HALIMAH BINTI MASDARI

Tampilkan postingan dengan label Sayyidah Hafshah ra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sayyidah Hafshah ra. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 April 2020

MENGENAL KEMURAHAN SAYYIDAH HAFSHAH BINTI UMAR (ISTRI ROSULULLAH SAW)

MENGENAL KEMURAHAN SAYYIDAH HAFSHAH BINTI UMAR (ISTRI ROSULULLAH SAW)
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah
(Halimah bintu Masdari)



Apakah yang terlintas di benakmu ketika mendengar kata ummahatul mukminin?. Sudahkah kita mengetahui biografi para kekasih Allah swt?. Ya, Ummahatul Mukminin adalah para ibunya kaum mukmin baik di dunia maupun di akherat. Siapakah mereka? Mereka adalah istri Rosulullah saw.

Bila seseorang mencintai artis idola, maka ia akan stalking, kepo tentang apa saja kesukaan sang artis, biodata sang artis, dan apapun tentang sang artis. Seberapa besar kadar cintamu pada Rosulullah saw wahai muslim muslimah?. Sebuah renungan bagi kita semua, pertanyaan yang mendasar yang jawabannya hanya Allah swt dan kita sendiri yang tahu. Sudahkah kita mengetahui biografi Rosulullah saw, para ummahatul mukminin (para istri Rosulullah saw), keturunan (anak-anak Rosulullah saw) dan cucu Rosulullah saw?. Seberapa banyak kita bersolawat pada Rosululah saw dan ahlul bayt?.

Rosulullah saw sangat menyayangi ummatnya. Bahkan saat akhir hayatnya, sebelum wafat yang dipikirkan adalah ummatnya. Tidakkah kita juga memikirkannya? Adakah kita pantas diakui sebagai ummatnya kelak di akherat?. Wahai Muslim Muslimah, seberapa besar kadar cintamu pada seseorang, in syaAllah kelak di akherat engkau akan dikumpulkan bersama dengan orang-orang yang engkau cintai selama di dunia.

Wahai Muslim Muslimah, mari menjelajah mengenal kemuliaan, kemurahan hati, dan keistimewaan Sayyidah Hafshah binti Umar. Ketika kita mengetahui kebaikan, kemuliaan, keistimewaan beliau, maka semakin besar rasa cinta kita pada beliau. Dan semoga kelak di akherat kita dikumpulkan bersama beliau.

Beberapa keistimewaan Sayyidah Hafshah Binti Umar:

1. Berasal dari nasab mulia yang dirahmati Allah swt.

Sayyidah Hafshah binti Umar adalah putri dari Al Faruq umat ini yakni Sayyidina Umar bin Khattab. Sayyidina Umar bin Khattab adalah salah satu dari 4 Khulafaur Rasyudin (Abu Bakar As Sidiq, Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib). Selain berayahkan sosok pemimpin yang mulia, beliau juga beribukan sosok wanita yang mulia yakni Zainab binti Mazh'un.

Zainab bin Mazh'un adalah saudari seorang sahabat mulia, Utsman bin Mazh'un ra yang ketika meninggal dunia, Rosulullah saw datang dan menciumnya dengan air mata berderai menetes di pipi Utsman [1]. Dialah yang kala putri Rosulullah saw wafat, beliau bersabda pada sang putri, "Susulah pendahulu kami yang baik, Utsman bin Mazh'un" [2].

Paman Sayyidah Hafshah ra bernama Zaid bin Khattab yang hadir dalam perang Badar dan perang lainnya, gugur sebagai syahid pada Perang Yamamah. Sayyidina Umar bin Khattab ra berkata, "Ia mendahuluiku meraih dua kebaikan, ia lebih dahulu masuk Islam dan mati syahid sebelumku". Sayyidina Umar bin Khattab ra pun menuturkan, "Setiap kali angin sepoi dari timur berhembus, aku selalu teringat pada Zaid bin Khattab". 

