HALIMAH BINTI MASDARI

Tampilkan postingan dengan label Ummahatul Mukminin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ummahatul Mukminin. Tampilkan semua postingan

Minggu, 21 Juni 2020

SAYYIDAH RAMLAH BINTI ABU SUFYAN (UMMU HABIBAH), SANG PENYABAR


SAYYIDAH RAMLAH BINTI ABU SUFYAN (UMMU HABIBAH), SANG PENYABAR
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah 


    
     
Sayyidah Ramlah binti Abu Sufyan atau dikenal dengan julukan Ummu Habibah adalah salah satu ummul mukminin, istri Rosulullah saw yang menjadi suri tauladan kaum wanita. Ia termasuk salah seorang saudara sepupu dari Rosulullah saw. Sayyidah Ramlah adalah putri dari Abu Sufyan. Suami pertamanya adalah Ubaidullah bin Jahsy dan putrinya bernama Habibah, itulah mengapa beliau dijuluki Ummu Habibah (Ibu Habibah).
Adapun kemuliaan Sayyidah Ramlah binti Abu Sufyan diantaranya:
1.      Wanita Penyabar
Sayyidah Ramlah ra memiliki sosok ayah yang bernama Abu Sufyan, seorang pemimpin Quraisy. Saat agama Islam yang dibawa Rosulullah saw disampaikan, Sayyidah Ramlah menerima Islam dengan lapang dada dan mengikuti ajakan Rosulullah. Demikian juga suaminya (Ubaidullah bin Jahsy) juga menjadi mualaf. Namun sayangnya sang ayah (Abu Sufyan) bersikukuh tetap memeluk agama leluhur, kafir Quraisy.  
Abu Sufyan tidak terima putrinya dan menantunya memeluk agama Islam. Maka segala upaya untuk mempersulit keduanya (Sayyidah Ramlah ra dan Ubaidullah bin Jahsy) pun dilakukan agar mereka berdua kembali memeluk agama leluhur (Agama Nasrani) serta meninggalkan agama Islam. Perlakuan kaum musyrikin dan sang ayah (Abu Sufyan) pun keterlaluan terhadap kaum muslimin, termasuk pada putri dan menantunya. Kaum musyrikin memutuskan bahwa mereka akan menyakiti siapapun yang memeluk Islam dan menimpakan berbagai siksaan pada kaum muslimin untuk melemahkan imannya supaya meninggalkan Islam. Bahkan kaum musyrikin tanpa segan juga melakukan perang pelecehan untuk menghinakan kaum muslimin serta melemahkan iman dan taqwa mereka.   
Setelah hijrah ke Habasyah, ummat Islam hidup tentram dan nyaman. Sayyidah Romlah ra mengira bahwa kebahagiaan dan kenyamanan akan dimulai sejak saat itu. Beliau tidak tahu bahwa disinilah justru awal mula beliau diuji Allah swt. Bila dulu ayahnya adalah seorang kafir Quraisy, maka sekarang suaminya (Ubaidullah bin Jahsy) menjadi murtad dan meninggalkan agama Islam untuk kembali ke agama sebelumnya (agama Nasrani). Maka beliaupun berpisah (bercerai) dengan sang suami karena perbedaan agama. Di saat inilah puncak kenanaran beliau, dimana kembali ke Makkah tidak mungkin sebab sang ayah adalah kaum musyrikin, sedangkan bertahan di Habasyah seorang diri pun juga tidak mungkin. Dilanda kerisauan yang luar biasa, tanpa Sayyidah Ramlah duga Allah swt memberikan jalan keluar dimana setelah masa idah beliau telah habis, beliau dipinang Rosulullah saw dan dinikah beliau untuk dijadikan istri beliau. Siapa yang menyangka bahwa Sayyidah Ramlah akan menjadi salah satu ummul mukminin yang memimpin kaum wanita sepanjang zaman.     
2.      Istri Rosulullah saw yang paling besar maharnya
Di antara istri-istri rosulullah saw, tidak ada yang lebih dekat nasabnya melebihi beliau, tidak ada yang lebih besar maharnya melebihi beliau, dan tidak ada yang berada di negeri yang lebih jauh melebihi beliau (Habasyah).
Pernikahan Nabi Muhammad saw dengan Ummu Habibah dilangsungkan di Habasyah dengan mahar sebesar 400 dinar yang diberikan Raja Najasyi untuknya mewakili Nabi Muhammad saw, dab memberinya banyak sekali barang berharga. [1]
Diriwayatkan dari Ummu Habibah ra, Sebelumnya ia adalah istri dari Ubaidullah. Rosulullah saw kemudian menikahinya di Habasyah, dinikahkan Raja Najasyi dengan mahar 4000 dirham, Raja Najasyi memulangkannya bersama Syurahbil bin Hasanah, dan seluruh kebutuhannya dipenuhi Raja Najasyi.[2]
3.      Ahli Ibadah
Sayyidah Ramlah atau Ummu Habibah adalah sosok yang rajin menunaikan solat malam, menjalankan ibadah puasa. Beliau belajar agama langsung dari sumbernya tanpa perantara yakni Rosulullah saw. Sayyidah Ramlah ra adalah sosok yang sabar, ikhlas, dan ridho terhadap ujian Allah. Beliau adalau tauladan wanita yang tegar. Beliau adalah tauladan Wala’ (dekat kepada kaum muslimin dengan mencintai mereka, membantu dan menolong mereka atas musuh-musuh mereka dan bertempat tinggal bersama mereka) dan Bara’ (memutus hubungan atau ikatan hati dengan orang-orang kafir, sehingga tidak lagi mencintai mereka, membantu dan menolong mereka serta tidak tinggal bersama mereka) bagi ummat muslimin.   
4.      Cerdas
Hidup bersama Nabi saw, membuat Sayyidah Ramlah ra mengetahui banyak seputar hadis-hadis yang pernah disampaikan atau dilakukan Nabi saw. Bahkan tercatat sebanyak 65 hadis telah beliau riwayatkan dari Rasulullah saw. Dua di antara hadisnya telah disepakati oleh imam Al-Bukhari dan Muslim keshahihannya dan dua hadis lainnya yang dianggap shahih oleh imam Muslim saja.       

