HALIMAH BINTI MASDARI

Tampilkan postingan dengan label Ummul mukminin.. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ummul mukminin.. Tampilkan semua postingan

Senin, 22 Juni 2020

MENGENAL SOSOK SAYYIDAH MARIYAH AL - QIBTIYAH

MENGENAL SOSOK SAYYIDAH MARIYAH AL - QIBTIYAH 
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah


Sayyidah Mariyah Al- Qibtiyah merupakan salah satu ummul mukminin. Sayyidah Mariyah binti Syam’un lahir di Desa Hafan, dekat Sungai Nil, Mesir. Ia merupakan keturunan Suku Qibti sehingga dikenal dengan Mariyah al-Qibtiyah. Ayahnya adalah seorang Mesir. Sementara ibunya adalah seorang Nasrani dari Romawi. Nasib telah membawanya dan saudara perempuannya, Sirin, untuk tinggal di Istana Muqawqis, Pemimpin Kota Iskandariyah, Mesir. 

Sayyidah Mariyah Al- Qibtiyah adalah budak yang dihadiahkan dari seorang raja Mesir, raja Muqauqis, kepada Rasulullah saw. Raja Muqauqis menjadikan Sayyidah Mariyah sebagai hadiah bersama Sirin (saudaranya) dan Maburi serta hadiah kerajinan dari Mesir. Selain itu, Raja Muqauqis juga memberikan hadiah keledai dan kuda putih.

Ketika itu, Rasulullah saw mengajak raja Muqauqis untuk masuk Islam melalui surat yang dikirimnya lewat Hatib bin Baltaah. Raja tersebut menolak seruan Rasulullah tersebut, tetapi dia tetap menjamu Hatib dengan penuh kehangatan. Hatib kembali kepada Rasulullah dengan oleh-oleh hadiah dari raja tersebut. Tetapi dalam perjalanan, Hatib merasakan kesedihan pada diri Sayyidah Mariyah karena harus meninggalkan kampung halamannya, Mesir. Hatib kemudian menghiburnya selama perjalanan dengan menceritakan sosok Rasulullah saw dan Islam. Pada saat itu, Sayyidah Mariyah diajak untuk memeluk Islam dan ia menerimanya.

Kabar mengenai penolakan raja Mesir untuk memeluk Islam dan hadiah yang diberikan diketahui Rosulullah saw. Rasulullah saw pun terkejut lalu mengambil Sayyidah Mariyah untuk dirinya. Sementara, Sirin diberikan kepada Hasan bin Tsabit. Rasulullah saw kemudian memerdekakan Sayyidah Mariyah dan menikahinya.

Adapun kemuliaan Sayyidah Mariyah Al Qibtiyah diantaranya:

1. Berparas cantik jelita

Diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah ra bahwa ia mengungkapkan rasa cemburunya kepada Sayyidah Mariyah, “Aku tidak pernah cemburu kepada wanita kecuali kepada Mariyah karena dia berparas cantik dan Rasulullah saw sangat tertarik kepadanya. Ketika pertama kali datang, Rasulullah saw menitipkannya di rumah Haritsah bin Nu’man al-Anshari, lalu dia menjadi tetangga kami. Akan tetapi, beliau sering kali di sana siang dan malam. Aku merasa sedih. Oleh karena itu, Rasulullah saw memindahkannya ke kamar atas, tetapi beliau tetap mendatangi tempat itu. Sungguh, itu lebih menyakitkan bagi kami.”

Al-Baladziri menceritakan bahwa Sayyidah Mariyah mewarisi kecantikan ibunya sehingga memiliki kulit yang putih, berparas cantik, berpengetahuan luas, dan berambut ikal. Apalagi ia nanti juga akan melahirkan putra setelah kematian putra putri Khadijah.

2. Merupakan salah satu istri Rosululloh saw yang dianugerahi anak selain Sayyidatuna Khodijah setelah Kubro

Allah swt menghendaki Sayyidah Mariyah Al-Qibtiyah melahirkan seorang putra Rasulullah setelah Sayyidah Khadijah radhiallahu ‘anha. Betapa gembiranya Rasulullah saw mendengar berita kehamilan Sayyidah Mariyah, terlebih setelah putra-putrinya, yaitu Abdullah, Qasim, dan Ruqayah meninggal dunia.

