KELAHIRAN AHMAD ZAINAL ABIDIN, LAMBANG PERSATUAN DAN KERUKUNAN
Senin, 10 Maret 2025 bertepatan 10 ramadhan 1446 H, putra pertamaku lahir ke dunia. Kuberi nama ia Ahmad Zainal Abidin, seperti nama KH. Zainal Abidin (canggahnya). Ya, dia keturunan ketujuh dari Simbah. Urutannya Ahmad Zainal Abidin bin Dewi Nur Halimah binti Masdari bin Mu'anah binti Kiahi Khozin bin KH. Ahmad Hasan bin KH. Zainal Abidin. Semoga nama yang sama membawa keberkahan, kelak putraku bisa meneladani simbahnya menjadi ulama.
Ketika aku hamil, aku sempat bersitegang dengan suamiku karena ia main perempuan. Pun aku juga sempat bersitegang dengan bapakku karena beda pendapat lantas aku didoakan meninggal saat melahirkan, sakit banget rasanya. Aku juga bersitegang dengan mertuaku karena silent treatment, ketidakpeduliannya selama aku hamil, dan membela anaknya yang ketahuan berbohong, main perempuan saat itu. Sejak hamil sampai lahiran hubunganku dengan bapak dan mertua buruk. Karena aku mendapatkan kekerasan verbal juga silent treatment.
Alhamdulillah barokah kelahiran Zen (Ahmad Zainal Abidin), semua berubah. Aku mengalah minta maaf dulu ke bapak saat mau lahiran. Begitu kami berdamai, Zen lahir dengan lancar dan cepat bahkan ngelarani saat kontraksi cuman sebentar. Bapak yang awalnya mendoakan buruk, menjadi mendoakan baik. Aku dirawat, baju dan perlengkapan bagiku yang ketinggalan diantar ke rumah sakit, bapak juga mau wira wiri ngurus cucunya, terlebih tahu cucunya laki laki. Sejak dulu, sejak aku kecil aku dididik militer sama bapak. Beliau sayang aku, mendidiknya tujuannya bagus tapi caranya super keras, bahkan sangat keras. Salah dikit, tampar kanan kiri, pukul, tendang, siram air. Pokoknya harus jujur, disiplin, tanggung jawab. Semua baik didikannya, cuman caranya salah.
Begitu tahu anakku lelaki, Masya Allah sayangnya bapakku ke cucunya luar biasa. Selalu dijenguk, ditanya kabar, dimodali, diperhatikan. Zen, putraku sayang, kehadiranmu mempersatukan hubungan ayah dan anak le. Aku dan bapak rukun barokah kelahiranmu. Pun suamiku, dulu saat hamil suka bohong, suka main perempuan. Alhamdulillah saat aku lahiran dijaga,ditungguin, saat aku dibius total mau dijahit dia nungguin nangis, gemati ke aku dan anaknya. Le, ibuk terharu. Zen sayang, kehadiranmu menambah cinta bapakmu ke ibuk. Pun mertuaku, yang selama aku hamil tidak pernah tanya kabar, tidak peduli sama sekali juga tidak membantu keuangan, silent treatment. Saat Zen lahir, mertua datang, jenguk cucunya bawa belanjaan banyak persiapan aqiqah, berikan sejumlah uang, memberikan obat obat herbal asi booster dan perawatan bersalin paska melahirkan.
Zen, saat hamil kamu ibu bener bener terluka dan tekanan berat dari suami, bapak, juga mertua. Tapi saat engkau lahir, engkau membawa banyak keberkahan sayang. Engkau menyatukan ibuk dengan mereka menjadi rukun. Alhamdulillah ya Allah. Dulu aku rindu sekali disayang, karena yang kudapat selalu kalau bukan dibohongi, silent treatment, kalau nggak gitu ya kekerasan fisik. Tapi sejak dek Zen lahir, semua sayang ibuk. Zen, ibuk hadiahkan Zen buat Islam nggeh sayang.
Kelak berjuanglah untuk Islam putraku, teladani perjuangan Muhammad Al Fatih dalam menaklukan konstantinopel, teladani Solahudin Al Ayubi putra Najmudin Ayub yang dihadiahkan Islam. Putraku sayang, hadirmu membawa persatuan dan keberkahan kerukunan. Semoga kelak engkau menjadi ulama besar meneladani canggahmu, semoga engkau menjadi pengusaha sukses dermawan meneladani Sayyidina Utsman bin Affan, semoga engkau menjadi ilmuwan meneladani Al Khwarizmi dan Ibnu Sina, semoga engkau menjadi inovator muslim yang menemukan inovasi produk untuk dijual ke muslim muslimah biar tidak tergantung produk dari Un**ever atau produk pro Isra*l. Semoga Allah ridho dan mengijabah doa ibumu dek. Aamiin
Tidak ada komentar :
Posting Komentar