SUMBER PUSTAKA
[1]. Syiar A’lamin Nubala, Imam Adz-Dzahabi (II/ 218, 219).
[2]. HR. Abu Daud (2107). HR. Nasa’I (VI/ 119). Al Arnauth berkata, “Sanad hadits ini shahih.”           

Kamis, 23 April 2020

MENGENAL KEMURAHAN SAYYIDAH HAFSHAH BINTI UMAR (ISTRI ROSULULLAH SAW)

MENGENAL KEMURAHAN SAYYIDAH HAFSHAH BINTI UMAR (ISTRI ROSULULLAH SAW)
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah
(Halimah bintu Masdari)



Apakah yang terlintas di benakmu ketika mendengar kata ummahatul mukminin?. Sudahkah kita mengetahui biografi para kekasih Allah swt?. Ya, Ummahatul Mukminin adalah para ibunya kaum mukmin baik di dunia maupun di akherat. Siapakah mereka? Mereka adalah istri Rosulullah saw.

Bila seseorang mencintai artis idola, maka ia akan stalking, kepo tentang apa saja kesukaan sang artis, biodata sang artis, dan apapun tentang sang artis. Seberapa besar kadar cintamu pada Rosulullah saw wahai muslim muslimah?. Sebuah renungan bagi kita semua, pertanyaan yang mendasar yang jawabannya hanya Allah swt dan kita sendiri yang tahu. Sudahkah kita mengetahui biografi Rosulullah saw, para ummahatul mukminin (para istri Rosulullah saw), keturunan (anak-anak Rosulullah saw) dan cucu Rosulullah saw?. Seberapa banyak kita bersolawat pada Rosululah saw dan ahlul bayt?.

Rosulullah saw sangat menyayangi ummatnya. Bahkan saat akhir hayatnya, sebelum wafat yang dipikirkan adalah ummatnya. Tidakkah kita juga memikirkannya? Adakah kita pantas diakui sebagai ummatnya kelak di akherat?. Wahai Muslim Muslimah, seberapa besar kadar cintamu pada seseorang, in syaAllah kelak di akherat engkau akan dikumpulkan bersama dengan orang-orang yang engkau cintai selama di dunia.

Wahai Muslim Muslimah, mari menjelajah mengenal kemuliaan, kemurahan hati, dan keistimewaan Sayyidah Hafshah binti Umar. Ketika kita mengetahui kebaikan, kemuliaan, keistimewaan beliau, maka semakin besar rasa cinta kita pada beliau. Dan semoga kelak di akherat kita dikumpulkan bersama beliau.

Beberapa keistimewaan Sayyidah Hafshah Binti Umar:

1. Berasal dari nasab mulia yang dirahmati Allah swt.

Sayyidah Hafshah binti Umar adalah putri dari Al Faruq umat ini yakni Sayyidina Umar bin Khattab. Sayyidina Umar bin Khattab adalah salah satu dari 4 Khulafaur Rasyudin (Abu Bakar As Sidiq, Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib). Selain berayahkan sosok pemimpin yang mulia, beliau juga beribukan sosok wanita yang mulia yakni Zainab binti Mazh'un.

Zainab bin Mazh'un adalah saudari seorang sahabat mulia, Utsman bin Mazh'un ra yang ketika meninggal dunia, Rosulullah saw datang dan menciumnya dengan air mata berderai menetes di pipi Utsman [1]. Dialah yang kala putri Rosulullah saw wafat, beliau bersabda pada sang putri, "Susulah pendahulu kami yang baik, Utsman bin Mazh'un" [2].

Paman Sayyidah Hafshah ra bernama Zaid bin Khattab yang hadir dalam perang Badar dan perang lainnya, gugur sebagai syahid pada Perang Yamamah. Sayyidina Umar bin Khattab ra berkata, "Ia mendahuluiku meraih dua kebaikan, ia lebih dahulu masuk Islam dan mati syahid sebelumku". Sayyidina Umar bin Khattab ra pun menuturkan, "Setiap kali angin sepoi dari timur berhembus, aku selalu teringat pada Zaid bin Khattab". 

2. Menjadi Istri Rosulullah saw

Sayyidah Hafshah Binti Umar adalah istri Sayyidina Khunais bin Hudzafah. Mereka hidup bahagia di bawah naungan iman dan taqwa. Sayyidina Khunais menjadi salah satu kesatria dalam perang Badar. Alhamdulillah, kemenangan Perang Badar berada di pihak kaum muslimin. Pasca Perang Badar, Sayyidina Khunais pulang dengan membawa luka parah.

Akhirnya Sayyidina Khunais wafat pasca Perang Badar. Beliau adalah sahabat yang mulia yang mengorbankan jiwa raga untuk Allah dan RosulNya serta meraih keutamaan yang agung. Sayyudina Khunais bin Hudzafah dishalatkan Rosulullah saw dan beliau dimakamkan di Baqi', tepat di samping makam seorang sahabat mulia, Utsman bin Mazh'un.

Perpisahan pilu antara Sayyidina Khunais bin Hudzafah dengan Sayyidah Hafshah binti Umar ini menyisakan kesedihan yang mendalam di hati Sayyidah Hafshah. Walaupun dirundu kesedihan yang teramat mendalam yang mengoyak hatinya, di usia 18 tahun harus menjanda. Namun, beliau juga berada di puncak bahagia. Suami tercinta wafat dalam kondisi syahid, pergi dalam kondisi terhormat.

Sayyidina Umar bin Khattab sedih melihat status janda putrinya menyerang masa mudanya, melemahkan gairahnya, dan mencekik masa-masa bahagianya. Sayyidina Umar ra mulai murung setiap kali masuk rumah dan melihat putrinya dirundung kesedihan. Setelah berpikir panjang, Sayyidina Umar bin Khattab bermaksud untuk mencarikan suami lagi untuknya agar merasa senang berdampingan dengan sang suami [3].

Sang ayah, Sayyidina Umar ra menawarkannya pada Sayyidina Abu Bakar ra, Namun Abu Bakar tidak memberikan tanggapan apapun. Setelah itu, ia menawarkan kepada Sayyidina Utsman ra. Sayyidina Utsman ra berkata, "Aku berpikir untuk tidak menikah dulu untuk saat ini". Sayyidina Umar ra marah pada keduanya lalu mengadu pada Rosulullah saw. Beliau berkata, "Hafshah akan dinikahi oleh seseorang yang lebih baik dari Utsman, dan Utsman akan menikahi orang yang lebih baik dari Hafshah". Setelah itu Nabi Muhammad saw meminang Sayyidina Hafshah, lalu Sayyidina Umar ra menikahkannya dengan beliau [4]. Setelah itu, Rasulullah SAW menikahkan Sayyidina Utsman bin Affan dengan putri beliau, Ummu Kulstsum, sepeninggal saudarinya Ruqayyah [4].

Setelah Sayyidina Umar ra menikahkan putrinya, Sayyidina Abu Bakar ra menemuinya lalu menyampaikan alasan kepadanya. Sayyidina Abu Bakar ra berkata, "Jangan marah padaku, karena Rosulullah saw sebelumnya pernah menyebut-nyebut Hafshah. Aku tidak akan membeberkan rahasia beliau. Andai beliau membiarkannya, tentu aku nikahi dia [5].

Rosulullah saw menikahi Sayyidah Hafshah pada tahun 3 Hijriyah sebelum Perang Uhud, dan memberinya mahar sebesar 400 dirham. Pernikahan ini merupakan kemuliaan, karunia, sekaligus keberkahan yang dianugerahkan pada Sayyidah Hafshah dan Sayyidina Umar bin Khattab ra. Semoa Allah swt meridhoi dan merohmati keduanya. 

3. Sayyidah Hafshah Binti Umar ra adalah sosok wanita yang cerdas

Sayyidah Hafshah Binti Umar ra di kenal sebagai sosok yang pandai dalam membaca dan menulis. Keahlian membaca dan menulis adalah keahlian yang masih jarang dimiliki bangsa Arab pada waktu itu (zaman jahiliyah), sekalipun oleh seorang lelaki. Sayyidah Hafshah Binti Umar ra adalah orang pertama dan satu-satunya yang menulis naskah Al Qur'an langsung dibawah pengawasan Rosulullah saw. Itulah mengapa ia dijuluki sebagai "Wanita Penjaga Al Qur'an".

Sayyidah Hafshah binti Umar ra menuliskan naskah Al-Qur’an pada sejumlah media, di antaranya batu, tulang, kulit, papan, pelepah kurma, dan lainnya. Naskah Sayyidah Hafshah ini tersimpan dengan baik dan rapi. Hingga suatu ketika, ada upaya pengodifikasi Al-Qur’an pada masa kekhalifahan Abu Bakar. Naskah Al-Qur’an yang ditulis oleh Sayyidah Hafshah ra tersebut kemudian diminta. Sayyidina Zaid bin Tsabit yang saat itu ditugaskan sebagai pantia kodifikasi Al-Qur'an mengonfrontasi hafalan para sahabat dengan naskah Sayyidah Hafshah ra. Hasilnya kemudian dituangkan ke dalam lembaran kulit dan disusun berdasarkan turunnya wahyu kepada Nabi.

Sementara setelah naskah yang ditulis Sayyidah Hafshah ra dihancurkan. Beliau kemudian diberi naskah baru yang sudah Disusun Sayyidina Zaid bin Tsabit secara lebih rapi tersebut. Nantinya, naskah ini akan ‘disempurnakan’ pada masa kekhalifahan Ustman bin Affan sehingga menjadi naskah resmi Al-Qur’an.     

4. Sayyidah Hafshah ra memiliki kedudukan yang tinggi

Sayyidah Hafshah ra memiliki kedudukan tinggi di hati Rosulullah saw. Selain putri dari sahabatnya, Sayyidina Umar bin Khattab, juga sebab cerdasnya. Bahkan kedudukannya pun tinggi di mata para istri Rosulullah saw. Sampai-sampai ibunda Aisyah ra, mengatakan tentang ya, "Di antara istri-istri Nabi Muhammad saw, Sayyidah Hafshah yang menyamai kedudukanku" [6]. 

5. Sayyidah Hafshah ra adalah wanita yang adil lagi cerdas mengikis rasa cemburu.

Sudah menjadi fitrah wanita, tidak bisa lepas dari perasaan manusiawi yang ditimbulkan oleh rasa cemburu, persaingan, dan semacamnya. Terlebih wanita, wanita bisa menyembunyikan cintanya, tapi tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya. Sayyidah Hafshah ra adalah sosok wanita yang bijaksana dengan pemikiran yang matang dan penuh kasih sayang. Ia pandai mencari solusi termasuk solusi yang adil mengikis rasa cemburu yang bergejolak.

Disebutkan dalam kitab Shahihain, dari hadits Aisyah ra, ia berkata: "Suatu ketika Nabi Muhammad saw meminum madu di rumah Zainab Binti Jahsy dan beliau tinggal di sana untuk sementara waktu. Aku dan Hafshah kemudian sepakat, siapa di antara kamu yang memasuki kediaman Zainab, harus bertanya kepada beliau, "Apa engkau memakan getah manis?. Aku mencium bau getah manis". "Tidak, tapi aku habis minum madu di tempat Zainab Binti Jahsy. Aku tidak akan minum madu lagi, dan aku bersumpah agar kau tidak memberitahukan hal itu pada siapapun," jawab beliau [7].

6. Sayyidah Hafshah ra adalah istri Nabi Muhammad saw di surga. 

Suatu hari, Rosulullah saw menceraikan Sayyidah Hafshah ra. Sayyidah Hafshah ra remuk redam hatinya dan segala sesuatu terasa gelap di hadapan matanya. Bagaimana tidak, ia telah diceraikan suami, kekasih, sekaligus nabinya. Tanpa di duga Al Amin Jibril AS turun membawa perintah dari Allah swt, membelah 7 lapis langit untuk memerintahkan Rosulullah saw merujuk dan mengembalikan Hafshah kembali.

Dalam hadits disebutkan, Nabi Muhammad saw menjatuhkan talak satu kepada Hafshah ra, setelah itu beliau rujuk kembali atas perintah Jibril AS [8]. Jibril berkata, "Dia (Hafshah Binti Umar) itu ahli puasa, shalat malam, dan dia adalah istrimu di surga". 

7. Sayyidah Hafshah ra adalah sosok yang pemberani berpendapat, cerdas, pemahaman ilmunya yang tajam.

Sayyidah Hafshah ra dikenal dengan ilmu, pemahaman dan ketakwaannya. Sifat-sifat ini membuat Sayyidah Hafshah menempati posisi terhormat di mata Rosulullah saw. Sayyidah Hafshah ra tetap menjaga kedudukan ini pada masa khilafah rasyidah, khususnya pada masa kekhilafahan ayahnya. Sayyidina Umar ra sering kali merujuk pada pandangan dan hukum-hukum fiqih yang ia (Sayyidah Hafshah) sampaikan. Di antara pertanyaan yang ia ajukan pada Sayyidah Hafshah ra, "Seberapa lama seorang wanita tahan ditinggal suaminya?". "Enam atau empat bulan," jawabnya [9]

Ummul Mukminin Hafshah ra menjadi rujukan bagi sebagian besar sahabat di bidang hadits nabawi dan ibadah. Abdullah bin Umar (Saudara Sayyidah Hafshah) yang dikenal gigih meneladani Rosulullah saw dengan mempelajarinya melalui apa yang dilihat Sayyidah Hafshah di rumah Rosulullah saw. Sayyidina Abu Bakar Ash Shidiq memilih ummul mukminin Hafshah ra di antara Istri-istri Nabi yang lain untuk menjaga Al Qur'an yang ia kumpulkan. Sayyidina Abu Bakar ra memilih Sayyidah Hafshah untuk mengemban tugas menjaga Al Qur'an karena Sayyidah Hafshah ra ahli baca tulis, bertakwa, berilmu, dan ahli puasa. Saat itu, masih sangat jarang kaum lelaki yang mahir dalam baca tulis, apalagi kaum wanita. Namun Sayyidah Hafshah ra mahir dalam baca tulis.

Itulah mengapa Ummul Mukminin Hafshah ra merupakan murid pandai yang menyalurkan banyak sekali hukum-hukum nabawi kepada kaum muslimin [10]. 

SUMBER PUSTAKA:
[1]. HR Tirmidzi (989).
[2]. HR Ahmad, Ibnu Sa'ad, dan Hakim, Adz Dzahabi berkata, "Sanad hadits ini baik".
[3]. Shuwar min Siyarish Shahabiyyat, hal: 113.
[4]. HR Bukhari (IX/ 152-153), kitab: nikah. Ibnu Sa'ad dalam Ath Thabaqat (VIII/82).
[5]. Shahih. HR Bukhari (5122).
[6]. Siyar A'lamin Nubala (II/ 227).
[7]. Muttafaq'alaih. HR Bukhari (4912), kitab: Tafsir Al Qur'an. HR Muslim (1474), kitab: Talak.
[8]. HR Abu Dawud (2283), Ibnu Majah (2016). Al Arnauth berkata, "Hadits ini shahih".
[9]. Hayatush Shahabah (I/ 476) dan Ad Durr Al Mantsur (I/ 652).
[10]. Nisa' Mubasysyarat bil Jannah, hlm. 336.

MENGENAL KEMULIAAN SAYYIDAH JUWAIRIYAH RA BINTI HARITS (ISTRI ROSULULLAH SAW)

MENGENAL KEMULIAAN SAYYIDAH JUWAIRIYAH RA BINTI HARITS (ISTRI ROSULULLAH SAW)

*****

Oleh: Dewi Nur Halimah

(Halimah bintu Masdari)


Gambar. Kemuliaan Sayyidah Juwairiyah ra
(Picture : Design Pribadi)  

1. Sayyidah Juwairiyah ra adalah sosok wanita yang cantik dan cerdas. 

Dan Ummul mukminin ‘Aisyah menceritakan perihal pribadi Juwairiyah, “Juwairiyah adalah seorang wanita yang manis dan cantik, tiada seorang pun yang melihatnya melainkan akan jatuh hati kepadanya. Tatkala Juwairiyah meminta kepada Rasulullah untuk membebaskan dirinya, sedangkan demi Allah aku telah melihatnya melalui pintu kamarku, maka aku merasa cemburu karena aku menduga bahwa Rasulullah SAW akan melihat sebagaimana yang aku lihat.”[1]

Sayyidah Juwairiyah ra adalah wanita tercantik dari Bani Musthaliq. Putri Harits bin Abu Dhirar, pemimpin Bani Musthaliq. Sayyidah Juwairiyah ra adalah perempuan yang cantik jelita, berakhlak mulia, bagus perangainya dan terhormat.

2. Sayyidah Juwairiyah ra adalah wanita pembawa berkah. 

Aisyah meneruskan, "Tersiar kabar kepada seluruh kaum muslimin bahwa Rosulullah saw menikahi Juwairiyah Binti Harits". Orang-orang kemudian berkata, "Mereka (Bani Musthaliq) adalah  besan-besan Rosulullah saw". Mereka kemudian melepaskan semua tawanan. Aisyah berkata, "Dengan pernikahan itu, seratus keluarga dari Bani Musthaliq dimerdekakan. Belum pernah aku mengetahui seorang wanita yang membawa berkah besar untuk kaumnya melebihi Juwairiyah". [2]

Maksud dari hadits tersebut adalah Sayyidah Juwairiyah ra menjadi tawanan Rosulullah saw dan kaum muslimin karena kalah dalam Perang Bani Musthaliq.  Mushafi bin Shafwan (suami Sayyidah Juwairiyah ra, pemuda Khuza'ah) tewas dalam perang ini. Dalam Perang Bani Musthaliq ini, kemenangan berada di kubu kaum muslimin, sementara pasukan musyrik tertimpa kekalahan. Rosulullah saw menawan kaum wanita, anak-anak, unta dan kambing. Di antara tawanan itu ada Sayyidah Juwairiyah ra binti Harits, putri pimpinan kabilah Bani Musthaliq.

Sayyidah Juwairiyah ra kemudian menemui Rasulullah saw untuk meminta bantuan biaya tebusan atas kemerdekaannya. Sayyidah Juwairiyah ra meminta keringanan untuk menebus dirinya dengan cara diangsur untuk kemerdekaannya. Rosulullah saw menawarkan pada Sayyidah Juwairiyah ra untuk memerdekakannya  sekaligus menikahinya. Sayyidah Juwairiyah ra menerima tawaran itu dan menikah dengan Rosulullah saw.

Setelah Sayyidah Juwairiyah ra merdeka dan menjadi istri Rosulullah saw. Maka Bani Musthaliq pun menjadi besan-besan Rosulullah saw. Dengan pernikahan itu, seratus keluarga dari Bani Musthaliq dimerdekakan. Inilah yang dinamakan pernikahan membawa berkah. 

3. Sayyidah Juwairiyah ra adalah sosok wanita yang zuhud.

Sebelum menikah dengan Rosulullah saw, sayyidah Juwairiyah ra tinggal di istana ayahnya yang mewah dan penuh kekayaan. Sebab ia adalah seorang putri dari Harits bin Abu Dhirar, pemimpin Bani Musthaliq. Ia hidup di tengah-tengah kenikmatan dan kemakmuran.

Setelah menikah dengan Rosulullah saw, ia berubah menjadi sosok yang sederhana. Ia rela meninggalkan kehidupannya yang mewah, penuh gelimang harta demi berbhakti pada sang suami (Rosulullah saw). Sayyidah Juwairiyah ra beralih ke rumah suami paling agung di seluruh dunia, Nabi Muhammad saw bin Abdullah. Yang tiada memiliki istana ataupun kesenangan fana, tapi hanya memiliki kebahagiaan dunia dan akherat. 

Inilah teladan mulia Sayyidah Juwairiyah ra, beliau rela meninggalkan gemerlapnya kemewahan dunia, demi taat pada suami. Ia rela hidup sederhana demi berbhakti pada Allah swt dan suami. Sebab, seluruh dunia tidak sebanding meski hanya sesaat pun dengan waktu yang ia lalui bersama Rosulullah saw. Seandainya seorang muslim sejati diberi pilihan antara seluruh dunia dengan sekali menatap wajah Rosulullah saw, tentu akan lebih memilih tatapan wajah Rosulullah yang tiada ternilai dengan apapun. 

4. Sayyidah Juwairiyah ra  adalah wanita yang ahli ibadah, taat pada Allah swt dan Rosulullah saw.

Sayyidah Juwairiyah ra adalah seorang wanita yang taat beribadah, ahli puasa dan shalat malam. Ia tidak pernah jemu untuk berdzikir kepada Allah swt. Rosulullah saw telah mengajarkan Sayyidah Juwariyah ra Al Qur'an dan Sunnah kepadanya, sehingga membuatnya beribadah kepada Allah swt di atas landasan ilmu. Setiap kali melihat ummul mukminin Sayyidah Juwairiyah ra, Rosulullah saw selalu mengajarkan ilmu, iman, taqwa pada Sayyidah Juwairiyah ra agar semakin besar iman dan taqwanya pada Allah swt. 

Diriwayatkan dari Juwairiyah ra, ia berkata: "Pada suatu pagi, Rosulullah saw datang kepadaku saat aku sedang shalat. Setelah itu beliau berlalu untuk keperluan beliau. Kemudian beliau pulang pada pertengahan siang lalu bertanya, 'Apa kau masih saja duduk (dari tadi pagi)?'. "Ya", jawab beliau. 'Maukah kau kuajari kalimat-kalimat yang seandainya disamakan dengan (semua yang kau baca sejak tadi pagi tadi), tentu akan setara dengannya, atau jika ditimbang (dengan semua yang dibaca sejak tadi pagi), tentu akan lebih berat darinya. "Subhanallah adada khalqihi, (Maha Suci Allah sebanyak bilangan makhluk-Nya) sebanyak 3 kali, Subhanallah zinata arsyihi (Maha Suci Allah seberat Arsy-Nya) sebanyak 3 kali, Subhanallah ridha a nafsihi (Maha Suci Allah sebanyak keridhoan diri-Nya) sebanyak 3 kali, Subhanallah midada kalimatihi (Maha Suci Allah sebanyak tinta kalimat-kalimatNya) sebanyak 3 kali." [3]

SUMBER PUSTAKA:
[1]. As-Sirah lbnu Hisyam (II/293) dan aI-Ishabah (Vlll/43) dan aI-Istii’ab (IV/1804).
[2]. HR Ahmad (VI/277). HR Abu Dawud (3931), sanadnya shahih.
[3]. HR Muslim (2726), kitab : dzikir dan doa. HR Ahmad (VI/324-327).

Rabu, 22 April 2020

KEISTIMEWAAN SAYYIDAH SHAFIYAH BINTI HUYAI RA (ISTRI ROSULULAH SAW)

KEISTIMEWAAN SAYYIDAH 
SHAFIYAH BINTI HUYAI RA (ISTRI 
ROSULULLAH SAW)
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah 
(Halimah bintu Masdari) 

Gambar 1. Keistimewaan Sayyidah Shofiyah
(Gambar Design Pribadi). 

1. Sayyidah Shafiyah ra adalah keturunan putri Nabi, keponakan Nabi, dan istri seorang Nabi. 

Diriwayatkan dari Anas, ia berkata, "Shafiyah mendengar bahwa Hafshah menyebutnya putri seorang Yahudi. Shafiyah menangis, lalu Nabi Muhammad saw masuk menemuinya saat ia menangis. "Kenapa engkau menangis Wahai Shafiyah?" tanya beliau. "Hafshah berkata kepadaku bahwa aku putri seorang Yahudi," jawabnya. Nabi Muhammad saw kemudian bersabda, "Kau putri Nabi, pamanmu seorang Nabi, dan kau istri seorang Nabi. Lalu dengan apa ia membanggakan diri di hadapanmu?". Setelah itu beliau berkata, "Takutlah pada Allah, wahai Hafshah". (HR. Ahmad, III/ 135).

Catatan Halimah:
Maksud Rosulullah saw bahwa sayyidah Shofiyah ra adalah anak seorang Nabi adalah karena Sayyidah Shofiyah ra adalah keturunan Nabi Harun AS. Adapun maksud bahwa Sayyidah Shafiyah ra adalah keponakan dari seorang Nabi (pamannya adalah seorang Nabi) adalah Nabi Musa AS adalah saudara Nabi Harun AS. Jika Nabi Harun adalah ayah nasabnya, maka Nabi Musa AS adalah pamannya. Lalu maksud Rosulullah saw mengatakan bahwa sayyidah Shofiyah ra adalah istri seorang Nabi yaitu Sayyidah Shafiyah ra adalah istri Rosulullah saw sehingga beliau juga ummahatul mukminin.

2. Berparas cantik jelita, matanya berbinar-binar indah.

Imam Adz Dzahabi berkata, "Ia (Sayyidah Shofiyah ra) wanita mulia, berakal, keturunan bangsawan, cantik, dan taat beragama". (Siyar A'lamin Nubala, Imam Adz Dzahabi, II/232).

Al Hafizh Abu Nu'aim berkata, "Di antara mereka ada yang bertakwa, suci, dan selalu menitikkan air mata, Shafiyah Ash Shafiyah (wanita suci), istri Nabi Saw." (Hulyatul Awliya, II/54).

Catatan Halimah:
Sayyidah Shofayah ra ini cantik jelita, putih berseri, dan matanya berbinar-binar (berkaca-kaca) dengan keindahan pandangan mata yang jernih, yang membuat barangsiapa yang memandangnya merasa teduh dan sejuk, kecuali yang iri terhadapnya.

3. Sayyidah Shafiyah ra adalah wanita yang penyayang.

Diriwayatkan dari Ibnu Musayyib, ia berkata, "Shafiyah datang, di kedua telinganya terdapat anting emas. Ia kemudian memberikan salah satu anting itu kepada Fatimah (putri Rosulullah saw dengan Sayyidah Khodijah ra), juga satunya untuk istri-istri beliau." (HR Ibnu Sa'ad, VIII/127).

Catatan Halimah:
Sayyidah Shafiyah ra sangat mencintai Nabi Muhammad saw, ia juga menyayangi putri Nabi. Ia wanita yang cerdas. Ia sangat mengamalkan kata Nabi bahwa hadiah mendatangkan cinta. Nabi Muhammad saw pernah menyampaikan bahwa "Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian saling mencintai". 

4. Sayyidah Shafiyah ra adalah sosok pribadi yang jujur.

Rosulullah saw memberikan kesaksian kepada Ibunda Shofiyah ra sebagai wanita yang jujur, memiliki batin yang jernih dan lahir yang bersih. Rosulullah saw mencintainya karena Allah swt. (Nisa' Ahlil Bayt, hal 358).

Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit bahwa saat Nabi Muhammad saw sakit yang menyebabkan beliau meninggal dunia. Shafiyah Binti Huyai berkata, "Demi Allah, wahai Nabi Allah, andai saja yang menimpamu ini menimpaku". (HR. Ibnu Sa'ad, VIII/ 128).

5. Sayyidah Shafiyah ra adalah sosok yang rajin beribadah.

Sayyidah Shafiyah ra bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan kepada Allah swt untuk menebus kesalahan masa lalu (sebelum memeluk Islam). Ia sangat berharap seandainya saja masuk Islam sejak Nabi Muhammad saw diutus, agar meraih ketaatan kepada Allah swt dan berada di dekat RosulNya setiap saat.

Al Hafidz Ibnu Katsir ra memujinya dengan berkata, "Ia (Sayyidah Shafiyah ra) termasuk salah seorang pemimpin kaum wanita dalam hal ibadah, sifat wara', zuhud, berbhakti, dan jujur." (Al Bidayah Wan Nihayah, VIII/46).

Catatan Halimah:
Sayyidah Shofiyah ra adalah sosok yang rajin solat malam, berpuasa, berdzikir, dan beribadah kepada Allah swt. Setelah wafatnya rosululah saw, seluruh waktunya dihabiskan dalam ketaatan kepada Allah swt, shalat, puasa, sedekah, menyebarkan ilmu dan berdakwah menuju Allah swt (amar ma'ruf, nahi munkar). 

SUMBER PUSTAKA:
1. HR Ahmad (III/ 135=. HR Tirmidzi (3894), Al Arnauth, "Sanadnya Shahih".
2. Siyar A'lamin Nubala, Adz Dzahabi, Muassasah Ar Risalah.
3. Hulyatul Awliya, Abu Nu'aim, Darul Kitab Al Arabi.
4. HR Ibnu Sa'ad (VIII/127), Al Arnauth berkata, "Para perawinya tsiqah".
5. Nisa Ahlil Bayt, Ahmad Khalil Jam'ah, Darul Yamanah. 
6. HR Ibnu Sa'ad (VIII/128), Al Arnauth berkata, "Para perawinya tsiqah".
7. Al Bidayah Wan Nihayah, Ibnu Katsir, Darul Kutub Al Ilmiyyah.