Sayyidah Mariyah mengandung setelah setahun tiba di Madinah. Kehamilannya membuat istri-istri Rasulullah saw cemburu karena telah beberapa tahun mereka menikah, namun tidak kunjung dikaruniai seorang anak pun. Rasulullah saw menjaganya dan kandungannya dengan sangat hati-hati. Pada bulan Dzulhijjah tahun kedelapan hijrah, Sayyidah Mariyah melahirkan bayinya yang kemudian Rasulullah memberinya nama Ibrahim demi mengharap berkah dari nama bapak para nabi, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Lalu beliau memerdekakan Sayyidah Mariyah sepenuhnya. Kaum muslimin menyambut kelahiran putra Rasulullah dengan gembira.

Di dalam riwayat lain dikatakan bahwa Aisyah berkata, “Allah memberinya anak, sementara kami tidak dikaruni anak seorang pun."

Pada bulan Dzulhijjah tahun 629 M, Sayyidah Mariyah melahirkan seorang putra bernama Ibrahim. Rasulullah mengaqiqahkan Ibrahim dengan menyembelih dua ekor domba, mencukur rambut Ibrahim, dan bersedekah kepada fakir miskin.

3. Berakhlak mulia

At-Thabari dalam kitab Tarikhul Umam Wal Mulk mendefinisikan Mariyah sebagai perempuan yang salekhah. Lebih banyak lagi, Ibnu katsir 4 al–Bidayah wa an–Nihayah menyebut Mariyah sebagai wanita yang budiman dan dermawan.

SUMBER BACAAN:

Aisyah Abdurahman binti Syati', Baitun Nubuwwah. 

Amru Yusuf, Dzaujatur Rosulullah (Darus Sa'abu: Riyadh). 

Ibn Kathar, al-Bidaya wa an–Nihaya.

Ibn Saʿd, al-Ṭabaqat al-Kubra.

Ṭabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk.

Senin, 15 Juni 2020

SAYYIDAH ZAINAB BINTI JAHSY (PEMIMPIN WANITA YANG WARA' LAGI MURAH HATI)

SAYYIDAH ZAINAB BINTI JAHSY (PEMIMPIN WANITA YANG WARA' LAGI MURAH HATI)
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah


Sayyidah Zainab binti Jahsy merupakan salah satu ummul mukminin yang mulia, rendah hati, wara', lagi murah hati. Beliau dinikah Rosulullah saw saat janda. Suami pertama beliau adalah Zaid bin Haritsah. Pernikahan Sayyidah Zainab binti Jahsy dengan Zaid bin Haritsah pun atas perintah Nabi Muhammad saw. Dan pernikahan Sayyidah Zainab binti Jahsy dengan Rosulullah saw pun atas perintah Allah swt. Allah menikahkannya dari atas langit ke tujuh. 

Adapun keutamaan Sayyidah Zainab binti Jahsy diantaranya:

1. Bernasab mulia

Sayyidah Zainab binti Jahsy memiliki nasab bangsawan, leluhur mulia, terhormat, keluarga yang mulia dan kecantikan yang mempesona. Saudara kandungnya, Abdullah bin Jahsy adalah pemegang panji perang pertama yang diusung di jalan Allah, dan salah satu syuhada. Abdullah bin Jahsy juga mengajak 2 saudara putrinya masuk islam yakni Zainab dan Hamnah. Saudara kandungnya yang lain, Abu Ahmad bin Jahsy adalah seorang pujangga Islam yang handal. Syairnya menyentuh qolbu siapa saja yang mendengar lantunannya.

