HALIMAH BINTI MASDARI

Rabu, 22 Mei 2019

ARTI SYUKUR DAN MENGHARGAI

ARTI SYUKUR DAN MENGHARGAI
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah, S. Si


Hakikat syukur maqomnya di atas sabar. Bisakah kita bersyukur bukan saja saat diberikan nikmat tapi juga saat diberikan musibah. Syukur hanya mampu dicapai dan diaplikasikan bila kita mampu menghargai sebuah proses atau perjuangan dan merasa berterima kasih pada Allah atas segala yang kita capai. 

"Tengoklah ke bawah untuk urusan harta. Sehingga engkau tidak tomak (rakus) dan diperbudak dunia. Dengan melihat ke bawah (melihat fakir miskin, dhuafa, orang yang ekonominya lemah) akan menjadikanmu bersyukur atas apa yang kamu raih. Terlebih harta dunia yang kamu kejar mati matian tidak dibawa di alam barzah kecuali harta yang kamu sedekahkan dan kamu wakafkan. Berbalik dengan itu, bila urusan ilmu maka tengoklah ke atas. Dengan kamu melihat orang yang ilmunya lebih banyak (orang ngalim, orang cerdas) akan mendorongmu semangat belajar. Sesungguhnya semangat belajar ilmu yang bermanfaat adalah jihad melawan kebodohan dan jalan untuk memajukan islam dengan pengetahuan dan teknologi" (Halimah bintu Masdari, 2019).

Kawanku, coba kita renungkan atas segala nikmat yang kita peroleh. Kita bisa makan, kita bisa berpakaian, kita bisa bertempat tinggal, kita bisa bernafas semua tiada lain karena sifat pemurahnya Allah swt. Bayangkan jika sifat Allah tidak sebaik itu, tentu untuk bernafas kita bayar oksigen seperti saat di rumah sakit, iya kan? Hehe.


Kawanku...
Pernahkah terbesit di hatimu, saat engkau memakai baju?. Apa yang ada di benakmu?. Cara bersyukur saat memakai baju adalah dengan mengucap basmallah dan doa saat memakai baju. Di pikiran Halimah, ketika memakai baju, Halimah banyak bersyukur. Halimah niatkan:

"Bismillah, niat ingsun memakai baju kangge aktivitas lan ibadah supaya aurat tertutup (sesuai syariat agama) lilahi Ta'ala"

Halimah suka merenung, coba bayangkan kawanku. Untuk memakai baju, kita harusnya bersyukur. Berapa banyak kita bersyukur pada Allah swt dan juga berterima kasih pada semua orang yang terlibat. Untuk menjadi sebuah baju, pertama adalah jasa petani kapas. Tanpa adanya petani kapas, tak akan ada benang. Lalu dari kapas, ada jasa pemintal benang. Dari benang, akan diolah menjadi kain. Dari kain menjadi baju selanjutnya dijahit oleh penjahit. Jadi, untuk memakai sebuah baju, kita itu tidak bisa membuatnya sendiri. Artinya kita tergantung orang lain (Mumatsalatul Lil hawadisi). Lalu jika kita sombong, betapa tak tahu malunya kita. Kita makhluk yang sifatnya fana (rusak), tergantung, lalu apa yang kita sombongkan. Oleh karena itu, taatlah syariat agama.

Coba kita renungkan lagi...
Kita makan nasi, sudahkah kita doa istiqomah sebelum makan nasi. Jika iya alhamdulillah, jika belum mulai besok sebelum makan, doa dulu ya 😊. Untuk menjadi sebuah nasi, melibatkan banyak pihak. Dimulai dari gabah, ada jasa para petani yang menanam padi. Mereka bermandikan keringat, dijemur terik matahari, dibawah kuyup hujan. Lalu untuk menjadi beras, ada jasa tukang selep, untuk menjadi beras, lalu dimasak hingga menjadi nasi ada jasa tukang masak. Masikah kita membuang-buang nasi?. Berarti kalau kita membuang-buang nasi, betapa kita tak bisa menghargai jasa petani, tukang selep, tukang masak. Apakah karena uang lalu engkau menyepelekan itu hingga hilang sifat makhlukmu?. Sesungguhnya sombong itu pakaian Tuhan, Dialah Allah, Dzat Yang Maha Segalanya. Makhluk sangat tidak pantas sombong. Marilah menghambakan diri, sebab kita adalah makhluk.


Coba kita renungkan kembali kawan...
Kita bernafas tiap hari itu menghirup berapa banyak oksigen? Lalu pernahkah Allah meminta kita membayar atas oksigen yang kita hirup?. TIDAK. Rata-rata manusia dewasa membutuhkan 7 sampai 8 liter setiap menitnya. Sehingga setiap harinya manusia membutuhkan sekitar 10.080 sampai 11.520 liter. Sedangkan harga 1 meter kubik atau 1000 liter oksigen adalah Rp 850.000,00 rupiah.

Bayangkan berapa yang harus kita bayar bila Allah meminta kita membayar oksigen yang kita hirup?. Kita harus bayar Rp 8.568.000, 00/ hari sampai Rp 9.792.000, 00/ hari. Bila dikalkulasikan kita harus membayar sekitar 3.050.208.000, 00/ tahun (3 milyar 50 juta 208 ribu) hingga 3.485.952.000, 00/ tahun (3 milyar 485 juta 952 ribu). Tapi apakah kita diminta Allah membayar oksigen seperti di rumah sakit? Tidak, Allah menggratiskan kita menghirup oksigen tiap harinya. Bila kita bernafas pun, oksigen dari Allah gratis. Lalu kita bermaksiat pada Allah menggunakan oksigen yang diberikan Allah swt, betapa dzalim dan tak tahu dirinya kita. Semoga Allah melimpahpahkan hidayah pada kita.


Oke, coba kita renungkan lagi...
Allah memberikan matahari yang setiap hari menyinari bumi sebagai energi terbesar dalam tata surya GRATIS. Allah memberi bintang dan bulan untuk menyinari malam GRATIS. Coba kita bayangkan andai sinar matahari itu diminta membayar sama Allah. Berapa banyak yang harus kita bayar, berapa juta bahkan ratusan hingga milyaran juta yang perlu kita bayar. Biaya rata rata listrik saja 1.467/kWh. Coba tengok rekening listrik kalian per bulan, berapa?. Itu saja penggunaannya tidak non stop. ALLAH memberikan cahaya matahari NON STOP dari pagi sampai sore, bintang dari malam sampai fajar GRATIS. Masih kah kita durhaka di bumi Allah? Bayangkan jika tidak ada cahaya matahari, tumbuhan untuk fotosintesis dan menghasilkan oksigen harus dibantu sinar listrik. Itupun hasilnya tidak sempurna, biayanya milyaran hingga triliunan bila tiap hari. Allah ngasih kita energi terbesar di dunia dengan GRATIS. Masih tak malukah kita melanggar syariat agama Islam, menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk bermaksiat pada Allah misalnya mendukung Maksiyat, makan hasil riba, makan hasil MLM/ Ghoror, ghibah, mendzalimi orang lain, zina, merampas hak orang lain dsb? Sungguh bila tak segera taubat betapa tak tahu dirinya kita. Betapa angkuhnya kita. Sesungguhnya nikmat dunia yang diperoleh dengan cara HARAM/ DZALIM hanyalah permainan dunia yakni kesenangan sesaat yang harus dibayar dengan ahzab atau siksa Allah yang amat pedih di negeri akherat.


Coba kita renungkan kembali...
Kita diberikan Allah hati untuk mengingat Allah supaya digunakan untuk niatan baik, husnudzan, dan memperbanyak kebaikan melalui hati. Lalu bila hati kita yang sejatinya nikmat Allah swt, lantas kita gunakan sebagai sarang penyakit hati (iri, takabur, ujub, riya, dll) tanpa taubat, tidakkah kita malu sama Allah, menggunakan pemberiannya untuk bermaksiat yang notabennya larangan Allah? Allah berikan hati kita sehat supaya kita banyak bersyukur dan menjaga hati dari penyakit hati. Seandainya Allah murka, lantas memberikan penyakit hati seperti kanker hati, liver, berapa banyak uang yang perlu kita keluarkan untuk berobat?. Dikasih hati yang sehat, masihkah kita tak malu bermaksiat pada Allah. Mari bermuhasabah diri. Sudah kita gunakan untuk apa saja hati kita, apakah hati kita sering berburuk sangka ataukah hati kita sering menyakiti orang lain dari iri hingga mendzalimi?. Semoga kita, Allah sadarkan dengan hidayah sebelum akhirnya kita wafat. Agar kita tidak wafat dalam kondisi mengidap penyakit hati.

Kita diberikan Allah mata untuk memandang manusia dengan kebaikan, tidak merendahkan, melihat keagungan nikmat Allah, bersyukur dengan menggunakan mata untuk membaca dan menulis (belajar). Betapa seharusnya kita bersyukur atas mata yang sehat yang Allah anugerahkan. Bayangkan saja bila mata itu diuji Allah dengan katarak, tumor, kanker mata. Betapa banyak harga yang perlu kita bayar untuk mengobatkan mata yang sakit. Masihkah kita tak malu menggunakan mata kita untuk maksiyat dan durhaka dengan Allah (seperti memendang lawan jenis bukan makhram dengan syahwat, memandang makhluk Allah dengan rendah, memandang film porno, memandang kemaksiatan)?. Sungguh setiap organ kita kelak akan dihisab dan semua terdata oleh malaikat rokib dan atit, tak ada yang terlewatkan tercatat. Maka Berhati-hatilah menggunakan mata. Jangan kau gunakan untuk memandang rendah makhluk Allah hanya karena ia miskin, jangan memandang rendah seseorang hanya karena ia buruk rupa, jangan memandang film porno, jangan memandang lelaki/ perempuan ajnabi dengan syahwat. Jangan memandang yang diharamkan, sesungguhnya hisab Allah itu adil, takut lah sama Allah. Bila engkau ingin maksiyat dengan mata, jangan engkau gunakan mata yang Allah berikan untuk maksiyat tapi maksiyatlah dengan mata yang bukan dari Allah Swt, sanggupkah?. Sanggupkah engkau membuat atau membeli mata sendiri? Sekali-kali TIDAK. Maka jangan gunakan matamu untuk bermaksiat.

