HALIMAH BINTI MASDARI

Minggu, 09 Mei 2021

SUNGKEM ORANGTUA DAN SOWAN PARA GURU, MOMEN YANG PALING MENGESANKAN SAAT LEBARAN

SUNGKEM ORANGTUA DAN SOWAN PARA GURU, MOMEN YANG PALING MENGESANKAN SAAT LEBARAN

*****

Oleh: Dewi Nur Halimah



Hallo Indonesia 🖐️🖐️🖐️. Saat lebaran tiba, kaum muslimin bersuka ria menyambut hari kemenangan. Apa momen yang paling mengenang saat lebaran? Akankah kuenya/ kumpul keluarga / yang lainnya?. Momen yang paling berharga saat lebaran bagiku adalah momen sungkem sama orangtua dan sowan para guru.

Orang yang paling terkesan pertama kali adalah kedua orangtuaku yakni bapak dan ibuku. Aku selalu terkenang akan kasih sayang beliau tatkala aku kecil, perjuangan beliau mendidik dan membesarkanku. Maka saat lebaran, sungkem pertama adalah pada orangtua. Sebab dosa paling banyak seorang anak adalah pada orangtuanya. 

وَوَصَّیۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ بِوَ ٰ⁠لِدَیۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنࣲ وَفِصَـٰلُهُۥ فِی عَامَیۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِی وَلِوَ ٰ⁠لِدَیۡكَ إِلَیَّ ٱلۡمَصِیرُ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (QS. AL Luqman ayat 14).

Bagiku orangtua adalah orang pertama yang harus kumuliakan dan kubahagiakan. Mengingat betapa besar pengorbanannya. Seorang ibu demi melahirkan anak ke dunia, harus bertaruh nyawa untuk melahirkan. Belum 9 bulan mengandung, menyusui hingga 2 tahun sebelum disapih, merawat dan membesarkan, hingga mendidik ilmu dan akhlak. Pun juga peran seorang ayah yang menafkahi anak perempuan hingga menikah, menafkahi anak lelaki hingga baligh, mendidik ilmu, mengajar akhlak, merawat, menyayangi, membesarkan, dan pengorbanannya. Jika adat sungkem atau saling bermaafan adalah tradisi lebaran. Maka bagiku minta maaf dan sungkem bukan hanya saat lebaran, kapanpun jika aku telah mengecewakan atau menyakiti hati kedua orangtuaku. Ridho kedua orangtuaku adalah emas bagiku. Ridhonya membawa ridho Allah untukku yang menjadikan hidupku penuh berkah. 

Entahlah, setegas dan sebijaksana aku memutuskan beberapa perkara. Di hadapan ibuku terkadang aku nangis bila teringat perjuangannya untukku. Nangis karena sampai saat ini belum bisa membahagiakannya seutuhnya, setidaknya aku berusaha maksimal sebisaku. Selalu memberikan kejutan, menyisihkan uang khusus ibu, membelanjakan ibu diam diam, dan menyayanginya. Jika ada yang melukainya, maka aku pasang badan untuk melindunginya sebab seorang anak wajib melindungi kehormatan orangtuanya.

Ibuku adalah muara kasihku. Momen yang paling terkenang adalah jasa beliau saat aku kecil. Aku bagaikan kaleng rombeng, teriak teriak mengulang kata berulang kali, padahal ibu tidak tuli. Tapi ibu tidak pernah marah mendengar ocehanku kala balita, namun justru gemas. Ini akan menjadi pertimbanganku ketika ibu tua dalam mengasuhnya. Aku teringat dengan sabar ibu menatih aku dari tiduran, duduk, merangkak, berdiri, hingga bisa berjalan dan berlari. Bila ibu kelak sepuh, aku harus sabar mengasuhnya, menuntunnya sebagaimana kasih sayang ibu tatkala aku masih bayi dan balita. Kadang aku teringat betapa sabar ibu menyuapiku ketika bayi, in syaAllah kelak saat sepuh aku jua harus sabar mengasuh orangtua kendati menyuapinya.

