran …………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………











BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
            Sering kali kita jumpai berbagai spesies tumbuhan dalam kehudupan kita sehari-hari.Tumbuhan  terdiri dari  beberapa organ penyusun misalya, akar, batang ,daun, bunga, buah, dan biji. Namun sering  orang  tak mengetahui habitus dari masing-masing organ dalam tumbuhan.Bagaimana bagian dan bentuk akar,system perakaran tumbuhan, macam batang dan habius batang, macam dan habitus batang, arah tumbuh dan macam system percabangan batang, bagian-bagian daun tunggal dan majemuk,bangun daun, ujung daun, pangkal daun, system pertulangan daun, daging daun dn alat-alat tambahan lain pada daun,tata letak daun,dan habitus yang lainya.Oleh karena itu,banyak orang yang tak mengenal habitus bagian-bagian tumbuhan dengan benar.
            Dalam makalah ini penulis mengambil sampel bunga keladi yang akan didiskripsikan habitus organ-organ penyusunnya, beserta manfaatya dalam kehidupan kita.Dengan demikian, diharapkan pembaca dapat mengetahui habitus masing-masing organ tumbuhan dengan benar.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa defiisi dan klasifikasi dari Caladium bicolor?
2.      Bagaimana habitus dari tanaman Caladium bicolor?
3.      Bagaimana morfologi akar pada Caladium bicolor?
4.      Bagaimana morfologi daun pada Caladium bicolor?
5.      Bagaimana morfologi batang pada Caladium bicolor
6.      Bagaimana morfologi bunga pada Caladium bicolor?          
7.      Bagaimana tata cara penanaman Caladium bicolor?
8.      Bagaimana cara perawatan pada tanaman Caladium bicolor?
9.      Bagaimana siklus pembelahan sel pada Caladium bicolor?
10.  Bagaimana terjadinya mutasi pada Caladium bicolor?
11.  Apa khasiat dari tanaman Caladium bicolor?
1.3  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.      Memaparkan definsi dan klaifikasi dari tanaman Caladium bicolor.
2.      Memaparkan tentang habitus dari tanaman Caladium bicolor.
3.      Memaparkan tentang morfologi akar pada tanaman Caladium bicolor.
4.      Memaparkan tentang morfologi daun pada tanaman Caladium bicolor.
5.       Memaparkan tentang morfologi batang pada tanaman Caladium bicolor.
6.       Memaparkan tentang morfologi bunga pada tanaman Caladium bicolor.
7.      Memaparkan tata cara penanaman pada Caladium bicolor.
8.      Memaparkan cara perawatan pada tanaman Caladium bicolor.
9.      Memaparkan proses pembelahan sel pada Caladium bicolor.
10.  Memaparkan proses terjadinya mutasi pada Caladium bicolor.
11.  Memaparkan khasiat dari tanaman Caladium bicolor.

1.4   Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1.      Memberikan pengetahuan bagi para pembaca tentang apakah definisi dan klasifikasi dari Caladium bicolor.
2.      Memberikan pengetahuan bagi para pembaca bagaimana habitus dari tanaman Caladium bicolor.
3.      Memberikan pengetahuan bagi para pembaca bagaimana morfologi akar dari tanaman Caladium bicolor.
4.      Memberikan pengetahuan bagi para pembaca bagaimana morfologi daun dari tanaman Caladium bicolor.
5.      Memberikan pengetahuan bagi para pembaca bagaimana morfologi batang dari tanaman Caladium bicolor.
6.      Memberikan pengetahuan bagi para pembaca bagaimana morfologi bunga dari tanaman Caladium bicolor.
7.      Memberikan pengetahuan bagi para pembaca bagaimana morfologi tata cara penanaman dari tanaman Caladium bicolor.
8.      Memberikan pengetahuan bagi para pembaca bagaimana cara perawatan dari tanaman Caladium bicolor.
9.      Memberikan pengetahuan bagi para pembaca bagaimana proses pembelahan sel dari tanaman Caladium bicolor.
10.  Memberikan pengetahuan bagi para pembaca bagaimana terjadinya mutasi pada tanaman Caladium bicolor.
11.  Memberikan pengetahuan bagi para pembaca bagaimana khasiat dari tanaman Caladium bicolor