Coba kita tengok telinga kita, sudah kita gunakan apa saja telinga kita? Apakah untuk mendengarkan majelis ilmu, ceramah kebaikan ulama, dan kebaikan lainnya? Ataukah telinga kita, kita gunakan untuk mendengarkan ghibah, mendengarkan fitnah, mendengarkan hoaks, mendengarkan hal-hal yang mendukung maksiyat atau kedzaliman pada kaum lemah, pada perempuan, pada siapapun? Bila kita gunakan telinga yang pemberian dari Allah untuk bermaksiat pada Allah swt, seharusnya kita malu. Kita menggunakan nikmat dari Allah untuk maksiyat pada Allah, semoga hidayah untuk kita dan insyaf. Allah anugerahkan telinga yang sehat untuk mendengarkan kebaikan dan ilmu bukan untuk maksiyat. Coba kalau telinga kita diuji Allah dengan kanker telinga, infeksi telinga, gendang telinga pecah, tetanus telinga, dll yang berbahaya? Betapa banyak yang harus kita bayar untuk sebuah telinga sehat. Lalu masihkah kita gunakan telinga kita untuk durhaka pada Allah dengan melakukan maksiyat telinga?. Wahai hamba Allah, bertaubatlah sebelum terlambat, sesungguhnya ahzab Allah itu teramat pedih, janganlah sesekali engkau melawan hukum Allah swt.

Coba kita tengok tangan dan kaki kita, apakah kita gunakan untuk berjalan ke majelis ilmu? Apakah kita gunakan untuk menulis ilmu yang bermanfaat? Apakah untuk bekerja yang halal? Ataukah kaki dan tangan kita gunakan untuk ke tempat maksiyat (tempat karaoke, tempat tempat maksiat lainnya)? Ataukah kita gunakan tangan kita untuk mengurangi takaran timbangan dalam berjualan? Ataukah tangan kita gunakan untuk memanipulasi data sehingga merugikan atau mendzalimi orang lain?. Ataukah tangan dan kaki kita gunakan untuk merampas hak fakir miskin, yatim piyatu, dhuafa? Ataukah tangan dan kaki kita gunakan untuk korupsi? TIDAKKAH KITA Malu menggunakan tangan dan kaki dari Allah untuk maksiyat kepada Allah dan melanggar syari'at Allah? Apakah Allah tidur sehingga kita berani bermaksiat kepada Allah? TIDAK. Sekali kali tidak, Allah tidak tidur, Allah melihat semua yang kamu lakukan dan semua dicatat malaikat rokib dan atit. Wahai hamba Allah, janganlah menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya ahzab Allah teramat pedih. Tanganmu saja bila kesetrika gosong, perih, lecet, sakitnya minta ampun. Bagaimana bila disetrika di neraka? Panasnya bagaimana? Takutlah akan siksa neraka. Janganlah berlaku dzalim dengan telingamu.


Coba kita tengok lisan/ mulut kita. Sudahkah kita berlaku jujur ataukah kita sering menipu dan berdusta dengan lisan kita? Sudahkah kita menepati janji yang keluar dari mulut kita ataukah kita ingkar janji dengan lisan kita? Sudahkah kita gunakan lisan kita untuk tolabul ilmi dan dakwah ataukah kita gunakan lisan kita untuk mendukung kemaksiatan? Sudahkah kita gunakan lisan kita untuk berdzikir dan doa ataukah kita gunakan lisan kita untuk ghibah dan menebar fitnah?. Marilah kita berkaca dan menengok lisan kita sendiri-sendiri. Lebih banyak kita gunakan untuk kebaikan ataukah kemaksiatan. Apakah kita berpegang pada amar makruf nahi munkar ataukah amar munkar nahi makruf? Apakah kita lebih sering berdusta ataukah jujur?. Kawanku, Allah anugerahkan lisan (mulut) yang sehat itu untuk melakukan kebaikan pada Allah. Bukankah hakikat Allah menciptakan manusia dan jin di muka bumi untuk beribadah? Lalu mengapa kau gunakan nikmat dari Allah untuk membela kemungkaran? Kamu bisa lari dari tanggung jawab pada manusia atas kebohonganmu, tapi kamu tidak bisa lari dari Allah di hari pembalasan. Berhati Hati lah berlaku dzalim, balasan Allah di yaumil qiyamah teramat pedih. Mulut yang sehat, perbanyaklah untuk berbuat kebaikan, kejujuran, keadilan. Jangan sekali kali kau gunakan mulut dari Allah untuk bermaksiat pada Allah. Bayangkan api dunia saja bila membakar tubuhmu bisa gosong dan sangat perih, bagaimana dengan api neraka?

Kawanku...
Manusia yang beruntung BUKANLAH manusia yang kaya, bisa beli apa saja, bisa pergi kemana saja.
Manusia yang beruntung BUKANLAH manusia yang cantik/ tampan tapi ahli maksiyat dan dzalim.
Manusia yang beruntung BUKANLAH manusia yang punya kekuasaan atau jabatan sehingga dihormati orang.
MELAINKAN....
Manusia yang beruntung ADALAH manusia yang wafatnya tetap iman, tetap islam, dan khusnul khotimah menjadi kekasih Allah.

Adakah yang bisa tahu bahwa matinya kelak khusnul khotimah, pasti masuk surga? TIDAK ADA YANG TAHU kecuali Allah. Oleh karena engkau tidak tahu, janganlah memperbanyak berlaku dzalim dan maksiyat, sesungguhnya kehidupan dunia itu sementara, sementara kehidupan akherat itu kekal abadi. Coba pikir baik baik, yang kamu lakukan itu mengejar harta/ nikmat dunia (hubbud dunya hingga lupa bekal akherat) ataukah memperbanyak ibadah dan kebaikan sebagai bekal akherat? Jawabannya yang lebih tahu adalah engkau, bukan orang lain. Mari bermuhasabah diri, jangan menggunakan nikmat Allah untuk berlaku dzalim dan membangkang pada Allah. Teruslah belajar dan diamalkan, tegakkan keadilan dan tebarkan kebaikan sebagai bekal amal soleh di alam barzah. Jangan berlaku dzalim, sesungguhnya dituntut di hadapan Allah itu berat hisabnya.


Untuk melatih syukur...
Cobalah silaturahmi ke yatim piyatu, di sana engkau akan banyak bersyukur karena engkau masih memiliki bapak dan ibu. Sehingga engkau akan lebih menyayangi dan memuliakan bapak ibumu, engkau akan dermawan pada mereka.
Cobalah silaturahmi ke rumah sakit, tengoklah para penderita penyakit bahaya seperti penderita kanker, tumor. Disana engkau akan banyak bersyukur karena Allah telah menganugerahi kesehatan.
Cobalah silaturahmi ke panti jompo, di sana engkau akan banyak melihat para orang tua yang wajah dan kulitnya telah berubah keriput. Itulah gambaran engkau ketika tua nanti. Lalu apakah engkau akan tega menyombongkan kecantikan atau ketampananmu bila kelak engkau akan keriput juga? Tidakkah engkau siapkan bekal untuk kematian sebab makhluk pasti mati?.
Cobalah silaturahmi ke rumah sakit jiwa. Di sana engkau akan banyak menjumpai orang yang gangguan jiwa (orang gila). Dengan demikian engkau akan bersyukur karena dianugerahi akal sehat (tidak gila).  Lalu betapa malunya kita bila Allah telah menganugerahkan otak dan akal yang sehat, ALLAH tidak gunakan akal pemberiannya untuk kebaikan dan justru untuk berpikir negatif. Naudzubillah. Marilah bersyukur, telah Allah anugerahkan akal yang sehat.
Cobalah silaturahmi ke para fakir miskin, dhuafa dan gelandangan. Maka engkau akan memperbanyak bersyukur atas harta yang engkau miliki dan melatihmu memiliki kepekaan sosial dan peduli, tidak pelit dan banyak bersyukur.
Cobalah silaturahmi dengan anak jalanan. Di sana engkau akan banyak menjumpai anak yang putus sekolah demi mencari nafkah, mereka putus sekolah karena pergaulan bebas, karena kurang perhatian orangtua. Dengan demikian engkau akan bersyukur, orangtuamu telah mendidik agama dan akhlak.
Cobalah silaturahmi dengan anak anak penyandang cacat baik tuna daksa, tuna grahita, ataupun autis. Kamu akan banyak bersyukur dianugerahi tubuh normal, dianugerahi otak normal. Bayangkan bila kamu seperti mereka. Maka apakah lantas kenormalan tubuh dan otakmu itu engkau gunakan untuk maksiyat kepada Allah swt?

Sungguh betapa dzalimnya kita bila kita menggunakan organ dari Allah untuk maksiyat kepada Allah.
Sungguh betapa durhakanya kita bila kita hidup di bumi Allah swt, lantas kita durhaka di bumi Allah.
Sungguh betapa dzalimnya kita bila kita menghirup udara pemberian dari Allah tapi kita maksiyat dengan oksigen yang Allah berikan.
Sungguh betapa dzalimnya kita bila kita bisa hidup dari rizki yang Allah berikan sementara kita bermaksiat, mendzalimi makhluk Allah dengan rizki dari Allah.
Sungguh betapa tak tahu dirinya kita, kita bisa lancar aktivitas karena adanya energi cahaya matahari yang menyinari bumi, lantas kita gunakan nikmat Allah untuk bermaksiat kepada Allah swt.


Semoga rahmat dan hidayah Allah tercurah untuk kita semua sehingga kita selamat dari dunia dan akherat. Semoga bila kita maksiyat, Allah tegur kita. Allah ingatkan kita dengan lembut melalui nasehat dan teguran kawan kita. Betapa meruginya kita bila Maksiyat tiada yang mengingatkan. Teguran di dunia yang membawa kita pada taubat lebih baik daripada ahzab Allah di negeri akherat.

Segala kebenaran datangnya dari Allah Swt. Segala kesalahan dari al fakir penulis. Semoga tulisan ini menjadi lantaran hidayah dan amal jariyah penulis beserta para guru penulis. Persembahan pertama untuk al mukarom ibu penulis, Emak Mahzunah Bintu Makhsun yang mendidik akhlak dan ilmu pada penulis sejak usia dini dan juga pada Bapak Masdari bin Ja'far Sodiq selaku bapak juga guru penulis yang pertama kali. Wabil khusus untuk yang penulis takdhimkan KH. Muharror Ali beserta para guru madrasah, para guru ngaji penulis dan tak lupa adek kesayangan penulis adinda Afidatul Mafrucha.

Penulis sangat welcome akan saran dan kritik yang membangun. Penulis pun sedang proses lebih baik dan memperbaiki akhlak, menegakkan keadilan, berpegang syari'at. Mohon doanya agar penulis bisa menjadi Al Mar'atus Solekhah, walad solekhah, dan kelak menjadi umi solekhah. Semoga bisa meneladani idola penulis Sayyidah Robi'ah Al Adawiyyah dan para ummahatul mukminin wabil khusus terutama Sayyidatuna Fatimah ra dan Sayyidatuna Khodijah ra. Sekali lagi mohon maaf atas segala kekurangan dalam tulisan ini. Tulisan ini ditulis semata-mata untuk berdakwah. Tulisan ini penulis hadiahkan pada bapak, emak, adek, dan kiahi serta guru-guru ngaji penulis. Aamiin 😊

Sabtu, 04 Mei 2019

BERTELADANKAN PADA IMAM NAWAWI DAN PARA IMAM

BERTELADANKAN PADA IMAM NAWAWI DAN PARA IMAM
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah

"Berbagilah inspirasi dengan menulis. Menulis dapat menjadi ladang pahala bila niatmu lilahi Ta'ala bukan duniawi. In syaAllah dengan menjadi penulis, gagasanmu dan pemikiranmu akan tetap hidup sepanjang masa sekalipun engkau telah wafat. Tulisanmu yang bermanfaat akan menjadi amal jariyahmu kelak di alam barzah"
(Dewi Nur Halimah)

Berbicara tentang menulis. Menulis adalah salah satu hobiku. Aku suka menulis sedari kecil. Inspirasiku menulis adalah dongeng dari Bapak waktu saya kecil.