Sementara saudara sepupunya yang juga menjadi suaminya, Muhammad bin Abdullah (Rosulullah saw) adalah pemimpin ummat. Kakek Sayyidah Zainab bin Jahsy sama dengan Rosulullah saw yakni Abdul Mutholib, pemimpin kaum quroisy di masanya. Pamannya, Hamzah bin Abbas adalah singa Allah dan pemimpin para syuhada. Sedangkan sayyidina Abbas adalah dermawan yang suka berbagi harta, melindungi tetangga, dan membantu orang yang kesusahan. Ibunya adalah bibi Nabi Muhammad saw, Umaimah binti Abdul Muthalib.

2. Berjiwa Penyayang pada Fakir Miskin

Sayyidah Zainab binti Jahsy adalah sosok yang berjiwa sosial tinggi. Beliau menyayangi fakir miskin. Beliau gemar bersedekah, baik memberikan uang maupun barang-barang untuk fakir miskin. Beliau sangat memahami bahwa kebaikan di dunia akan mendatangkan kenikmatan abadi di akherat.

Riwayat Ibnu Sa'ad dalam Ath-Thabaqat-nya melengkapi sifat zuhud sayyidah Zainab binti Jahsy. Ia berkata, "Zainab binti Jahsy tidak meninggalkan dirham atau dinar. Ia menyedekahkan apa saja yang bisa ia sedekahkan. Ia adalah tempat bernaung bagi orang-orang miskin." [1]

Bahkan di saat menjelang wafat, sayyidah Zainab binti Jahsy masih mewasiatkan untuk bersedekah. Pada tahun 20 Hijriyah, bertepatan dengan 641 Masehi, Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy merasa sudah dekat saatnya bertemu dengan Allah. Ia selalu siap dengan pertemuan dengan Allah yang penuh berkah ini. Saat kematian menjelang, ia berkata, "Aku sudah mempersiapkan kain kafanku. Mungkin nanti Umar akan mengirim kain kafan untukku. Apabila ia mengirim kain kafan, sedekahkan salah satunya. Kalau kalian bisa menyedekahkan sarungku saat kalian menurunkanku (ke liang kubur), maka lakukan." [2]

3. Ahli Ibadah, berhati mulia dan wara'

Sayyidah Zainab binti Jahsy adalah wanita yang ahli puasa dan solat malam. Berpuasa pada siang hari dan solat pada malam hari. Selalu menangis di hadapan Allah swt. Bersikap baik dan murah hati terhadap fakir miskin dan yatim piatu. Menginginkan kebaikan untuk semua orang.

Imam Adz-Dzahabi menyatakan, "Zainab bintu Jahsy termasuk salah seorang pemimpin wanita di bidang agama, sifat wara', kemurahan hati, dan kebajikan." [3]

Imam Abu Nu'aim menuturkan tentang sayyidah Zainab binty Jahsy, "Dia wanita yang tenang, rida, lembut hati, dan seorang da'i." [4]

4. Pekerja keras

Sayyidah Zainab binti Jahsy adalah wanita yang pekerja keras, tidak manja, giat bekerja, serta berjiwa mulia. Beliau melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri. Beliau sosok yang rajin dan bukan pemalas.

Ummul mukminin Zainab binti Jahsy tidak memiliki harta ataupun perhiasan dunia sedikitpun. Ia bekerja dengan tangannya sendiri. Ia menyamak dan melubangi kulit, setelah itu ia jual dan ia sedekahkan hasilnya di jalan Allah swt. Ini mengisyaratkan kemuliaan Sayyidah Zainab ra di sisi Allah swt dan doanya mustajab. [5]

5. Zuhud

Sayyidah Barazah binti Rafi' menuturkan bahwa Sayyidah Zainab binti Jahsy adalah sosok yang zuhud. Ketika jatah pembagian uang keluar, Sayyidina Umar bin Khattab mengirim jatah milik Sayyidah Zainab binti Jahsy. Saat jatah uang Sayyidah Zainab binti Jahsy ra dibawa masuk, beliau berkata "Semoga Allah mengampuni Umar. Saudari-saudariku lebih kuat untuk membagikan uang ini daripada aku.