BAB II
                                                   MORFOLOGI Caladium bicolor      

2.1 Definisi Caladium bicolor
            Menurut Tjitrosoepomo (2004), Caladium bicolor  (Keladi hias) merupakan genus dari famili Araceae, klasifikasi lengkap dari Caladium berdasarkan sistem klasifikasi tumbuhan adalah sebagai berikut:
Kingdom    : Plantae
Divisi         : Spermatophyta
Sub Divisi  : Angiospermae
Kelas          : Monocotyledoneae
Ordo           : Arales
Famili         : Araceae
Genus          : Caladium
Spesies       : Caladium bicolor
                                                                                                Gambar 2.1 Foto Caladium bicolor di depan Gedung B
Caladium di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan keladi hias. Variasi keindahan bentuk, corak, dan warna daunnya yang sangat beragam, serta perawatannya yang mudah menjadi daya tarik tersendiri bagi orang untuk membudidayakan Caladium. Caladium secara alami tumbuh di hutan-hutan tropis yang rindang, subur, dan lembab. Lokasi tumbuhnya antara lain di pinggir sungai, di bawah pohon besar, dan tempat-tempat berongga yang lembab pada ketinggian 0- 1000 m dpl. Tanaman ini menyukai suhu 21-31oC. pada suhu di bawah 15oC Caladium akan mati secara perlahan-lahan dan pada suhu diatas 32oC umbinya akan tumbuh menciut. Sementara itu intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan Caladium 50-70%. Jika intensitas cahaya matahari yang diterima kurang dari 50%, warna daun Caladium akan memucat. Sebaliknya, jika intensitas cahaya matahari yang diterima lebih dari 70%, daun Caladium akan terbakar sehingga daunnya berubah menjadi kuning atau kecoklatan.
            Keladi banyak ditemukan di hutan-hutan tropis. Habitat asli keladi adalah lingkungan yang lembab dengan kondisi tanah gembur, subur, suhu lingkungan yang memadai dan air yang selalu tersedia dengan membuat media tanamnya tidak becek. Ada juga yang bisa tumbuh ditempat teduh (cahaya relative) dan tempat yang penuh cahaya. Lingkungan tempat penanaman keladi harus emiliki cahaya yang relative terang. Bahkan, beberapa kultivar membutuhkan cahaya matahari langsung agar daunnya bisa muncul secara sempurna

2.2  Habitus Caladium bicolor
Caladium bicolor merupakan herba tahunan, daun berukuran besar, berbentuk hati, ditopang oleh pelepah yang panjangnya 30 cm atau lebih, warnanya beragam, ada yang putih kehijauan dengan tulang daun hijau, ada yang hijau di tepi dan merah menyala di tengahnya, ada yang hijau di tepi dan tengahnya pink dibayangi putih, dan lain-lain.Tjitrosoepomo berpendapat bahwa tanaman herba tahunan adalah tanaman yang dapat mencapai umur berthun-tahun belum juga mati(Tjitrosoepomo,2005).
 
Gambar 2.2 Bagian-Bagian Caladium bicolor (Annonim, 2012).
2.3 Morfologi akar Caladium bicolor
            Akar Caladium bicolor termasuk akar serabut,dengan akar berwarna putih.Berkaitan dengan akar serabut,ada pendapat yang menyatakan “Sistem akar serabut, yaitu jika akar lembaga pada perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang.Akar-akar ini karena bukan berasal dari calon akar yang aseli dinamakan akar liar,bentuknya seperti serabut, oleh karena itu dinamakan akar serabut/ radix adventicia(Tjitrosoepomo,2005).