"Nduk mau tak ceritakan Imam Nawawi?" kata Bapak waktu itu.
"Mau-mau Pak," jawabku penuh antusias waktu kecil dulu.
"Imam Nawawi itu cinta ilmu, nduk. Beliau usianya 40 tahun, tapi buku karangan beliau ada sekitar 50 an. Bayangkan, beliau hebat ya subhanallah," kata Bapak.

Dari cerita itu saya termotivasi untuk menjadi penulis. Terlebih begitu saya membaca sejarah para imam, hampir semua para imam adalah penulis kitab. Jadi saya mikir, para ulama berkarya dan menyebarkan gagasannya lewat kitab yang dikarangnya, aku menyebarkan gagasanku lewat apa?. Dari sinilah pertanyaan demi pertanyaan muncul, lalu saya bertekad akan menjadi penulis. Alhamdulillah dimana ada niat, di situ ada jalan.

Maka saya pun mulai menulis dan menjadikan keahlian menulis saya sebagai media dakwah dan berbagi inspirasi. Saya berfikir, saya hidup di dunia hanya sekali. Lalu karya apa yang saya tinggalkan untuk dikenang?. Lalu manfaat apa yang saya tebarkan untuk umat? Sederet pertanyaan pun mengepul di otakku hingga tercetuslah ide awal yakni menjadikan blog sebagai sarana dakwah dan sosial media sebagai media dakwah Islam. Kalau sosmed tidak diisi dengan hal-hal positif terkait ilmu pengetahuan, maka sosial media akan dipenuhi dengan hal hal negatif seperti hoaks, ujaran kebencian, pornografi, dll. Maka saya pilih sosial media sebagai sarana dakwah.

Menulis dan berbagi ilmu di sosmed pun sudah saya lakukan, tapi saya merasa ada yang perlu saya lakukan kembali. Maka saya pun memutuskan untuk menulis buku. Tujuan saya menulis buku bukanlah untuk komersial yakni untuk menyebarkan gagasan agar dikenang sepanjang masa. Royalti penulis (saya), in syaAllah untuk yatim piyatu.

Alhamdulillah la haula wala quwwata ila billah, atas izin Allah saya pun telah menulis dan menerbitkan 5 buku karya saya sendiri dan 2 buku karya anak bimbing saya. Buku-buku tersebut yaitu:

1. BUKU SIKABA (SEMARAK INOVASI KARYA ANAK BANGSA)


2. BUKU KUMPULAN CERPEN (KUMCER) TOUCHER LE COUER



3. BUKU SAINS FIQIH DARAH WANITA (MEMAHAMI RAHASIA WANITA)



4. BUKU MOTIVASI ANAK (MENGENAL JEJAL ANAK EMAS INDONESIA)


5. BUKU SAINS AL QUR'AN 


6. BUKU POZZIE COLLECTION (ANTOLOGI PUISI ANAK MTs KELAS VIII DIBAWAH BIMBINGAN SAYA)


7. BUKU GORESAN TINTA RINDU PENUNTAS SENJA (ANTOLOGI PUISI SANTRI PP. KHOZINATUL ULUM DIBAWAH BIMBINGAN SAYA)


8. SALAH SATU PENULIS BUKU 25 STORIES OF A TEA BAG (JUARA 2 WRITING CONTEST DALAM NATIONAL INSPIRING WOMEN OLEH JMF UNIVERSITAS GAJAH MADA 2018)


Jumat, 03 Mei 2019

PERJALANAN HIJRAH DZAHIRIYAH, BATINIYAH, NAFSIYAH DAN AMALIAH MENUJU RIDHO ILAHI

PERJALANAN HIJRAH DZAHIRIYAH, BATINIYAH, NAFSIYAH DAN AMALIAH MENUJU  RIDHO ILAHI

Oleh: Dewi Nur Halimah, S. Si



Hidup adalah sebuah perjalanan sampai aku benar-benar paham apa sebenarnya hakekat hidup itu. Hidup tiada lain untuk mengabdi, beribadah kepada Allah swt. Berbagai cobaan yang sangat berat telah aku lewati, semua memberikan pelajaran berharga padaku.

Mulai dari penghinaan, penghianatan, kedzaliman, bullying, fitnah dan lain sebagainya. Aku menyikapinya dengan tenang. Mengapa? Karena aku sadar bahwa Allah Maha Baik. Bagiku, apapun yang Allah berikan adalah yang terbaik. Berbaik sangka adalah cara bersyukur terhadap musibah yang Allah swt berikan. Bukankah bukti cinta adalah lolos dari Ujian yang Allah swt berikan. Jauh sebelum diriku ada, ujian para Nabi jauh lebih berat dibandingkan ujianku. Ujianku tak ada apa apanya dibandingkan beliau, tidak sepantasnya aku mengeluh. Ujian tanda cinta. 


Aku berhusnudzanlah, bahwa dibalik ujian yang bertubi-tubi:
  1. Ujian menjadi lantaran penggugur dosa-dosa ku yang telah lalu.
  2. Ujian menjadi jalan Allah mengangkat derajat di sisi Allah.
  3. Lolos ujian menjadi bukti cintaku pada Allah swt. 
  4. Ujian adalah jalan bagi Allah untuk menguji cintaku pada Allah dan melihat seberapa sabar aku menjalaninya. 
  5. Aku yakin bahwa Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan termasuk musibah dengan penawarnya, kesulitan bersama kemudahan, musibah bersama solusinya. 
Alhamdulillah keluarga sangat mendukungku untuk selalu introspeksi diri menjadi insan yang lebih baik tiap harinya. Terimakasih ibuku, terimakasih guruku, tanpa bimbinganmu maka siapalah aku. Dari suatu peristiwa aku mendapatkan hikmah yang luar biasa. 

Akan kujaga marwahku, kupegang teguh syariat, dan semakin kuperbaiki tutur kataku, akhlakku, dan hatiku. Semoga perjalanan hijrah dzahiriyah, batiniyah, ruhiyah, nafsiyah dan amaliyah menjadi lantaran menjadi manusia yang lebih baik.

Perlahan akan kutelani sayyidah Fatimah ra, kuperbaiki kesalahan-kesalahanku dimasa lalu, dan aku bertekad pelan-pelan in syaAllah akan:
  1. Aku bergantung dan bersandar 100% pada Allah swt. Apapun kondisiku, aku akan mencoba untuk selalu bersyukur dan berdamai dengan takdir. Bukankah cinta Allah adalah menerima apapun yang Allah berikan.
  2. Aku tidak akan berharap pada makhluk melainkan berharap sepenuhnya pada Allah swt. Sebab berharap pada makhluk seringkali berbuah kekecewaan, ingkar janji. Jadi semua kupasrahkan Allah setelah aku berusaha maksimal. Aku memiliki rencana, Tuhan juga memiliki rencana tetapi rencana Tuhan adalah yang terbaik untukku. 
  3. Aku bertekad pelan-pelan meneladani sayyidah Fatimah ra. Bicara seperlunya kecuali masalah ilmu dan akhlak. Selebihnya diam, kalau pun bicara bila menuntut ilmu, dengan guru, dengan keluarga atau orang yang sangat aku percaya. Selebihnya diam, sebab aku khawatir bila lisan ini menjerumuskanku pada kemaksiatan. Jadi lebih baik selain bicara soal ilmu, diam. Aku akan belajar puasa curhat sama manusia kecuali sama keluarga dan akan kucurahkan segala keluh kesahku in syaAllah semata sama Allah swt. Dialah Allah swt, Dzat Yang Maha Baik lagi Maha Penolong yang tak pernah bosan mendengarkan keluhan hambaNya.
  4. Jangan bicara atau menceritakan aib orang lain. In syaAllah ketika menjaga aib orang lain, akan dijaga Allah swt aibmu.
  5. Tidak dendam pada orang yang dzalim. Pasrahkan semua pada Allah swt, sesungguhnya Allah Dzat Yang Maha Adil pembalasannya dan tak ada yang dirugikan. 
Alhamdulillah dengan selalu husnudzan dan bersyukur, hati menjadi tenang. Mendapatkan nikmat, alhamdulillah. Mendapatkan musibah, alhamdulillah semoga menjadi lantaran menggapai ridho Allah swt. 

Aku belajar dari kisah Nabi Muhammad saw yang selalu bersabar dan bersyukur. Bayangkan saja, ujian hidup beliau luar biasa. Bagaimana tidak?. Ketika dalam kandungan, ayahnya sudah wafat sehingga tatkala lahir sudah dalam kondisi yatim. Lalu diasuh seorang Ibu sendirian yang berperan sebagai ibu sekaligus sebagai seorang ayah. MasyaAllah betapa tegarnya rosulullah saw.

Lalu pada usia 6 tahun, beliau ditinggal wafat sang ibu (Sayyidah Aminah ra) sehingga menjadi yatim piyatu. Bagaimana rasanya menjadi yatim piyatu, tentu sangat sedih tanpa ayah dan ibu. Kemudian beliau diasuh sang kakek yang bernama Abdul Mutholib. Saat usia 8 tahun, sang kakek wafat sehingga rosulullah diasuh sang paman, Abu Thalib.

Apakah musibah kesedihan berhenti sampai disini? TIDAK. Ketika rosulullah berdakwah Islam, rosulullah saw menghadapi banyak rintangan. Rosulullah pernah dicaci sebagai tukang sihir, rosulullah saw pernah dicaci orang kafir quraish sebagai Muhammad gila. Bukan hanya itu bahkan rosulullah saw pernah diludahi, dilempar batu sampai gigi serinya rompal, dan dilempar kotoran unta. Masa Allah betapa sabarnya rosulullah saw.

Apakah berhenti sampai di sini siksaan kaum kafir quraish?. TIDAK. Rosulullah saw saat berdakwah pernah diboikot selama 3 tahun dalam kelaparan, keharusan, akses ekonomi diblokade dan lain sebagainya. Itu bukan apa apanya, kisah cinta pun rosulullah saw juga pernah ditolak sebagaimana ketika rosulullah saw mengutarakan maksud hendak meminang Sayyidah Fakhitah ra.

Dengan membayangkan ujian rosulullah saw dalam menegakkan keadilan, menegakkan kebenaran, mengajak memeluk Islam, dll. Rosulullah saw mengalami berbagai rintangan namun beliau tetap dalam sabar. Dari sinilah aku berlatih. Alhamdulillah ala kulli hal wa astagfirullah min kulli dzanbi. 

