SAYYIDAH ZAINAB BINTI JAHSY (PEMIMPIN WANITA YANG WARA' LAGI MURAH HATI)
*****
Sayyidah Zainab binti Jahsy merupakan salah satu ummul mukminin yang mulia, rendah hati, wara', lagi murah hati. Beliau dinikah Rosulullah saw saat janda. Suami pertama beliau adalah Zaid bin Haritsah. Pernikahan Sayyidah Zainab binti Jahsy dengan Zaid bin Haritsah pun atas perintah Nabi Muhammad saw. Dan pernikahan Sayyidah Zainab binti Jahsy dengan Rosulullah saw pun atas perintah Allah swt. Allah menikahkannya dari atas langit ke tujuh.
Adapun keutamaan Sayyidah Zainab binti Jahsy diantaranya:
1. Bernasab mulia
Sayyidah Zainab binti Jahsy memiliki nasab bangsawan, leluhur mulia, terhormat, keluarga yang mulia dan kecantikan yang mempesona. Saudara kandungnya, Abdullah bin Jahsy adalah pemegang panji perang pertama yang diusung di jalan Allah, dan salah satu syuhada. Abdullah bin Jahsy juga mengajak 2 saudara putrinya masuk islam yakni Zainab dan Hamnah. Saudara kandungnya yang lain, Abu Ahmad bin Jahsy adalah seorang pujangga Islam yang handal. Syairnya menyentuh qolbu siapa saja yang mendengar lantunannya.
Sementara saudara sepupunya yang juga menjadi suaminya, Muhammad bin Abdullah (Rosulullah saw) adalah pemimpin ummat. Kakek Sayyidah Zainab bin Jahsy sama dengan Rosulullah saw yakni Abdul Mutholib, pemimpin kaum quroisy di masanya. Pamannya, Hamzah bin Abbas adalah singa Allah dan pemimpin para syuhada. Sedangkan sayyidina Abbas adalah dermawan yang suka berbagi harta, melindungi tetangga, dan membantu orang yang kesusahan. Ibunya adalah bibi Nabi Muhammad saw, Umaimah binti Abdul Muthalib.
2. Berjiwa Penyayang pada Fakir Miskin
Sayyidah Zainab binti Jahsy adalah sosok yang berjiwa sosial tinggi. Beliau menyayangi fakir miskin. Beliau gemar bersedekah, baik memberikan uang maupun barang-barang untuk fakir miskin. Beliau sangat memahami bahwa kebaikan di dunia akan mendatangkan kenikmatan abadi di akherat.
Riwayat Ibnu Sa'ad dalam Ath-Thabaqat-nya melengkapi sifat zuhud sayyidah Zainab binti Jahsy. Ia berkata, "Zainab binti Jahsy tidak meninggalkan dirham atau dinar. Ia menyedekahkan apa saja yang bisa ia sedekahkan. Ia adalah tempat bernaung bagi orang-orang miskin." [1]
Bahkan di saat menjelang wafat, sayyidah Zainab binti Jahsy masih mewasiatkan untuk bersedekah. Pada tahun 20 Hijriyah, bertepatan dengan 641 Masehi, Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy merasa sudah dekat saatnya bertemu dengan Allah. Ia selalu siap dengan pertemuan dengan Allah yang penuh berkah ini. Saat kematian menjelang, ia berkata, "Aku sudah mempersiapkan kain kafanku. Mungkin nanti Umar akan mengirim kain kafan untukku. Apabila ia mengirim kain kafan, sedekahkan salah satunya. Kalau kalian bisa menyedekahkan sarungku saat kalian menurunkanku (ke liang kubur), maka lakukan." [2]
3. Ahli Ibadah, berhati mulia dan wara'
Sayyidah Zainab binti Jahsy adalah wanita yang ahli puasa dan solat malam. Berpuasa pada siang hari dan solat pada malam hari. Selalu menangis di hadapan Allah swt. Bersikap baik dan murah hati terhadap fakir miskin dan yatim piatu. Menginginkan kebaikan untuk semua orang.
Imam Adz-Dzahabi menyatakan, "Zainab bintu Jahsy termasuk salah seorang pemimpin wanita di bidang agama, sifat wara', kemurahan hati, dan kebajikan." [3]
Imam Abu Nu'aim menuturkan tentang sayyidah Zainab binty Jahsy, "Dia wanita yang tenang, rida, lembut hati, dan seorang da'i." [4]
4. Pekerja keras
Sayyidah Zainab binti Jahsy adalah wanita yang pekerja keras, tidak manja, giat bekerja, serta berjiwa mulia. Beliau melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri. Beliau sosok yang rajin dan bukan pemalas.