Sayyidina Umar berkata, "Ini semua untukmu." Sayyidah Zainab menjawab "Subhanallah", lalu menerima uang tersebut dan segera menutupnya dengan kain agar uang tersebut tidak nampak. Setelah itu beliau berkata pada Sayyidina Umar bin Khattab, "Masukkan tanganmu ke dalam kain lalu ambilah uang itu sebanyak satu genggam, lalu berikan pada Bani Fulan dan Bani Fulan, kerabat, dan anak-anak yatim kerabatnya". Hingga uang-uang tersebut hanya tersisa sedikit di bawah kain.

Barazah binti Rafi' kemudian berkata, "Semoga Allah mengampunimu, wahai Ummul Mukminin. Demi Allah kita punya hak dalam uang ini.". Zainab berkata, "Yang ada di bawah ini adalah milik kalian". Rupanya yang masih tersisa ada di bawah kain  tersebut berjumlah 85 dirham. Setelah itu Zainab mengangkat tangan ke langit dan berdoa, "Ya Allah jangan sampai jatah pemberian Umar menjumpaiku setelah tahun ini," Setelah itu Zainab meninggal dunia. [6]

Ibnu Sa'ad meriwayatkan, saat uang dikirim untuk Zainab, ia berdoa, "Ya Allah, jangan sampai uang ini menjumpaiku tahun depan, karena ia adalah fitnah." Ia membagi-bagikan uang itu pada kerabat dan orang-orang miskin. Hal itu terdengar Umar ra, lalu Umar ra berkata, "Wanita itu dikehendaki baik". Umar kemudian berdiri di depan pintu Zainab lalu berkata setelah mengucapkan salam, "Aku sudah mendengar perihal uang yang kau bagi-bagikan". Setelah itu Umar mengirim 1000 dirham untuk ia simpan. Namun uang itu tetap ia bagi-bagikan seperti biasa. Semoga Allah meridhoinya dan membuatnya senang. [7]

6. Perintah Allah swt agar Rosulullah saw menikahinya turun dari atas langit ke tujuh.

Diriwayatkan dari Anas, ia berkata, "Zaid bin Haritsah mengadu lalu Nabi Muhammad saw bersabda, 'Bertakwalah kepada Allah dan pertahankan istrimu'. Anas berkata, 'Andai Rosulullah saw menyembunyikan sesuatu, tentu ayat inilah yang beliau sembunyikan'. Anas berkata, 'Zainab membanggakan diri di hadapan istri-istri Nabi Muhammad saw dengan mengatakan, 'kalian dinikahkan oleh keluarga-keluarga kalian, namun aku dinikahkan Allah swt dari atas langit ke tujuh'." [8]

Diriwayatkan dari Isa bin Thahman, ia berkata, "Aku mendengar Anas bin Malik ra berkata, 'Ayat hijab turun berkenaan dengan Zainab binti Jahsy. Beliau memberi makan roti dan daging pada hari itu. Ia (Zainab) membanggakan diri di hadapan istri-istri Nabi saw. Ia berkata,' Allah menikahkanku di langit'." [9]

7. Kedudukan Mulia di Hati Nabi

Ummul Mukminin Zainab binty Jahsy adalah sosok ibunda yang cantik jelita, berhati mulia, murah hati,  lembut bertutur, dermawan, ahli ibadah, ahli sodaqoh, dan dinikahkan Allah dari lagit ke tujuh. Beliau meraih kedudukan yang agung di mata Nabi Muhammad saw. Beliau memiliki sifat-sifat mulia yang Allah karuniakan, juga prestasi-prestasi indah yang membuatnya sebagai wanita jarang ditemukan.

Sayyidah Zainab binti Jahsy menempati kedudukan tinggi di hati Rosulullah saw setelah sayyidah Aisyah ra. Sayyidah Aisyah ra menuturkan, "Di antara istri-istri Nabi saw, dialah (Zainab binti Jahsy) yang menyamai kedudukanku." [10]

Zainab binti Jahsy adalah ummul mukminin yang rajin solat, khusyuk hati, dan selalu terhubung dengan Allah swt. Rosulullah saw menyukai sifat-sifat luhur yang ada dalam dirinya ini. Solat dan hubungan Zainab ra dengan Rabb membuat beliau kagum. [11]