"Hidup adalah sebuah perjalanan sampai aku benar-benar tahu bahwa puncak cinta tertinggi adalah cinta pada Allah swt. Dan tempat berharap tertinggi adalah pada Allah swt. Serta tempat bersandar yang baik adalah bersandar pada Allah swt. Setiap hari membawa hikmah, setiap peristiwa ada hikmahnya. Semoga kelak wafat dalam keadaan tetap iman, islam, dan khusnul khotimah."
(Dewi Nur Halimah) 

Kamis, 02 Mei 2019

CAHAYA HATI BERNAMA IMAN

CAHAYA HATI BERNAMA IMAN
*****

Terkadang banyak orang ramai menilai tanpa tabayyun. Mereka menjustis dari sesuatu yang tampak dzahirnya tanpa tahu nilai batinnya. Esensi dari menilai seharusnya setelah memahami, sebab bila salah menebar fitnah dan dosanya jariyah. 
(Dewi Nur Halimah)


KH. Abdurrahman Wahid atau yang dikenal dengan Gusdur, siapa yang tak kenal? Ya. Beliau adalah presiden RI yang ke 4 yakni setelah Presiden BJ. Habibie. Mengapa yang dibahas Gusdur? Kali ini saya mengupas tentang sosok Gusdur karena beliau adalah salah satu tokoh idola saya.

Saya mencintai Gusdur dengan pemikirannya yang pluralisme dan anti radikal. Menghargai perbedaan dan menyatukan perbedaan dengan kasih sayang. Pemikiran, gagasan dan sikap beliau sedikit banyak memberikan sumbang sih dalam sepak terjang saya.

Ada beberapa hal yang membuat saya terharu dari beberapa sikap Gusdur, diantaranya:
  1. Gusdur dianggap kafir karena ke gereja. Suatu ketika Gusdur ditemani supirnya datang ke Gereja. Ramai orang-orang islam yang mengetahui itu dan dangkal ilmunya tanpa tabbayun pun menghujat Gusdur. "Gusdur murtad, Gusdur kafir, Gusdur ke gereja". Apakah seorang muslim yang ke gereja lantas menjadi murtad? Tidak selama tidak ada aqad pindah agama dan dia yakin Tuhannya hanya satu yakni Allah swt, nabinya Nabi Muhammad saw, kitabnya Al Qur'an. Apakah Gusdur marah saat dibilang kafir?. Sama sekali TIDAK. Yang beliau lakukan adalah menyambangi  (menjenguk/ silaturahim) ke cleaning service gereja, tukang bersih bersih taman depan gereja, satpam gereja yang ternyata banyak dari pekerja di gereja adalah orang muslim. Mereka kepepet kerja di gereja untuk bertahan hidup. Nah setelah menyambangi mereka (orang muslim yang bekerja di gereja). Lalu Gusdur memberinya nasehat agar walaupun bekerja di gereja, iman mereka dan cinta mereka terhadap islam tidak goyah serta diberikan pesangon sama Gusdur. Subhanallah beliau berdakwah diam-diam. 
  2. Gusdur dianggap berzina karena mendatangi pelacur. Gusdur datang ke pelacur, ia masuk ke kamar pelacur berdua. Oleh orang yang hanya tahu dzahirnya langsung menjustis bahwa Gusdur doyan medon sama pelacur. Tapi apa yang dilakukan Gusdur di dalam kamar berdua dengan pelacur itu, apakah zina?. TIDAK. Gusdur menasihati perempuan itu tentang dosa zina, lalu Gusdur memberikan sejumlah uang kepada pelacur itu dan memintanya untuk berhenti melacur dan bertaubat. Alhamdulillah keesokannya pelacur itu tidak lagi melacur dan bertaubat. Subhanallah, inilah esensi dakwah. Dakwah bukan hanya mengajak orang baik menjadi lebih baik, tetapi juga mengajak yang belum baik menjadi baik. 
  3. Gusdur rajin sodaqoh. Beliau bahkan menyimpan harta khusus, yang diwasiyatkan ketika nanti beliau wafat agar dibagi bagikan pada janda miskin. Bukan hanya itu, Gusdur juga memiliki yayasan sosial Wahid Foundation yang dikelola oleh keluarga Gusdur. 
Banyak sikap Gusdur yang kontroversi. Bahkan tak sering dia dibilang kafir. Apakah lantas Gusdur marah? TIDAK. Beliau tidak marah, beliau bilang "Gitu aja kog repot, dibilang kafir tinggal syahadat lagi selesai".  Bicara beliau ceplas ceplos lucu, tapi benar adanya. 

Bersikap seperti Gusdur yang pro pluralisme juga membuahkan hujatan. Banyak pengalaman yang saya lalui selama ini. Saya mencintai berpakaian besar karena terasa nyaman, karena itu adalah ajaran sayyidah Fatimah ra. Sedang sayyidah Fatimah adalah idola saya. 

TAPI apa yang saya dapat? Saat saya berkunjung ke Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Bogor, Malang dll ketika lomba, seminar, maupun speech orang-orang mengira saya bukan nahdiyin. Saya dicap wahabi gara-gara pakaian saya. Apa saya menjelaskan? TIDAK. Sama sekali tidak, tidak penting bagi saya menjelaskan. Biarlah yang tahu dengan sendirinya tahu  sebenarnya saya siapa. Bahkan saya sering menerima SMS ataupun inbox dari kakak angkatan. "Dek kamu kog kerudungan gedhe WAHABI ya dek?". Saya balas singkat "Saya NU mbak". 

Kawanku...
Jangan menilai dari pakaian saja, tapi lebih ke pola pikir, akhlak, gagasannya. Jilbab saya gedhe tapi pemikiran saya sangat cinta pancasila. Saya asli nahdiyin, bapak dan ibu saya NU, murid KH. Maemoen Zubair. Hampir semua keluarga saya alumni pesantren dan pemilik pesantren. Saya memakai jilbab besar karena menutup dada, menutup aurot, memberikan saya keteduhan sebagaimana prinsip saya. 

Bisa dinilai kog, wahabi atau ikhwanul muslimin dari pola pikirnya. Partai apa yang ia dukung, ulama siapa yang dia idolakan. Kamu bisa tahu itu, tanyakan saja saat diskusi, siapa ulama idolamu, misal terjun partai, partai apa yang kamu suka, organisasi kampus apa yang kamu pilih. Dari situ engkau bisa menilai. Saya mencintai NKRI, pancasila karena pencetus pancasila adalah ulama. Saya suka belajar sejarah Indonesia, sejarah wahabi, sejarah NU agar saya tahu dan tidak salah pilih serta tidak mudah taqlid. Organisasi kampus pun saya sangat tahu, KAMMI, HMI, PMII, HTI, GMNI, dll. Mana yang muaranya organisasi nahdlatul ulama, mana yang muaranya organisasi muhammadiyah, mana yang muaranya organisasi anak induk wahabi, mana organisasi yang nasionalis, dll. Demikian pula partai seperti PPP, PKB, PDI, GOLKAR, PKS, PSI, dll. Mana yang didirikan oleh ulama NU, oleh ulama wahabi, oleh nasionalis. In syaAllah saya tahu. Saya sangat cinta ilmu baik sejarah, politik, tareh, siroh, maupun budaya untuk mengetahui seluk beluk suatu organisasi. 

Demikian pula sikap saya yang lain. Bukan hanya saya pernah dianggap wahabi, meskipun saya NU tulen (ulama idola saya Mbah Maemoen dan Habib Luthfi). Saya juga pernah dihujat karena ke gereja. Saya pernah hampir ditemukan sama Romo juga. Bagi saya saling menghargai itu indah, toh Tuhan saya tetap Allah. Saya merangkul beda agama, karena saya ingin mengajak kawan saya mengenal indahnya Islam. Barangkali lantaran saya, pintu hidayah Allah buka dan kawan saya yang non islam menjadi mualaf dan memeluk agama islam. Saya tidak peduli dianggap kafir, di sinilah iman saya diuji. Saya senyumin, dianggap kafir tinggal syahadat lagi. Wong Tuhan saya masih Allah, nabi saya nabi Muhammad. 

Bukan berhenti sampai di sini. Saat saya lomba, saya kan anaknya mudah bergaul dan ramah. Tim saya 4, perempuan ada 3 termasuk saya, laki-laki satu. Masya Allah, begitu lomba banyak teman dari kampus-kampus lain yang mendekat ke saya baik perempuan maupun laki-laki, karena ngobrol nyambung, suka ide saya. Bahkan saya dibelikan juga tiket game wisata saat bertemu pengusaha muda seluruh Indonesia. Saya dibelikan makanan dan diajak hang out selama karantina. Lalu saya diminta foto sama produk dia, endorse. Dua teman perempuan saya iri, karena saya dapat banyak dari endorse, dibelikan tiket, langsung mereka bikin gosib. "Halimah yo laris. Akeh cowk seng nraktir". Bicara seperti itu di depan para dosen dan wakil rektor. Saya senyum diam saja. Demi Allah, saya cuma temenan. Mereka memberi saya hadiah traktir, makanan, minuman, tiket karena saya supel, ramah, suka membantu, suka dimintai ide, kerjasama bagus. Kalau saya mencintai seorang, hati saya tetap satu, sebanyak apapun yang menggoda, cinta saya tetap untuk orang yang saya cintai. Karena ketika saya cinta, hati saya penuh untuk dia. Endingnya dia ngerasa bersalah, minta maaf juga. 

Saya tidak perlu membela diri. Toh endingnya mereka tahu sendiri. Bagi saya, bila saya baik, in syaAllah saat saya butuh bantuan. Allah kirimkan orang untuk menolong saya. Sesederhana itu pikiran saya 😊

Di dunia kerja pun sama, saya sering setelah ngajar ada janji. Tentu saya dandan, karena saya tidak mau tampil kucel, kumel. Bagaimana dandan natural, syar'i, tapi tetap cantik alami. Komen teman saya putri apa?. "Halimah dandan cantik pasti mau ketemuan sama laki-laki". Saya senyum saja tanpa menjelaskan, langsung salam dan pergi meninggalkan ruangan. Sebenarnya yang saya lakukan adalah bertemu kawan lama SMA yang butuh bantuan. Sudah hampir 7 tahun dia belum lulus, nah saya membantu skripsinya. Kasihan, biar cepat lulus. Kalau 7 tahun tidak lulus kan bisa di DO (Drop Out). Terkadang banyak perempuan yang menuduh saya ketika tampil cantik pasti lagi jalan berdua sama lelaki. Saya diam saja. Saya tidak melakukan itu, saya tidak suka itu. Kalau pun ketemu lelaki pasti ada hajat menolong, ilmu, atau apa yang disitu di tempat umum dan ada orang banyak. Biasanya saya di luar menggerakkan pemuda untuk peduli sosial, untuk peka, ngajar anak cacat, atau aksi sosial lainnya, membantu yang butuh pertolongan ataupun survey sosial.

