STORY OF AKSESORIS
*****
Catatan Dewi Nur Halimah
Jombang, 12 November 2019, aku membeli AKSESORIS. Ya, aku suka sekali dengan jam tangan, pitek kuku, gelang, henna, bross, dan hiasan jilbab dan tangan. Sekitar jam 8 malam aku membeli itu, kebetulan warnanya unik, langka dan imut di tanganku. Aku sudah hunting AKSESORIS itu di Blora, di Rembang tiap ada acara, tapi tidak sebagus di Jombang. Warnanya, bentuknya, bagus yang di Jombang.
Baru dua hari aku memakai, Rabu dan Kamis. Jumatnya aku pakai, namanya barang kesukaan pasti kupakai trus. Apalagi manis kan di tanganku. Jam yang kupakai diminta saudara. Nah AKSESORIS yang kupakai, pas anak kecil lihat bilang.
"Mbak Halimah yang ditangannya bagus banget deh, aku suka. Boleh aku minta," kata anak kecil berusia 7 tahun itu padaku.
Gumamku dalam hati...
"Yah. Jam tangan baru beli diminta saudara. Nah ini gelang imut baru pakai 2 hari juga diminta anak. Padahal aku hunting dua duanya susah. Di Blora dan Rembang jelek jelek, banyak yang tak manis saat kupakai. Tapi, tapi Sayyidatuna Fatimah dan Rosulullah saw itu dermawan. Toh sekiranya aku berikan, harga di bawah 100 rb, masih bisa beli lagi kan walaupun nggak tahu ke Jombang lagi atau ke Semarang kapan".
Akhirnya saat itu juga AKSESORIS tanganku kulepas dan kuberikan 2 orang yang meminta. Ada rasa, yah aku harus melepas barang kesayanganku. Tapi ada rasa bahagia juga, Rosulullah itu dulu kalau barang dipuji, diminta sohabat diberikan. Selama aku masih mampu beli lagi ya, in syaAllah kuberikan. Tapi kalau yang diminta HP, motor, atau leptop. Karena aku belum bisa beli baru, ya mohon maaf belum kuberi. Kecuali aku rizkinya melimpah, ada yang minta sekiranya rizki banyak banget, ya kuberi.
Terkadang aku melepaskan yang aku cintai, semata untuk meniru Sayyidatuna Fatimah. Aku pernah di dompet tinggal 170 ribu, ada santri yang butuh beli alat pondok. Dia nggak ada uang, sementara aku belum makan. Uang 160 ribu tak belanjakan kebutuhan pondok. Nah dia senyum, lalu lihat di dompetku sisanya 10 rb tok haha.
Dia tanya...
"Mbak Halimah uangnya habis buat aku. Tinggal sepuluh ribu tok. Mbak trus gimana?"
"Santuy dek. Rizki dijamin Allah. Kebetulan kebutuhan primer mbk udah mbak beli semua. Jadi santai ya Hehe," padahal aku muter otak gimana caranya dapat uang lagi, tapi HARUS halal dan toyyib.
Alhamdulillah paska ngasih itu santri, job ngelesin, job jasa pinaringan lancar. Jadi bisa buat aku pegang uang lagi. Aku biasanya lihat lihat, kalau santri itu baik, kalem, sinaune tenanan dimodali kan nggak papa buat investasi akherat. Toh dia sekolah tenanan. Aku suka banget santri yang cerdas, kalem, tenanan, kalau ngendikan pakai krama inggil, pokoknya cerdas berakhlakul karimah. Suka banget. Modalin kayak gitu nggak rugi, apalagi kalau santrinya nggak mampu atau yatim. In syaAllah berkah.
Ya kan yang perlu dibantu tetap yang membutuhkan. Tapi di Qur'an juga ada skala prioritasnya, siapa yang perlu didahulukan:
1. Ibu, Bapak. Kalah bapak ibu tidak mampu, kamu udah berhasil. Angkat derajat dan muliakan orangtua. Jangan kebalik, pas berhasil orangtua ditelantarkan.
2. Saudara kandung yang butuh pertolongan.
3. Kerabat dekat yang tidak mampu.
4. Tetangga dekat yang tidak mampu.
5. Yatim Piyatu
6. Fakir Miskin
7. Dhuafa
8. Sibyan
9. Orang berkebutuhan khusus
Jadi kalau ada skala prioritas berbasis Qur'an, kita melakukan sesuatu itu enak. Ada pedomannya, siapa yang perlu diprioritaskan. Terkadang aku harus melawan nafsu, karena sering kali barang kesayanganku. Baju, jilbab, jam tangan, gelang, bross yang baru kupakai diminta saudara, sibyan. Semua akan indah pada waktunya. Terkadang aku suka nangis kalau tahu cerita Sayyidatuna Fatimah ra. Membaca manaqib Sayyidah Fatimah ra itu masya Allah. Nggak kerasa air mata berjatuhan, baiknya itu loh masya Allah. Beliau pernah memberikan kalung kesayangannya, kenangan pemberian sang bunda Sayyidatuna Khodijah ra pada pengemis. Qodarullah apa yang dikorbankan, dibalas Allah dengan baik. Fakir miskin itu membawa kalung pemberian Sayyidah Fatimah ke pasar, ada sohabat yang tahu. Soalnya fakir miskin itu mengatakan:
"Aku menjual kalung. Kalung ini dari Sayyidatuna Fatimah, anak Rosulullah. Siapa yang berani membelinya paling tinggi, aku berikan. Aku lelang kalung ini"
Sontak sohabat yang tahu bahwa itu kalung Sayyidatuna Fatimah. Langsung dibeli dengan harga paling tinggi. Pengemis itu kegirangan, dia tidak lagi kelaparan, bisa beli baju, makanan, kebutuhan pokok. Dan kalung itu dibeli sohabat. Lalu sohabat memberikan kalung itu pada Rosulullah saw. Rosulullah saw diberikan pada Sayyidatuna Fatimah. In syaAllah pengorbanan tiada yang Allah swt sia-siakan. Kalau manusia bisa seperti kacang lupa akan kulitnya, tapi tidak dengan Allah. Allah membalas dengan berlipat apa yang kita lakukan. Maha Baik Allah swt. Dari sinilah aku banyak belajar.