2.4 Morfologi daun Caladium bicolor
 Daun Caladium ada yang berbentuk hati, bulat, panjang, seperti daun bambu, dan daun ganda. Sedangkan daunnya memiliki warna dasar merah, kuning, hijau, putih, emas, dan ungu. Masing-masing warna memiliki variasi yang berbeda, misalnya merah tua, merah terang, merah pudar, atau merah pucat. Di samping warna dasar, umumnya dalam satu daun Caladium juga terdapat satu atau beberapa warna lain. Warna daun Caladium yang masih muda umumnya berbeda dengan Caladium yang sudah dewasa. Corak daun Caladium bisa berupa titik, bulat, bergaris, atau bentuk yang tidak beraturan dengan jumlah dan ukuran yang bervariasi. Pangkal daun berlekuk, tulang daun sangat menunjang keindahan daunnya, serta tepi daun yang rata dan ada pula yang berlekuk/ bergerigi menyerupai gergaji.
Daun Caladium bicolor merupakan daun tunggal yang mmbentuk roset akar. Bentuk perisai persegi dengan garis tengah 15-30 cm, permukaan daun licin dan pertulangan daun menjari. Mengenai daun tunggal dan roset akar, Gembong Tjitrosoepomo, berpendapat bahwa daun tunggal adalah daun yang pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Roset akar, yaitu jika batang amat pendek,sehingga semua daun berjejal jejal di atas tanah, jadi roset itu amat dekat dengan akar(Tjitrosoepomo,2005).

2.5 Morfologi batang Caladium bicolor
            
Gambar 2.3 Caladium bicolor (Ginting, 2010).
Hampir semua jenis keladi tidak berbatang, tetapi membentuk pelepah/ tangkai daun dan daun yang bentuknya sangat bervariatif (segitiga, oval, bulat, hingga panjang). Batang biasanya tumbuh horizontal seperti umbi kentang atau umbi famili Zingiberaceae. Menurut Tjitrosoepomo (2005), batang keladi merupakan umbi batang yang umumnya tidak mempunyai sisa-sisa daun atau penjelmaanya, oleh karena itu seringkali permukaanya tampak licin, buku-buku batang dan ruas-ruasnya tidak jelas. Karena tidak adanya daun sehingga seringkali dinamakan umbi telanjang (tuber nudus).

2.6 Morfologi bunga Caladium bicolor
           
                          Gambar 2.4 Bunga Caladium bicolor (Anonim, 2012).

Salah satu ciri khas keladi adalah bentuk bunganya, yang memiliki tonjolan bulat memanjang dengan ujung tumpul yang disebut spandiks (dibungkus seludang yang disebut spata). Bunga pada Caladium bicolor merupakan bunga majemuk, dengan bentuk bongkol, tangkainya silindris, mempunyai panjang 28-40 cm, pangkal tangkai dilindungi seludang bunga, benang sari mengumpul membentuk gada berwarna kuning, dan mahkota bunga satu helai berwarna putih. Bunga terletak di ketiak daun.

2.7 Tata cara penanaman Caladium bicolor
2.7.1 Penanaman secara vegetative:
                  Penanaman secara vegetative dilakukan dengan cara memisahkan anakan yang minimal telah memilik dua lembar daun.
Langkah-langkah memisahkan anakan keladi hias sebagai berikut:
1.      Keluarkan seluruh tanaman, buang sebagian media agar pangkal umbi tempat tumbuh daun anakan terlihat.
2.      Pisahkan secara hati-hati anakan dari induk menggunakan gunting berujung lancip yang steril.
3.      Olesi bekas luka sayatan induk maupun anakan dengan fungisida agar tanaman tidak terkena jamur busuk akar.
4.      Setelah fungisida kering, rendam anakan didalam cairan pupuk perangsang pertumbuhan akar.
5.      Setelah direndam sekitar 5 menit, anakan siap ditanam dipot.
6.      Selama seminggu sejak pemisahan, anakan tidak boleh diletakkan tempat yang terkena sinar matahari langsung agra tidak mati.
2.7.2 Penanaman secara generative
Langkah langkah penanaman secara generative yaitu:
1.      Pada waktu bunga mekar sempurna, periksa benang sarinya. Jika telah masak, ambil menggunakan kuas halus atau cotton bud.
2.      Oleskan benang sari pada kuas ke kepala putik. Jika ingin melakukan persilangan, oleskan serbuk pada tanaman yang berbeda.
3.      Tutup bunga agar putik tidak terserbuki bunga lain.
4.      Setelah biji masak (berwarna merah) tanaman biji tsb di tray pembibitan dengan media tanam sekam baker atau dun bambu yang dihaluskan dan disterilkan.
5.      Selama masa pertumbuhan pacu dengan pupuk wide spectrum atau pellet crustaceae dengan dosis ringan.

