HALIMAH BINTI MASDARI

Minggu, 21 April 2019

RIZKI PEMBAWA BERKAH

RIZKI PEMBAWA BERKAH


Siapa yang tak bahagia bila Allah anugerahi rizki. Demikian pula diriku, betapa bahagianya aku tatkala aku menerima salary (gaji) kerja. Hatiku riang dan berbunga-bunga. Bagaimana tidak, dengan menerima gajian itu artinya aku bisa mandiri. Ya dari kecil aku terbiasa mandiri. Sejak SD hingga kuliah di perguruan tinggi, aku sekolah dengan biaya mandiri dari prestasi dan beasiswa serta kerja part time.

Meski aku banyak kegiatan, tetap belajar adalah prioritasku. Alhamdulillah, atas restu Allah aku selalu menjadi bintang kelas. Dari kecil aku selalu rajin belajar dan targetku untuk selalu juara satu alhamdulillah selalu terwujud. Aku selalu percaya bahwa man jadda wa Jada (siapa yang bersungguh sungguh pasti berhasil).

Aku selalu berusaha untuk menjadi juara, mengapa? Karena aku ingin membahagiakan orangtuaku. Betapa bahagianya bapak ibuku tatkala di madrasah dapat juara satu terus dari kelas 1 sampai 6. Betapa bahagianya ibu tatkala aku juara satu kelas dari SD hingga SMA. Bukan hanya itu, dari prestasi aku jadi bebas SPP. Uang prestasi sudah cukup untuk biaya sekolah bahkan lebih. Sisanya bisa kutabung, kuberikan adek atau ibu, bisa pula kusodaqohkan.

Nah, alasanku pribadi sejak kecil mengapa aku ingin selalu mahir dalam segala bidang baik sains, sosial, agama, tarik suara, sastra?. Karena guruku pernah bilang waktu aku masih SD.

"Bila kamu pengen dzuriyahmu (keturunan/ anak cucu) cerdas, jadilah wanita yang cerdas. Kecerdasan anak diturunkan dari genetika Ibu. Jadilah madrosah pertama yang baik untuk anak anakmu," kata guruku. 

Itulah mengapa aku sungguh sungguh, aku ingin anak cucuku nanti cerdas cerdas. Yups... Halimah adalah future planner, selalu mempersiapkan segala sesuatu untuk target jangka panjang bahkan sejak SD. Sungguh betapa malu diriku, bila aku meminta atau mengajak anak cucuku supaya menjadi cerdas sementara aku tak bisa memberikan teladan untuknya. Well, jadilah itu pemacu semangat belajar dan berkarya.

Dari jaman kuliah, Yups sejak 2012 sampai sekarang aku suka mandiri. Aku paling bahagia kalau lagi menang lomba (dapat uang menang lomba) dan lagi gajian kerja. Mengapa? Dari uang gajian itu aku bisa mandiri dan memanage keuangan dengan baik. Aku membagi uangku dengan baik agar pengeluaran tidak lebih besar dari pemasukan. Uang gajian atau menang lomba kubagi menjadi 5 bagian:
  1. Untuk memenuhi kebutuhan primerku sehari hari.
  2. Untuk kusisihkan kutabung 
  3. Untuk dikirim atau kusodaqohkan adek dan beri hadiah adek
  4. Kuhadiahkan orangtua
  5. Untuk sosial 
Aku diajari sosok seorang, bila rizki itu akan bersih bila kita sodaqoh kan dan kita zakati. Rasanya bahagia tatkala aku gajian, lalu bisa belanja dan menyenangkan hati orangtua. Paling sayang sama adek, orangtua, sibyan, yatim piyatu, fakir miskin. Mengapa aku suka berbagi, sebenarnya aku bukan baik. Hanya aku berusaha menjadi baik meneladani Sayyidahku, Sayyidah Fatimah kan rajin sodaqoh hehe. Wajar idola menyatu dalam jiwa. 

Kawanku... 
Sodaqoh itu membawa keberkahan. Alhamdulillah aku tidak pernah kekurangan. Padahal tiap gajian, langsung kukirim adekku di pondok, kukirim orangtua, kupakai acara sosial. Bahkan aku mengambilpun hanya untuk kebutuhan primer. Alhamdulillah pemasukan balance. Bersyukur. Semua tergantung management keuangan. Ada untungnya juga belajar akuntansi dulu Hehe. Kawanku jangan pelit buat berbagi, apalagi berbagi sama keluarga dan yatim piyatu. Nggak ada ceritanya kog, orang sodaqoh lantas bangkrut. Malahan barokah. Sayyidah Fatimah dan Sayyidah Aisyah itu ahli sodaqoh loh, yuk teladani mereka 😊

Oh ya, rizki itu dari Allah dan alangkah baiknya digunakan dijalan Allah swt. Saat engkau bekerja, lalu engkau niatkan lilahi ta'ala untuk membantu orangtua. In syaAllah niat ini pun akan menjadi ibadah. Saat engkau bekerja, uangnya engkau kirimkan untuk adekmu mondok pun juga membawa berkah. Mengapa? Orang yang menuntut ilmu dengan sungguh sungguh itu mulia di hadapan Allah swt. Aku suka mengirim biaya ke adek. Aku sampaikan padanya:

"Dek mbak tidak masalah kerja apapun pagi sampai malam untukmu, selama itu halal. In syaAllah mbakmu berpegang pada syari'at. Rizki yang mbak berikan padamu pasti halal. Tetapi satu permintaan mbak, belajarlah sungguh sungguh agar engkau menjadi wanita solekhah yang ngalim. Mbak tidak rugi jungkir baliknya. Lalu kelak di akherat, bila engkau mulia di hadapan Allah. Sampaikan salam mbak untuk Allah, carilah mbakmu bila ternyata engkau di surga, mbakmu di neraka". 

Tak jarang ketika Halimah bagi-bagi, sebagian orang pun penasaran dan pertanyaannya aneh. 

"Kamu kog bisa bagi bagi ke keluarga, ke yatim, ngirim adekmu, kadang beli jajan berkardus kardus kamu bagikan, itu darimana kamu kan cuma  guru honorer, kamu kan cuman ngelesin" 

Pasti saya senyum, saya tinggal pergi. Rizki yang saya bagi bagikan in syaAllah pasti halal. Selain dari ngajar, dari ngelesin, dari menang lomba, dari event apapun yang saya diundang jadi speaker, viewer. Alhamdulillah cukup, saya ngambil malah lebih sedikit. Selebihnya saya bagi bagikan dan ditabung. Buktinya dicukupkan sama Allah. Bagi saya, memang saya di dunia butuh harta. Tapi tidak perlu tomak harta, Ambilah harta hanya sekedar untuk ibadah. Cita cita saya memang menjadi orang kaya yang dermawan. Tapi kalau belum kaya harta, bisalah kaya hati. Toh bersedekah tidak perlu menunggu kaya kan Hehe. 

Wong rizki itu pasti diberi asal kita mau usaha kog. Dan Allah pasti mencukupkan rizki kita. Mengapa saya sayang banget sama adek? Karena adek manut, dia belajar sungguh sungguh dan mewujudkan apa yang saya mau. Saya di depan cuek, tapi saya pantau. Mengasih pun tidak harus langsung. Kasih titipkan orangtua jadi, atau kirim via Pos hadiah dan surat kelar. Surat adalah perwakilan suara saya. Terhadap orang yang saya cintai, saya kaguk. Ngomong nunduk, jadi lewat surat lebih aman. 

Entah kenapa pas ngajar sama yatim. Hati saya berbunga bunga. Mengapa? Karena rosulullah itu yatim piyatu. Kadang ngebayangin, Allah kasihan mereka tanpa ayah dan ibu disaat anak anak merasakan perhatian dan kasih sayang orangtua. 

Suatu kisah agar kita tak pelit. Suatu saat saya punya uang di dompet hanya 50 ribu. Lalu ada orang yang tak saya kenal nangis, dia menangis berjam jam dan mengatakan habis dihipnotis orang. Butuh uang buat ngebis pulang, saya iba. Biaya pulang saya ngebis waktu itu 30 ribu. Mbaknya butuh 50 ribu buat pulang. Saya katakan:

"Mbak uang saya 50 ribu. Kalau tak kasih mbak semua, Halimah ndak bisa ngebis pulang. Mbak maaf ya, Halimah cuman bisa ngasih 20 ribu. Sisanya nanti mbak coba minjam yang lain. Yang ini Halimah kasih, tapi sepuntene hanya 20 ribu. Yang 30 ribu buat biaya balik soalnya". 

Mbaknya senyum lalu kurangnya dia kesana kemari mencari pinjaman. Walaupun tidak kenal, dari sorot matanya aku bisa menilai mana orang baik dan jahat, jujur sama bohong. Apa yang terjadi setelah isi dompet habis bis. 

Saya pulang dapat tawaran jadi pembicara di sekolah. Tahun 2013 diberi uang 75 ribu. Kalau sekarang setara 200 ribu. Karena biaya bis sudah naik berkali lipat jaman saya sekolah cuman 1000, sekarang 3000. Tuh kan, habis nolong orang diganti Allah swt. 

Pernah saya punya kisah, uang saya 1,2 juta habis buat beli alat riset. Di atm tinggal 200 ribu. Kalau diambil semua, gosong itu atm. Alias hangus. Saya ambil 100 ribu terakhir, saya mampir ke yatim. Alhamdulillah adeknya senang. Keesokan harinya saya dapat tawaran event. 

Mungkin rizki lancar dan barokah itu bisa jadi lantaran doa doa orang yang kita sedekahi. Banyak sekali kisah keajaiban yang saya alami. Saya dalam hati sering membatin, Allah Halimah pengen ini. Tanpa sengaja sesuatu itu bisa terjadi. Alhamdulillah. Tapi semua tak ada yang kebetulan, sudah rencana Allah swt. 


Tidak ada komentar :