Diriwayatkan dari Tsabit, ia berkata, "Pernikahan Zainab binti Jahsy disebut-sebut di dekat Anas, lalu ia berkata," Tidak pernah aku melihat Nabi saw membuat jamuan makan pernikahan (ketika beliau menikahi) salah seorang pun di antara istri-istri beliau, seperti jamuan makan yang beliau buat (saat menikahi Zainab). Beliau membuat jamuan makan seekor kambing." [12]

Diriwayatkan dari Asy Sya'bi ra, ia berkata, "Zainab berkata kepada Nabi saw, 'Aku akan menunjukkan tiga hal padamu yang tidak dimiliki istri-istrimu, kakekku dan kakekmu sama, Allah swt menikahkanku denganmu di langit, dan perantaranya adalah Jibril AS'." [13]

Ummul Mukminin Ummu Salamah ra mengisyaratkan kedudukan madunya, Zainab di mata Rosulullah saw, ia berkata," Zainab dikagumi Rosulullah saw. Ia banyak belajar dari beliau. Ia adalah wanita solekhah, ahli puasa dan solat malam". [14]

Aisyah berkata, "Rosulullah saw bertanya  kepada Zainab binti Jahsy terkait persoalanku, 'Apa yang kau ketahui atau yang kau lihat?'. Ia menjawab, 'Wahai Rosulullah saw, aku jaga pendengaran dan penglihatanku. Demi Allah, yang aku ketahui hanya yang baik-baik'. Aisyah berkata, "Diantara istri-istri Nabi saw, dialah yang menyamai kedudukanku di mata beliau (Rosulullah saw), hingga Allah swt menjaganya dengan sifat  wara'." [15]

Disebutkan dalam sebagian dari hadits riwayat Muslim, Aisyah berkata, "Istri-istri Nabi Muhammad saw kemudian mengutus Zainab binti Jahsy, istri beliau. Diantara mereka, dialah yang menyamai kedudukanku di mata Rosulullah saw. Tidak pernah aku melihat seorang wanita pun yang lebih baik dalam agama, lebih bertakwa kepada Allah swt, lebih jujur dalam bertutur kata, lebih menyambung tali kekeluargaan, lebih besar sedekahnya, lebih mengorbankan diri dalam pekerjaan untuk ia sedekahkan (hasilnya) dan mendekatkan diri kepada Allah swt melebihi Zainab. Hanya saja ia punya sifat mudah marah, namun cepat hilang." [16]

Semoga Allah swt merahmati Sayyidah Zainab binti Jahsy atas kemurahan hatinya. Semoga kita dapat meneladani akhkak beliau yang mulia. Semoga kelak kita dapat berjumpa dengan beliau di negeri akherat, menjadi bagian dari pengikut beliau. Lahul fatekhah. Aamiin 

SUMBER PUSTAKA:

[1]. Nisa Mubasysyarat bil Janah, hlm. 166-167, dengan perubahan.

[2]. HR. Ibnu Sa'ad (VIII/108), sanadnya kuat. Dishahihkan Hakim (IV/ 25) dan disetujui Adz-Dzahabi.

[3]. Siyar A'lamin Nubala, Imam Adz-Dzahabi (II/212).

[4]. Al Hulyah (II/51)

[5]. Shaikh Mahmud Al Mishri, Biografi Ibnu Shahabiyah Nabi (Jakarta: Ummul Quro, 2014), hlm. 261.

[6]. Ath Thabaqat, Ibnu Sa'ad (VIII/109-110), Shifatus Shafwah (II/48-49), As Siyar (II/212).

[7]. Hayatush Shahabah (II/236).

[8]. HR. Bukhari (7420), HR. Tirmidzi (3213).

[9]. HR. Bukhari (7421), HR. Ahmad (III/ 226).

[10]. HR. Bukhari (4750). HR. Muslim (2770).

[11]. Nisa Ahlil Bayt, Ahmad Khalil Jam'ah, hlm. 300-302, dengan perubahan.

[12]. HR. Bukhari (5171). HR. Muslim (1049). HR. Abu Dawud (3747).