2.8 Cara perawatan
2.8.1 Media Tanam
      Media tanam yang digunakan oleh para praktisi keladi hias biasanya berupa sekam, sekam baker, atau humus daun bambu yang dicmpurkan dengan perbandingan 1:1:1. Sebelum digunakan media ini disterilkan terlebih dahulu dengan cara dikukus selam 30 menit dan didinginkan.
2.8.2 Cahaya
      Keladi yang daunnya dominan berwarna hijau, kuning, putih, atau kombinasinya sebaikanya diletakkan di tempat teduh ternaungi. Bagi yang daunnya berwarna merah, pink, cokelat, atau kombinasinya diletakkan ditempat yang tidak ternaungi/ terkena sinar matahari penuh.
2.8.3 Penyiraman
      Pada musim kemarau disiram sehari sekali dan pada musim hujan cukup 2 hari sekali, hingga media tanam basah benar tetapi jangan merendam dasar pot tempat tanaman.
2.8.4  Pemupukan
      Pada fase awal pertumbuhan tanaman harus diberi pupuk nitrogen tinggi dan jika menginginkan bunga muncul, tanaman biberi pupuk fosfor tinggi. Tetapi jika tanamn yang diasumsi warna merahnya, jangan gunakan pupuk nitrogen karena N memacu terbentuknya zat hijau daun dalam jumlah berlebihan.
     
