HALIMAH BINTI MASDARI

Kamis, 02 Mei 2019

CAHAYA HATI BERNAMA IMAN

CAHAYA HATI BERNAMA IMAN
*****

Terkadang banyak orang ramai menilai tanpa tabayyun. Mereka menjustis dari sesuatu yang tampak dzahirnya tanpa tahu nilai batinnya. Esensi dari menilai seharusnya setelah memahami, sebab bila salah menebar fitnah dan dosanya jariyah. 
(Dewi Nur Halimah)


KH. Abdurrahman Wahid atau yang dikenal dengan Gusdur, siapa yang tak kenal? Ya. Beliau adalah presiden RI yang ke 4 yakni setelah Presiden BJ. Habibie. Mengapa yang dibahas Gusdur? Kali ini saya mengupas tentang sosok Gusdur karena beliau adalah salah satu tokoh idola saya.

Saya mencintai Gusdur dengan pemikirannya yang pluralisme dan anti radikal. Menghargai perbedaan dan menyatukan perbedaan dengan kasih sayang. Pemikiran, gagasan dan sikap beliau sedikit banyak memberikan sumbang sih dalam sepak terjang saya.

Ada beberapa hal yang membuat saya terharu dari beberapa sikap Gusdur, diantaranya:
  1. Gusdur dianggap kafir karena ke gereja. Suatu ketika Gusdur ditemani supirnya datang ke Gereja. Ramai orang-orang islam yang mengetahui itu dan dangkal ilmunya tanpa tabbayun pun menghujat Gusdur. "Gusdur murtad, Gusdur kafir, Gusdur ke gereja". Apakah seorang muslim yang ke gereja lantas menjadi murtad? Tidak selama tidak ada aqad pindah agama dan dia yakin Tuhannya hanya satu yakni Allah swt, nabinya Nabi Muhammad saw, kitabnya Al Qur'an. Apakah Gusdur marah saat dibilang kafir?. Sama sekali TIDAK. Yang beliau lakukan adalah menyambangi  (menjenguk/ silaturahim) ke cleaning service gereja, tukang bersih bersih taman depan gereja, satpam gereja yang ternyata banyak dari pekerja di gereja adalah orang muslim. Mereka kepepet kerja di gereja untuk bertahan hidup. Nah setelah menyambangi mereka (orang muslim yang bekerja di gereja). Lalu Gusdur memberinya nasehat agar walaupun bekerja di gereja, iman mereka dan cinta mereka terhadap islam tidak goyah serta diberikan pesangon sama Gusdur. Subhanallah beliau berdakwah diam-diam. 
  2. Gusdur dianggap berzina karena mendatangi pelacur. Gusdur datang ke pelacur, ia masuk ke kamar pelacur berdua. Oleh orang yang hanya tahu dzahirnya langsung menjustis bahwa Gusdur doyan medon sama pelacur. Tapi apa yang dilakukan Gusdur di dalam kamar berdua dengan pelacur itu, apakah zina?. TIDAK. Gusdur menasihati perempuan itu tentang dosa zina, lalu Gusdur memberikan sejumlah uang kepada pelacur itu dan memintanya untuk berhenti melacur dan bertaubat. Alhamdulillah keesokannya pelacur itu tidak lagi melacur dan bertaubat. Subhanallah, inilah esensi dakwah. Dakwah bukan hanya mengajak orang baik menjadi lebih baik, tetapi juga mengajak yang belum baik menjadi baik. 
  3. Gusdur rajin sodaqoh. Beliau bahkan menyimpan harta khusus, yang diwasiyatkan ketika nanti beliau wafat agar dibagi bagikan pada janda miskin. Bukan hanya itu, Gusdur juga memiliki yayasan sosial Wahid Foundation yang dikelola oleh keluarga Gusdur. 
Banyak sikap Gusdur yang kontroversi. Bahkan tak sering dia dibilang kafir. Apakah lantas Gusdur marah? TIDAK. Beliau tidak marah, beliau bilang "Gitu aja kog repot, dibilang kafir tinggal syahadat lagi selesai".  Bicara beliau ceplas ceplos lucu, tapi benar adanya. 

Bersikap seperti Gusdur yang pro pluralisme juga membuahkan hujatan. Banyak pengalaman yang saya lalui selama ini. Saya mencintai berpakaian besar karena terasa nyaman, karena itu adalah ajaran sayyidah Fatimah ra. Sedang sayyidah Fatimah adalah idola saya. 

TAPI apa yang saya dapat? Saat saya berkunjung ke Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Bogor, Malang dll ketika lomba, seminar, maupun speech orang-orang mengira saya bukan nahdiyin. Saya dicap wahabi gara-gara pakaian saya. Apa saya menjelaskan? TIDAK. Sama sekali tidak, tidak penting bagi saya menjelaskan. Biarlah yang tahu dengan sendirinya tahu  sebenarnya saya siapa. Bahkan saya sering menerima SMS ataupun inbox dari kakak angkatan. "Dek kamu kog kerudungan gedhe WAHABI ya dek?". Saya balas singkat "Saya NU mbak". 