[13]. Al Bidayah Wan Nihayah (IV/146) dan Ansabul Asyraf (I/435).

[14]. Tahdzibul Asma Wal Lughat (II/345).

[15]. HR. Bukhari (4750).

[16]. HR. Muslim (2442).

Jumat, 12 Juni 2020

SAYYIDAH HINDUN BINTI ABU UMAIYAH ATAU UMMU SALAMAH (SANG PENYAYANG NAN CERDAS)

SAYYIDAH HINDUN BINTI ABU UMAIYAH ATAU UMMU SALAMAH (SANG PENYAYANG NAN CERDAS)
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah


Sayyidah Hindun binti Abu Umaiyah bin Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzun bin Yaqzhah bin Murrah, Al Makzumiyah juga dikenal dengan sebutan ummu salamah adalah saudara sepupu Khalid bin Walid (pemuda yang mendapat julukan pedang Allah). Sebelum dinikah oleh Nabi Muhammad saw, ia dinikah oleh Abu Salamah bin Abdul Asad Al Makhzumi atau dikenal dengan Abu Salamah.

Adapun kemuliaan Sayyidah Hindun binti Abu Umaiyah atau Ummu Salamah diantaranya:

1. Bernasab Mulia

Sayyidah Hindun binti Abu Umaiyah memiliki nasab bangsawan. Beliau memiliki asal usul yang terhormat di tengah kaumnya, Bani Makhzum. Beliau adalah salah satu putri orang quraisy yang mulia, terhormat dan murah hati. Ayahnya, Zadur Rakib adalah salah satu orang yang murah hati yang sering menjadi perumpamaan dan tauladan kaumnya sebab kemurahan hatinya. Sejak kecil ia memiliki kepribadian kuat yang membuatnya harus dihormati.

2. Berparas Cantik Jelita dan Berhati Mulia

Sayyidah Hindun binti Abu Umaiyah adalah wanita berparas cantik jelita. Ummu Salamah dikenal berparas sempurna, memiliki inner beauty, dan berwatak lembut. Sayyidah Hindun binti Abu Umaiyah memiliki tutur kata yang lembut, penuturan yang mendetail, rangkaian nan bagus, tujuan nan luhur, dan pandangan nan sempurna terhadap peristiwa demi peristiwa. [1] Beliau suka memberi, berjiwa jernih, penyayang, sehingga memancar kebajikan begitu deras dalam jiwa banyak orang. [2]

Imam Adz-Dzahabi ra berkata, "Nabi Muhammad saw menggaulinya (menggauli ummu salamah) pada tahun 4 Hijriyah. Ia tergolong wanita paling cantik dan paling mulia nasabnya." [3]

3. Wanita yang cerdas

Sayyidah Hindun binti Abu Umaiyah atau Ummu Salamah adalah sosok wanita cerdas, memiliki pandangan dan pemahaman yang baik. Bahkan, ia selalu berusaha untuk membahagiakan dan menyenangkan Rosulullah saw. Al Hafizh Ibnu Hajar menuturkan dalam Al Ishabah, Ummu Salamah berparas cantik jelita, memiliki akal sempurna, dan pandangan yang tepat. Saran yang ia sampaikan kepada Nabi Muhammad saw saat peristiwa Hudaibiyah menunjukkan akalnya yang kuat dan pandangannya yang tepat. [4]

Ummu Salamah mencapai kedudukan yang tinggi. Ia belajar langsung dari sumbernya yakni Rosulullah saw tanpa perantara. Beliau mendengar Al Qur'an dan As Sunnah langsung dari mulut Rosululllah saw.

Ummu Salamah termasuk salah satu rujukan di bidang hukum dan fatwa, khususnya terkait fiqih muslimah. Sampai-sampai ulama ummat, Ibnu Abbas ra, mengirim utusan padanya untuk menanyakan sejumlah hukum. [5]

Kekayaan hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah Ummul Mukminin mencapai 378 hadits yang ia hafal dari Rosulullah saw. 29 hadits diantaranya ditakhrij dalam kitab Shahihain, dan 13 diantaranya disepakati keshahihannnya. Tiga diantatanya diriwayatkan Bukhari dan 13 diriwayatkan Muslim. [6]

4. Ummu Salamah pernah melihat Malaikat Jibril AS

Diriwayatkan dari Salman Al Farisi ra, ia berkata: "Aku diberitahu bahwa Jibril AS suatu ketika datang kepada Nabi Muhammad saw, sementara Ummu Salamah berada di dekat beliau. Jibril berbicara setelah itu pergi. Nabi kemudian bertanya kepada Ummu Salamah, 'Siapa dia?'. "Dhiyah," jawab Ummu Salamah.