2.9 Pembelahan Sel Pada Caladium Bicolor 
      Proses pembelahan sel terjadi secara mitosis dan meiosis. Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman. Proses mitosis terjadi dalam empat fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Fase mitosis tersebut terjadi pada sel tumbuhan maupun hewan. Terdapat perbedaan mendasar antara mitosis pada hewan dan tumbuhan. Pada hewan terbentuk aster dan terbentuknya alur di ekuator pada membran sel pada saat telofase sehingga kedua sel anak menjadi terpisah. Mitosis adalah proses pembahagian genom  yang telah digandakan oleh sel kedua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel. Mitosis umumnnya diikuti sitokinrsis yang membagi sitoplasma dan membrane sel. Proses ini meenghasilkan dua sel anak yang identik, yang memiliki distribusi organel dan komponen sel yang sama. Mitosis dan sitokemesis merupakan fasa mitosis (fase M) pada siklus sel, dimana sel awal terbagi menjadi dua sel anak yang identik, yang memiliki distribusi organel dan komponen sel yang nyaris sama. mitosis dan sitokenesis merupakan fasa mitosis (fase M) pada siklus sel, dimana sel awal terbagi menjadi dua sel anakan yang memiliki genetic yang sama dengan sel awal.
Mitosis  terjadi pada eukariot. Pada organisme multi sel, sel somatic mengalami mitosis, sedangkan sel kelami ( yang akan menjadi sperma pada jantan atau sel telur pada betina) membelah diri melalui prpada jantan atau sel telur pada betina) membelah diri melalui proses yang berbeda yang disebut meiosis. Sel prokariot yang tidak memiliki nucleus menjalani pembelahan yang disebut pembelahan biner.
Karena sitokenesis umumnya terjadi setelah mitosis, istilah “mitosis” sering digunakan untuk menyatakan “fase mitosis”. Perlu diketahui bahwa banyak sel yang melakukan mitosis dan sitokenesis secara terpisah, membentuk sel tunggal dengan beberapa inti. Hal ini dilakukan misalnya oleh fungsi dan slime moulds. Pada hewan sitokinesis dan mitosis juga dapat terjadi terpisah, misalnya pada tahab tertentu pada perkembangan embrio lalat buah.
Pada awal profase, sentrosom dengan sentriolnya mengalami replikasi dan dihasilkan dua sentrosom. Masing-masing sentrosom hasil pembelahan bermigrasi kesisi berlawanan dari inti. Pada saat bersamaan, mikrotubu muncul diantara dua sentrosom dan membentuk  benang-benang spindle, yang membentuk seperti bola sepak. Pada sel hewan, mikrotubul lainnya menyebar yang kemudian membentuk aster. Pada saat  bersamaan kromosom teramati dengan jelas, yaitu terdiri dua kromatid identek tersebut bergabung pada sentromernya. Benang-benang spindle terlihat memanjang dari sentromernya.
Pada saat metaphase, masing-masing sentromer mempunyai kinetokor dan masing-masing kinetotkor dihubungkan kesatu sentrosom oleh serabut kinetokor… sementara itu, kromatid bersaudar bergerak ke bagian tengah inti membentuk keeping metaphase (metaphasicplate).
Pada saat anaphase, masing-masing kromatid memisahkan diri dari sentromer dan masing-masing kromosom membentuk sentromer. Masing-masing kromosom ditarik oleh benang kinetokor kekutubnya masing-masing.
Selama fase telofase, benang-benang plasma (fragmoplas) meluas ke bagian tengah sel dan dibidang ekuatorial terbentuk juga sekat sel yang baru. Dengan demikian terjadilah pemisahan dua protoplas baru. Sekat berasal dari peleburan vesikel-vesikel hasil sekresi diktiosom yang ada disekitar fragmoplas dan mungkin juuuga dari reticulum endoplasma. Peleburan vesikel-vesikel menjadi dinding sekat meninggalkan lubang kecil, yaitu saluran plasmodesmata. Suatu lamella tipis kemudian diletakkan pada kedua sisi sekat pemisah oleh protoplas sel anakan. Terjadilah tingkat awal perkembangan dindingbaru sel anakan. Peleburan visikel pada sekat diikuti oleh penebalan bahan dinding pada kedua sisi sekat sel, sehingga menambah tebal. Bahan dinding primer yang baru juga ditimbun pada dinding sel lama, shingga masing-masing sel anakan membentuk dinding primer yang lengkap. Perkembangan dinding sel penebalannya dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan penempelan bahan dinding selapis demi selapis pada lamella tengah (aposisi) dan dengan penyisipan bahan baru diantara bahan yang lama (intususpensi). Berdasarkan arahnya, pertumbuhan dinding kearah lumen sel disebut sentrifugal. Pertumbuhan sentripetal dijumpai pada khas sel-sel pembentuk jaringan. Sedangkan pertumbuhan sentrifugal dijumpai pada pembentukan dinding sel serbuk sari atau spora.
Meiosis hanya terjadi pada fase repsoduksi seksual atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi pperpasangan dari kromosom homolog serta terjadi pengursngsn jumlsh kromosom induk terhadap sel anak. Disamping itu, pada meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel, yaitu pembelahan I (meiosis I) dan pembelahan II ( meiosis II). Meiosis I dan meiosis II terjadi pada sel tumbuhan. Demikian juga pada sel hewan terjadi meiosis I dan meiosis II. Baik pada pembelahan meiosis I dan II, terjadi fase-fase pembelahan seperti pada mitosis. Oleh karena itu dikenal adanya profase I, metaphase I, anaphase I, telofase I, profaseII, metaphase II, anaphase II, dan telofase II. Akibbat adanya dua kali proses pembelahansel, maka pada meiosis, satu sel induk akan menghasilkan empat sel baru, dengan masing-masing sel mengandung jumlah kromosom setengah dari jumlah kromosom sel induk. Pada tumbuhan meiosis terjadi pembentukan sel telur dan sel serbuk.