Senyum saya seringkali diartikan berbeda. Senyum itu lambang sedekah. Tidak iyanya kegiatanku dan Keputusanku bukan dari senyumanku. Bahkan sering saya berkata TIDAK sambil senyum. Berkali-kali saya dihujat, saya diam. Mau dibilang apa terserah, yang tahu diri saya adalah saya, keluarga saya, dan sahabat saya. Bagaimana saya menjaga marwah, bagaimana saya menjaga prinsip, bagaimana saya keluar untuk membantu atau tolabul ilmi. Bagi saya, ketika orang lain su'udzan dan menilai buruk. Cukup ikuti Gusdur, senyumin. Seiring berjalannya waktu pun mereka akan tahu dengan sendirinya. Tanpa aku harus bilang. 

Lalu bukan hanya sampai di situ. Ketika saya menegakkan keadilan PKH. Betapa banyak orang yang memisuhi saya, terutama yang dzalim. Saya dibilang Halimah Asu lah, Halimah picek, Halimah modar. Saya dibilang gendeng aja EGP, malah alhamdulillah. Hitung hitung disodaqohi pahala, dosa berkurang. Toh anjing juga tidak hina, tidak memiliki dosa, tidak maksiat, belum tentu juga anjing lebih hina dari manusia. Anjing tidak maksiat. 

Bahkan di rumah, emak bapak saya ketika saya megang HP juga marah. Selalu berburuk sangka kalau saya mainan tidak penting. Saya diam saja cuek, tetap menggunakan HP. Seandainya mereka tahu, di HP saya ada aplikasi Al Qur'an yang saya baca, ada aplikasi tahsin dan tahlil, ada aplikasi wirdul lathif, saya mendirikan 2 grub dakwah yang saya isi tulisan-tulisan fiqih, kalam hikmah, tauhid. Barangkali saya wafat, tulisan itu jadi amal jariyah saya. Barangkali melalui artikel dan tulisan tulisan yang saya share menjadi lantaran hidayah buat orang sehingga ia bertaubat dan menjadi lebih baik. Wallahu a'lam. Di Hp, saya juga promosi les, promosi apa saja jualan saya untuk memperoleh rizki yang nantinya saya buat menuhin kebutuhan saya pribadi dan sodaqoh. Ketika orangtua marah, saya diam senyum. Saya suka baca buku dan kitab, kalau tidak dilihat orangtua.

Banyak sikap saya yang dinilai misterius. Banyak pula yang berburuk sangka. Saya senyumin, saya hadapi sebagaimana Gusdur dihujat. Dengan sendirinya in syaAllah mereka akan tahu. Meskipun tidak saya jelaskan. Entah nanti dari orang lain, ataupun dari jalan lain yang tidak terduga dari Allah Swt. Teruslah berbuat baik karena saat kamu wafat, pasanganmu tidak menemanimu di alam kubur. Anak, istri, suami, saudara, kawan tak ada yang menemanimu di kuburan, semua meninggalkanmu. Tapi amal baikmu, amal solehmu setia menemanimu sampai akherat. Barangkali hal kecil yang kamu lakukan menjadikan Allah ridho, sehingga kamu masuk surga. Orang masuk surga bukan karena amal ibadahnya, melainkan karena rahmat Allah. Nah rahmat Allah diturunkan lewat mana kita tidak tahu, maka rajinlah beribadah dan berbuat baik tanpa peduli engkau dihujat ataupun dipuji. 

"Di hina tidak membuatmu rendah diri di hadapan Allah swt. Dipuji tidak membuat derajatmu tinggi di hadapan Allah. Tidak mulia oleh penduduk bumi tidak masalah, selama tujuanmu Allah in syaAllah engkau akan dimuliakan penduduk langit. Niatkan Lilahi Ta'ala (karena Allah Ta'ala) bukan Linnas (karena manusia). Bila selama perjuangan engkau menemui rintangan dan ingin menangis, menangislah tak perlu malu. Curahkan isi hatimu pada Allah. Dialah Allah, Rabb Yang Maha Penolong lagi penuh kasih sayang. Tidak masalah menangis, selama menangismu menjadikanmu semakin mendekatkan diri dengan Allah swt. Berhusnudzanlah, bersama musibah Allah swt titipkan cahaya hati yang bernama iman. Bersama musibah ada hikmah yang luar biasa, dihapuskannya dosa-dosa, diangkat derajat seorang hamba, hingga mulia di hadapan Allah swt. Percayalah bahwa Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan termasuk musibah dengan penawarnya sebagaimana hujan dan pelangi"





Selasa, 23 April 2019

MARWAH CINTA HALIMAH

MARWAH CINTA HALIMAH



Cinta adalah fitrah dimana fitrah itu adalah suci. Maka sudah sepantasnya aku menjaganya dari cinta yang tidak diridhoi Allah swt. Cinta antara 2 lawan jenis tidaklah halal kecuali ditempuh dengan pernikahan.


Ya aku adalah perempuan yang memiliki 2 sisi. Dilain sisi aku sangat lembut dan penyayang dengan anak kecil, orangtua, yatim piyatu, dhuafa, dan fakir miskin. Tapi aku juga memiliki sikap tegas layaknya ratu Sima yang tanpa ampun menolak ketidakadilan, menolak kejahatan, menolak kemaksiatan. Ya Halimah adalah sosok pemberani bertanya terutama soal fiqih dan hukum. Fiqih adalah pelajaran yang paling aku suka sejak aku di madrasah.

Terhadap sesuatu yang aku suka, aku menjalaninya dengan penuh cinta. Terhadap sesuatu yang tak aku suka, aku meninggalkannya. Aku tidak suka sesuatu yang berpura-pura, aku menyukai segala sesuatu yang apa adanya, sederhana, hidup penuh syukur. Aku pun tidak segan berprotes bila melihat kekeliruan dan kemaksiatan atau sesuatu yang tak aku suka namun aku dipaksa suka. Ya, rasa beraniku tiada lain karena meneladani Sayyidah Aisyah RA yang pemberani dan Sayyidah Astma binti Yazid yang pemberani lagi kritis.


Cita-citaku adalah menjadi zaujati solekhah dan umi solekhah, dzuriyahku ngalim dan soleh solekhah, wafatku khusnul khotimah. Soal pasangan hidup, aku tidak suka dijodohkan, aku lebih suka pilihan sendiri. Tidak masalah dijodohkan tapi yang menentukan iya atau tidaknya tetaplah diriku. Mengapa? Karena menikah berarti membangun keluarga. Aku menghabiskan hidup dengan siapa sepanjang hayatku. Salah pilih pendamping hidup, sengsara seumur hidup. Alhamdulillah orangtuaku mengerti kemauanku khusus masalah cinta dan aku diberikan kebebasan dengan syarat asal NU, ilmu agama bagus, akhlak bagus, tanggungjawab, sayang aku, sudah. Selebihnya aku sendiri yang menentukan.

Alhamdulillah ala kuli hal. Aku pun terang terangan menjawab pinangan lelaki saat ia mengutarakan hendak menikahiku. Bila aku memandangnya meskipun awalnya tidak cinta tapi menemukan kenyamanan, ya aku terima. Kalau belum menemukan kenyamanan, maka aku pun menolaknya dengan lembut. Aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak membuatku nyaman tatkala aku memandang wajahnya, mendengar katanya, melihat sikapnya. Kenyamanan, akhlak dan ilmu adalah pertimbanganku.

Bagiku, bila tidak nyaman. Menolak lebih terhormat daripada PHP (Pemberi Harapan Palsu) atau menggantungkan perasaan. Bila aku tegas menolaknya saat tidak nyaman, maka dia akan move on dan mencari yang lain. Semoga mendapatkan yang lebih baik dariku. Tapi kalau menggantungkan perasaan, sama halnya aku menyiksa batinnya dengan memberikan perhatian harapan namun tidak mau dimilikinya. Memang ditolak itu sakit di awal, tapi selebihnya baik daripada digantung, digantung itu seolah baik diawali namun buruk di akhir. Meskipun demikian, kalau aku tidak nyaman, menolak pun kujaga sopan santunnya.

"Mohon maaf aku tidak mencintaimu. Semoga engkau mendapatkan perempuan yang lebih baik dariku. Semoga Allah anugerahkan kebahagiaan untukmu dari orang lain berlipat lipat menggantikanku," itu yang sering kusampaikan.

Mengapa aku kalau tidak suka berani menolak tegas?. Inilah alasanku:

  1. Aku sudah bernadzar bahwa aku akan taat suamiku. Dan aku pun sudah bersiap total dari ilmu, akhlak, dan segalanya. Janjiku pada Rabbku tak mungkin kulanggar in syaAllah. Bila aku tidak nyaman, ibarat kata baru mandang sepeten. Kupaksa nikah, yang kukawatirkan, aku tidak menjadi zaujati solekhah tapi menjadi istri durhaka yang pembangkang, selalu protes, dan kalau dipandang mlengos. Sungguh sayang persiapanku, bila aku tidak jadi istri yang taat. Jadi aku santai, selama masa penantian sampai Allah pertemukan dengan yang tepat, aku akan memperbaiki diriku sampai suatu saat Allah hadirkan lelaki yang tepat dan bisa membuatku nyaman. Lalu aku siap mengabdi untuknya layaknya zaujati Khodijah untuk rosulullah yang siap berkorban harta, nyawa, pikiran untuk berjuang di jalan Allah dibawah bimbingan suami. Kalau aku sudah nyaman dan cinta, aku pun taat dengan sepenuhnya taat. In syaAllah layaknya Sayyidah Fatimah ra. 
  2. Aku tidak suka plin plan dan menggantungkan perasaan. Bila aku tidak suka, maka dengan tegas dan sopan aku pun akan menolak dengan terang terangan. Dengan aku bersikap tegas, artinya tidak menggantungkan perasaan. Menolak lebih terhormat daripada menggantungkan perasaan. Ketika ia ditolak, ia akan move on dan mencari yang lain. Dan aku pun mendoakan semoga mendapatkan yang lebih baik dariku. Namun bila menggantungkan perasaan, dia akan lebih sakit lagi tatkala tahu kalau aku tidak cinta, hanya mempermainkan perasaan saja. Jadi wanita itu harus tegas, IYA atau tidak. Sayyidah Khodijah pun tegas, sebelum menikah dengan rosulullah, banyak lelaki yang meminangnya. Namun karena tidak menemukan kenyamanan, beliau pun tegas menolak. Selama penolakan sopan, tidak menghina fisik. Menurutku it's okay sih, toh nggak ada janji kan sebelumnya.
  3. Menikah dengan yang tidak dicintai itu penyiksaan batin. Padahal tugas istri adalah melayani suami dzahir batin. Masak iya melayani dzahir aja, batin nggak. Bisa dilaknat Allah swt dan para malaikat karena surga istri dibawah ridho suami.  Aku taku dan aku tidak mau dilaknat Allah swt dan para malaikat. Kalau tidak cinta dan khawatir tidak bisa taat alias membangkang, ya tolak saja. Kalau sudah nikah, bagaimanapun kondisinya istri wajib taat suami.