2. Menjadi Istri Rosulullah saw

Sayyidah Hafshah Binti Umar adalah istri Sayyidina Khunais bin Hudzafah. Mereka hidup bahagia di bawah naungan iman dan taqwa. Sayyidina Khunais menjadi salah satu kesatria dalam perang Badar. Alhamdulillah, kemenangan Perang Badar berada di pihak kaum muslimin. Pasca Perang Badar, Sayyidina Khunais pulang dengan membawa luka parah.

Akhirnya Sayyidina Khunais wafat pasca Perang Badar. Beliau adalah sahabat yang mulia yang mengorbankan jiwa raga untuk Allah dan RosulNya serta meraih keutamaan yang agung. Sayyudina Khunais bin Hudzafah dishalatkan Rosulullah saw dan beliau dimakamkan di Baqi', tepat di samping makam seorang sahabat mulia, Utsman bin Mazh'un.

Perpisahan pilu antara Sayyidina Khunais bin Hudzafah dengan Sayyidah Hafshah binti Umar ini menyisakan kesedihan yang mendalam di hati Sayyidah Hafshah. Walaupun dirundu kesedihan yang teramat mendalam yang mengoyak hatinya, di usia 18 tahun harus menjanda. Namun, beliau juga berada di puncak bahagia. Suami tercinta wafat dalam kondisi syahid, pergi dalam kondisi terhormat.

Sayyidina Umar bin Khattab sedih melihat status janda putrinya menyerang masa mudanya, melemahkan gairahnya, dan mencekik masa-masa bahagianya. Sayyidina Umar ra mulai murung setiap kali masuk rumah dan melihat putrinya dirundung kesedihan. Setelah berpikir panjang, Sayyidina Umar bin Khattab bermaksud untuk mencarikan suami lagi untuknya agar merasa senang berdampingan dengan sang suami [3].

Sang ayah, Sayyidina Umar ra menawarkannya pada Sayyidina Abu Bakar ra, Namun Abu Bakar tidak memberikan tanggapan apapun. Setelah itu, ia menawarkan kepada Sayyidina Utsman ra. Sayyidina Utsman ra berkata, "Aku berpikir untuk tidak menikah dulu untuk saat ini". Sayyidina Umar ra marah pada keduanya lalu mengadu pada Rosulullah saw. Beliau berkata, "Hafshah akan dinikahi oleh seseorang yang lebih baik dari Utsman, dan Utsman akan menikahi orang yang lebih baik dari Hafshah". Setelah itu Nabi Muhammad saw meminang Sayyidina Hafshah, lalu Sayyidina Umar ra menikahkannya dengan beliau [4]. Setelah itu, Rasulullah SAW menikahkan Sayyidina Utsman bin Affan dengan putri beliau, Ummu Kulstsum, sepeninggal saudarinya Ruqayyah [4].

Setelah Sayyidina Umar ra menikahkan putrinya, Sayyidina Abu Bakar ra menemuinya lalu menyampaikan alasan kepadanya. Sayyidina Abu Bakar ra berkata, "Jangan marah padaku, karena Rosulullah saw sebelumnya pernah menyebut-nyebut Hafshah. Aku tidak akan membeberkan rahasia beliau. Andai beliau membiarkannya, tentu aku nikahi dia [5].

Rosulullah saw menikahi Sayyidah Hafshah pada tahun 3 Hijriyah sebelum Perang Uhud, dan memberinya mahar sebesar 400 dirham. Pernikahan ini merupakan kemuliaan, karunia, sekaligus keberkahan yang dianugerahkan pada Sayyidah Hafshah dan Sayyidina Umar bin Khattab ra. Semoa Allah swt meridhoi dan merohmati keduanya. 