2.10 Mutasi
Mutasi adalah perubahan yang terjadi secara struktural pada material genetik yang merupakan bagian dari fenomena dasar kehidupan. Berdasarkan sejarah, mutasi telah terjadi secara spontan, yang disebabkan oleh sejumlah fenomena alamiah seperti radiasi kosmik atau sinar ultraviolet (Nasir, 2002). Mutasi spontan terjadi dengan laju yang rendah, tetapi dapat diukur, pada semua organisme, mungkin disebabkan oleh kesalahan yang terpaut pada replikasi dan transmisi genom (Goodenough, 1988). Sedangkan mutasi induksi adalah mutasi yang diakibatkan oleh pengaruh agen-agen non-alamiah terhadap sel-sel, seperti radiasi senjata nuklir dan pengggunan biomedis dari isotop-isotop radioaktif (Pai, 1992).
 Mutasi merupakan salah satu metode pemuliaan untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman, salah satu teknologi alternatif untuk mendapatkan genotipe-genotipe baru (Priyono, 2002).
Menurut Broetjes (1982), Bhatnagar dan Tiwai (1991), Micke et al., (1993) dalam Soedjono (2003) faktor yang mempengaruhi terbentuknya mutan antara lain adalah dosis irradiasi. Perlakuan dosis tinggi akan mematikan bahan yang dimutasi atau mengakibatkan sterilitas. Pada umumnya dosis rendah dapat mempertahankan daya hidup atau tunas, dapat memperpanjang waktu kemasakan pada buah-buhan dan sayuran, serta meningkatkan kadar pati, protein, dan kadar minyak pada biji jagung dan bunga matahari. Tanaman mutan juga memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap serangan patogen dan kekeringan. Warna bunga atau daun dapat berubah pula sehingga diperoleh mutan komersial. Menurut Lubis (2005), mutasi dapat terjadi pada setiap bagian pertumbuhan tanaman, namun lebih banyak terjadi pada bagian yang sedang aktif mengadakan pembelahan sel, misalnya pada tunas, biji dan sebagainya. Mutasi buatan juga berguna dalam pemulian tanaman yang diperbanyak secara vegetatif juga esensial peranannya untuk perbaikan tanaman yang tidak memiliki mekanisme rekombinasi seksual. Umumnya tanaman yang diperbanyak secara vegetatif memiliki siklus reproduksi seksual yang lebih lama, bila ada, dibandingkan dengan tanaman yang diperbanyak dengan biji (Nasir, 2002).

