HALIMAH BINTI MASDARI

Jumat, 12 Juni 2020

SAYYIDAH HINDUN BINTI ABU UMAIYAH ATAU UMMU SALAMAH (SANG PENYAYANG NAN CERDAS)

SAYYIDAH HINDUN BINTI ABU UMAIYAH ATAU UMMU SALAMAH (SANG PENYAYANG NAN CERDAS)
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah


Sayyidah Hindun binti Abu Umaiyah bin Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzun bin Yaqzhah bin Murrah, Al Makzumiyah juga dikenal dengan sebutan ummu salamah adalah saudara sepupu Khalid bin Walid (pemuda yang mendapat julukan pedang Allah). Sebelum dinikah oleh Nabi Muhammad saw, ia dinikah oleh Abu Salamah bin Abdul Asad Al Makhzumi atau dikenal dengan Abu Salamah.

Adapun kemuliaan Sayyidah Hindun binti Abu Umaiyah atau Ummu Salamah diantaranya:

1. Bernasab Mulia

Sayyidah Hindun binti Abu Umaiyah memiliki nasab bangsawan. Beliau memiliki asal usul yang terhormat di tengah kaumnya, Bani Makhzum. Beliau adalah salah satu putri orang quraisy yang mulia, terhormat dan murah hati. Ayahnya, Zadur Rakib adalah salah satu orang yang murah hati yang sering menjadi perumpamaan dan tauladan kaumnya sebab kemurahan hatinya. Sejak kecil ia memiliki kepribadian kuat yang membuatnya harus dihormati.

2. Berparas Cantik Jelita dan Berhati Mulia

Sayyidah Hindun binti Abu Umaiyah adalah wanita berparas cantik jelita. Ummu Salamah dikenal berparas sempurna, memiliki inner beauty, dan berwatak lembut. Sayyidah Hindun binti Abu Umaiyah memiliki tutur kata yang lembut, penuturan yang mendetail, rangkaian nan bagus, tujuan nan luhur, dan pandangan nan sempurna terhadap peristiwa demi peristiwa. [1] Beliau suka memberi, berjiwa jernih, penyayang, sehingga memancar kebajikan begitu deras dalam jiwa banyak orang. [2]

Imam Adz-Dzahabi ra berkata, "Nabi Muhammad saw menggaulinya (menggauli ummu salamah) pada tahun 4 Hijriyah. Ia tergolong wanita paling cantik dan paling mulia nasabnya." [3]

3. Wanita yang cerdas

Sayyidah Hindun binti Abu Umaiyah atau Ummu Salamah adalah sosok wanita cerdas, memiliki pandangan dan pemahaman yang baik. Bahkan, ia selalu berusaha untuk membahagiakan dan menyenangkan Rosulullah saw. Al Hafizh Ibnu Hajar menuturkan dalam Al Ishabah, Ummu Salamah berparas cantik jelita, memiliki akal sempurna, dan pandangan yang tepat. Saran yang ia sampaikan kepada Nabi Muhammad saw saat peristiwa Hudaibiyah menunjukkan akalnya yang kuat dan pandangannya yang tepat. [4]

Ummu Salamah mencapai kedudukan yang tinggi. Ia belajar langsung dari sumbernya yakni Rosulullah saw tanpa perantara. Beliau mendengar Al Qur'an dan As Sunnah langsung dari mulut Rosululllah saw.

Ummu Salamah termasuk salah satu rujukan di bidang hukum dan fatwa, khususnya terkait fiqih muslimah. Sampai-sampai ulama ummat, Ibnu Abbas ra, mengirim utusan padanya untuk menanyakan sejumlah hukum. [5]

Kekayaan hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah Ummul Mukminin mencapai 378 hadits yang ia hafal dari Rosulullah saw. 29 hadits diantaranya ditakhrij dalam kitab Shahihain, dan 13 diantaranya disepakati keshahihannnya. Tiga diantatanya diriwayatkan Bukhari dan 13 diriwayatkan Muslim. [6]

4. Ummu Salamah pernah melihat Malaikat Jibril AS

Diriwayatkan dari Salman Al Farisi ra, ia berkata: "Aku diberitahu bahwa Jibril AS suatu ketika datang kepada Nabi Muhammad saw, sementara Ummu Salamah berada di dekat beliau. Jibril berbicara setelah itu pergi. Nabi kemudian bertanya kepada Ummu Salamah, 'Siapa dia?'. "Dhiyah," jawab Ummu Salamah.