Iya, aku biasa berkecimpung di dunia humanity (kemanusiaan). Jadi jangan kaget kalau aku tegas. Karena aku sering menangani banyak kasus kemanusiaan, dan dalam mengambil keputusan serta kebijakan pun harus tegas, tidak boleh plin plan. Perlu analisis dampak jangka pendek dan jangka panjangnya.

Oh ya nadzarku luar biasa, sudah aku persiapkan hal terkait duniaku dan akheratku. Ketika aku menerima lelaki itu atas dasar cinta, maka akan kuterima semua kekurangan dan kelebihannya. Kekurangannya akan kulengkapi dengan kelebihanku. Karena cinta adalah saling menyempurnakan kekurangan masing masing pasangan. Aku tipikal on time, rajin, dan kalau janji in syaAllah menepati. Alhamdulillah hampir setiap janjiku terpenuhi semua kecuali aku sakit atau dhorurot ditunda dan segera kuganti Dilain waktu. Aku pun pernah hujan hujanan demi menepati janji. Janji lebih baik kutepati di dunia dengan orang yang bersangkutan daripada aku harus ditagih di akherat berhadapan dengan Tuhanku. Aku jauh lebih takut bila yang menagih Tuhanku.

Untukmu yang namanya Allah tuliskan di Lauh Mahfuz sebagai jodohku dunia akherat, sebagai suami yang menjadi imam hidupku. In syaAllah aku tidak risau akan dirimu, aku mantab akan engkau. Engkau akan Allah kirimkan di saat yang tepat dan dengan cara yang tepat.

Tugasku selama penantian sampai aku menemukan lelaki yang tepat adalah memperbaiki akhlak, menambah ilmu sebagai wawasan (baik ilmu agama, sains, sosial, dan lainnya yang bermanfaat), menambah manfaat untuk ummat dan berkarya serta berprestasi.

Aku yakin akan pesan guruku, bila aku menginginkan jodohku baik. Maka aku dululah yang perlu memperbaiki diri. Terlebih aku adalah wanita, wanita menjadi madrosah utama anak dalam keluarga.

Aku ingin menjadi layaknya zaujati Khodijah yang siap berjuang menemani suami dari nol. Menemaninya dalam suka dan dukanya. Mengorbankan jiwa, raga, dan nyawaku untuk mendukung suamiku kelak berjuang di jalan Allah swt.

Aku ingin putra putriku menjadi penulis kitab atau buku. Maka dari sekarang aku menjadi penulis. Buku yang sudah kuterbitkan 5, buku dibawah bimbingan ku alhamdulillah 2, jadi total ada 7 buku yang sudah terbit. Dan yang on progress nulis in syaAllah 2. Mengapa aku suka menulis karena semua ulama, baik imam ghozali, imam nawawi, imam Malik, imam hanafi, imam syafi'i adalah penulis kitab. Dengan menulis berarti berbagi ilmu yang bisa ditularkan dari generasi ke generasi diniafkan lilahi ta'ala berjuang menghilangkan kebodohan untuk kemajuan islam.

Aku menginginkan putra putriku kelak cerdas dan berjiwa sosial tinggi. Maka dari sekarang aku harus memberinya teladan. Anak kan niru ibunya, sejak beberapa tahun silam aku terjun mengajar anak jalanan, mengajar anak disabilitas, menyambangi panti jompo, berinteraksi di RSJ, mengajar yatim, dan lain sebagainya. Aku mau putra putriku kelak berjiwa sosial tinggi, dia meneladani Sayyidah Fatimah yang dermawan untuk kebaikan.

Aku ingin putra putriku menjadi sosok yang amanah, menepati janji, penegak keadilan. Maka dari sekarang aku menjadi penegak keadilan. Aku selalu menepati janji atas izin Allah. Aku selalu berdoa:

"Allah jadikanlah aku wanita yang menepati janji dan aku pun akan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menepati janji".

Aku kalau punya janji atau hutang, nggak selang berapa lama pasti kutepati atau lunas. Mengapa? Aku nggak bisa tidur tenang, glebagan kanan ke kiri trus kepikiran kalau tidur, kadang kebawa ke alam mimpi juga. Ya kalau umurku panjang, kalau aku tiba tiba wafat, punya janji yang belum aku tepati, hutang yang belum kubayar, bahaya bisa dipukulin malaikat di alam kubur aku. Jadi harus hati hati.

Demikian pula rizki. Aku bekerja tidak menuntut banyak, terpenting itu halal dan barokah. Penting cukup buat ibadah, bisa sodaqoh keluarga dan membantu orang. Aku sudah bersyukur. Alhamdulillah selalu merasa cukup dan dicukupkan sama Allah.

Banyak tirakat yang kulakukan tiada lain untuk dzuriyahku kelak. Interaksi dengan lelaki pun kujaga. Harta yang masuk ke perutku dan pakaian yang kupakai pun harus kupastikan bahwa sumbernya dari cara yang halal in syaAllah. Aku selalu ingat pesan guruku:

"Akhlak itu nomor satu. Besok setiap amal itu dihisab. Jangan gegabah dengan akhlak dan sikap. Jaga perutmu jangan sampai kemasukan makanan yang haram atau makanan/ minuman yang cara memperolehnya dari uang syubhat/haram. Perut yang kemasukkan barang haram akan rawan maksiyat. Maksiyat menjadikan berat dihisab. Dibakar di neraka itu sakitnya kayak apa. Api di dunia saja panas, padahal sudah dicuci malaikat 70 kali sebelum dibawa ke dunia. Besok kalau dibakar pakai api neraka bagaimana, sementara di akherat itu selamanya. Kebakar sebentar aja di dunia sakitnya minta ampun. Apalagi di neraka"

Pesan itu masih terngiang ngiang di telingaku. Itulah sebabnya aku sangat hati hati. Sebisa mungkin pelan pelan aku mengamalkannya. Aku tidak mau ghosob, aku tidak mau memakan sesuatu yang tidak diberikan aku atau bukan milikku, dll.

Banyak hal pula yang kupersiapkan untuk menjadi zaujati solekhah dan umi solekhah, aku mempelajarinya dari berbagai kitab, salah satunya kitab uqudilujen. Kitab perlu kupelajari karena ilmu adalah bekalku sebagai pedoman yang kuamalkan agar selamat dunia akherat. Aku pun belajar dandan, agar kelak bisa menyenangkan suami bila dipandang manis Hehe.

Menurutku menikah bukan sekedar merubah status dari single menjadi menikah. Tapi lebih pada persiapan menjadi istri dan ibu. Mengetahui hak dan kewajiban istri, mengetahui cara mendidik anak, dan lain sebagainya. Semuanya bukan hal mudah. Butuh persiapan mantal. In syaAllah telah kusiapkan semua.


In syaAllah jodohmu adalah cerminan dirimu. Perbaiki Akhlakmu dan tambahlah ilmumu.

Aku ingin kelak anak anakku juga cerdas cerdas, multitasking dan multitalent dalam koridor sesuai syari'at sehingga aku perlu memberikannya teladan sedari sekarang. Anak yang berprestasi namun tetap tawadhu', ringan tangan membantu sesama, berpegang teguh syari'at.

Allah...
Aku percaya padamu bahwa Engkau sudah menuliskan pasanganku dan takdir perjalanan hidupku dalam Lauh mahfuds. Tugasku saat ini adalah yakin, mempersiapkan diri, menuntut ilmu, memperbaiki akhlak, berkarya, berprestasi sampai datang apa yang Engkau tetapkan untukku. Aamiin.

Cinta adalah menjaga, maka kujaga kehormatanku sampai nanti kuserahkan pada suamiku. Cinta adalah kehormatan, maka marwah cinta adalah persiapanku untuk menyambutmu. Semoga kelak Allah pertemukan dengan imam hidup yang membimbing ke jannah dalam menggapai ridhoNya.

Semoga kelak Allah izinkan Dewi Nur Halimah binti Masdari bin Ja'far shodiq menjadi zaujati solekhah layaknya zaujati Khodijah dan Zaujati Muthi'ah yang senantiasa menjaga iman, taqwa, ketaatan pada suami, memegang syari'at, taat Allah dan rosulullah, penyayang dan lembut. Semoga kelak Allah izinkan Dewi Nur Halimah binti Masdari bin Ja'far shodiq menjadi umi solekhah yang cerdas layaknya Sayyidah Fatimah dalam mendidik Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain. Lahul Fatekhah. Aamiin.


Minggu, 21 April 2019

RIZKI PEMBAWA BERKAH

RIZKI PEMBAWA BERKAH


Siapa yang tak bahagia bila Allah anugerahi rizki. Demikian pula diriku, betapa bahagianya aku tatkala aku menerima salary (gaji) kerja. Hatiku riang dan berbunga-bunga. Bagaimana tidak, dengan menerima gajian itu artinya aku bisa mandiri. Ya dari kecil aku terbiasa mandiri. Sejak SD hingga kuliah di perguruan tinggi, aku sekolah dengan biaya mandiri dari prestasi dan beasiswa serta kerja part time.

Meski aku banyak kegiatan, tetap belajar adalah prioritasku. Alhamdulillah, atas restu Allah aku selalu menjadi bintang kelas. Dari kecil aku selalu rajin belajar dan targetku untuk selalu juara satu alhamdulillah selalu terwujud. Aku selalu percaya bahwa man jadda wa Jada (siapa yang bersungguh sungguh pasti berhasil).

Aku selalu berusaha untuk menjadi juara, mengapa? Karena aku ingin membahagiakan orangtuaku. Betapa bahagianya bapak ibuku tatkala di madrasah dapat juara satu terus dari kelas 1 sampai 6. Betapa bahagianya ibu tatkala aku juara satu kelas dari SD hingga SMA. Bukan hanya itu, dari prestasi aku jadi bebas SPP. Uang prestasi sudah cukup untuk biaya sekolah bahkan lebih. Sisanya bisa kutabung, kuberikan adek atau ibu, bisa pula kusodaqohkan.

Nah, alasanku pribadi sejak kecil mengapa aku ingin selalu mahir dalam segala bidang baik sains, sosial, agama, tarik suara, sastra?. Karena guruku pernah bilang waktu aku masih SD.

"Bila kamu pengen dzuriyahmu (keturunan/ anak cucu) cerdas, jadilah wanita yang cerdas. Kecerdasan anak diturunkan dari genetika Ibu. Jadilah madrosah pertama yang baik untuk anak anakmu," kata guruku. 

Itulah mengapa aku sungguh sungguh, aku ingin anak cucuku nanti cerdas cerdas. Yups... Halimah adalah future planner, selalu mempersiapkan segala sesuatu untuk target jangka panjang bahkan sejak SD. Sungguh betapa malu diriku, bila aku meminta atau mengajak anak cucuku supaya menjadi cerdas sementara aku tak bisa memberikan teladan untuknya. Well, jadilah itu pemacu semangat belajar dan berkarya.

