BULLYING MENJADIKANKU PEREMPUAN MANDIRI, TEGAR, DAN KUAT
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah binti Masdari
Setiap orang tentu memiliki cerita perjalanan hidupnya juga kisah masa kecilnya. Pun juga aku, kisahku waktu kecil penuh pilu. Aku sering kali mendapatkan bully-an baik dari pihak keluarga sendiri maupun tetangga. Kejadian puluhan tahun lalu saat aku masih balita dan SD. Namun lukanya masih membekas hingga saat ini.
Aku masih terkenang. Saat kirim dungo (dalam istilah Jawa dikenal: kirimnduo saat Ruwahan/ banca'an), semua cucu-cucu dari simbahku (nenek jalur bapak) berkumpul dirumah simbah. Semua cucu yang datang dan bermain bareng aku termasuk Dek Lis, Anam, Konik, Ana, Misbah, Mudah dan cucu cucu lainnya. Semua dikasih makan sama daging ayam (Sempol atau dodongmentok atau daging lain yang dagingnya banyak) kirimndungo oleh simbahku. Sementara aku nonton, kalaupun dikasih bagian balung (seperti cakar, kerongkongan, leher yang nggak ada dagingnya atau dagingnya sedikit) dan aku dikasih paling belakang, pernah juga capek di rumah Mbah nggak dikasih makan sementara semua sepupu dikasih.
Aku sering mengalami hal itu. Pernah saking sakit hatinya, aku bersumpah sampai simbahku mati aku tidak akan mau menemui jenazahnya karena suka nyakitin hatiku. Sumpah itu kulafadkan dihadapan bapakku. Aku dimarahin bapakku dan diminta mencabut sumpahku, katanya sumpah buruk boleh dicabut. Akhirnya aku puasa 3 hari untuk mencabut sumpahku. Aku tidak akan mengatakan itu kalau nggak saking mangkelnya. Aku masih ingat dimana semua sepupu dikasih makan, sementara aku diiming-imingin cuman nonton. Aku bicara sebenarnya, dan ini kuingat-ingat sampai mati. Rasanya sakit, namun aku belajar memaafkan. Cuman untuk menghindari benci, aku memilih menjauhi daftar nama nama orang yang pernah menyakitiku. Kenapa aku menjauh?. Supaya hatiku tenang, tidak teringat luka, aku butuh sehat mental, dan juga menghindari dendam saat aku punya power buat dendam. Dengan menjauh, seiring berjalannya waktu aku lupa saat sibuk meskipun kalau ketemu lagi ya ingat lagi kejadian kejadian itu.
Aku memiliki keunikan. Terkadang di otakku sering flashback kayak video muter tentang kejadian orang-orang yang pernah jahatin aku. Entah yang ngebully aku, yang memfitnah aku, atau yang dzolimi aku. Semua nama dan sikap orang yang nyakitin aku, rekaman kejadiannya meski sudah beberapa tahun silam muter di kepala dengan jelas. Daya ingatku juga kuat. Makanya untuk menghindari dendam dan kebencian, aku memilih tidak usah bertemu muka orang-orang yang pernah melukaiku sangat dalam. Dengan begitu, aku lupa lukanya, kalaupun ingat setidaknya perihnya tidak menganga. Pun orang-orang yang pernah membantuku, aku juga ingat betul nama-nama dan bantuannya. Setiap hari in SyaAllah aku tak pernah lepas mendoakan mereka semoga diberikan kemudahan, kelancaran dan kesehatan.
Aku juga masih ingat. Saat kecil, ada tetanggaku, inisial SN. Anak-anak kecil seumuranku dipanggil dikasih balon, dihadapanku. Dan cuman aku yang nggak dikasih, mereka lalu ngiming-ngimingi aku. Aku juga sering diiming-imingin mainan dan makanan sama dia. Aku diam, aku tidak mengadu pada emakku. Aku sadar, saat kecil orang tuaku miskin. Bisa makan saja Alhamdulillah, mana tega aku minta mainan dan jajan. Makanya saat aku sudah kerja, aku pengen sesuatu ya kubeli selama yang kubeli masih batas normal, dan pengeluaran tidak melebihi penghasilan ya nggak papalah. Hitung-hitung sebagai obat luka kecil yang dalem banget. Saat itu mataku berkaca-kaca dan aku menahan tangis. Alhamdulillah aku anak e sabar, tidak ngambekan ke orangtua, juga tidak pelampiasan sedih ke orang lain. Semua luka kupendam sendiri, kusimpan rapat dalam memori sampai aku dewasa. Harga mati saat dewasa aku harus berhasil, minimal cukup buat kebutuhan primer dan sekunder.