2.10.1 Pembagian Mutasi
Dalam sel tanaman ada daerah-daerah tertentu yang lebih peka terhadap radiasi dibandingkan dengan daerah:
1.      Mutasi bisu (silent)-perubahan pada sebuah kodon (biasanya pada posisi ketiga) yang tidak mempengaruhi asam amino yang dikodekan.
2.      Mutasi nonsense-perubahan pada sebuah kodon dari pengkode asam amino menjadi kodon stop; mengakibatkan terminasi prematur rantai asam amino saat translasi.
3.      Mutasi salah-makna (misense)-perubahan sebuah kodon yang mengubah spesifiknya sebuah asam amino yang berbeda; mengubah sekuens primer rantai polipeptida dan mengubah fungsi protein.
4.      Mutasi netral-perubahan pada kodon sedemikian rupa sehingga dispesifikasikan sebuah asam amino yang berbeda; akan tetapi, asam amino yang baru itu berlaku serupa dengan asam amino yang asli (misalnya, memiliki gugus fungsional yang mirip) dan tidak mengubah fungsi protein.
5.      Mutasi bergeser kerangka (frameshift)-pergeseran bingkai pembacaan yang disebabkan oleh delesi atau insersi dari satu atau beberapa nukleotida; menghasilkan banyak kodon misense dan nosense ke arah hilir peristiwa mutasional. Berdasarkan efeknya pada protein (kodon) Elrod & Stansfield (2006) membagi mutasi kedalam: Menurut Nasir (2002), ada sejumlah agensia yang dapat menimbulkan efek mutasi pada tanaman. Agensia-agensia tersebut disebut dengan mutagen dan beberapa diantaranya terdapat di alam dan dapat menimbulkan mutasi “spontan”. Mutagen secara umum dikelompokkan dalam mutagen kimia dan mutagen fisik.
Mutagen fisik adalah berbagai tipe radiasi. Para pemulia tanaman umumnya sering menggunakan sinar-X, gamma, ultraviolet, atau neutron sebagai mutagen. Mutasi dapat ditimbulkan oleh irradiasi dapat dikaitkan dengan radiasi yang menabrak molekul-molekul dalam material biologis atau secara tidak langsung melalui bahan kimia yang dihasilkan oleh radiasi yang mengionisasi tersebut. lain. Daerah-daerah ini, yang sering disebut target radiosensitif, secara umum berhubungan dengan lokasi DNA dalam sel. Irradiasi dapat mempengaruhi baik 1 (satu) sel atau kedua untai DNA dalam heliks gandanya. Bila patahan DNA terdiri dari 1(satu) untai tunggal, maka integritas linier molekul DNA masih tetap utuh dan perbaikan patahan tersebut membentuk DNA normal kembali. Bila patahan melibatkan kedua untaian, maka perbaikannya tidak dapat terjadi dengan cepat. Hal ini merupakan efek radiasi yang paling penting yang menimbulkan kerusakan DNA yang membentuk mutasi yang dapat diamati.
Di antara 40 (empat puluh) kategori mutagen kimia, beberapa diantaranya merupakan mutagen yang cukup berguna dan handal, antara lain etil metanasulfonat (EMS), dietilsulfat (DES), etilinimin (EI), N-metil uretan (NMUT), dan N-nitro-N-etil urea (NEU). Perhatian yang saksama dalam penggunaan senyawa-senyawa ini perlu dilakukan, karena senyawa-senyawa ini ternyata diketahui memberi efek karsinogen.
Meskipun secara eksperimen telah dibuktikan bahwa zat-zat kimia dapat menyebabkan mutasi, namun tidak ada perlindungan yang serupa terhadap zat-zat kimia yang akan melindungi individual dari kemungkinan terjadinya mutagen. Dan analisis kuantitatif terhadap zat-zat kimia tersebut sangat sulit dilakukan. Sumber-sumber mutagenesis kimiawi ini tidak terbatas, karena berbagai macam zat-zat kimia yang masuk dalam lingkungan dan sengaja dimakan sebagai obat yang terus meningkat secara tetap (Pai, 1992) .
Ada banyak macam radiasi, seperti sinar-X dan sinar gamma, yang merupakan radiasi elektromagnetis (Pai, 1992). Menurut Crowder (1990), tipe-tipe radiasi adalah sebagai berikut: 1. Mutagen fisik, 2. Mutagen Kimia
2.10.2 Radiasi
1. Sinar-X, dari tabung sinar-X yang tegangannya lebih rendah, panjang gelombang agak panjang (150-0,15 Ao), disebut sinar lemah, penting untuk menginduksi perubahan-perubahan genetik. Universitas Sumatera Utara 2. Sinar gamma, dipancarkan dari isotop radioaktif, panjang gelombang lebih pendek dari sinar-X, lebih kuat daya tembusnya, dikenal sebagai sinar kuat, penting untuk menginduksi perubahan genetik. 3. Sinar ultraviolet, panjang gelombang berbeda-beda (3800-150 Ao), terletak antara sinar-X (150-0,15 Ao) dan cahaya yang terlihat (7.800-3.800 Ao), daya tembus rendah; menyebabkan perangsangan elektron (perubahan susunan atom dalam orbitnya). Panjang gelombang yang paling efektif untuk membuat mutasi adalah 2.600 Ao). Panjang gelombang ini sama dengan penyerapan maksimum oleh DNA.