3. Sayyidah Hafshah Binti Umar ra adalah sosok wanita yang cerdas

Sayyidah Hafshah Binti Umar ra di kenal sebagai sosok yang pandai dalam membaca dan menulis. Keahlian membaca dan menulis adalah keahlian yang masih jarang dimiliki bangsa Arab pada waktu itu (zaman jahiliyah), sekalipun oleh seorang lelaki. Sayyidah Hafshah Binti Umar ra adalah orang pertama dan satu-satunya yang menulis naskah Al Qur'an langsung dibawah pengawasan Rosulullah saw. Itulah mengapa ia dijuluki sebagai "Wanita Penjaga Al Qur'an".

Sayyidah Hafshah binti Umar ra menuliskan naskah Al-Qur’an pada sejumlah media, di antaranya batu, tulang, kulit, papan, pelepah kurma, dan lainnya. Naskah Sayyidah Hafshah ini tersimpan dengan baik dan rapi. Hingga suatu ketika, ada upaya pengodifikasi Al-Qur’an pada masa kekhalifahan Abu Bakar. Naskah Al-Qur’an yang ditulis oleh Sayyidah Hafshah ra tersebut kemudian diminta. Sayyidina Zaid bin Tsabit yang saat itu ditugaskan sebagai pantia kodifikasi Al-Qur'an mengonfrontasi hafalan para sahabat dengan naskah Sayyidah Hafshah ra. Hasilnya kemudian dituangkan ke dalam lembaran kulit dan disusun berdasarkan turunnya wahyu kepada Nabi.

Sementara setelah naskah yang ditulis Sayyidah Hafshah ra dihancurkan. Beliau kemudian diberi naskah baru yang sudah Disusun Sayyidina Zaid bin Tsabit secara lebih rapi tersebut. Nantinya, naskah ini akan ‘disempurnakan’ pada masa kekhalifahan Ustman bin Affan sehingga menjadi naskah resmi Al-Qur’an.     

4. Sayyidah Hafshah ra memiliki kedudukan yang tinggi

Sayyidah Hafshah ra memiliki kedudukan tinggi di hati Rosulullah saw. Selain putri dari sahabatnya, Sayyidina Umar bin Khattab, juga sebab cerdasnya. Bahkan kedudukannya pun tinggi di mata para istri Rosulullah saw. Sampai-sampai ibunda Aisyah ra, mengatakan tentang ya, "Di antara istri-istri Nabi Muhammad saw, Sayyidah Hafshah yang menyamai kedudukanku" [6]. 

5. Sayyidah Hafshah ra adalah wanita yang adil lagi cerdas mengikis rasa cemburu.

Sudah menjadi fitrah wanita, tidak bisa lepas dari perasaan manusiawi yang ditimbulkan oleh rasa cemburu, persaingan, dan semacamnya. Terlebih wanita, wanita bisa menyembunyikan cintanya, tapi tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya. Sayyidah Hafshah ra adalah sosok wanita yang bijaksana dengan pemikiran yang matang dan penuh kasih sayang. Ia pandai mencari solusi termasuk solusi yang adil mengikis rasa cemburu yang bergejolak.

Disebutkan dalam kitab Shahihain, dari hadits Aisyah ra, ia berkata: "Suatu ketika Nabi Muhammad saw meminum madu di rumah Zainab Binti Jahsy dan beliau tinggal di sana untuk sementara waktu. Aku dan Hafshah kemudian sepakat, siapa di antara kamu yang memasuki kediaman Zainab, harus bertanya kepada beliau, "Apa engkau memakan getah manis?. Aku mencium bau getah manis". "Tidak, tapi aku habis minum madu di tempat Zainab Binti Jahsy. Aku tidak akan minum madu lagi, dan aku bersumpah agar kau tidak memberitahukan hal itu pada siapapun," jawab beliau [7].

6. Sayyidah Hafshah ra adalah istri Nabi Muhammad saw di surga. 

Suatu hari, Rosulullah saw menceraikan Sayyidah Hafshah ra. Sayyidah Hafshah ra remuk redam hatinya dan segala sesuatu terasa gelap di hadapan matanya. Bagaimana tidak, ia telah diceraikan suami, kekasih, sekaligus nabinya. Tanpa di duga Al Amin Jibril AS turun membawa perintah dari Allah swt, membelah 7 lapis langit untuk memerintahkan Rosulullah saw merujuk dan mengembalikan Hafshah kembali.

Dalam hadits disebutkan, Nabi Muhammad saw menjatuhkan talak satu kepada Hafshah ra, setelah itu beliau rujuk kembali atas perintah Jibril AS [8]. Jibril berkata, "Dia (Hafshah Binti Umar) itu ahli puasa, shalat malam, dan dia adalah istrimu di surga". 

7. Sayyidah Hafshah ra adalah sosok yang pemberani berpendapat, cerdas, pemahaman ilmunya yang tajam.

Sayyidah Hafshah ra dikenal dengan ilmu, pemahaman dan ketakwaannya. Sifat-sifat ini membuat Sayyidah Hafshah menempati posisi terhormat di mata Rosulullah saw. Sayyidah Hafshah ra tetap menjaga kedudukan ini pada masa khilafah rasyidah, khususnya pada masa kekhilafahan ayahnya. Sayyidina Umar ra sering kali merujuk pada pandangan dan hukum-hukum fiqih yang ia (Sayyidah Hafshah) sampaikan. Di antara pertanyaan yang ia ajukan pada Sayyidah Hafshah ra, "Seberapa lama seorang wanita tahan ditinggal suaminya?". "Enam atau empat bulan," jawabnya [9]

Ummul Mukminin Hafshah ra menjadi rujukan bagi sebagian besar sahabat di bidang hadits nabawi dan ibadah. Abdullah bin Umar (Saudara Sayyidah Hafshah) yang dikenal gigih meneladani Rosulullah saw dengan mempelajarinya melalui apa yang dilihat Sayyidah Hafshah di rumah Rosulullah saw. Sayyidina Abu Bakar Ash Shidiq memilih ummul mukminin Hafshah ra di antara Istri-istri Nabi yang lain untuk menjaga Al Qur'an yang ia kumpulkan. Sayyidina Abu Bakar ra memilih Sayyidah Hafshah untuk mengemban tugas menjaga Al Qur'an karena Sayyidah Hafshah ra ahli baca tulis, bertakwa, berilmu, dan ahli puasa. Saat itu, masih sangat jarang kaum lelaki yang mahir dalam baca tulis, apalagi kaum wanita. Namun Sayyidah Hafshah ra mahir dalam baca tulis.

Itulah mengapa Ummul Mukminin Hafshah ra merupakan murid pandai yang menyalurkan banyak sekali hukum-hukum nabawi kepada kaum muslimin [10]. 

SUMBER PUSTAKA:
[1]. HR Tirmidzi (989).
[2]. HR Ahmad, Ibnu Sa'ad, dan Hakim, Adz Dzahabi berkata, "Sanad hadits ini baik".
[3]. Shuwar min Siyarish Shahabiyyat, hal: 113.
[4]. HR Bukhari (IX/ 152-153), kitab: nikah. Ibnu Sa'ad dalam Ath Thabaqat (VIII/82).
[5]. Shahih. HR Bukhari (5122).
[6]. Siyar A'lamin Nubala (II/ 227).
[7]. Muttafaq'alaih. HR Bukhari (4912), kitab: Tafsir Al Qur'an. HR Muslim (1474), kitab: Talak.
[8]. HR Abu Dawud (2283), Ibnu Majah (2016). Al Arnauth berkata, "Hadits ini shahih".
[9]. Hayatush Shahabah (I/ 476) dan Ad Durr Al Mantsur (I/ 652).
[10]. Nisa' Mubasysyarat bil Jannah, hlm. 336.