Kawanku...
Jangan menilai dari pakaian saja, tapi lebih ke pola pikir, akhlak, gagasannya. Jilbab saya gedhe tapi pemikiran saya sangat cinta pancasila. Saya asli nahdiyin, bapak dan ibu saya NU, murid KH. Maemoen Zubair. Hampir semua keluarga saya alumni pesantren dan pemilik pesantren. Saya memakai jilbab besar karena menutup dada, menutup aurot, memberikan saya keteduhan sebagaimana prinsip saya. 

Bisa dinilai kog, wahabi atau ikhwanul muslimin dari pola pikirnya. Partai apa yang ia dukung, ulama siapa yang dia idolakan. Kamu bisa tahu itu, tanyakan saja saat diskusi, siapa ulama idolamu, misal terjun partai, partai apa yang kamu suka, organisasi kampus apa yang kamu pilih. Dari situ engkau bisa menilai. Saya mencintai NKRI, pancasila karena pencetus pancasila adalah ulama. Saya suka belajar sejarah Indonesia, sejarah wahabi, sejarah NU agar saya tahu dan tidak salah pilih serta tidak mudah taqlid. Organisasi kampus pun saya sangat tahu, KAMMI, HMI, PMII, HTI, GMNI, dll. Mana yang muaranya organisasi nahdlatul ulama, mana yang muaranya organisasi muhammadiyah, mana yang muaranya organisasi anak induk wahabi, mana organisasi yang nasionalis, dll. Demikian pula partai seperti PPP, PKB, PDI, GOLKAR, PKS, PSI, dll. Mana yang didirikan oleh ulama NU, oleh ulama wahabi, oleh nasionalis. In syaAllah saya tahu. Saya sangat cinta ilmu baik sejarah, politik, tareh, siroh, maupun budaya untuk mengetahui seluk beluk suatu organisasi. 

Demikian pula sikap saya yang lain. Bukan hanya saya pernah dianggap wahabi, meskipun saya NU tulen (ulama idola saya Mbah Maemoen dan Habib Luthfi). Saya juga pernah dihujat karena ke gereja. Saya pernah hampir ditemukan sama Romo juga. Bagi saya saling menghargai itu indah, toh Tuhan saya tetap Allah. Saya merangkul beda agama, karena saya ingin mengajak kawan saya mengenal indahnya Islam. Barangkali lantaran saya, pintu hidayah Allah buka dan kawan saya yang non islam menjadi mualaf dan memeluk agama islam. Saya tidak peduli dianggap kafir, di sinilah iman saya diuji. Saya senyumin, dianggap kafir tinggal syahadat lagi. Wong Tuhan saya masih Allah, nabi saya nabi Muhammad. 

Bukan berhenti sampai di sini. Saat saya lomba, saya kan anaknya mudah bergaul dan ramah. Tim saya 4, perempuan ada 3 termasuk saya, laki-laki satu. Masya Allah, begitu lomba banyak teman dari kampus-kampus lain yang mendekat ke saya baik perempuan maupun laki-laki, karena ngobrol nyambung, suka ide saya. Bahkan saya dibelikan juga tiket game wisata saat bertemu pengusaha muda seluruh Indonesia. Saya dibelikan makanan dan diajak hang out selama karantina. Lalu saya diminta foto sama produk dia, endorse. Dua teman perempuan saya iri, karena saya dapat banyak dari endorse, dibelikan tiket, langsung mereka bikin gosib. "Halimah yo laris. Akeh cowk seng nraktir". Bicara seperti itu di depan para dosen dan wakil rektor. Saya senyum diam saja. Demi Allah, saya cuma temenan. Mereka memberi saya hadiah traktir, makanan, minuman, tiket karena saya supel, ramah, suka membantu, suka dimintai ide, kerjasama bagus. Kalau saya mencintai seorang, hati saya tetap satu, sebanyak apapun yang menggoda, cinta saya tetap untuk orang yang saya cintai. Karena ketika saya cinta, hati saya penuh untuk dia. Endingnya dia ngerasa bersalah, minta maaf juga. 

Saya tidak perlu membela diri. Toh endingnya mereka tahu sendiri. Bagi saya, bila saya baik, in syaAllah saat saya butuh bantuan. Allah kirimkan orang untuk menolong saya. Sesederhana itu pikiran saya 😊

Di dunia kerja pun sama, saya sering setelah ngajar ada janji. Tentu saya dandan, karena saya tidak mau tampil kucel, kumel. Bagaimana dandan natural, syar'i, tapi tetap cantik alami. Komen teman saya putri apa?. "Halimah dandan cantik pasti mau ketemuan sama laki-laki". Saya senyum saja tanpa menjelaskan, langsung salam dan pergi meninggalkan ruangan. Sebenarnya yang saya lakukan adalah bertemu kawan lama SMA yang butuh bantuan. Sudah hampir 7 tahun dia belum lulus, nah saya membantu skripsinya. Kasihan, biar cepat lulus. Kalau 7 tahun tidak lulus kan bisa di DO (Drop Out). Terkadang banyak perempuan yang menuduh saya ketika tampil cantik pasti lagi jalan berdua sama lelaki. Saya diam saja. Saya tidak melakukan itu, saya tidak suka itu. Kalau pun ketemu lelaki pasti ada hajat menolong, ilmu, atau apa yang disitu di tempat umum dan ada orang banyak. Biasanya saya di luar menggerakkan pemuda untuk peduli sosial, untuk peka, ngajar anak cacat, atau aksi sosial lainnya, membantu yang butuh pertolongan ataupun survey sosial.