Dari jaman kuliah, Yups sejak 2012 sampai sekarang aku suka mandiri. Aku paling bahagia kalau lagi menang lomba (dapat uang menang lomba) dan lagi gajian kerja. Mengapa? Dari uang gajian itu aku bisa mandiri dan memanage keuangan dengan baik. Aku membagi uangku dengan baik agar pengeluaran tidak lebih besar dari pemasukan. Uang gajian atau menang lomba kubagi menjadi 5 bagian:
  1. Untuk memenuhi kebutuhan primerku sehari hari.
  2. Untuk kusisihkan kutabung 
  3. Untuk dikirim atau kusodaqohkan adek dan beri hadiah adek
  4. Kuhadiahkan orangtua
  5. Untuk sosial 
Aku diajari sosok seorang, bila rizki itu akan bersih bila kita sodaqoh kan dan kita zakati. Rasanya bahagia tatkala aku gajian, lalu bisa belanja dan menyenangkan hati orangtua. Paling sayang sama adek, orangtua, sibyan, yatim piyatu, fakir miskin. Mengapa aku suka berbagi, sebenarnya aku bukan baik. Hanya aku berusaha menjadi baik meneladani Sayyidahku, Sayyidah Fatimah kan rajin sodaqoh hehe. Wajar idola menyatu dalam jiwa. 

Kawanku... 
Sodaqoh itu membawa keberkahan. Alhamdulillah aku tidak pernah kekurangan. Padahal tiap gajian, langsung kukirim adekku di pondok, kukirim orangtua, kupakai acara sosial. Bahkan aku mengambilpun hanya untuk kebutuhan primer. Alhamdulillah pemasukan balance. Bersyukur. Semua tergantung management keuangan. Ada untungnya juga belajar akuntansi dulu Hehe. Kawanku jangan pelit buat berbagi, apalagi berbagi sama keluarga dan yatim piyatu. Nggak ada ceritanya kog, orang sodaqoh lantas bangkrut. Malahan barokah. Sayyidah Fatimah dan Sayyidah Aisyah itu ahli sodaqoh loh, yuk teladani mereka 😊

Oh ya, rizki itu dari Allah dan alangkah baiknya digunakan dijalan Allah swt. Saat engkau bekerja, lalu engkau niatkan lilahi ta'ala untuk membantu orangtua. In syaAllah niat ini pun akan menjadi ibadah. Saat engkau bekerja, uangnya engkau kirimkan untuk adekmu mondok pun juga membawa berkah. Mengapa? Orang yang menuntut ilmu dengan sungguh sungguh itu mulia di hadapan Allah swt. Aku suka mengirim biaya ke adek. Aku sampaikan padanya:

"Dek mbak tidak masalah kerja apapun pagi sampai malam untukmu, selama itu halal. In syaAllah mbakmu berpegang pada syari'at. Rizki yang mbak berikan padamu pasti halal. Tetapi satu permintaan mbak, belajarlah sungguh sungguh agar engkau menjadi wanita solekhah yang ngalim. Mbak tidak rugi jungkir baliknya. Lalu kelak di akherat, bila engkau mulia di hadapan Allah. Sampaikan salam mbak untuk Allah, carilah mbakmu bila ternyata engkau di surga, mbakmu di neraka". 

Tak jarang ketika Halimah bagi-bagi, sebagian orang pun penasaran dan pertanyaannya aneh. 

"Kamu kog bisa bagi bagi ke keluarga, ke yatim, ngirim adekmu, kadang beli jajan berkardus kardus kamu bagikan, itu darimana kamu kan cuma  guru honorer, kamu kan cuman ngelesin" 

Pasti saya senyum, saya tinggal pergi. Rizki yang saya bagi bagikan in syaAllah pasti halal. Selain dari ngajar, dari ngelesin, dari menang lomba, dari event apapun yang saya diundang jadi speaker, viewer. Alhamdulillah cukup, saya ngambil malah lebih sedikit. Selebihnya saya bagi bagikan dan ditabung. Buktinya dicukupkan sama Allah. Bagi saya, memang saya di dunia butuh harta. Tapi tidak perlu tomak harta, Ambilah harta hanya sekedar untuk ibadah. Cita cita saya memang menjadi orang kaya yang dermawan. Tapi kalau belum kaya harta, bisalah kaya hati. Toh bersedekah tidak perlu menunggu kaya kan Hehe. 

Wong rizki itu pasti diberi asal kita mau usaha kog. Dan Allah pasti mencukupkan rizki kita. Mengapa saya sayang banget sama adek? Karena adek manut, dia belajar sungguh sungguh dan mewujudkan apa yang saya mau. Saya di depan cuek, tapi saya pantau. Mengasih pun tidak harus langsung. Kasih titipkan orangtua jadi, atau kirim via Pos hadiah dan surat kelar. Surat adalah perwakilan suara saya. Terhadap orang yang saya cintai, saya kaguk. Ngomong nunduk, jadi lewat surat lebih aman. 

Entah kenapa pas ngajar sama yatim. Hati saya berbunga bunga. Mengapa? Karena rosulullah itu yatim piyatu. Kadang ngebayangin, Allah kasihan mereka tanpa ayah dan ibu disaat anak anak merasakan perhatian dan kasih sayang orangtua. 

Suatu kisah agar kita tak pelit. Suatu saat saya punya uang di dompet hanya 50 ribu. Lalu ada orang yang tak saya kenal nangis, dia menangis berjam jam dan mengatakan habis dihipnotis orang. Butuh uang buat ngebis pulang, saya iba. Biaya pulang saya ngebis waktu itu 30 ribu. Mbaknya butuh 50 ribu buat pulang. Saya katakan:

"Mbak uang saya 50 ribu. Kalau tak kasih mbak semua, Halimah ndak bisa ngebis pulang. Mbak maaf ya, Halimah cuman bisa ngasih 20 ribu. Sisanya nanti mbak coba minjam yang lain. Yang ini Halimah kasih, tapi sepuntene hanya 20 ribu. Yang 30 ribu buat biaya balik soalnya". 

Mbaknya senyum lalu kurangnya dia kesana kemari mencari pinjaman. Walaupun tidak kenal, dari sorot matanya aku bisa menilai mana orang baik dan jahat, jujur sama bohong. Apa yang terjadi setelah isi dompet habis bis. 

Saya pulang dapat tawaran jadi pembicara di sekolah. Tahun 2013 diberi uang 75 ribu. Kalau sekarang setara 200 ribu. Karena biaya bis sudah naik berkali lipat jaman saya sekolah cuman 1000, sekarang 3000. Tuh kan, habis nolong orang diganti Allah swt. 

Pernah saya punya kisah, uang saya 1,2 juta habis buat beli alat riset. Di atm tinggal 200 ribu. Kalau diambil semua, gosong itu atm. Alias hangus. Saya ambil 100 ribu terakhir, saya mampir ke yatim. Alhamdulillah adeknya senang. Keesokan harinya saya dapat tawaran event. 

Mungkin rizki lancar dan barokah itu bisa jadi lantaran doa doa orang yang kita sedekahi. Banyak sekali kisah keajaiban yang saya alami. Saya dalam hati sering membatin, Allah Halimah pengen ini. Tanpa sengaja sesuatu itu bisa terjadi. Alhamdulillah. Tapi semua tak ada yang kebetulan, sudah rencana Allah swt. 


SURAT CINTA UNTUK PEREMPUAN

 Menyongsong hari Kartini 2019

❤️ SURAT CINTA UNTUK PEREMPUAN SAAT ENGKAU MERASA LEMAH 🌹



Untukmu perempuan yang beriman....
Tatkala engkau dirundung ujian yang bertubi-tubi, saat engkau merasa lemah. Ingatlah Allah.
Sayangku...
Allah tak akan menguji diluar batas kemampuan hambaNya.
Semakin berat ujian seseorang. Ketika ia lulus ujian, semakin tinggi derajatnya di hadapan Allah.
Sayangku...
Meskipun saat engkau terpuruk, sinar hatimu dengan secercah cahaya Husnudzan bahwa ujian membawa hikmah:
1. Ujian menjadi lantaran Allah menaikkan derajatmu
2. Ujian menggugurkan dosa dosamu
3. Ujian menempa dirimu menjadi sosok yang bersyukur, sabar, ikhlas, dan tegar.

Perempuanku sayang.....
Saat engkau menangis, ingatlah Allah, perbanyak lah dzikir dan mengingat ingat kisah wanita solekhah yang menjadi kekasih Allah swt.

👇
❤️
INGATLAH KISAH SAYYIDAH MARYAM RA
Wanita yang teguh menjaga kesucian diri,
ikhlas ketika Allah menitipkan anak di rahimnya yang suci tanpa seorang suami, sabar ketika difitnah, wanita suci di tuduh penzina😢.

👇
❤️
INGATLAH KISAH SAYYIDAH ASIYAH RA
Istri Fir'aun yang memiliki ISTANA, tetap zuhud meskipun di sisinya singgasana
rela disiksa suaminya demi beriman kepada Allah, tetap mengasihi Fir'aun sebagai suaminya biarpun dia disiksa karena keimanannya tidak terpesona dengan istana dunia,
karena Allah telah menyediakan sebuah istana abadi untuknya di surga.

👇
❤️
INGATLAH KISAH SAYYIDAH KHADIJAH RA
Wanita yang pertama beriman,
wanita yg menghabiskan hartanya di jalan Allah, sehingga saat maut hendak menjemputnya, dia brkata kepada Rasulullah:
😢

"Jika tiada lagi harta untuk engkau berdakwah, maka galilah kuburku, kau ambillah tulang belulangku utk kau jadikan jembatan menyebarkan risalah agama ".

👇
❤️
INGATLAH KISAH SAYYIDAH SUMAYYAH RA
Wanita yang pertama syahid di jalan Allah,
wanita yang memilih untuk beriman meskipun dia harus gadaikan nyawa, rela berpisah dengan keluarganya karena dia percaya dunia itu sementara.
😢

Katanya, "Biarlah aku dibunuh di dunia sementara, karena aku akan hidup selama"nya di dalam surga, biarlah aku berpisah dengan keluarga di dunia sementara, karena aku akan bersama mereka di surga sana.

👇
❤️
INGATLAH KISAH SAYYIDAH ASMA’ RA
Menggendong makanan ke gua Tsur utk ayahnya dan Rasulullah saat ada bayi dalam kandungan😢, Gigih walau perih,
Tak goyah walau payah,
Semuanya karena cinta.

👇
❤️
INGATLAH KISAH SAYYIDAH KHAULAH RA
Menyonsong senjata bagai perwira
Dikira pahlawan misteri berkuda
Gaya perangnya tidak ubah seperti Khalid yg perkasa
Terukir dalam sejarah Srikandi besi brjiwa besar.