Dulu aku juga sering dibully setiap kali bermain di halaman masjid atau di depan halaman rumah mbah Nur Hasyim. Terutama saat main mikado, gobak sodor, dll. Aku sering dicengukke biar capek dan dibikin nangis sama Kak X (Qodarullah sekarang yang dzolimi aku jg rumah tangganya berantakan, naudzubillah. Kuwalat mungkin, kan jahat. Dia UN nggak lulus, nikah cerai). Selain X juga si K. Kejahatan K ini, aku juga masih ingat, dimana saat kondangan berkat di masjid. Berkatku dalam nampan (berisi nasi, bumbu: mie goreng, telur, kering tempe, kacang goreng, peyek) ditendang dipakai bal-balan menggunakan kaki oleh dia. Dia usianya sekitar 4/5 tahun lebih tua dari aku. Aku yang liat berkat nampan emakku dipakai tendang-tendangan, spontan nggak kuasa nangis dan njerit. Sampai sekarang luka itu masih kusimpan. Aku tidak dendam, tapi aku tidak bisa lupa orang yang menyakitiku.
Bahkan saat kerja menjadi guru, lingkungan kerjaku juga tidak kondusif. Beberapa guru muda geng-gengan. Harusnya kerja ya kerja profesional, selesai kerja pulang. Bukan ngerumpi menjatuhkan menjelek jelekkan yang lain apalagi memfitnah. Hal yang paling menyakitkan, dulu 2019 aku pernah dapat undangan bertemu presiden dan keliling Nusantara. Alhasil pulang dari Jakarta, si guru itu kukasih oleh oleh, namun tidak disentuh sama sekali, tidak dimakan blas. Buah berkardus kardus masih banyak. Alhamdulillah sekolah dekat pondok, oleh oleh buah buahan (apel, per, jeruk, dll) kubagi-bagikan murid-murid pondokm Alhamdulillah ludes, aku pulang tidak kaboten. Mengobati sedihku.
Selama sebulan aku diprenguti si N. Iri jelas. Dia juga memimpin gengnya untuk bersikap buruk denganku. Hanya karena aku dapat uang saku 1 juta untuk PP ke jakarta. Dia belum pernah lomba dan karantina berhari hari makanya uang sejuta dikira banyak. Lah pp bus aja 460 RB. Untung penginapan gratis. Makan seminggu juga lumayan. Belum yang lain. Alhamdulillah aja penginapan gratis. Kadang kalau panitia lomba nggak ngasih penginapan, hotel semalem 500 RB di Jakarta itu susah apalagi zaman sekarang. Kadang kalau penginapan nggak ditanggung, aku ada uang ya nombok buat beli prototype lomba dan persiapan lain. Kalau pas nggak ada uang, atau uangku mepet ya aku nekad tidur di masjid masjid atau terminal sebelum sampai di lokasi acara, uangnya buat prototype aja. Atau saat acara di lokasi acara, selesai acara di masjid. Pas acara, balik lagi esoknya. Selesai ke masjid lagi. Sering juga kalau foto, nggak diajak sendiri. Sering nyindir juga, padahal aku nyenggol dia aja nggak. Mangkel, jelas. Tapi ya cuek, fokusku kerja. Selesai pulang udah. Profesional. Yang penting kerjaku bagus, ada tidak ada atasan tetap bagus sebab Tuhanku selalu melihatku.
Berdasarkan latar belakangku saat kecil yang sering mendapatkan bully-an. Itulah mengapa sekarang aku penyayang ke anak anak. Setiap ada anak dibully, aku tolong. Dan sikapku keibuan. Kenapa? Karena setiap liat yang dibully aku keingat luka lama. Sakit, perih. Makanya kalau ada yang dibully aku tolong kalau tahu di depan mataku langsung. Dulu muridku waktu aku mondok, ada anak polisi yang dibully temannya sampai keluar pondok dan pindah sekolah karena nggak ditemani dan difitnah nggak mandi. Padahal anaknya rajin mandi, cantik. Satu lagi, ada yang didorong dorong. Dia juga kutilang. Sudah puluhan anak yang dibully dan kutangani. Baik di lingkungan masyarakat, sekolah, maupun di jalan saat aku kegiatan.
Jika aku merasakan dibully, dikucilkan sakitnya minta ampun, aku berusaha agar tidak ada yang dibully dan merasakan sakit yang kualami. Setidaknya dengan menolong korban bullying yang kutemui itu artinya aku bisa mencegah bullying atas bantuan Allah dan aku bisa bermanfaat untuk orang lain. Teruslah baik semaksimal yang kamu bisa. Jangan dendam, cukup jauhi bertemu dengan orang yang pernah nyakitin kamu. Sibukkan hari harimu dengan hal positif dan bermanfaat agar hidupmu bermanfaat dan berkah. Kisah bullying yang kualami kuambil hikmah, dengan pernah dibully aku menjadi perempuan yang kuat dan tegar. Tidak lembek ketika dihina, dibully atau dimaki. Dengan latar belakang suka diiming-imingi menjadikanku semangat kerja, mandiri, dan bisa meraih mimpi-mimpiku berbuah nyata. Cara balas dendam terbaik adalah menjadikan diri ini lebih baik termasuk lebih berhasil soal harta, lebih mandiri, lebih cantik, lebih berjiwa sosial, dan lebih berprestasi.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar