HALIMAH BINTI MASDARI

Selasa, 20 Agustus 2019

RABI'AH AL ADAWIYYAH, SANG RATU SUFI

RABI'AH AL ADAWIYYAH
SANG RATU SUFI
*****
Oleh Dewi Nur Halimah, S. Si


Tahukah engkau siapakah sosok waliyullah wanita yang amat tersohor sebagai ratu sufi wanita?. Ya, dialah Rabi'ah Al Adawiyah, wanita yang cintanya ke Allah swt luar biasa. Tiada sedikitpun celah ruang di hatinya berisi kebencian, sekalipun benci pada setan. Seluruh isi hatinya dipenuhi rasa cinta yakni cinta pada Allah swt.

Rabi'ah Al Adawiyah lahir di Basrah pada tahun 95 H (717 M), keluarganya dari suku Atiq, dan ayahnya bernama Ismail. Rabi’ah Al Adawiyah adalah seorang sufi yang mengusung mazhab cinta.

Cintanya kepada Allah swt begitu dalam dan kuat, sehingga Ia tidak mampu mencintai selain Allah. Rabi’ah Al Adawiyyah menyembah Allah swt dengan dasar cinta (hubb), bukan karena takut (roja') atau harap (khauf) sebagaimana orang pada umumnya.

Rabi’ah termasuk dalam kelompok manusia yang mempunyai naluri yang tinggi, melebihi manusia biasa. Cintanya pada Allah swt luar biasa dan ia tak mau menduakannya dengan cinta pada makhluk. Nafsu manusiawinya telah tunduk dan menyerah di bawah keinginan yang suci yakni semata mata mengabdikan hidupnya hanya untuk Allah swt. Baginya cinta termahal adalah cinta Rabb Semesta Alam. Bila ia sudah mendapatkan cinta tertinggi (cinta Rabb Ilahi), maka engganlah ia menoleh untuk cinta yang lebih rendah tingkatannya (cinta makhluk).

Karena pemikirannya yang tajam, kecerdasannya yang luar biasa ia dikenal sebagai wanita tercerdas di zamannya. Bahkan saking ngalim dan solekhahnya, sampai sampai para amir (pemimpin negara), kalau pada zaman sekarang setara dengan kepala negara (presiden) dan menteri jatuh hati dan hendak melamarnya untuk menikahinya. Lelaki mana yang tidak jatuh hati pada wanita yang solekhah lagi sangat cerdas sekelas Rabi'ah Al Adawiyah. Maka, barangsiapa lelaki dapat memiliki hatinya, beruntunglah ia.


Alkisah Abdul Wahid bin Zaid, seorang yang dihormati dan berpengaruh dalam masyarakat pada waktu itu. Kalau saat ini beliau adalah sosok pejabat sekelas menteri. Melalui temannya, Abdul Wahid meminta temannya untuk menjadi perantara menyampaikan maksud hatinya untuk meminang Rabi’ah Al Adawiyyah menjadi istrinya. Namun ketika perantara itu menemui Rabi’ah, Rabi'ah Al Adawiyyah, kemudian Rabi'ah berkata: “Wahai orang yang bernafsu kepadaku, carilah wanita yang bernafsu sepertimu." yang artinya pinangan itu ditolak.

Lalu seorang pemuda sekelas menteri yang bernama Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi, seorang Amir Abbasiyah dari Basrah (w. 172 H) pun memberanikan diri mengutarakan niat hatinya untuk menikahi Rabi'ah Al Adawiyah. Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi menawarkan mahar perkawinan sebesar 100 ribu dinar dan menulis surat kepada Rabi'ah Al Adawiyyah  bahwa ia masih memiliki gaji sebanyak 10 ribu dinar tiap bulan dan akan diberikan padanya semua jika ia menerima pinangannya.

Tetapi dijawab Rabi'ah Al Adawiyah "Aku sungguh tidak merasa senang bahwa engkau akan menjadi budakku dan semua milikmu akan engkau berikan kepadaku, atau engkau akan menarikku dari Allah meskipun hanya untuk beberapa saat." 
Artinya pinangan Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi pun juga ditolaknya. 

Dalam kisah lainnya, kawan-kawan sesama Sufi Rabi'ah Al Adawiyah mendorong Rabi'ah menerima pinangan Hasan Al Basri (sekelas kepala negara) yang juga msrupakan ahli sufi lelaki yang tersohor kecerdasannya. Karena desakan itu, Rabi’ah Al Adawiyyah lalu mengatakan, “Baiklah, aku akan menikah dengan seseorang yang paling pintar dan bisa menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang pasti jaminannya.”

Rabi’ah Al Adawiyyah kemudian mengatakan kepada Hasan al-Bashri:
“Jika engkau dapat menjawab empat pertanyaanku, aku pun akan bersedia menjadi istrimu.”

Hasan Al Bashri berkata, “Bertanyalah, dan jika Allah mengizinkanku, aku akan menjawab pertanyaanmu.”

“Pertanyaan pertama, apakah yang akan dikatakan oleh Hakim dunia ini saat kematianku nanti, akankah aku mati dalam husnul khotimah atau su'ul khotimah?” kata Rabi’ah Al Adawiyyah. 

Hasan Al Bashri menjawab, “Hanya Allah Yang Maha Mengetahui yang dapat menjawab.”

“Pertanyaan kedua, apa yang akan Anda katakan, jika ragaku telah diletakkan di bumi pemakaman, dan malaikat Munkar Nakir telah menanyaiku, apakah aku mampu menjawab pertanyaan darinya?”

Hasan Al Bashri menjawab, “Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.” 

"Pertanyaan ketiga, jika manusia telah diarak, di akhirat kelak, masing-masing dari mereka menerima kitab amal perbuatannya. Dan aku telah benar-benar menerima kitab amal perbuatanku, di tangan mana aku menerimanya, apakah tangan kiri atau tangan kanan?

Hasan kembali menjawab, “Hanya Allah Yang Maha Tahu. “

"Pertanyaan terakhir, pada saat Hari Perhitungan nanti. Jika manusia telah dipanggil, beberapa diantara mereka ada yang di syurga, ada yang di neraka, dimanakah aku berada diantara dua golongan ini?”


Hasan lagi-lagi menjawab seperti jawaban semula bahwa hanya Allah saja Yang Maha Mengetahui semua rahasia yang tersembunyi itu.

Setelah semua pertanyaan dijawab oleh Hasan Al Basri.

Rabi’ah Al Adawiyah mengatakan: "Seseorang yang baginya ghaib tentang empat hal ini, bagaimana dia disibukkan dengan pernikahan? Wahai Hasan, Kabarkan kepadaku, berapa bagian Allah Membagi akal?" kata Rabi'ah Al Adawiyah. 

"Sepuluh bagian, sembilan bagian diperuntukkan laki-laki dan satu bagian diperuntukkan perempuan. " kata Hasan Al Bashri. 

"Lalu, berapa bagian Allah membagi nafsu?" tanya  Rabi’ah Al Adawiyyah kembali.

"Sepuluh bagian, sembilan bagian diperuntukkan perempuan dan satu bagian diperuntukkan laki-laki.." jawab Hasan  Al Basri. 

“Wahai Hasan, aku dianugrahi kemampuan menjaga sembilan bagian nafsu dengan satu bagian akal, dan engkau tidak mampu menjaga satu bagian nafsu dengan sembilan bagian akal," kata Rabi’ah Al Adawiyyah. 

Hasan Al Bashri pun menangis mendengar jawaban jawaban yang dikatakan Rabi’ah Al Adawiyah. Dia-pun keluar dari kediaman Rabi’ah dan ia tak berhasil meminang Rabi’ah Al Adawiyyah. Ya, cintanya Rabi'ah Al Adawiyah sudah mencapai maqom tertinggi yakni tak mau membagi hatinya untuk mengabdi pada makhluk selain mengabdikan hidupnya pada kekasih hatinya (Allah swt). Semua lelaki yang hendak meminangnya dibuatnya menangis dengan jawaban yang cerdas dan sangat menyentuh qolbu. Masya Allah, Maha Cinta Allah yang menciptakan manusia sehebat Rabi'ah Al Adawiyah yang hatinya hanya dipenuhi dengan cinta pada Allah swt. Semoga kelak di akhirat bisa dipertemukan dengan Sayyidatuna Fatimah Az Zahra, para ummahatul mukminin, dan waliyullah Rabi'ah Al Adawiyah. Sesungguhnya tiada kebahagiaan sejati melainkan kebahagiaan akherat. Aamiin




Sabtu, 27 Juli 2019

Sepucuk Surat Cinta di Ultah Emakku

Sepucuk Surat Cinta di Ultah Emakku


Untukmu wanita yang paling aku cintai yang bernama ibu. Terimakasih telah tulus merawat buah hatimu hingga sedewasa ini. Engkau adalah Inspirator dan motivatorku. Tanpamu, aku bukanlah siapa siapa.

Duhai ibundaku... 
Bila di dunia ini ada sosok yang rela mati untukku, itu adalah engkau. Demi melahirkanku ke dunia, engkau bertaruh nyawa. Bahkan bila diberi 2 pilihan oleh dokter saat melahirkan, "bayimu atau dirimu yang harus diselamatkan?". Dan engkau menjawab, "lebih baik anakku yang engkau selamatkan dok". Sungguh betapa mulia hati seorang ibu.

Untukmu wanita yang mulia yang bernama ibu... 
Mengenang segala jasamu, Halimah meneteskan air mata karena haru dan begitu besar cintamu untukku. 

Saatku kecil.... 
Aku sering ngoceh bagaikan kaleng rombeng, iya anak kecil kan suka ngoceh nggak jelas. Tapi ibu tidak pernah marah, bahkan makin gemas mendengarkan ku. Semoga kelak di usia tuamu, saat engkau meminta sesuatu berulang ulang karena engkau telah lupa. Aku tidak bosan dan marah sebagaimana sayangmu padaku tatkala waktu kecil. 

Saat aku tak mampu berjalan, merangkak, hingga berdiri berjalan bahkan berlari. Engkau dengan sabar mentatihku, menuntunku hingga aku bisa berdiri, berjalan bahkan berlari seperti sekarang ini. Semoga kelak diusia tuamu, saat engkau sudah kepayahan berjalan aku senantiasa sabar merawat dan memuliakanmu sebagaimana sayangmu padaku sewaktu kecil. 

Bila kukenang, dulu aku tak bisa baca tulis. Dengan sabar ibu lah yang mengajar baca tulis huruf latin dan hija'iyah. Ibulah guru Pertamaku. Aku masih teringat saat SD kelas satu dan madrasah diniah kelas satu, dimana namaku dipanggil dipanggung saat aku juara 1 dan juara lomba lomba. Kulihat ekspresi ibu sangat bahagia. Ibuku sayang, putrimu bisa juara juara tiada lain karena didikan ibu, karena rohmatNya Allah. 

Aku masih mengenang saat aku paska koma di usiaku yang ke 21. Selama 4 bulan aku tak bisa jalan, kepayahan. Ibu adalah wanita yang paling luar biasa merawatku. Di usia yang segede itu, ibu menuntunku kembali berjalan karena ada bagian tubuhku yang pernah patah (alhamdulillah sekarang sehat). Ibu memandikanku dengan air hangat yang ibu rebus dulu tiap pagi, agar aku sehat. Aku tak bisa mandi, jalan saja susah. Ibu memandikanku 😭. Engkau menyuapiku, memijitiku, meminumkan obat, dll. Tak mampu aku menyebutkannya semua. Sungguh besar sayangmu bu. Semoga kebaikan ibu dibalas Allah dengan janah yang indah di negeri akherat kelak.

Ibukku sayang... 
Tak ada orang yang aku cintai melebihi cintaku ke ibu. Itulah mengapa diusia ibu yang makin tua. Halimah memilih. Halimah saja yang kerja keras biar ibu lebih santai. Kasihan ibu, biar aku yang gantian memberi ibu. Bukankah dari kecil hingga dewasa ibu yang selalu merawat dan memberiku. Doakan putrimu menjadi waladun solekhah ya bu.

Ibuku sayang...
Ibu adalah penasehat terhebatku. Saat aku hampir goyah, ibu kuatkan imanku. Jangan kerja tergiur banyak, tapi pastikan kehalalan apa yang kita makan. Tanpa nasehat ibu, tentu aku tidak wira' dan asal banyak kuambil terlebih saat banyak tawaran menggoda imanku. Di sinilah peran ibu menguatkanku. Ibu pula yang mengajarkan ngalap barokah, Tabarukan, dan arti sopan. Ibu ngendikan:

"Sayangku jangan curhat sama manusia. Curhat sama Allah saja selepas solat in syaAllah terjaga rahasiamu. Sayangku jangan berharap pada manusia, manusia itu FANA. Berharap sama Allah saja."

Aku pelan pelan melakukan nasehatmu Ibukku sayang. Malam ini nope AWS dan RMA aku hapus agar aku tak curhat. Karena selama ini curhatku sama mereka. Aku salah, harusnya aku curhat sama Tuhanku. Bukankah Tuhanku yang menggerakkan hati manusia sebagaimana kata ibu. Semoga dengan aku menghapus nomor 2 sahabatku, menjadikanku tidak tergantung dan curhat padanya. Aku akan memperbaiki diriku bu.

Bu...
Engkau selalu menasehatiku, untuk kalau naik motor pelan jangan lebih dari 60 km/ jam. Alhamdulillah aku berusaha itu, akh selalu naik pelan dan dibawah itu. Meskipun kadang aku diketawakan, naik pelan kayak semut. Tapi bagiku tidak masalah, asal aku mendapat ridhomu. Kau tahu Bu, ridho siapa yang aku cari selain ridho Tuhanku semasa aku belum menikah?. Ridhomu bu, sebab surgaku ada dibawah ridhomu.

Ibukku sayang...
Di ultah yang ke 46 ini putrimu hanya bisa mendoakanmu barokah dunia akherat, selamat dunia akherat, dan bahagia dunia akherat. Semoga kado kadoku bisa membahagiakan ibu. Jauh jauh hari aku menabung untuk membeli kebutuhan dan kesukaan ibu. Alhamdulillah di hati ultah ibu, berhasil. Tadi aku bertemu dhuafa di jalan, kuhadiahkan pahala sodaqoh itu untuk ibu. Kubacakan solawat, ratib, ayat kursi dan pahalanya kuhadiahkan ibu. Bu maafkan aku, kebaikanku tak akan mampu membalas jasamu. Semoga balasan surga Allah berikan untuk ibu yang dengan sabar mendidik ilmu dan akhlak padaku.

Ibuku sayang...
Doakan putrimu semakin cantik akhlaknya, semakin cantik hatinya, semakin lembut sikapnya, semakin penyayang, dan semakin cantik parasnya. HALIMAH sayang ibu. Doa yang terbaik untuk ibu. Dan ini adalah puisi untuk ibu

SURGAKU PADAMU

Untukmu wanita termulia
Dari air susumulah
Mengalir kehidupan bagi anak manusia
Kasih sayangmu membentang seluas samudra
Pintu maafmu sejagad raya

Untukmu ibu...
Surgaku ada pada ridhomu
Di bawah telapak kakimu
Pintalan restu berkumandang

Di bawah kelembutan hatimu
Ada kesabaran dalam mendidikku
Di atas ketegaran jiwamu
Ada keikhlasan dalam merawatku

Untukmu ibu...
Demi kelahiran buah hatimu
Engkau taruhkan jiwa raga bahkan nyawa
Demi kebahagiaan putrimu engkau rela sengsara
Asal putrimu bahagia

Duhai rabbku...
Dialah ibuku, ibu yang mengenalkan Tuhanku padaku
Dialah ibuku, wanita yang mendidik akhlakku tentang cara bertutur kata, cara menjaga syari'at, cara berteguh iman, cara menata akhlak.
Dialah ibuku, guru pertama aku menimba ilmu baik ilmu sains maupun agama
Dialah ibuku, wanita yang dengan sabar ya mendidikku

Duhai rabbku...
Muliakanlah sebagaimana mereka merawatku sewaktu aku kecil
Duhai rabbku...
Ampunilah dosanya baik dosa saat ini, dosa yang telah lalu maupun yang akan datang.
Duhai Rabbku...
Beliau telah menghabiskan waktunya untuk mendidikku. Maka panjangkan usianya hingga ia melihat cucu cucunya hingga dewasa.
Duhai Rabbku...
Jagalah imannya agar kelak akhir hayat ya tetap iman, islam, husnul khotimah.
Duhai rabbku....
Aku mencintainya karena begitu besar wejangan dan kasih sayangnya. Muliakanlah. Sesungguhnya dari beliau lah aku berpegang teguh agamamu.

Selamat ambal warso ke 46 ibuku sayang. Semoga bahagia di dunia dan di akherat. Lahul fatekhah.




Rabu, 26 Juni 2019

AKU TAHU MAKA AKU TIDAK MAU

AKU TAHU MAKA AKU TIDAK MAU
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah, S. Si


Hidup adalah sebuah perjalanan. Perjalanan yang terekam dalam sejarah kehidupan. Well, ngomong ngomong soal hidup, tak lepas dari permasalahan keadilan sosial. Tahukah kamu tentang kisah Abu Nawas RA yang tersohor sebagai ulama karismatik yang cerdas lagi lucu. Idenya selalu gila dan membuat orang tak henti-hentinya tertawa mengagumi kecerdasannya.

Yups, kisah Abu Nawas sangatlah banyak. Tak akan sanggup Halimah untuk menulis semuanya karena keterbatasan Halimah. Baiklah, akan Halimah ceritakan kisah Abu Nawas pura pura gila tatkala dipilih akan dijadikan seorang Hakim menggantikan sang ayah (Ayah Abu Nawas).

Lalu apa hubungannya dengan pura-pura gila sama pemilihan Hakim? Yups, ada dong. Kalau sang raja sudah berkehendak Abu Nawas yang hendak dijadikan hakim pengganti, maka titah itu tidak bisa ditolak. Kalau ditolak, hukumannya pancung atau dipenjara. Serem kan sistem kerajaan zaman dahulu?. Bukan Abu Nawas namanya bila tidak bisa melawan arus aturan dengan ide sikap gilanya.

Maka tiada jalan lain. Maka Abu Nawas pun meminta murid-muridnya yang jumlahnya ratusan untuk kotekan mengantarkannya ke makam sang ayah. Namanya murid diperintah gurunya ya dilaksanakan, wong santri itu samikna wa ato'na sama perintah guru supaya ilmunya barokah. Sembari murid murid pada kotekan menggunakan alat seadanya, dari bambu, ember, dan perabotan lainnya. Abu Nawas menari jogedan sepanjang jalan, sehingga orang-orang (masyarakat) menganggap Abu Nawas gila alias nggak waras.

Kabar Abu Nawas yang tiap hari dikotekin bambu muridnya dan jogetan sepanjang jalan menuju malam ayahnya pun sampai terdengar di telinga sang Baginda raja. Akhirnya karena menganggap Abu Nawas gila, sang raja pun mencari pengganti Abu Nawas untuk dijadikan hakim. Setelah pengangkatan hakim usai dilakukan, barulah Abu Nawas berhenti jogedan sepanjang jalan.

Mengapa Abu Nawas dipilih jadi hakim tidak mau? Bukankah jabatan Hakim itu enak, terpandang di hadapan manusia, disegani, gajinya gedhe, kenapa Abu Nawas justru tidak mau?. Memang kalau hidup hubbud Dunya, semua dinilai berdasarkan harta, pangkat, jabatan, kehormatan. Berbeda halnya jika hidupmu orientasinya akherat dan ridho Tuhan.

Abu Nawas tidak mau menjadi Hakim karena sang ayah (mantan Hakim) ketika menjelang wafat berpesan padanya.
"Le, Putraku Abu Nawas. Janganlah engkau mau jika dipilih menjadi Hakim," kata sang ayah.
"Mengapa yah, bukanlah Hakim itu jabatan yang enak?," tanya Abu Nawas.
"Ciumlah telinga kanan dan kiri ayah!," perintah sang ayah.
"Telinga kananmu wangi dan telinga kirimu berbau busuk wahai ayahku. Mengapa demikian?," tanya Abu Nawas.
"Kuberi tahu rahasia Putraku. Telinga kananku wangi karena aku adil dalam memutuskan perkara atau sengketa sehingga diridhoi Allah swt. Sedangkan telinga kiriku berbau busuk karena aku tidak adil dalam memutuskan perkara (nepotisme). Rasa sungkan mendorongku tidak adil. Maka janganlah engkau mau menjadi hakim. Memang terpandang di dunia, tapi kalau tidak adil akan dituntut rakyat atau orang yang bersengketa dan terdzalimi di hadapan Allah. Tuntutan di hadapan Allah ini memberatkan hisab u Wahai Putraku, " jawab sang ayah dengan linangan air mata.

Maka dari itu Abu Nawas menggunakan segala idenya untuk menolak pemilihan dirinya untuk diangkat menjadi seorang hakim. Karena kehidupan akherat lebih kekal daripada kehidupan dunia. Nikmat gaji dunia, siksa di akherat lebih sengsara.

Tak jauh berbeda dengan yang Halimah Takdimkan, Abu Nawas RA. Halimah pun sama. Sejak pertengahan Desember 2018, Halimah protes pembagian PKH (Program Keluarga Berencana) yang tidak tepat sasaran dimana ada beberapa warga yang lebih mampu dapat bantuan sosial PKH sedangkan warga yang sangat miskin dan butuh pertolongan serta memenuhi komponen PKH tidak memperoleh bantuan. Itu kan dzalim.

Protes menegakkan keadilan PKH bertahap  saya lakukan mulai dari protes langsung ke Bu Lurah, dinas sosial bagian PKH, Pendamping PKH Kecamatan hingga membuat petisi dan surat terbuka di facebook yang saya tujukan pada Kementerian Sosial RI dan Presiden Joko Widodo. Alhasil tanpa saya duga, postingan saya yang biasanya yang like tidak ada 30, itu mencapai sekitar 2000 like dan ratusan komentar serta sekitar 6000 an di share. Karena merasa malu, akhirnya saya diundang sidang audiensi jalan tengah PKH.

Tuntutan saya ditindaklanjuti, tapi janjinya tidak dilakukan sepenuhnya dan menurut saya masih tidak adil. Yups, pertama protes saya sama Bu Lurah lalu Bu Lurah bilang nggak tahu soal PKH. What, masak lurah tidak tahu program di desa yang dipimpinnya, bagaimana tanggung jawabnga sebagai pemimpin untuk negara dan Allah swt.

Lalu saya pun ke Dinas Sosial bagian PKH protes dengan membawa data tetangga saya yang diajukan BDT yang pantas mendapatkan PKH dan tetangga saya yang termasuk mampu namun justru mendapatkan PKH. Sekedar catatan, saya protes PKH itu yang saya perjuangkan bukan keluarga saya melainkan fakir miskin di desa saya. Tujuan saya waktu itu, lilahi Ta'ala sebagai kenangan untuk desa saya dalam menegakkan keadilan untuk hak fakir miskin sebelum suatu saat nanti saya meninggalkan kota Blora dan berpindah ke kota lainnya. Jadi semua kenangan saya persiapkan.

Qodarullah paska protes ke desa, PKH Dinsos Kabupaten, Pendamping PKH Kecamatan, saya pun membuat petisi online untuk keadilan PKH. Selain petisi, saya juga membuat surat terbuka di facebook yang saya tag langsung ke kemensos RI dan Presiden Jokowi agar dilakukan survey ulang bagi penerima PKH. Dan penerima PKH yang tidak layak karena kategori mampu didesa tersebut di copot. Tanpa saya duga postingan surat terbuka saya viral bahkan hingga 6000 an orang share.

PKH DINSOS Kabupaten pun ditelfon kemensos supaya protes saya ditindaklanjuti. 6 nama yang saya minta untuk dicopot pun di survey ulang dan nama nama warga yang saya ajukan untuk didaftar BDT (Basis Data Terpadu). Maka survey ulang di desa saya pun dilakukan. Tanggal 6 Januari dilakukan audiensi di  Balai desa Bandungrojo pukul 15.00 an sampai pukul 17.30 an. Dimana saya sendirian, diapit bu lurah beserta perangkat sekitar 8 orang, koordinator PKH Kabupaten dari Dinas Sosial 2 orang, dan pendamping PKH sekitar 10 orang. Jadi saya sendiri debat audiensi dengan 20 orang karena protes ketidakadilan distribusi PKH. Banyak tetangga yang nguping di samping balai desa. Saya pun mendatangkan fakir miskin yang tidak dapat PKH seperti Bu Ani, Bu Srimining, dan Bu Hari. Sebagaimana biasa, bagi saya ketika saya sendiri debat diapit orang banyak adalah latihan mental. Well saya paling tidak suka ketidakadilan.

Tanggal 1 Februari 2019, saya melaksanakan undangan sidang audiensi. Saya sendiri dengan kapolres Blora, bu lurah, ketua dinsos, Koordinator PKH Kabupaten, Koordinator Pendamping PKH Kecamatan dan beberapa staff dinsos. Alhamdulillah audiensi lancar, saya lancar menyampaikan petisi saya tanpa sedikit pun GROGI. Diliput wartawan infodesanews.com. Saya diapit puluhan, alhamdulillah Allah bersama saya sehingga mental saya kuat.

Sidang audiensi berlanjut dengan musyawarah desa (musdes) pada 5 April 2019. Alhamdulillah usulan saya menang dan disetujui dalam musyawarah bahwa warga yang mampu dikeluarkan keanggotaannya dari BDT agar semua bantuan Pemerintah tepat sasaran. Namun disini ada skandal sampai 20 Mei 2019, laporan berita acara musdes tidak dibuat desa atas instruksi bu lurah. Di sinilah unsur politis mulai bermain, dimana tanpa laporan berita acara maka data BDT Kabupaten tidak mau memperbaiki sekalipun ada bukti lapangan sudah survey ulang, ada foto, ada bukti nyata, sudah silaturahmi juga.

Lebih lengkapnya bacalah tulisan saya berikut ini. Tulisan dari pejuang ulung penegak keadilan PKH...
*****
Apa kabar keadilan, penghuni gubug reot tidak mendapatkan PKH, warga lebih mampu secara ekonomi dapatkan PKH?

BLORA, kasus ketidakadilan PKH (Program Keluarga Harapan) akhir-akhir ini marak diperbincangkan di sosial media. Hal itu lantaran banyaknya ditemui di lapangan, warga yang sangat miskin, memenuhi komponen PKH namun tidak menerima bantuan PKH. Sebaliknya, ada beberapa warga yang dirasa ekonominya lebih mampu justru mendapatkan bantuan PKH. Di manakah keadilan sosial yang digadang gadang sesuai cita bangsa dalam sila ke 5 pancasila.

Tak jauh berbeda, hal itu juga terjadi di Blora. Adanya temuan ketidakadilan juga tampak di facebook "Halimah Az Zakiyah" yang bernama asli Dewi Nur Halimah, warga Desa Bandungrojo, Kec. Ngawen, Kab Blora yang membongkar skandal ketidakadilan PKH.

"Warga yang gubugnya kecil, reot, tidak memiliki aset sawah, memiliki anak sekolah SD, kondisi sangat miskin (tergolong top 10 paling miskin di desa) tidak menerima bantuan PKH seperti Pak Muntaha, Pak Susilo, Bu Santi. Sebaliknya, warga yang lebih mampu dari mereka, memiliki sawah yang luas, rumah ukurannya besar dan lebih bagus dari mereka, punya kendaraan bermotor justru mendapatkan bantuan PKH seperti Bu Sri HARNANIK (RT 02/ RW 01 Desa Bandungrojo), Bu Sri Wahyuningsih (RT 04/ RW 01 Desa Bandungrojo) dan Bu Darmini (RT 04/ RW 01 Desa Bandungrojo). Ini salah sasaran, tidak sesuai tujuan program PKH untuk mengentaskan kemiskinan. Bagaimana tidak, yang dibantu bukan orang miskin tapi orang mampu. Bagaimana mungkin orang yang miskin tidak menerima bantuan, sementara yang kaya dapat?. Bagaimana mungkin warga yang ekonominya lebih baik bisa dimasukkan dalam BDT (Basis Data Terpadu) warga miskin, kemungkinan ada indikasi unsur nepotisme dari pihak desa. Jika memang adil, mereka berani mencabut keanggotaan BDT warga yang ekonominya lebih baik dengan aset yang banyak, mengingat ekonomi sifatnya dinamis. Oke dulu masuk BDT, sekarang sudah baik ekonominya ya dikeluarkan dari keanggotaan BDT agar penerima bantuan dari program pemerintah tepat sasaran", ungkap Halimah selaku aktivis keadilan dari Blora.

Halimah juga menuturkan bahwa Bu Lurah saat ditanya mengenai bagaimana warga mampu bisa terdaftar BDT yang merupakan data khusus warga miskin. Bu Lurah justru berkelit dan mengatakan seluruh warga desa di data semua dalam BDT. Halimah menegaskan kalau semua warga dimasukkan BDT ya salah besar, BDT itu untuk warga miskin ya jelas hasilnya tidak tepat sasaran. Kecuali data kependudukan ya semua warga diikutsertakan. Halimah menegaskan, ada kejanggalan yang terjadi. Bagaimana mungkin orang yang lebih mampu dibandingkan warga lainnya bisa menerima bantuan, sementara yang miskin tidak. Padahal salah satu syarat mendapatkan bantuan PKH adalah adanya surat keterangan tidak mampu dari desa. Bagaimana mungkin desa memberikan surat keterangan tidak mampu (rentan miskin) untuk warga mampu? Bukankah ini menyalahi peraturan dan pemalsuan data kemiskinan.

Baik pemberi dan pengguna surat palsu ini dapat dikenai hukuman pasal 263 KUHP. Dimana
disebutkan bahwa ayat 1 Pasal 263 KUHP mengatur pidana tentang orang yang membuat surat palsu. "Dalam hal ini yang bisa kena Ketua RT atau RW serta lurah atau kepala daerah, bisa dipidanakan". Sementara ayat 2 mengatur tentang orang yang menggunakan surat palsu yang seolah-olah benar itu. Dalam hal ini, warga yang ekonominya lebih mapan dibandingkan warga warga lain yang lebih miskin, telah merampas hak fakir miskin untuk memperoleh PKH sehingga sama halnya telah melakukan tindak pidana korupsi selama waktu dia menerima bantuan pemerintah. Padahal seharusnya bantuan itu lebih pantas diberikan pada warga lain yang reot, sangat miskin, dan memenuhi komponen PKH karena memiliki anak usia sekolah yang disekolahkan.

Ini menunjukkan masih adanya unsur nepotisme dan unsur politis dalam praktik lapangan di desa dalam input data BDT. Jika memang keadilan itu tegak, tentu Lurah menjadi pemimpin ya g menganyomi rakyat. Warga yang miskin yang memenuhi komponen PKH mendapatkan haknya memperoleh bantuan. Sementara warga yang ekonominya lebih bagus digiring untuk mengikuti program kemajuan UMKM desa. Bukan sebaliknya yang tidak tepat sasaran.

Halimah juga menuturkan, desa telah melakukan musyawarah desa (musdes) pada tanggal 5 April 2019 di Balai desa mulai pukul 19.00 (sekitar bakda isya') sampai sekitar pukul 22.00. Musyawarah desa itu dihadiri bu lurah, perangkat desa, ketua pendamping PKH Kecamatan Ngawen (Mas Syarif), BPD, Halimah selaku pemrotes dan para tokoh masyarakat dari tiap tiap dukuh desa Bandungrojo (Bandungrojo, Karangrowo, Papringan, Watumiring). Hasil musdes, warga yang mampu dikeluarkan dari kesertaanya di BDT dan disetujui oleh semua pihak. Namun dari pihak desa tidak mau membuat berita acara musdes dan justru musdes dibatalkan sepihak oleh desa. Saat dikonfirmasi alasan mengapa musdes dibatalkan padahal sudah dihadiri para tokoh masyarakat dan BPD yang merupakan wakil warga, Bu Lurah terdiam tidak bisa menjawab dan hanya mengatakan "Dibatalkan ya dibatalkan". Lalu dengan seenaknya membuat musdes kembali tanggal 18 Mei 2019, namun Halimah selaku penegak keadilan tidak bisa hadir karena jam 10.00 pagi adalah waktunya untuk mengajar. Meski demikian Halimah meminta keadilan dan hasil musdes dua duanya baik 5 April 2019 dan 18 Mei 2019 dibuat berita acaranya semua dan disetorkan. Namun dari pihak desa tidak mau, dan membatalkan sepihak musdes 5 April 2019. Ini menunjukkan bahwa desa semena mena menggunakan kekuasaan. Seandainya adil, tentu berani mengeluarkan warga yang mampu keberadaannya dari keanggotaan BDT. BDT itu basis data terpadu untuk warga miskin bukan warga mampu.

Sebenarnya jika seorang pemimpin itu adil, justru rakyat makin cinta. Bukan menggunakan kekuasaannya untuk nepotisme, memberikan program pada siapa yang dia senangi. Masalahnya yang dia distribusikan adalah program pemerintah yang sumber dananya dari uang negara. Sedang uang negara dari uang rakyat. Jadi harus distribusikan tepat sasaran agar tujuan program tercapai. Kalau yang dibagikan uang pribadi lurah, ya bebas mah diberikan siapa. Soalnya ini uang negara, harus tepat sasaran agar keadilan sosial tercapai.

*****

Terakhir saya protes ke Bu Lurah dan beliau tetap tidak adil, nepotisme, melindungi warga yang mampu untuk tetap menerima PKH karena pendukungnya. Maka dari situ, saya pertama kalinya bersumpah menaruhkan Nabi Muhammad saw karena selama ini di desa pembagian apapun nepotisme dan tidak transparan.

Saya katakan didepan beliau disaksikan 3 warga desa saya (Bapak Mardi, Bapak Saya, Bapak Susilo)

"Demi Allah, Rabb Semesta Alam yang tiada Tuhan kecuali Allah. Bila saya yang dzalim, tidak transparan, memakan uang negara (korupsi), nepotisme maka kelak mati saya susah, saya tidak diakui sebagai ummat Nabi Muhammad saw. Namun demi Allah, jika sebaliknya yang dzalim, nepotisme, tidak adil adalah bu lurah serta siapapun pendukungnya baik pemerintah desa, perangkat, pendamping PKH, maupun pihak dinsos yang pro kedzaliman dan masyarakat yang pro kedzaliman maka kelak matinya akan diahzab dan tidak diakui sebagai ummat nabi Muhammad saw".

Ini pertama kalinya saya bersumpah yang taruhannya nabi Muhammad. Saya yakin, Allah tidak tidur. Hisabnya adil. Karena ada unsur politis, dalam pemilihan BPD saja kedoknya demokrasi tapi faktanya sudah disetting siapa saja yang harus menang dan calonnya siapa saja, ada money politik, ada strategi black actions yang curang dan kalau dibahas fiqih jelas haromnya. Sejak sumpah itu saya tidak pernah protes. Saya haqul yakin pada janji Allah yang tak pernah dusta. Tiada yg saya lakukan selain memperbanyak amal kebaikan dan memperbanyak sholawat karena saya menaruhkan akherat saya. Jadi saya harus menjaga akhlak saya, kejujuran, keadilan saya. Saya lebih takut pada tidak diakui sebagai ummat nabi Muhammad daripada apapun. Hati saya mantab in syaAllah perjuangan saya tidak sia sia. Kedzaliman dan kecurangan akan mus ah pada waktunya, Allah adil dan kelak diantara kematian kami baik saya ataupun dia, warga desa saya akan menjadi saksi siapa yang dzalim pada fakir miskin, siapa yang nepotisme, siapa yang memakan uang rakyat dengan cara batil.

Duhai Allah...
Izinkan kelak di padang mahsyar aku menuntut keadilan pada orang orang yang mendzalimiku. Izinkan aku memimpin pasukan para fakir miskin yang semasa hidup didunia haknya dirampas
Ya Allah Ya Rabb...
Janji janji yang diingkari atas nama kedzaliman, tidaklah kulo halalkan sampai ada tanggung jawab atas janji yang diucapkan dan kedzaliman itu dihentikan.
Ya Allah Ya Rabb
Jika ingkar janji, kedzaliman, dan ketidakadilan tidak diperbaiki didunia izinkan kelak di akherat kami menagih keadilan. Berikan pahala orang yang dzalim pada pihak yang didzalimi. Dan bila pahala mereka telah habis, maka lemparkanlah dosa kami pada mereka sebagai penebus kedzaliman mereka selama di dunia. Sesungguhnya engkau Dzat Yang Maha Adil Hisab dan pembalasannya.
Aamiin...

Astagfirullah min kulli dzanbi wa alhamdulillah min kuli hal

Allahuma soli ala Muhammad wa ala ali Sayyidina Muhammad

Selasa, 18 Juni 2019

KUPINTA JANJIMU DI NEGERI AKHERAT

KUPINTA JANJIMU DI NEGERI AKHERAT
*****
Oleh Dewi Nur Halimah, S. Si


Tentang janji, begitu banyak orang mudah berjanji namun begitu mudah juga ia ingkar janji. Menunda bahkan tidak melakukan janji bukan karena udzur dorurot seperti sakit parah, ataupun bencana alam. Melainkan karena tidak amanah ataupun malas. 

Jangan mudah berjanji bila tidak engkau tepati. Semudah itu engkau berkata, semudah itu engkau mengingkari. Jangan memberi harapan jika akhirnya mengecewakan. Padahal seharusnya seorang muslim ingkar janji itu malu. Mengapa malu? Karena ingkar janji adalah ciri dari orang munafik. Bagaimana pertanggungjawabanmu di hadapan Allah, bagaimana jika yang melabeli kamu munafik itu Allah? Tidakkah engkau sedih, sesungguhnya ahzab di negeri akherat lebih berat.


Seorang mukmin dahulu jaman rosulullah dan para sohabat itu sangat menjaga janjinya. Sebagaimana contohnya adalah janji sayyidah muthi'ah untuk tidak memasukkan tamu tanpa izin suaminya, ya dia tidak memasukkan tamu ke dalam rumah tanpa izin suaminya sekalipun tamu itu adalah tamu agung, Sayyidatuna Fatimah ra. Orang soleh dahulu, kalau janji itu benar benar dijaga. Mengapa? Mereka takut ditagih di negeri Akherat di hadapan Allah. Siksa dari ingkar janji itu berat.

Bahkan surga firdaus diperuntukkan orang orang yang menepati janjinya. Janji itu ada 3 yakni:
1. Janji sama Allah
Contohnya adalah janji taubatan nasuha, mencari rizki halal, menghindari maksiyat, solat rajin bukan hanya saat romadhon tapi Istiqomah tiap hari, tilawah dll. 
Kalau kamu malas malasan ibadah ke Allah, kamu suka nunda ibadah itu artinya kamu ingkar janji pada Allah. Pada saat kamu dalam rahim, ada perjanjian antara engkau dan Allah bahwa engkau tak akan menyembah selain pada Allah swt. 
2. Janji sama manusia
Contoh janji sama manusia misalnya janji seorang lelaki mau nikahin calonnya, janji berangkat ngaji bareng, janji kegiatan bareng, janji pendidikan, janjian meeting kerja, dll. Jangan menggampangkan janji sebab janji adalah hutang yang wajib engkau penuhi baik di dunia maupun di akherat. 
3. Janji sama makhluk Allah
Misal janji untuk menjaga lingkungan, janji nadzar peduli binatang dan tumbuhan. Bila kamu buang sampah sembarangan, artinya kamu dzalim. Bila kamu masih buang limbah sembarangan artinya kamu dzalim. Kamu suka menyakiti binatang seperti menabrak kucing lalu kabur, berarti dzalim sama kucing.


Nah, sudah paham kan. Untukmu yang pernah berjanji denganku. Tidak aku halalkan janjimu kecuali bila telah engkau penuhi. Bila tidak engkau penuhi di dunia, maka akan kupinta dihadapan Allah swt. Alhamdulillah, hitung-hitung disodaqohi pahala. Dan bila pahalamu habis, maka dosaku kuminta Allah ambil agar diberikan padamu sebagai tebusan atas ingkar janjimu. Aku percaya janji Allah, sebab Allah tak pernah dusta.  Penuhilah janjimu di dunia atau aku minta di hadapan Allah swt. 

Sabtu, 25 Mei 2019

HAKEKAT JANJI

HAKEKAT JANJI
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah, S. Si


DEFINISI JANJI

Janji adalah kesepakatan antara 2 orang/ lebih, antara 2 kelompok/ lebih mengenai suatu hal yang akan dilakukan kemudian hari dalam jangka waktu tertentu. Janji merupakan suatu hal yang wajib ditepati mengingat menyangkut hak orang lain. Secara dzahir janji boleh tidak dilakukan, tapi secara batin harus dilakukan sebab bila tidak dilakukan akan mendzalimi orang lain (membuatnya kecewa, hilang kepercayaan, hingga depresi dan lain sebagainya). Atas dasar analisa dampak secara batin inilah, melanggar janji HARAM. 

HUKUM MENEPATI JANJI

Hukum menepati janji adalah wajib. Ingkar janji dosa (haram). Mengapa melanggar janji haram? Karena ingkar janji adalah perbuatan dzalim yang merugikan orang lain. Bahkan saking urgennya suatu janji, janji adalah hutang yang wajib ditepati. Bila tidak ditepati di dunia, maka wajib dibayar di akherat di hadapan Allah. 


Untuk seorang muslim yang beriman dan bertakwa tentu ia akan sangat takut ingkar janji. Mengapa?. Sebab ingkar janji sesuai sabda Rosulullah saw adalah ciri orang munafik. Sedang orang munafik dalam kalam qur'an dijelaskan bila tidak segera taubatan nasuha, maka ia kekal di neraka. Dosa sesama manusia tidak akan hilang sebelum kedzaliman itu dimaafkan dan ada pertanggungjawaban atas kedzaliman yang dilakukan. 

Pernahkah engkau berjanji atau mengadakan perjanjian baik perjanjian dengan lawan jenis, perjanjian dalam dunia kerja, maupun perjajian dalam dunia pendidikan?. Jika pernah, pernahkah kamu tidak menepatinya? Sudahkah kamu menggantinya di lain hari.


Allah SWT berfirman:

وَ اَوْفُوْا بِعَهْدِ اللّٰهِ اِذَا عَاهَدْتُّمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْاَيْمَا نَ بَعْدَ تَوْكِيْدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللّٰهَ عَلَيْكُمْ كَفِيْلًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُوْنَ

"Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu melanggar sumpah setelah diikrarkan, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah itu). Sesungguhnya, Allah mengetahui apa yang kamu perbuat." (QS. An-Nahl 16: Ayat 91)

Kawanku, janji adalah hutang yang wajib dipenuhi. Bukan saja engkau wajib menepati di hadapan manusia yang engkau berjanji, tapi juga engkau pertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. Bila tidak engkau penuhi di dunia, maka wajib kamu bayar di akherat di hadapan Allah. Allah akan mengambil pahalamu dan memberikannya pada orang yang engkau dzalimi atas janjimu. Dan bila pahalamu telah habis, maka Allah ambil pahala orang yang engkau dzalimi dengan janjimu dan di limpahkan dosanya padamu. Yakin, masih tidak takut dengan ingkar janji? Yakin, masih mau dzalim yang siksanya teramat pedih?

Allah SWT berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوْا مَا لَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِا لَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗ ۖ وَاَوْفُوْا بِا لْعَهْدِ ۖ اِنَّ الْعَهْدَ كَا نَ مَسْــئُوْلًا

"Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai dia dewasa, dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 34)

Coba pikirkan dengan hati tenang. Pertanggungjawaban di hadapan manusia lebih baik daripada dituntut dihadapan Allah. Coba renungkan, iya kalau kita pahalanya banyak bisa menghibahkan pahala kita pada orang yang kita dzalimi atas janji kita. Kalau pahala kita sedikit, dosa kita banyak. Ketambah dosa orang yang kita dzalimi atas dosa kita, betapa sangat berat siksa yang akan kita terima.

Pernahkah tersengat api? Api 🔥 dunia saja yang sudah dicuci 70 kali dari api neraka, bila membakar tubuh bisa gosong, perih, lecet hingga kulit mengelupas. Bagaimana bila dibakar dengan api neraka selamanya atas kedzaliman kita? Negeri akherat itu abadi. Pernah kena setrika saat lagi nyetrika baju, panas kan, lecet?. Nah setrika dunia aja panas dan sakit. Gimana kalau disetrika Allah di neraka?. Pernah digigit kalajengking, ular atau hewan buas lainnya?. Sakitnya astagfirullah luar biasa, itu binatang buas dunia, gimana kalau binatang buas neraka. Oleh karena itu jangan meremehkan janji. Janji itu adalah hutang yang wajib ditepati.

Janji wajib dipenuhi kecuali janji yang mengajak pada kemaksiatan, janji yang mengajak pada kedzaliman (kesepakatan melakukan kejahatan) maka boleh dibatalkan. Contoh janji yang boleh dibatalkan perjanjian para oknum pegawai negara untuk melakukan korupsi, perjanjian para komplotan perampok untuk merampok, dan segala perjanjian yang bermuara pada kejahatan/Maksiyat atau merampas hak fakir miskin. Selain berkaitan dengan kejahatan, maka janji WAJIB ditepati. Janji tentang kebaikan yang tidak ditepati, akan tetap menjadi hutang yang perlu dibayar hingga janji itu terpenuhi.

BAGAIMANA BILA DORUROT KARENA SAKIT ATAU BENCANA ALAM

Bila mau menepati janji, tapi tubuh sakit yang tidak memungkinkan untuk berjalan. Dan apabila digunakan untuk berjalan, sakitnya tambah parah. Maka boleh menunda janji, dengan tetap menggantinya di lain hari yakni dengan tetap mengabari melalui sms, inbox, chat, atau mengirim utusan agar janji ditunda pemenuhannya.

Demikian juga dengan bencana alam seperti gunung meletus, gempa, banjir, tanah longsor, dll. Dalam kondisi ini boleh meminta keringanan pemenuhan janji, yakni pemenuhannya saat kondisi aman. Meskipun demikian, janji tetaplah hutang yang wajib dibayar.

Oleh karena itu, jangan mudah mengumbar janji. Hal yang ditakutkan Sayyidina umar bin Abdul Aziz adalah ketika ia tidak memenuhi janjinya, mendzalimi rakyat. Sehingga ia sangat takut dan menangis tatkala diangkat menjadi pejabat. Mengapa? Sekali ingkar janji, dzalim maka pertanggungjawaban dihadapan Allah itu berat.


Jangan sesekali menggunakan kata "In syaAllah" Bila dalam hatimu terbesit untuk tidak menepati janji. Kata In syaAllah memiliki arti "jika Allah menghendaki". Allah tidak pernah mengajak pada penghianatan, segala keburukan termasuk ingkar janji bukan dari Allah tapi dari nafsumu. Jangan berbuat Maksiyat dengan menggunakan nama ALLAH sebagai ahlibi maksiyatmu. Hakekat in syaAllah adalah ada upaya maksimal untuk memenuhi. Masalah hasil Allah. Bila pasrah tanpa usaha maksimal, maka berarti engkau telah menggunakan nama ALLAH sebagai tameng dalam kedustaanmu.

Betapa banyak orangtua kehilangan kepercayaan anaknya, karena banyak berjanji tidak dipenuhi. Misalnya:
"Nak nanti kalau puasanya penuh papah kasih hadiah sepeda"
Sang anak pun puasa penuh, lalu janji itu ditagih dan sang ayah tak bisa memberikannya.
Contoh kembali:
"Mah kalau aku juara satu, belikan HP ya"
"In syaAllah iya sayang"
Ternyata sang anak juara satu dan tidak mendapatkan apa yang menjadi kesepakatan maka sang anak pun akan kecewa dan kehilangan kepercayaan pada orangtuanya. Tidak usah berjanji bila tidak bisa menepati. Jangan membuat sumur dosa atas nafsu ego janjimu.


Untukmu lelaki, jangan mudah mengumbar janji dengan perempuan. Jika mencintai, halalkan jangan janji tak kau tepati. Ingat janji adalah hutang yang wajib engkau tunaikan.
Untukmu pejabat, jangan mudah mengumbar janji untuk sebuah pangkat. Tuntutan rakyatmu di negeri akherat itu berat. Kamu bisa lari dari tanggung jawab pada manusia, tapi tidak bisa lari dari tanggung jawab pada Allah swt.
Untukmu setiap insan, tepatilah janji kecuali janji Maksiyat. Sebab janji adalah suatu lambang bahwa engkau bisa dipercaya atau munafik. Jangan sesekali mempermainkan sebuah janji karena bukan saja balasan dunia yang engkau dapatkan dengan kehilangan kepercayaan tapi juga pertanggungjawaban di akherat.




Rabu, 22 Mei 2019

ARTI SYUKUR DAN MENGHARGAI

ARTI SYUKUR DAN MENGHARGAI
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah, S. Si


Hakikat syukur maqomnya di atas sabar. Bisakah kita bersyukur bukan saja saat diberikan nikmat tapi juga saat diberikan musibah. Syukur hanya mampu dicapai dan diaplikasikan bila kita mampu menghargai sebuah proses atau perjuangan dan merasa berterima kasih pada Allah atas segala yang kita capai. 

"Tengoklah ke bawah untuk urusan harta. Sehingga engkau tidak tomak (rakus) dan diperbudak dunia. Dengan melihat ke bawah (melihat fakir miskin, dhuafa, orang yang ekonominya lemah) akan menjadikanmu bersyukur atas apa yang kamu raih. Terlebih harta dunia yang kamu kejar mati matian tidak dibawa di alam barzah kecuali harta yang kamu sedekahkan dan kamu wakafkan. Berbalik dengan itu, bila urusan ilmu maka tengoklah ke atas. Dengan kamu melihat orang yang ilmunya lebih banyak (orang ngalim, orang cerdas) akan mendorongmu semangat belajar. Sesungguhnya semangat belajar ilmu yang bermanfaat adalah jihad melawan kebodohan dan jalan untuk memajukan islam dengan pengetahuan dan teknologi" (Halimah bintu Masdari, 2019).

Kawanku, coba kita renungkan atas segala nikmat yang kita peroleh. Kita bisa makan, kita bisa berpakaian, kita bisa bertempat tinggal, kita bisa bernafas semua tiada lain karena sifat pemurahnya Allah swt. Bayangkan jika sifat Allah tidak sebaik itu, tentu untuk bernafas kita bayar oksigen seperti saat di rumah sakit, iya kan? Hehe.


Kawanku...
Pernahkah terbesit di hatimu, saat engkau memakai baju?. Apa yang ada di benakmu?. Cara bersyukur saat memakai baju adalah dengan mengucap basmallah dan doa saat memakai baju. Di pikiran Halimah, ketika memakai baju, Halimah banyak bersyukur. Halimah niatkan:

"Bismillah, niat ingsun memakai baju kangge aktivitas lan ibadah supaya aurat tertutup (sesuai syariat agama) lilahi Ta'ala"

Halimah suka merenung, coba bayangkan kawanku. Untuk memakai baju, kita harusnya bersyukur. Berapa banyak kita bersyukur pada Allah swt dan juga berterima kasih pada semua orang yang terlibat. Untuk menjadi sebuah baju, pertama adalah jasa petani kapas. Tanpa adanya petani kapas, tak akan ada benang. Lalu dari kapas, ada jasa pemintal benang. Dari benang, akan diolah menjadi kain. Dari kain menjadi baju selanjutnya dijahit oleh penjahit. Jadi, untuk memakai sebuah baju, kita itu tidak bisa membuatnya sendiri. Artinya kita tergantung orang lain (Mumatsalatul Lil hawadisi). Lalu jika kita sombong, betapa tak tahu malunya kita. Kita makhluk yang sifatnya fana (rusak), tergantung, lalu apa yang kita sombongkan. Oleh karena itu, taatlah syariat agama.

Coba kita renungkan lagi...
Kita makan nasi, sudahkah kita doa istiqomah sebelum makan nasi. Jika iya alhamdulillah, jika belum mulai besok sebelum makan, doa dulu ya 😊. Untuk menjadi sebuah nasi, melibatkan banyak pihak. Dimulai dari gabah, ada jasa para petani yang menanam padi. Mereka bermandikan keringat, dijemur terik matahari, dibawah kuyup hujan. Lalu untuk menjadi beras, ada jasa tukang selep, untuk menjadi beras, lalu dimasak hingga menjadi nasi ada jasa tukang masak. Masikah kita membuang-buang nasi?. Berarti kalau kita membuang-buang nasi, betapa kita tak bisa menghargai jasa petani, tukang selep, tukang masak. Apakah karena uang lalu engkau menyepelekan itu hingga hilang sifat makhlukmu?. Sesungguhnya sombong itu pakaian Tuhan, Dialah Allah, Dzat Yang Maha Segalanya. Makhluk sangat tidak pantas sombong. Marilah menghambakan diri, sebab kita adalah makhluk.


Coba kita renungkan kembali kawan...
Kita bernafas tiap hari itu menghirup berapa banyak oksigen? Lalu pernahkah Allah meminta kita membayar atas oksigen yang kita hirup?. TIDAK. Rata-rata manusia dewasa membutuhkan 7 sampai 8 liter setiap menitnya. Sehingga setiap harinya manusia membutuhkan sekitar 10.080 sampai 11.520 liter. Sedangkan harga 1 meter kubik atau 1000 liter oksigen adalah Rp 850.000,00 rupiah.

Bayangkan berapa yang harus kita bayar bila Allah meminta kita membayar oksigen yang kita hirup?. Kita harus bayar Rp 8.568.000, 00/ hari sampai Rp 9.792.000, 00/ hari. Bila dikalkulasikan kita harus membayar sekitar 3.050.208.000, 00/ tahun (3 milyar 50 juta 208 ribu) hingga 3.485.952.000, 00/ tahun (3 milyar 485 juta 952 ribu). Tapi apakah kita diminta Allah membayar oksigen seperti di rumah sakit? Tidak, Allah menggratiskan kita menghirup oksigen tiap harinya. Bila kita bernafas pun, oksigen dari Allah gratis. Lalu kita bermaksiat pada Allah menggunakan oksigen yang diberikan Allah swt, betapa dzalim dan tak tahu dirinya kita. Semoga Allah melimpahpahkan hidayah pada kita.


Oke, coba kita renungkan lagi...
Allah memberikan matahari yang setiap hari menyinari bumi sebagai energi terbesar dalam tata surya GRATIS. Allah memberi bintang dan bulan untuk menyinari malam GRATIS. Coba kita bayangkan andai sinar matahari itu diminta membayar sama Allah. Berapa banyak yang harus kita bayar, berapa juta bahkan ratusan hingga milyaran juta yang perlu kita bayar. Biaya rata rata listrik saja 1.467/kWh. Coba tengok rekening listrik kalian per bulan, berapa?. Itu saja penggunaannya tidak non stop. ALLAH memberikan cahaya matahari NON STOP dari pagi sampai sore, bintang dari malam sampai fajar GRATIS. Masih kah kita durhaka di bumi Allah? Bayangkan jika tidak ada cahaya matahari, tumbuhan untuk fotosintesis dan menghasilkan oksigen harus dibantu sinar listrik. Itupun hasilnya tidak sempurna, biayanya milyaran hingga triliunan bila tiap hari. Allah ngasih kita energi terbesar di dunia dengan GRATIS. Masih tak malukah kita melanggar syariat agama Islam, menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk bermaksiat pada Allah misalnya mendukung Maksiyat, makan hasil riba, makan hasil MLM/ Ghoror, ghibah, mendzalimi orang lain, zina, merampas hak orang lain dsb? Sungguh bila tak segera taubat betapa tak tahu dirinya kita. Betapa angkuhnya kita. Sesungguhnya nikmat dunia yang diperoleh dengan cara HARAM/ DZALIM hanyalah permainan dunia yakni kesenangan sesaat yang harus dibayar dengan ahzab atau siksa Allah yang amat pedih di negeri akherat.


Coba kita renungkan kembali...
Kita diberikan Allah hati untuk mengingat Allah supaya digunakan untuk niatan baik, husnudzan, dan memperbanyak kebaikan melalui hati. Lalu bila hati kita yang sejatinya nikmat Allah swt, lantas kita gunakan sebagai sarang penyakit hati (iri, takabur, ujub, riya, dll) tanpa taubat, tidakkah kita malu sama Allah, menggunakan pemberiannya untuk bermaksiat yang notabennya larangan Allah? Allah berikan hati kita sehat supaya kita banyak bersyukur dan menjaga hati dari penyakit hati. Seandainya Allah murka, lantas memberikan penyakit hati seperti kanker hati, liver, berapa banyak uang yang perlu kita keluarkan untuk berobat?. Dikasih hati yang sehat, masihkah kita tak malu bermaksiat pada Allah. Mari bermuhasabah diri. Sudah kita gunakan untuk apa saja hati kita, apakah hati kita sering berburuk sangka ataukah hati kita sering menyakiti orang lain dari iri hingga mendzalimi?. Semoga kita, Allah sadarkan dengan hidayah sebelum akhirnya kita wafat. Agar kita tidak wafat dalam kondisi mengidap penyakit hati.

Kita diberikan Allah mata untuk memandang manusia dengan kebaikan, tidak merendahkan, melihat keagungan nikmat Allah, bersyukur dengan menggunakan mata untuk membaca dan menulis (belajar). Betapa seharusnya kita bersyukur atas mata yang sehat yang Allah anugerahkan. Bayangkan saja bila mata itu diuji Allah dengan katarak, tumor, kanker mata. Betapa banyak harga yang perlu kita bayar untuk mengobatkan mata yang sakit. Masihkah kita tak malu menggunakan mata kita untuk maksiyat dan durhaka dengan Allah (seperti memendang lawan jenis bukan makhram dengan syahwat, memandang makhluk Allah dengan rendah, memandang film porno, memandang kemaksiatan)?. Sungguh setiap organ kita kelak akan dihisab dan semua terdata oleh malaikat rokib dan atit, tak ada yang terlewatkan tercatat. Maka Berhati-hatilah menggunakan mata. Jangan kau gunakan untuk memandang rendah makhluk Allah hanya karena ia miskin, jangan memandang rendah seseorang hanya karena ia buruk rupa, jangan memandang film porno, jangan memandang lelaki/ perempuan ajnabi dengan syahwat. Jangan memandang yang diharamkan, sesungguhnya hisab Allah itu adil, takut lah sama Allah. Bila engkau ingin maksiyat dengan mata, jangan engkau gunakan mata yang Allah berikan untuk maksiyat tapi maksiyatlah dengan mata yang bukan dari Allah Swt, sanggupkah?. Sanggupkah engkau membuat atau membeli mata sendiri? Sekali-kali TIDAK. Maka jangan gunakan matamu untuk bermaksiat.

Coba kita tengok telinga kita, sudah kita gunakan apa saja telinga kita? Apakah untuk mendengarkan majelis ilmu, ceramah kebaikan ulama, dan kebaikan lainnya? Ataukah telinga kita, kita gunakan untuk mendengarkan ghibah, mendengarkan fitnah, mendengarkan hoaks, mendengarkan hal-hal yang mendukung maksiyat atau kedzaliman pada kaum lemah, pada perempuan, pada siapapun? Bila kita gunakan telinga yang pemberian dari Allah untuk bermaksiat pada Allah swt, seharusnya kita malu. Kita menggunakan nikmat dari Allah untuk maksiyat pada Allah, semoga hidayah untuk kita dan insyaf. Allah anugerahkan telinga yang sehat untuk mendengarkan kebaikan dan ilmu bukan untuk maksiyat. Coba kalau telinga kita diuji Allah dengan kanker telinga, infeksi telinga, gendang telinga pecah, tetanus telinga, dll yang berbahaya? Betapa banyak yang harus kita bayar untuk sebuah telinga sehat. Lalu masihkah kita gunakan telinga kita untuk durhaka pada Allah dengan melakukan maksiyat telinga?. Wahai hamba Allah, bertaubatlah sebelum terlambat, sesungguhnya ahzab Allah itu teramat pedih, janganlah sesekali engkau melawan hukum Allah swt.

Coba kita tengok tangan dan kaki kita, apakah kita gunakan untuk berjalan ke majelis ilmu? Apakah kita gunakan untuk menulis ilmu yang bermanfaat? Apakah untuk bekerja yang halal? Ataukah kaki dan tangan kita gunakan untuk ke tempat maksiyat (tempat karaoke, tempat tempat maksiat lainnya)? Ataukah kita gunakan tangan kita untuk mengurangi takaran timbangan dalam berjualan? Ataukah tangan kita gunakan untuk memanipulasi data sehingga merugikan atau mendzalimi orang lain?. Ataukah tangan dan kaki kita gunakan untuk merampas hak fakir miskin, yatim piyatu, dhuafa? Ataukah tangan dan kaki kita gunakan untuk korupsi? TIDAKKAH KITA Malu menggunakan tangan dan kaki dari Allah untuk maksiyat kepada Allah dan melanggar syari'at Allah? Apakah Allah tidur sehingga kita berani bermaksiat kepada Allah? TIDAK. Sekali kali tidak, Allah tidak tidur, Allah melihat semua yang kamu lakukan dan semua dicatat malaikat rokib dan atit. Wahai hamba Allah, janganlah menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya ahzab Allah teramat pedih. Tanganmu saja bila kesetrika gosong, perih, lecet, sakitnya minta ampun. Bagaimana bila disetrika di neraka? Panasnya bagaimana? Takutlah akan siksa neraka. Janganlah berlaku dzalim dengan telingamu.


Coba kita tengok lisan/ mulut kita. Sudahkah kita berlaku jujur ataukah kita sering menipu dan berdusta dengan lisan kita? Sudahkah kita menepati janji yang keluar dari mulut kita ataukah kita ingkar janji dengan lisan kita? Sudahkah kita gunakan lisan kita untuk tolabul ilmi dan dakwah ataukah kita gunakan lisan kita untuk mendukung kemaksiatan? Sudahkah kita gunakan lisan kita untuk berdzikir dan doa ataukah kita gunakan lisan kita untuk ghibah dan menebar fitnah?. Marilah kita berkaca dan menengok lisan kita sendiri-sendiri. Lebih banyak kita gunakan untuk kebaikan ataukah kemaksiatan. Apakah kita berpegang pada amar makruf nahi munkar ataukah amar munkar nahi makruf? Apakah kita lebih sering berdusta ataukah jujur?. Kawanku, Allah anugerahkan lisan (mulut) yang sehat itu untuk melakukan kebaikan pada Allah. Bukankah hakikat Allah menciptakan manusia dan jin di muka bumi untuk beribadah? Lalu mengapa kau gunakan nikmat dari Allah untuk membela kemungkaran? Kamu bisa lari dari tanggung jawab pada manusia atas kebohonganmu, tapi kamu tidak bisa lari dari Allah di hari pembalasan. Berhati Hati lah berlaku dzalim, balasan Allah di yaumil qiyamah teramat pedih. Mulut yang sehat, perbanyaklah untuk berbuat kebaikan, kejujuran, keadilan. Jangan sekali kali kau gunakan mulut dari Allah untuk bermaksiat pada Allah. Bayangkan api dunia saja bila membakar tubuhmu bisa gosong dan sangat perih, bagaimana dengan api neraka?

Kawanku...
Manusia yang beruntung BUKANLAH manusia yang kaya, bisa beli apa saja, bisa pergi kemana saja.
Manusia yang beruntung BUKANLAH manusia yang cantik/ tampan tapi ahli maksiyat dan dzalim.
Manusia yang beruntung BUKANLAH manusia yang punya kekuasaan atau jabatan sehingga dihormati orang.
MELAINKAN....
Manusia yang beruntung ADALAH manusia yang wafatnya tetap iman, tetap islam, dan khusnul khotimah menjadi kekasih Allah.

Adakah yang bisa tahu bahwa matinya kelak khusnul khotimah, pasti masuk surga? TIDAK ADA YANG TAHU kecuali Allah. Oleh karena engkau tidak tahu, janganlah memperbanyak berlaku dzalim dan maksiyat, sesungguhnya kehidupan dunia itu sementara, sementara kehidupan akherat itu kekal abadi. Coba pikir baik baik, yang kamu lakukan itu mengejar harta/ nikmat dunia (hubbud dunya hingga lupa bekal akherat) ataukah memperbanyak ibadah dan kebaikan sebagai bekal akherat? Jawabannya yang lebih tahu adalah engkau, bukan orang lain. Mari bermuhasabah diri, jangan menggunakan nikmat Allah untuk berlaku dzalim dan membangkang pada Allah. Teruslah belajar dan diamalkan, tegakkan keadilan dan tebarkan kebaikan sebagai bekal amal soleh di alam barzah. Jangan berlaku dzalim, sesungguhnya dituntut di hadapan Allah itu berat hisabnya.


Untuk melatih syukur...
Cobalah silaturahmi ke yatim piyatu, di sana engkau akan banyak bersyukur karena engkau masih memiliki bapak dan ibu. Sehingga engkau akan lebih menyayangi dan memuliakan bapak ibumu, engkau akan dermawan pada mereka.
Cobalah silaturahmi ke rumah sakit, tengoklah para penderita penyakit bahaya seperti penderita kanker, tumor. Disana engkau akan banyak bersyukur karena Allah telah menganugerahi kesehatan.
Cobalah silaturahmi ke panti jompo, di sana engkau akan banyak melihat para orang tua yang wajah dan kulitnya telah berubah keriput. Itulah gambaran engkau ketika tua nanti. Lalu apakah engkau akan tega menyombongkan kecantikan atau ketampananmu bila kelak engkau akan keriput juga? Tidakkah engkau siapkan bekal untuk kematian sebab makhluk pasti mati?.
Cobalah silaturahmi ke rumah sakit jiwa. Di sana engkau akan banyak menjumpai orang yang gangguan jiwa (orang gila). Dengan demikian engkau akan bersyukur karena dianugerahi akal sehat (tidak gila).  Lalu betapa malunya kita bila Allah telah menganugerahkan otak dan akal yang sehat, ALLAH tidak gunakan akal pemberiannya untuk kebaikan dan justru untuk berpikir negatif. Naudzubillah. Marilah bersyukur, telah Allah anugerahkan akal yang sehat.
Cobalah silaturahmi ke para fakir miskin, dhuafa dan gelandangan. Maka engkau akan memperbanyak bersyukur atas harta yang engkau miliki dan melatihmu memiliki kepekaan sosial dan peduli, tidak pelit dan banyak bersyukur.
Cobalah silaturahmi dengan anak jalanan. Di sana engkau akan banyak menjumpai anak yang putus sekolah demi mencari nafkah, mereka putus sekolah karena pergaulan bebas, karena kurang perhatian orangtua. Dengan demikian engkau akan bersyukur, orangtuamu telah mendidik agama dan akhlak.
Cobalah silaturahmi dengan anak anak penyandang cacat baik tuna daksa, tuna grahita, ataupun autis. Kamu akan banyak bersyukur dianugerahi tubuh normal, dianugerahi otak normal. Bayangkan bila kamu seperti mereka. Maka apakah lantas kenormalan tubuh dan otakmu itu engkau gunakan untuk maksiyat kepada Allah swt?

Sungguh betapa dzalimnya kita bila kita menggunakan organ dari Allah untuk maksiyat kepada Allah.
Sungguh betapa durhakanya kita bila kita hidup di bumi Allah swt, lantas kita durhaka di bumi Allah.
Sungguh betapa dzalimnya kita bila kita menghirup udara pemberian dari Allah tapi kita maksiyat dengan oksigen yang Allah berikan.
Sungguh betapa dzalimnya kita bila kita bisa hidup dari rizki yang Allah berikan sementara kita bermaksiat, mendzalimi makhluk Allah dengan rizki dari Allah.
Sungguh betapa tak tahu dirinya kita, kita bisa lancar aktivitas karena adanya energi cahaya matahari yang menyinari bumi, lantas kita gunakan nikmat Allah untuk bermaksiat kepada Allah swt.


Semoga rahmat dan hidayah Allah tercurah untuk kita semua sehingga kita selamat dari dunia dan akherat. Semoga bila kita maksiyat, Allah tegur kita. Allah ingatkan kita dengan lembut melalui nasehat dan teguran kawan kita. Betapa meruginya kita bila Maksiyat tiada yang mengingatkan. Teguran di dunia yang membawa kita pada taubat lebih baik daripada ahzab Allah di negeri akherat.

Segala kebenaran datangnya dari Allah Swt. Segala kesalahan dari al fakir penulis. Semoga tulisan ini menjadi lantaran hidayah dan amal jariyah penulis beserta para guru penulis. Persembahan pertama untuk al mukarom ibu penulis, Emak Mahzunah Bintu Makhsun yang mendidik akhlak dan ilmu pada penulis sejak usia dini dan juga pada Bapak Masdari bin Ja'far Sodiq selaku bapak juga guru penulis yang pertama kali. Wabil khusus untuk yang penulis takdhimkan KH. Muharror Ali beserta para guru madrasah, para guru ngaji penulis dan tak lupa adek kesayangan penulis adinda Afidatul Mafrucha.

Penulis sangat welcome akan saran dan kritik yang membangun. Penulis pun sedang proses lebih baik dan memperbaiki akhlak, menegakkan keadilan, berpegang syari'at. Mohon doanya agar penulis bisa menjadi Al Mar'atus Solekhah, walad solekhah, dan kelak menjadi umi solekhah. Semoga bisa meneladani idola penulis Sayyidah Robi'ah Al Adawiyyah dan para ummahatul mukminin wabil khusus terutama Sayyidatuna Fatimah ra dan Sayyidatuna Khodijah ra. Sekali lagi mohon maaf atas segala kekurangan dalam tulisan ini. Tulisan ini ditulis semata-mata untuk berdakwah. Tulisan ini penulis hadiahkan pada bapak, emak, adek, dan kiahi serta guru-guru ngaji penulis. Aamiin 😊

Sabtu, 04 Mei 2019

BERTELADANKAN PADA IMAM NAWAWI DAN PARA IMAM

BERTELADANKAN PADA IMAM NAWAWI DAN PARA IMAM
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah

"Berbagilah inspirasi dengan menulis. Menulis dapat menjadi ladang pahala bila niatmu lilahi Ta'ala bukan duniawi. In syaAllah dengan menjadi penulis, gagasanmu dan pemikiranmu akan tetap hidup sepanjang masa sekalipun engkau telah wafat. Tulisanmu yang bermanfaat akan menjadi amal jariyahmu kelak di alam barzah"
(Dewi Nur Halimah)

Berbicara tentang menulis. Menulis adalah salah satu hobiku. Aku suka menulis sedari kecil. Inspirasiku menulis adalah dongeng dari Bapak waktu saya kecil.

"Nduk mau tak ceritakan Imam Nawawi?" kata Bapak waktu itu.
"Mau-mau Pak," jawabku penuh antusias waktu kecil dulu.
"Imam Nawawi itu cinta ilmu, nduk. Beliau usianya 40 tahun, tapi buku karangan beliau ada sekitar 50 an. Bayangkan, beliau hebat ya subhanallah," kata Bapak.

Dari cerita itu saya termotivasi untuk menjadi penulis. Terlebih begitu saya membaca sejarah para imam, hampir semua para imam adalah penulis kitab. Jadi saya mikir, para ulama berkarya dan menyebarkan gagasannya lewat kitab yang dikarangnya, aku menyebarkan gagasanku lewat apa?. Dari sinilah pertanyaan demi pertanyaan muncul, lalu saya bertekad akan menjadi penulis. Alhamdulillah dimana ada niat, di situ ada jalan.

Maka saya pun mulai menulis dan menjadikan keahlian menulis saya sebagai media dakwah dan berbagi inspirasi. Saya berfikir, saya hidup di dunia hanya sekali. Lalu karya apa yang saya tinggalkan untuk dikenang?. Lalu manfaat apa yang saya tebarkan untuk umat? Sederet pertanyaan pun mengepul di otakku hingga tercetuslah ide awal yakni menjadikan blog sebagai sarana dakwah dan sosial media sebagai media dakwah Islam. Kalau sosmed tidak diisi dengan hal-hal positif terkait ilmu pengetahuan, maka sosial media akan dipenuhi dengan hal hal negatif seperti hoaks, ujaran kebencian, pornografi, dll. Maka saya pilih sosial media sebagai sarana dakwah.

Menulis dan berbagi ilmu di sosmed pun sudah saya lakukan, tapi saya merasa ada yang perlu saya lakukan kembali. Maka saya pun memutuskan untuk menulis buku. Tujuan saya menulis buku bukanlah untuk komersial yakni untuk menyebarkan gagasan agar dikenang sepanjang masa. Royalti penulis (saya), in syaAllah untuk yatim piyatu.

Alhamdulillah la haula wala quwwata ila billah, atas izin Allah saya pun telah menulis dan menerbitkan 5 buku karya saya sendiri dan 2 buku karya anak bimbing saya. Buku-buku tersebut yaitu:

1. BUKU SIKABA (SEMARAK INOVASI KARYA ANAK BANGSA)


2. BUKU KUMPULAN CERPEN (KUMCER) TOUCHER LE COUER



3. BUKU SAINS FIQIH DARAH WANITA (MEMAHAMI RAHASIA WANITA)



4. BUKU MOTIVASI ANAK (MENGENAL JEJAL ANAK EMAS INDONESIA)


5. BUKU SAINS AL QUR'AN 


6. BUKU POZZIE COLLECTION (ANTOLOGI PUISI ANAK MTs KELAS VIII DIBAWAH BIMBINGAN SAYA)


7. BUKU GORESAN TINTA RINDU PENUNTAS SENJA (ANTOLOGI PUISI SANTRI PP. KHOZINATUL ULUM DIBAWAH BIMBINGAN SAYA)


8. SALAH SATU PENULIS BUKU 25 STORIES OF A TEA BAG (JUARA 2 WRITING CONTEST DALAM NATIONAL INSPIRING WOMEN OLEH JMF UNIVERSITAS GAJAH MADA 2018)


Jumat, 03 Mei 2019

PERJALANAN HIJRAH DZAHIRIYAH, BATINIYAH, NAFSIYAH DAN AMALIAH MENUJU RIDHO ILAHI

PERJALANAN HIJRAH DZAHIRIYAH, BATINIYAH, NAFSIYAH DAN AMALIAH MENUJU  RIDHO ILAHI

Oleh: Dewi Nur Halimah, S. Si



Hidup adalah sebuah perjalanan sampai aku benar-benar paham apa sebenarnya hakekat hidup itu. Hidup tiada lain untuk mengabdi, beribadah kepada Allah swt. Berbagai cobaan yang sangat berat telah aku lewati, semua memberikan pelajaran berharga padaku.

Mulai dari penghinaan, penghianatan, kedzaliman, bullying, fitnah dan lain sebagainya. Aku menyikapinya dengan tenang. Mengapa? Karena aku sadar bahwa Allah Maha Baik. Bagiku, apapun yang Allah berikan adalah yang terbaik. Berbaik sangka adalah cara bersyukur terhadap musibah yang Allah swt berikan. Bukankah bukti cinta adalah lolos dari Ujian yang Allah swt berikan. Jauh sebelum diriku ada, ujian para Nabi jauh lebih berat dibandingkan ujianku. Ujianku tak ada apa apanya dibandingkan beliau, tidak sepantasnya aku mengeluh. Ujian tanda cinta. 


Aku berhusnudzanlah, bahwa dibalik ujian yang bertubi-tubi:
  1. Ujian menjadi lantaran penggugur dosa-dosa ku yang telah lalu.
  2. Ujian menjadi jalan Allah mengangkat derajat di sisi Allah.
  3. Lolos ujian menjadi bukti cintaku pada Allah swt. 
  4. Ujian adalah jalan bagi Allah untuk menguji cintaku pada Allah dan melihat seberapa sabar aku menjalaninya. 
  5. Aku yakin bahwa Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan termasuk musibah dengan penawarnya, kesulitan bersama kemudahan, musibah bersama solusinya. 
Alhamdulillah keluarga sangat mendukungku untuk selalu introspeksi diri menjadi insan yang lebih baik tiap harinya. Terimakasih ibuku, terimakasih guruku, tanpa bimbinganmu maka siapalah aku. Dari suatu peristiwa aku mendapatkan hikmah yang luar biasa. 

Akan kujaga marwahku, kupegang teguh syariat, dan semakin kuperbaiki tutur kataku, akhlakku, dan hatiku. Semoga perjalanan hijrah dzahiriyah, batiniyah, ruhiyah, nafsiyah dan amaliyah menjadi lantaran menjadi manusia yang lebih baik.

Perlahan akan kutelani sayyidah Fatimah ra, kuperbaiki kesalahan-kesalahanku dimasa lalu, dan aku bertekad pelan-pelan in syaAllah akan:
  1. Aku bergantung dan bersandar 100% pada Allah swt. Apapun kondisiku, aku akan mencoba untuk selalu bersyukur dan berdamai dengan takdir. Bukankah cinta Allah adalah menerima apapun yang Allah berikan.
  2. Aku tidak akan berharap pada makhluk melainkan berharap sepenuhnya pada Allah swt. Sebab berharap pada makhluk seringkali berbuah kekecewaan, ingkar janji. Jadi semua kupasrahkan Allah setelah aku berusaha maksimal. Aku memiliki rencana, Tuhan juga memiliki rencana tetapi rencana Tuhan adalah yang terbaik untukku. 
  3. Aku bertekad pelan-pelan meneladani sayyidah Fatimah ra. Bicara seperlunya kecuali masalah ilmu dan akhlak. Selebihnya diam, kalau pun bicara bila menuntut ilmu, dengan guru, dengan keluarga atau orang yang sangat aku percaya. Selebihnya diam, sebab aku khawatir bila lisan ini menjerumuskanku pada kemaksiatan. Jadi lebih baik selain bicara soal ilmu, diam. Aku akan belajar puasa curhat sama manusia kecuali sama keluarga dan akan kucurahkan segala keluh kesahku in syaAllah semata sama Allah swt. Dialah Allah swt, Dzat Yang Maha Baik lagi Maha Penolong yang tak pernah bosan mendengarkan keluhan hambaNya.
  4. Jangan bicara atau menceritakan aib orang lain. In syaAllah ketika menjaga aib orang lain, akan dijaga Allah swt aibmu.
  5. Tidak dendam pada orang yang dzalim. Pasrahkan semua pada Allah swt, sesungguhnya Allah Dzat Yang Maha Adil pembalasannya dan tak ada yang dirugikan. 
Alhamdulillah dengan selalu husnudzan dan bersyukur, hati menjadi tenang. Mendapatkan nikmat, alhamdulillah. Mendapatkan musibah, alhamdulillah semoga menjadi lantaran menggapai ridho Allah swt. 

Aku belajar dari kisah Nabi Muhammad saw yang selalu bersabar dan bersyukur. Bayangkan saja, ujian hidup beliau luar biasa. Bagaimana tidak?. Ketika dalam kandungan, ayahnya sudah wafat sehingga tatkala lahir sudah dalam kondisi yatim. Lalu diasuh seorang Ibu sendirian yang berperan sebagai ibu sekaligus sebagai seorang ayah. MasyaAllah betapa tegarnya rosulullah saw.

Lalu pada usia 6 tahun, beliau ditinggal wafat sang ibu (Sayyidah Aminah ra) sehingga menjadi yatim piyatu. Bagaimana rasanya menjadi yatim piyatu, tentu sangat sedih tanpa ayah dan ibu. Kemudian beliau diasuh sang kakek yang bernama Abdul Mutholib. Saat usia 8 tahun, sang kakek wafat sehingga rosulullah diasuh sang paman, Abu Thalib.

Apakah musibah kesedihan berhenti sampai disini? TIDAK. Ketika rosulullah berdakwah Islam, rosulullah saw menghadapi banyak rintangan. Rosulullah pernah dicaci sebagai tukang sihir, rosulullah saw pernah dicaci orang kafir quraish sebagai Muhammad gila. Bukan hanya itu bahkan rosulullah saw pernah diludahi, dilempar batu sampai gigi serinya rompal, dan dilempar kotoran unta. Masa Allah betapa sabarnya rosulullah saw.

Apakah berhenti sampai di sini siksaan kaum kafir quraish?. TIDAK. Rosulullah saw saat berdakwah pernah diboikot selama 3 tahun dalam kelaparan, keharusan, akses ekonomi diblokade dan lain sebagainya. Itu bukan apa apanya, kisah cinta pun rosulullah saw juga pernah ditolak sebagaimana ketika rosulullah saw mengutarakan maksud hendak meminang Sayyidah Fakhitah ra.

Dengan membayangkan ujian rosulullah saw dalam menegakkan keadilan, menegakkan kebenaran, mengajak memeluk Islam, dll. Rosulullah saw mengalami berbagai rintangan namun beliau tetap dalam sabar. Dari sinilah aku berlatih. Alhamdulillah ala kulli hal wa astagfirullah min kulli dzanbi. 

"Hidup adalah sebuah perjalanan sampai aku benar-benar tahu bahwa puncak cinta tertinggi adalah cinta pada Allah swt. Dan tempat berharap tertinggi adalah pada Allah swt. Serta tempat bersandar yang baik adalah bersandar pada Allah swt. Setiap hari membawa hikmah, setiap peristiwa ada hikmahnya. Semoga kelak wafat dalam keadaan tetap iman, islam, dan khusnul khotimah."
(Dewi Nur Halimah)