Salman berkata, Ummu Salamah menuturkan, " Demi Allah aku kira dia (Dhiyah), hingga suatu ketika aku mendengar khotbah Nabi saw menyampaikan kabar ini." Aku kemudian bertanya kepada Abu Utsman, "Dari siapa kau mendengar (kabar) ini?". "Dari Usamah bin Zaid," Jawab Abu Utsman. [7]

Imam An Nawawi menjelaskan, perkataan Salman, "Ummu Salamah melihat jibril dalam wujud Dhiyah," bisa dibaca Dahyah atau Dihyah. Ini menunjukkan keutamaan Ummu Salamah. Manusia bisa melihat malaikat dan hal itu nyata terjadi. Mereka melihat malaikat dalam wujud manusia, karena mereka tidak mampu melihat malaikat dalam wujud asli. Nabi Muhammad saw biasanya melihat Jibril AS dalam wujud Dihyah, dan dua kali melihatnya dalam bentuk asli. [8]

5. Wanita yang penyabar, mengaharap pahala dan ridho Allah swt

Ummu Salamah pernah mengalami penderitaan luar biasa tatkala hendak berhijrah bersama suami pertamanya (Abu Salamah) ke Madinah Al Mukarromah. Bagaimana tidak?. Dalam perjalanan hijrah ke Madinah, beliau dipisahkan dengan suami (Abu Salamah) dan Anaknya (Salamah binti Abu Salamah) oleh Bani Mughirah. Akhirnya Abu Salamah hijrah seorang diri, sementara anaknya direbut secara paksa dan Ummu Salamah pun terpisah dengan anak dan suaminya. Setiap pagi, beliau pergi lalu duduk di tengah padang pasir, dan hanya bisa meratapi diri menangis dari pagi hingga sore hari. Begitulah yang terus Ummu Salamah lakukan  setiap hari selama setahun. Hingga akhirnya seorang kerabat dari Bani Mughirah merasa iba dan membujuk Bani Mughirah untuk melepaskan Ummu Salamah. Ummu Salamah dan anaknya pun dipertemukan lalu dengan mengendarai unta berdua, beliau menyusul suaminya di Madinah. Akhirnya, perjuangan yang penuh kesabaran, membuahkan hasil. 

6. Berjiwa patriotisme tinggi

Ummu Salamah berjiwa patriotisme tinggi. Beliau selalu mendorong suaminya untuk bergabung bersama barisan para mujahid di jalan Allah di bawah panji Rosulullah saw. Abu Salamah terjun dalam kancah peperangan dan memberikan pengorbanan terbaik.

Satu tahun berlalu, kaum musyrikin bersiap untuk memerangi kaum muslimin. Kaum muslimin pergi menuju perang Uhud, dan di sanalah mereka bertemu dengan kaum musyrikin. Abu Salamah termasuk salah satu prajurit loyal dalam barisan pasukan Nabi Muhammad saw. Dalam perang ini, Abu Salamah dipanah Abu Usamah Al Jusyami di bagian lengan. Saat kaum muslimin kembali ke Mekah, Abu Salamah mengobati luka yang ia alami selama sebulan bersama istri tercinta. Ummu Salamah yang merawat dan melayaninya hingga lukanya sembuh. [9]

7. Seorang istri yang setia dan taat pada suami

Dikisahkan bahwa tatkala Abu Salamah hendak wafat, Ummu Salamah siap berjanji untuk tidak menikah lagi demi kesetiaannya. Namun, demi cinta sejatinya juga, Abu Salamah meminta Ummu Salamah agar menikah lagi supaya tidak larut dalam kesedihan yang berkepanjangan yang menyakiti istri tercintanya. Karena cinta tak akan tega melihat yang dicintainya menderita tersiksa sebab karenanya.