Ummul mukminin Zainab binti Jahsy tidak memiliki harta ataupun perhiasan dunia sedikitpun. Ia bekerja dengan tangannya sendiri. Ia menyamak dan melubangi kulit, setelah itu ia jual dan ia sedekahkan hasilnya di jalan Allah swt. Ini mengisyaratkan kemuliaan Sayyidah Zainab ra di sisi Allah swt dan doanya mustajab. [5]
5. Zuhud
Sayyidah Barazah binti Rafi' menuturkan bahwa Sayyidah Zainab binti Jahsy adalah sosok yang zuhud. Ketika jatah pembagian uang keluar, Sayyidina Umar bin Khattab mengirim jatah milik Sayyidah Zainab binti Jahsy. Saat jatah uang Sayyidah Zainab binti Jahsy ra dibawa masuk, beliau berkata "Semoga Allah mengampuni Umar. Saudari-saudariku lebih kuat untuk membagikan uang ini daripada aku.
Sayyidina Umar berkata, "Ini semua untukmu." Sayyidah Zainab menjawab "Subhanallah", lalu menerima uang tersebut dan segera menutupnya dengan kain agar uang tersebut tidak nampak. Setelah itu beliau berkata pada Sayyidina Umar bin Khattab, "Masukkan tanganmu ke dalam kain lalu ambilah uang itu sebanyak satu genggam, lalu berikan pada Bani Fulan dan Bani Fulan, kerabat, dan anak-anak yatim kerabatnya". Hingga uang-uang tersebut hanya tersisa sedikit di bawah kain.
Barazah binti Rafi' kemudian berkata, "Semoga Allah mengampunimu, wahai Ummul Mukminin. Demi Allah kita punya hak dalam uang ini.". Zainab berkata, "Yang ada di bawah ini adalah milik kalian". Rupanya yang masih tersisa ada di bawah kain tersebut berjumlah 85 dirham. Setelah itu Zainab mengangkat tangan ke langit dan berdoa, "Ya Allah jangan sampai jatah pemberian Umar menjumpaiku setelah tahun ini," Setelah itu Zainab meninggal dunia. [6]
Ibnu Sa'ad meriwayatkan, saat uang dikirim untuk Zainab, ia berdoa, "Ya Allah, jangan sampai uang ini menjumpaiku tahun depan, karena ia adalah fitnah." Ia membagi-bagikan uang itu pada kerabat dan orang-orang miskin. Hal itu terdengar Umar ra, lalu Umar ra berkata, "Wanita itu dikehendaki baik". Umar kemudian berdiri di depan pintu Zainab lalu berkata setelah mengucapkan salam, "Aku sudah mendengar perihal uang yang kau bagi-bagikan". Setelah itu Umar mengirim 1000 dirham untuk ia simpan. Namun uang itu tetap ia bagi-bagikan seperti biasa. Semoga Allah meridhoinya dan membuatnya senang. [7]
6. Perintah Allah swt agar Rosulullah saw menikahinya turun dari atas langit ke tujuh.
Diriwayatkan dari Anas, ia berkata, "Zaid bin Haritsah mengadu lalu Nabi Muhammad saw bersabda, 'Bertakwalah kepada Allah dan pertahankan istrimu'. Anas berkata, 'Andai Rosulullah saw menyembunyikan sesuatu, tentu ayat inilah yang beliau sembunyikan'. Anas berkata, 'Zainab membanggakan diri di hadapan istri-istri Nabi Muhammad saw dengan mengatakan, 'kalian dinikahkan oleh keluarga-keluarga kalian, namun aku dinikahkan Allah swt dari atas langit ke tujuh'." [8]
Diriwayatkan dari Isa bin Thahman, ia berkata, "Aku mendengar Anas bin Malik ra berkata, 'Ayat hijab turun berkenaan dengan Zainab binti Jahsy. Beliau memberi makan roti dan daging pada hari itu. Ia (Zainab) membanggakan diri di hadapan istri-istri Nabi saw. Ia berkata,' Allah menikahkanku di langit'." [9]
7. Kedudukan Mulia di Hati Nabi
Ummul Mukminin Zainab binty Jahsy adalah sosok ibunda yang cantik jelita, berhati mulia, murah hati, lembut bertutur, dermawan, ahli ibadah, ahli sodaqoh, dan dinikahkan Allah dari lagit ke tujuh. Beliau meraih kedudukan yang agung di mata Nabi Muhammad saw. Beliau memiliki sifat-sifat mulia yang Allah karuniakan, juga prestasi-prestasi indah yang membuatnya sebagai wanita jarang ditemukan.