Salman berkata, Ummu Salamah menuturkan, " Demi Allah aku kira dia (Dhiyah), hingga suatu ketika aku mendengar khotbah Nabi saw menyampaikan kabar ini." Aku kemudian bertanya kepada Abu Utsman, "Dari siapa kau mendengar (kabar) ini?". "Dari Usamah bin Zaid," Jawab Abu Utsman. [7]

Imam An Nawawi menjelaskan, perkataan Salman, "Ummu Salamah melihat jibril dalam wujud Dhiyah," bisa dibaca Dahyah atau Dihyah. Ini menunjukkan keutamaan Ummu Salamah. Manusia bisa melihat malaikat dan hal itu nyata terjadi. Mereka melihat malaikat dalam wujud manusia, karena mereka tidak mampu melihat malaikat dalam wujud asli. Nabi Muhammad saw biasanya melihat Jibril AS dalam wujud Dihyah, dan dua kali melihatnya dalam bentuk asli. [8]

5. Wanita yang penyabar, mengaharap pahala dan ridho Allah swt

Ummu Salamah pernah mengalami penderitaan luar biasa tatkala hendak berhijrah bersama suami pertamanya (Abu Salamah) ke Madinah Al Mukarromah. Bagaimana tidak?. Dalam perjalanan hijrah ke Madinah, beliau dipisahkan dengan suami (Abu Salamah) dan Anaknya (Salamah binti Abu Salamah) oleh Bani Mughirah. Akhirnya Abu Salamah hijrah seorang diri, sementara anaknya direbut secara paksa dan Ummu Salamah pun terpisah dengan anak dan suaminya. Setiap pagi, beliau pergi lalu duduk di tengah padang pasir, dan hanya bisa meratapi diri menangis dari pagi hingga sore hari. Begitulah yang terus Ummu Salamah lakukan  setiap hari selama setahun. Hingga akhirnya seorang kerabat dari Bani Mughirah merasa iba dan membujuk Bani Mughirah untuk melepaskan Ummu Salamah. Ummu Salamah dan anaknya pun dipertemukan lalu dengan mengendarai unta berdua, beliau menyusul suaminya di Madinah. Akhirnya, perjuangan yang penuh kesabaran, membuahkan hasil. 

6. Berjiwa patriotisme tinggi

Ummu Salamah berjiwa patriotisme tinggi. Beliau selalu mendorong suaminya untuk bergabung bersama barisan para mujahid di jalan Allah di bawah panji Rosulullah saw. Abu Salamah terjun dalam kancah peperangan dan memberikan pengorbanan terbaik.

Satu tahun berlalu, kaum musyrikin bersiap untuk memerangi kaum muslimin. Kaum muslimin pergi menuju perang Uhud, dan di sanalah mereka bertemu dengan kaum musyrikin. Abu Salamah termasuk salah satu prajurit loyal dalam barisan pasukan Nabi Muhammad saw. Dalam perang ini, Abu Salamah dipanah Abu Usamah Al Jusyami di bagian lengan. Saat kaum muslimin kembali ke Mekah, Abu Salamah mengobati luka yang ia alami selama sebulan bersama istri tercinta. Ummu Salamah yang merawat dan melayaninya hingga lukanya sembuh. [9]

7. Seorang istri yang setia dan taat pada suami

Dikisahkan bahwa tatkala Abu Salamah hendak wafat, Ummu Salamah siap berjanji untuk tidak menikah lagi demi kesetiaannya. Namun, demi cinta sejatinya juga, Abu Salamah meminta Ummu Salamah agar menikah lagi supaya tidak larut dalam kesedihan yang berkepanjangan yang menyakiti istri tercintanya. Karena cinta tak akan tega melihat yang dicintainya menderita tersiksa sebab karenanya.