Senyum saya seringkali diartikan berbeda. Senyum itu lambang sedekah. Tidak iyanya kegiatanku dan Keputusanku bukan dari senyumanku. Bahkan sering saya berkata TIDAK sambil senyum. Berkali-kali saya dihujat, saya diam. Mau dibilang apa terserah, yang tahu diri saya adalah saya, keluarga saya, dan sahabat saya. Bagaimana saya menjaga marwah, bagaimana saya menjaga prinsip, bagaimana saya keluar untuk membantu atau tolabul ilmi. Bagi saya, ketika orang lain su'udzan dan menilai buruk. Cukup ikuti Gusdur, senyumin. Seiring berjalannya waktu pun mereka akan tahu dengan sendirinya. Tanpa aku harus bilang. 

Lalu bukan hanya sampai di situ. Ketika saya menegakkan keadilan PKH. Betapa banyak orang yang memisuhi saya, terutama yang dzalim. Saya dibilang Halimah Asu lah, Halimah picek, Halimah modar. Saya dibilang gendeng aja EGP, malah alhamdulillah. Hitung hitung disodaqohi pahala, dosa berkurang. Toh anjing juga tidak hina, tidak memiliki dosa, tidak maksiat, belum tentu juga anjing lebih hina dari manusia. Anjing tidak maksiat. 

Bahkan di rumah, emak bapak saya ketika saya megang HP juga marah. Selalu berburuk sangka kalau saya mainan tidak penting. Saya diam saja cuek, tetap menggunakan HP. Seandainya mereka tahu, di HP saya ada aplikasi Al Qur'an yang saya baca, ada aplikasi tahsin dan tahlil, ada aplikasi wirdul lathif, saya mendirikan 2 grub dakwah yang saya isi tulisan-tulisan fiqih, kalam hikmah, tauhid. Barangkali saya wafat, tulisan itu jadi amal jariyah saya. Barangkali melalui artikel dan tulisan tulisan yang saya share menjadi lantaran hidayah buat orang sehingga ia bertaubat dan menjadi lebih baik. Wallahu a'lam. Di Hp, saya juga promosi les, promosi apa saja jualan saya untuk memperoleh rizki yang nantinya saya buat menuhin kebutuhan saya pribadi dan sodaqoh. Ketika orangtua marah, saya diam senyum. Saya suka baca buku dan kitab, kalau tidak dilihat orangtua.

Banyak sikap saya yang dinilai misterius. Banyak pula yang berburuk sangka. Saya senyumin, saya hadapi sebagaimana Gusdur dihujat. Dengan sendirinya in syaAllah mereka akan tahu. Meskipun tidak saya jelaskan. Entah nanti dari orang lain, ataupun dari jalan lain yang tidak terduga dari Allah Swt. Teruslah berbuat baik karena saat kamu wafat, pasanganmu tidak menemanimu di alam kubur. Anak, istri, suami, saudara, kawan tak ada yang menemanimu di kuburan, semua meninggalkanmu. Tapi amal baikmu, amal solehmu setia menemanimu sampai akherat. Barangkali hal kecil yang kamu lakukan menjadikan Allah ridho, sehingga kamu masuk surga. Orang masuk surga bukan karena amal ibadahnya, melainkan karena rahmat Allah. Nah rahmat Allah diturunkan lewat mana kita tidak tahu, maka rajinlah beribadah dan berbuat baik tanpa peduli engkau dihujat ataupun dipuji. 

"Di hina tidak membuatmu rendah diri di hadapan Allah swt. Dipuji tidak membuat derajatmu tinggi di hadapan Allah. Tidak mulia oleh penduduk bumi tidak masalah, selama tujuanmu Allah in syaAllah engkau akan dimuliakan penduduk langit. Niatkan Lilahi Ta'ala (karena Allah Ta'ala) bukan Linnas (karena manusia). Bila selama perjuangan engkau menemui rintangan dan ingin menangis, menangislah tak perlu malu. Curahkan isi hatimu pada Allah. Dialah Allah, Rabb Yang Maha Penolong lagi penuh kasih sayang. Tidak masalah menangis, selama menangismu menjadikanmu semakin mendekatkan diri dengan Allah swt. Berhusnudzanlah, bersama musibah Allah swt titipkan cahaya hati yang bernama iman. Bersama musibah ada hikmah yang luar biasa, dihapuskannya dosa-dosa, diangkat derajat seorang hamba, hingga mulia di hadapan Allah swt. Percayalah bahwa Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan termasuk musibah dengan penawarnya sebagaimana hujan dan pelangi"





Tidak ada komentar :