❤️🌹❤️
Oleh karena itu, kuatlah duhai wanita
Jadilah kita seperti mereka, punya semangat membara penuh cinta.

Jika nanti kau goyah,
Ingatlh akan srikandi-srikandi pejuang agama.
Mereka merindukan syahid
Sedangkan kita...😭!!??? Apa dan siapakah yang kita rindukan selama hidup di dunia ini?

Astaghfirrullahl'adziim....
Ya Rabbana...

❤️
Duhai wanita...
Jadilah Perhiasan Terindah Duhai Wanita, jadilah wanita sholehah yang ikhlas dan sabar diuji dengan cobaan berat. Tetap menjaga iman dan memegang prinsip, berteduh syari'at. Berbicara seperlunya tentang ilmu dan adab.

Minggu, 14 April 2019

BERDAMAI DENGAN TAKDIR, BERSYUKUR DENGAN MUSIBAH

BERDAMAI DENGAN TAKDIR, BERSYUKUR DENGAN MUSIBAH
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah, S. Si


Musibah adalah ujian yang berupa bala' yang Allah berikan untuk menguji kadar cinta dan iman seseorang pada TuhanNya. Tahukah engkau kawan bahwa saat Allah swt memberikan musibah pada seseorang berarti terdapat beberapa hikmah diantaranya:
  1. Musibah menjadi tolak ukur tingkat keimanan seseorang. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka semakin berat ujiannya.
  2. Musibah adalah jalan bagi Allah untuk menggugurkan dosa seseorang (mengurangi dosa).
  3. Musibah menjadi jalan seseorang dinaikkan derajatnya di hadapan Allah. 
Kawanku, mungkin saat masalah merundung dirimu. Engkau sedang berada di puncak depresi, mungkin engkau berpikir bahwa cobaanmu adalah ujian terberat di dunia. Kawan, cobalah kuat. Ingatlah firman Allah. Bukankah Allah tidak pernah berdusta terhadap firman dan janjiNya?. Kawanku, seberat berat ujian yang menimpamu, tetap cobaan terberat adalah cobaan para nabi. Terutama cobaan Nabi Muhammad saw.

Saat engkau merasa di puncak depresi, frustrasi, hampir putus asa bahkan merasa no life ataupun hidup tak bermakna. Cobalah merenung sejenak, ingat bahwa Tuhan tak pernah meninggalkanmu, hanya saja kadang kamu yang lupa untuk mengingatNya. Kawanku, mungkin saat kamu gagal nikah, kamu setia dibalas penghianatan, bisnismu bangkrut, kamu ngelamar pekerjaan ditolak trus, ngitbah perempuan ditolak trus, bencana bertubi-tubi. Kamu merasa down, stress, frustrasi. Wajar, namanya juga sedang diuji dengan musibah. Asal setelah musibah kamu bangkit, tidak putus asa dan terus berusaha serta berdoa.

Kawanku, coba ingat ujian rosulullah saw. Bayangkan saja, saat Ibu rosulullah saw (Sayyidah Aminah ra) mengandung rosulullah saw, ayahnya sudah wafat. Maka saat rosulullah saw lahir, rosulullah saw sudah dalam keadaan yatim. Lalu saat usia 6 tahun, ibunda rosulullah saw menyusul sang ayah wafat, jadilah rosulullah saw yatim piyatu. Lalu rosulullah saw diasuh sang kakek. Sang kakek wafat saat usia 8 tahun, lalu rosulullah saw diasuh  pamannya, Abu Tholib. Bukan berhenti sampai disitu, untuk bertahan hidup, rosulullah saw membantu sang paman berjualan dan menggembala kambing. Saat beliau diangkat menjadi rosul, banyak yang tidak percaya. Saat beliau dakwah, beliau dilempari kotoran unta, diludahi, dicaci maki, dianggap tukang sihir, dianggap orang gila dan berbagai cemohan lainnya.

Tak berhenti sampai di sini, bahkan kaum kafir quraish pernah mengadakan sayembara untuk membunuh rosulullah saw. Itu tentang kisah hidup rosulullah saw. Bagaimana dengan kisah cintanya?. Dalam kisah cinta, rosulullah pun pernah ditolak saat meminang perempuan, perempuan itu bernama Sayyidah Fakhitah binti Abu Tholib. Saat Sayyidah Fakhitah masih perawan, rosulullah meminangnya dan ditolak. Sementara Sayyidah Fakhitah pun dinikahkan dengan pemuda suku lain. Begitu Sayyidah Fakhitah janda, rosulullah saw pun meminangnya lagi. Namun lagi lagi ditolak. Saat rosulullah dilanda kesedihan, Allah hadiahkan pengganti nikmat yang lain yakni cinta wanita suci yang cantik, kaya dan juga tulus untuk rosulullah saw yakni Sayyidah Khodijah binti Khuwailid ra.

Jadi saat engkau diuji dengan musibah, berdamai lah dengan takdir. Manusia memang bisa berencana, tapi hasil adalah otoritas kuasa Allah swt. Cobalah bersyukur dengan musibah seberat apapun musibah itu. Percayalah dibalik kesulitan ada kemudahan. Kau tahu, bukankah dibalik hujan yang lebat akan ada pelangi yang indah. Husnudzan pada takdir Allah walaupun berat. Bersyukurlah, dibalik musibah pasti ada hikmahnya. Percayalah bahwa Allah swt adalah Dzat Yang Maha Baik pasti memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Allah swt tahu mana yang terbaik untuk hambaNya dan Allah swt tak akan menyia-nyiakan usaha hambaNya dan membiarkanmu berlarut dalam kesedihan. Selalulah Husnudzan sama Allah swh. Percaya bahwa Allah tak akan ingkar janji dan mengingkari firmanNya. Alhamdulillah ala kulli hal wa astagfirullah min kulli dzanbi 😊. 

Senin, 01 April 2019

IKHLASKAN YANG PERGI, IN SYAALLAH AKAN ALLAH GANTI DENGAN NIKMAT LAIN YANG LEBIH BAIK

IKHLASKAN YANG PERGI, IN SYAALLAH AKAN ALLAH GANTI DENGAN NIKMAT LAIN YANG LEBIH  BAIK

Oleh: Dewi Nur Halimah, S. Si



Saat Hasil yang Engkau Harapkan Tak Sesuai Ekspektasimu

Kawanku.... 
Manusia boleh berusaha semaksimal mungkin, tapi tetap hasil adalah kuasa Allah swt. Manusia boleh berencana sebaik mungkin, tapi rencana Allah lah yang akan terjadi. Tapi percayalah bahwa Allah tak akan menyia-nyiakan usaha hambaNya. 
Siti Hajar berusaha maksimal ketika putranya dalam kehausan. Ia mencari air, berlari kesana kemari sebanyak 7 kali dari bukit Sofa ke Marwah. Padahal waktu itu musim kemarau, jika dipikir pakai logika manusia. Tentu percuma usaha Siti Hajar, pasti nihil dan sia-sia. 
Tapi.... 
Allah tidak akan tega membiarkan hambaNya larut dalam kesedihan yang berkepanjangan sementara ikhtiarnya sia-sia. TIDAK, sekali lagi Allah tak akan menyia-nyiakan usaha hambaNya. Siti Hajar butuh air putih biasa sekedar pelepas dahaga. Tapi Allah ganti dengan air zam zam yang luar biasa istimewa khasiyatnya, jauh lebih baik dari air putih biasa. Subhanallah, Maha Baik Allah. 

Ikhlaskan yang pergi, akan Allah ganti dengan yang lebih baik sebab buah kesabaran adalah kebahagiaan 
Tidak dapat dipungkiri bahwa musibah tak jarang membuatmu bersedih bahkan mengeluarkan air mata. Tak hanya itu, musibah yang besar tak jarang membuat seseorang larut dalam kesedihan berkepanjangan hingga sakit. Sebagaimana Nabi Yaqub AS yang kehilangan nabi Yusuf, menangis terus saking sedihnya kehilangan putra yang sangat dicintainya hingga buta matanya. 
Namun saat Nabi Yaqub merasa legowo, ikhlas akan kepergian Nabi Yusuf dan semakin mendekatkan diri pada Allah. Allah takdirkan ia bertemu kembali dengan Nabi Yusuf setelah puluhan tahun terpisah. Ikhlas dan kesabaran membuahkan hasil berupa kebahagian.
Rosulullah Saw pun sama, beliau pernah mencintai dan melamar Sayyidah Fakhitah binti Abu Thalib. Ditolak oleh Fakhitah saat Fakhitah masih perawan, dan justru dinikahkan dengan laki laki dari suku lain. Bahkan saat Fakhitah binti Abu Thalib menjadi janda pun, rosulullah tanpa menyerah kembali melamar. Namun lagi lagi ditolaknya. 
Saat itu rosulullah sedih. Tapi beliau sadar bahwa itu adalah yang terbaik. Alhamdulillah, Allah hadiahkan Sayyidah Khodijah (perempuan suci dan perempuan terbaik di Makah) sebagai pengganti Fakhitah. Sayyidah Khodijah ra sangat penyayang, lembut, dan rela mengorbankan jiwa, raga, nyawa, dan seluruh hartanya untuk dakwahnya rosulullah. 




Percayakan pada Allah bahwa Allah pasti memberikan yang terbaik
Kawanku... 
Allah swt memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Allah lebih tahu akan kebutuhan hambaNya dibandingkan hamba itu sendiri. Bisa jadi sesuatu itu baik menurutmu, namun di masa depan akan membawa kuburukan untukmu sehingga Allah tak berikan untukmu. Bisa pula sesuatu itu sangat engkau benci, tapi Allah berikan untukmu sebab ke depan itulah yang akan memberikan manfaat kebaikan untukmu. 
Sebagai contoh, seseorang datang terlambat sehingga ditinggal bus. Awalnya dia kecewa karena tidak jadi pergi. Namun tak lama kemudian dia dapat kabar bahwa bus yang pergi meninggalkannya kecelakaan dan penumpangnya banyak yang meninggal dan luka berat. Maka orang tersebut pun bersyukur tidak jadi naik bus tersebut. Seandainya ia ikut naik bus, kemungkinan ia juga akan menjadi korban kecelakaan lalu lintas itu. 
Kawanku... 
Ada hikmah dibalik sesuatu yang tak Allah berikan. Kita hanya manusia biasa, kita tak mampu mengetahui kejadian di masa depan. Sementara Allah, Allah lebih tahu terhadap apa saja yang akan terjadi di masa depan. Husnudzan lah terhadap sesuatu yang terjadi padamu, sekalipun itu terlihat dan terkesan sangat menyakitkan. Pasti ada hikmah besar sebagai rahasia dibalik terjadinya peristiwa tersebut. Yakinlah bahwa Allah tahu kebutuhan hambaNya dan Allah pasti memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Ikhlaskan yang pergi, karena yang pergi pasti tidak baik untukmu. Dan yang Allah datangkan untukmu adalah yang terbaik untukmu 😊