Diriwayatkan dari Ziyad bin Abu Maryam, ia berkata, "Ummu Salamah berkata pada Abu Salamah, 'Saya dengar, tidaklah seorang suami meninggal dunia dan ia termasuk penghuni surga, kemudian si istri tidak menikah lagi setelahnya, melainkan Allah menyatukannya keduanya di surga. Untuk itu, mari kita berjanji, kau tidak akan menikah sepeninggalku, dan aku pun tidak akan menikah sepeninggalmu.' Abu Salamah bertanya, 'Benar kau mau memenuhi janjimu itu?'. 'Ya', jawab Ummu Salamah. Namun Abu Salamah berkata, 'Jika aku meninggal lebih dulu, menikahlah lagi. Ya Allah berikanlah Ummu Salamah seorang suami yang lebih baik dariku sepeninggalku nanti, yang tidak membuatnya sedih dan tidak menyakitinya'. Setelah Abu Salamah meninggal dunia, aku lantas bertanya-tanya, 'Siapa gerangan lelaki yang lebih baik dari Abu Salamah?'.

Tak lama setelah itu Rosulullah saw datang. Beliau berdiri di depan pintu, lalu menyampaikan maksud untuk meminangku melalui keponakanku atau anakku. Aku lalu berkata pada diri sendiri, 'Aku menolak pinangan Rosulullah saw atau menikah dengan beliau dengan membawa serta seluruh keluargaku." Setelah itu Rosulullah datang pada keesokan harinya dan meminang. [10]

Diriwayatkan dari Ummu Salamah ra, ia berkata, "Saat Abu Salamah meninggal dunia, aku mendatangi Nabi Muhammad saw lalu bertanya, "Apa yang harus aku baca?". Beliau menjawab, 'Bacalah, Ya Allah, ampunilah kami dan juga dia, dan berilah aku pengganti yang baik.'. Aku membaca doa ini, lalu Allah swt memberiku Nabi Muhammad saw sebagai penggantinya. [11]

8. Pemilik hati yang penyayang

Lantaran Ummu Salamah yang tidak tegaan, merasa belas kasihan. Belau meminta agar Rosulullah saw berlapang dada memaafkan kesalahan Abu Lubabah, Abu Sufyan bin Harits dan Abdullah bin Abu Umaiyah. Ummu Salamah menyayangi siapapun yang ada di sekitarnya. Ia ingin selalu menyampaikan kabar gembira guna membahagiakan hati setiap orang. Dialah yang menyampaikan kabar gembira diterimanya taubat Abu Lubabah, Abu Sufyan bin Harits dan Abdullah bin Abu Umaiyah. 

SUMBER PUSTAKA:

[1]. Nisa' Ahlil Bayr, hlm, 231.

[2]. Nisa' Ahlil Bayt, Ahmad Khalil Jam'ah, hlm. 225-226, dengan perubahan.

[3]. Siyar A'lamin Nubala, Imam Adz-Dzahabi (II/202).

[4]. Syaikh Mahmud Al Mishri, Biografi 35 Shahabiyah Nabi (Jakarta: Ummul Quro, 2014), hlm. 242.

[5]. Zadul Ma'ad (II/78].

[6]. Al-Mujtaba Minal Mujtaba, Ibnu Jauzi, hlm. 93.

[7]. Muttafaq'alaih. HR. Bukhari (3634), kitab: keutamaan-keutamaan. HR. Muslim (100), (2451), kitab: keutamaan-keutamaan para sahabat.

[8]. Muslim bi Syarh An Nawawi (XVI/11).

[9]. Tahdzibul Asma wal Lughot (II/362) dengan perubahan.

[10]. Para perawi hadits ini tsiqah. Diriwayatkan Ibnu Sa'ad (VIII/88).

[11]. Shahih. HR. Muslim (919), kitab: jenazah. HR. Ahmad (VI/291).