Diriwayatkan dari Ziyad bin Abu Maryam, ia berkata, "Ummu Salamah berkata pada Abu Salamah, 'Saya dengar, tidaklah seorang suami meninggal dunia dan ia termasuk penghuni surga, kemudian si istri tidak menikah lagi setelahnya, melainkan Allah menyatukannya keduanya di surga. Untuk itu, mari kita berjanji, kau tidak akan menikah sepeninggalku, dan aku pun tidak akan menikah sepeninggalmu.' Abu Salamah bertanya, 'Benar kau mau memenuhi janjimu itu?'. 'Ya', jawab Ummu Salamah. Namun Abu Salamah berkata, 'Jika aku meninggal lebih dulu, menikahlah lagi. Ya Allah berikanlah Ummu Salamah seorang suami yang lebih baik dariku sepeninggalku nanti, yang tidak membuatnya sedih dan tidak menyakitinya'. Setelah Abu Salamah meninggal dunia, aku lantas bertanya-tanya, 'Siapa gerangan lelaki yang lebih baik dari Abu Salamah?'.

Tak lama setelah itu Rosulullah saw datang. Beliau berdiri di depan pintu, lalu menyampaikan maksud untuk meminangku melalui keponakanku atau anakku. Aku lalu berkata pada diri sendiri, 'Aku menolak pinangan Rosulullah saw atau menikah dengan beliau dengan membawa serta seluruh keluargaku." Setelah itu Rosulullah datang pada keesokan harinya dan meminang. [10]

Diriwayatkan dari Ummu Salamah ra, ia berkata, "Saat Abu Salamah meninggal dunia, aku mendatangi Nabi Muhammad saw lalu bertanya, "Apa yang harus aku baca?". Beliau menjawab, 'Bacalah, Ya Allah, ampunilah kami dan juga dia, dan berilah aku pengganti yang baik.'. Aku membaca doa ini, lalu Allah swt memberiku Nabi Muhammad saw sebagai penggantinya. [11]

8. Pemilik hati yang penyayang

Lantaran Ummu Salamah yang tidak tegaan, merasa belas kasihan. Belau meminta agar Rosulullah saw berlapang dada memaafkan kesalahan Abu Lubabah, Abu Sufyan bin Harits dan Abdullah bin Abu Umaiyah. Ummu Salamah menyayangi siapapun yang ada di sekitarnya. Ia ingin selalu menyampaikan kabar gembira guna membahagiakan hati setiap orang. Dialah yang menyampaikan kabar gembira diterimanya taubat Abu Lubabah, Abu Sufyan bin Harits dan Abdullah bin Abu Umaiyah. 

SUMBER PUSTAKA:

[1]. Nisa' Ahlil Bayr, hlm, 231.

[2]. Nisa' Ahlil Bayt, Ahmad Khalil Jam'ah, hlm. 225-226, dengan perubahan.

[3]. Siyar A'lamin Nubala, Imam Adz-Dzahabi (II/202).

[4]. Syaikh Mahmud Al Mishri, Biografi 35 Shahabiyah Nabi (Jakarta: Ummul Quro, 2014), hlm. 242.

[5]. Zadul Ma'ad (II/78].

[6]. Al-Mujtaba Minal Mujtaba, Ibnu Jauzi, hlm. 93.

[7]. Muttafaq'alaih. HR. Bukhari (3634), kitab: keutamaan-keutamaan. HR. Muslim (100), (2451), kitab: keutamaan-keutamaan para sahabat.

[8]. Muslim bi Syarh An Nawawi (XVI/11).

[9]. Tahdzibul Asma wal Lughot (II/362) dengan perubahan.

[10]. Para perawi hadits ini tsiqah. Diriwayatkan Ibnu Sa'ad (VIII/88).

[11]. Shahih. HR. Muslim (919), kitab: jenazah. HR. Ahmad (VI/291).

Tidak ada komentar :