 2.10.3 Radiasi Ultraviolet
Radiasi digunakan untuk penelitian genetika, keperluan medis dan juga untuk streilisasi karena dapat membunuh bakteri. Ultraviolet banyak dijumpai pada sinar matahari, tetapi sinar ultraviolet ini dipancarkan keluar oleh ozon di atmosfer (Snustad & Gardner, 1984). Semua radiasi (sinar ultraviolet) mengionisasi atom dalam jaringan dengan melepaskan elektron dari atom tersebut (Nasir, 2002). Radiasi sinar ultraviolet tidak memiliki cukup energi untuk menginduksi ionisasi seperti sinar-X, walaupun demikian ultraviolet dapat menyerap substansi tertentu seperti basa purin dengan derivatnya guanine dan sitosin, dan pirimidin dengan derivatnya adenine dan timin. Karena energi ultraviolet rendah, maka hanya dapat menembus bagian permukaan sel pada organisme multiseluler. Namun ultraviolet mempunyai kemampuan sebagai mutagen dan pada dosis tinggi dapat membunuh sel (Lewis, 1997).
Radiasi sinar UV pada panjang gelombang dibawah 280 nm (termasuk kedalam UV-C) mempunyai tekanan yang rendah dan hampir semua tekananya dipancarkan pada panjang gelombang 253,7 nm. Kemampuan makhluk hidup untuk menyerap sinar UV berbeda-beda, namun penyerapan maksimum terjadi pada panjang gelombang 260-265 nm. Semakin tinggi panjang gelombang, kemampuan DNA untuk menyerap radiasi itu akan makin berkurang (Valtonen, 1961). Pemberian radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang yang tinggi, lama penyinarannya harus pendek dan sebaliknya apabila pemberian radiasi sinar ultraviolet dengan panjang gelombang yang pendek, maka lama penyinarannya harus panjang (Harm, 1980). Mutasi akibat sinar ultraviolet umumnya berupa pergantian basa, adisi basa, pertukaran atau delesi satu atau lebih basa (Freifelder, 1987).
Keseluruhan atau bagian dari suatu tanaman dapat diperlakukan dengan radiasi. Namun demikian, karena ada kendala fisik, maka diperlukan instalasi khusus untuk mengirradiasi keseluruhan tanaman atau bagian tanaman yang relatif besar. Butiran serbuk sari seringkali diirradiasi dengan radiasi ionisasi dan sinar ultraviolet. Keuntungan utama irradiasi butiran serbuk sari dibandingkan dengan radiasi biji atau tanaman yang sedang tumbuh adalah bahwa serbuk sari jarang sekali menghasilkan kimera atau sektor yang termutasi. Sedangkan kelemahannya adalah biasanya viabilitas serbuk sari relatif singkat. Sejumlah besar studi telah dilakukan terhadap berbagai faktor biologis, lingkungan dan kimia yang dapat memodifikasi pengaruh perlakuan radiasi. Faktor-faktor ini dapat memodifikasi efektivitas mutagenik (jumlah mutasi per unit dosis) dan efisiensi mutagenik (rasio jumlah mutasi terhadap kerusakan, seperti sterilitas, pertumbuhan kerdil, dan lain-lain) dari mutagen fisik dan kimia pada sel tanaman tingkat tinggi (Nasir, 2002). Selain itu dosis radiasi yang diberikan untuk mendapatkan mutan tergantung pada jenis tanaman, fase tumbuh, ukuran, kekerasan, dan bahan yang akan di mutasi (Soedjono, 2003). Umumnya pengaruh perlakuan radiasi pada suatu karakteristik tanaman telah stabil secara genetik setelah generasi MV3, sehingga proses seleksi dan hasilnya dapat diperoleh lebih cepat jika dibandingkan pemuliaan secara konvensional (Handayati, 2008).
Walaupun bukan radiasi yang mengionisasi pada panjang gelombang yang umum digunakan untuk mutasi, sinar UV sering digunakan sebagai mutagen untuk memperlakukan biji-bijian dan serbuk sari (Nasir, 2002). Tipe keragaman yang timbul pada tanaman akibat mutasi dapat berupa tanaman yang kerdil, berdaun belah, berbunga rangkap, dan berbunga putih berasal dari mutasi tunggal. Sifat mutan ini timbul tiba-tiba dan sering disebut sports. Mutasi dalam satu gen tunggal sering terlihat pada sel epidermis dari mahkota bunga atau daun. Pembelahan sel mutan mengakibatkan jaringan mempunyai susunan genetik sama. Hal ini menyebabkan bercak yang lebih besar (blotches), misalnya mahkota bunga berbintik-bintik; kulit pada kentang (Crowder, 1990).

2.11 Khasiat Caladium bicolor
            Umbi Caladium bicolor berkhasiat sebagai obat sakit bengkak pada jari
tangan.Untuk sakit bengkak jari dipakai ±15 gram umbi Caladium bicolor.
dicuci dan ditumbuk sampai halus lalu ditempelkan pada jari yang sakit, jika
sudah mengering segera diganti yang bam.