Sayyidah Zainab binti Jahsy menempati kedudukan tinggi di hati Rosulullah saw setelah sayyidah Aisyah ra. Sayyidah Aisyah ra menuturkan, "Di antara istri-istri Nabi saw, dialah (Zainab binti Jahsy) yang menyamai kedudukanku." [10]
Zainab binti Jahsy adalah ummul mukminin yang rajin solat, khusyuk hati, dan selalu terhubung dengan Allah swt. Rosulullah saw menyukai sifat-sifat luhur yang ada dalam dirinya ini. Solat dan hubungan Zainab ra dengan Rabb membuat beliau kagum. [11]
Diriwayatkan dari Tsabit, ia berkata, "Pernikahan Zainab binti Jahsy disebut-sebut di dekat Anas, lalu ia berkata," Tidak pernah aku melihat Nabi saw membuat jamuan makan pernikahan (ketika beliau menikahi) salah seorang pun di antara istri-istri beliau, seperti jamuan makan yang beliau buat (saat menikahi Zainab). Beliau membuat jamuan makan seekor kambing." [12]
Diriwayatkan dari Asy Sya'bi ra, ia berkata, "Zainab berkata kepada Nabi saw, 'Aku akan menunjukkan tiga hal padamu yang tidak dimiliki istri-istrimu, kakekku dan kakekmu sama, Allah swt menikahkanku denganmu di langit, dan perantaranya adalah Jibril AS'." [13]
Ummul Mukminin Ummu Salamah ra mengisyaratkan kedudukan madunya, Zainab di mata Rosulullah saw, ia berkata," Zainab dikagumi Rosulullah saw. Ia banyak belajar dari beliau. Ia adalah wanita solekhah, ahli puasa dan solat malam". [14]
Aisyah berkata, "Rosulullah saw bertanya kepada Zainab binti Jahsy terkait persoalanku, 'Apa yang kau ketahui atau yang kau lihat?'. Ia menjawab, 'Wahai Rosulullah saw, aku jaga pendengaran dan penglihatanku. Demi Allah, yang aku ketahui hanya yang baik-baik'. Aisyah berkata, "Diantara istri-istri Nabi saw, dialah yang menyamai kedudukanku di mata beliau (Rosulullah saw), hingga Allah swt menjaganya dengan sifat wara'." [15]
Disebutkan dalam sebagian dari hadits riwayat Muslim, Aisyah berkata, "Istri-istri Nabi Muhammad saw kemudian mengutus Zainab binti Jahsy, istri beliau. Diantara mereka, dialah yang menyamai kedudukanku di mata Rosulullah saw. Tidak pernah aku melihat seorang wanita pun yang lebih baik dalam agama, lebih bertakwa kepada Allah swt, lebih jujur dalam bertutur kata, lebih menyambung tali kekeluargaan, lebih besar sedekahnya, lebih mengorbankan diri dalam pekerjaan untuk ia sedekahkan (hasilnya) dan mendekatkan diri kepada Allah swt melebihi Zainab. Hanya saja ia punya sifat mudah marah, namun cepat hilang." [16]
Semoga Allah swt merahmati Sayyidah Zainab binti Jahsy atas kemurahan hatinya. Semoga kita dapat meneladani akhkak beliau yang mulia. Semoga kelak kita dapat berjumpa dengan beliau di negeri akherat, menjadi bagian dari pengikut beliau. Lahul fatekhah. Aamiin
SUMBER PUSTAKA:
[1]. Nisa Mubasysyarat bil Janah, hlm. 166-167, dengan perubahan.
[2]. HR. Ibnu Sa'ad (VIII/108), sanadnya kuat. Dishahihkan Hakim (IV/ 25) dan disetujui Adz-Dzahabi.
[3]. Siyar A'lamin Nubala, Imam Adz-Dzahabi (II/212).
[4]. Al Hulyah (II/51)
[5]. Shaikh Mahmud Al Mishri, Biografi Ibnu Shahabiyah Nabi (Jakarta: Ummul Quro, 2014), hlm. 261.
[6]. Ath Thabaqat, Ibnu Sa'ad (VIII/109-110), Shifatus Shafwah (II/48-49), As Siyar (II/212).
[7]. Hayatush Shahabah (II/236).
[8]. HR. Bukhari (7420), HR. Tirmidzi (3213).
[9]. HR. Bukhari (7421), HR. Ahmad (III/ 226).
[10]. HR. Bukhari (4750). HR. Muslim (2770).
[11]. Nisa Ahlil Bayt, Ahmad Khalil Jam'ah, hlm. 300-302, dengan perubahan.
[12]. HR. Bukhari (5171). HR. Muslim (1049). HR. Abu Dawud (3747).
[13]. Al Bidayah Wan Nihayah (IV/146) dan Ansabul Asyraf (I/435).
[14]. Tahdzibul Asma Wal Lughat (II/345).
[15]. HR. Bukhari (4750).
[16]. HR. Muslim (2442).