Momen yang tak terlupakan adalah saat aku harus operasi, sakit patah tulang, dan 4 bulan kesusahan jalan di usia yang ke 21 tahun. Ibuku kembali dengan sabar merawatku layaknya bayi. Makan disuapi, mandi dimandikan, minum disiapkan, hingga membuatku meneteskan air mata. Sangat jarang loh orang sabar merawat orang sakit tiap hari selama 4 bulan. Dari sini aku belajar merawat orang sakit, belajar dari ibu ketika merawatku. Doa terbaik untuk ibu, semoga jannah Allah untukmu.

Selain sungkem pada bapak dan ibu, biasanya aku sowan pada guru-guruku. Mengapa?. Karena guru adalah orangtuaku ke dua di sekolah. Mereka bukan hanya mentransfer ilmu tapi juga mendidik akhlak. Tanpa jasa guru, aku tak bisa baca tulis. Tanpa jasa guru, siapalah aku. Barokahnya ilmu lantaran sopan terhadap guru.

Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah, Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu mengatakan:

تَوَاضَعُوا لِمَنْ تَعَلَّمُونَ مِنْهُ

“Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”

Manakala Imam Syafi’i rahimahullah berkata;

كنت أصفح الورقة بين يدي مالك صفحًا رفيقًا هيبة له لئلا يسمع وقعها

“Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan gurunya (Imam Malik) dengan sangat lembut kerana segan kepadanya dan supaya dia tidak mendengarnya.”

Kisah tersebut menginspirasiku, bagaimana seorang Imam Syafi'i yang notabennya adalah ulama besar, imam mahzab namun terhadap gurunya sangat sopan. Bahkan demi segan dan menghormati gurunya, beliau membuka kertas pelan pelan agar tidak mengganggu tidur gurunya. Sebab bila keras, Imam malik (gurunya) akan mendengar dan terbangun. Masya Allah, sopan sekali adab terhadap guru. 

كُنَّا جُلُوسًا فِي الْمَسْجِدِ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَلَسَ إلَيْنَا وَلَكَأَنَّ عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرَ، لَا يَتَكَلَّمُ أَحَدٌ مِنَّا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, kemudian beliau duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tidak ada satu pun daripada kami yang berbicara.”

Pun dengan kisah rosulullah saw, dimana ummat menghormati beliau dengan menundukkan kepala. Salah satu bentuk hormat murid terhadap guru adalah takdzim dengan menundukkan kepala, tidak berani mendahului gurunya, dan menjaga tutur katanya terhadap gurunya. Ilmu berkah lantaran ridho guru, itulah mengapa seorang murid harus tawadhuk dan memuliakan gurunya.

Ketika mendapatkan ilmu tentang itu, hatiku tersentuh. Ya orangtua adalah guru jasad dan guru adalah guru ruh. Keduanya harus dihormati. Maka ketika lebaran, aku berusaha sowan ke rumah-rumah beberapa guruku yang dekat-dekat. Sowan, silaturahmi, lahir batin. Jika ada adikku, maka aku sowan berdua ditemani dia. Namun jika dia tak pulang dan di pondok saat lebaran, maka aku sowan sendiri ke beberapa rumah guruku yang dekat dan terjangku. Memang kemana-mana sendiri bagi remaja malu, tapi jika untuk kebaikan untuk apa malu toh di siang hari. Bila yang maksiyat saja PD, harusnya melakukan silaturahmi juga PD kendati sendirian, apalagi sowan rumah guru. Aku suka sowan ke rumah guruku yang sepuh-sepuh. Sekedar menjenguk keadaannya, ngalap berkah, dan menjaga silaturahmi dengan beliau. Orangtuaku dan guruku adalah inspirasi sumber keberkahan hidupku. Untukmu ibu, semoga rahmat Allah swt untukmu. Untukmu bapak, semoga ridho Allah menyelimuti setiap langkahmu dalam menafkahi anak istrimu. Untukmu guru, semoga Allah muliakanmu sebab telah mendidik ilmu dan akhlak padaku.

Oke, itu adalah momen paling berharga saat lebaran. Terimakasih sudah berkunjung, semoga tulisan ini bermanfaat dan menginspirasi. Kunjungi juga tulisan-tulisan selanjutnya yang in syaAllah juga bermanfaat dan menginspirasi.


@bloggerperempuan

#BPNRamadan2021

#bloggerperempuan

#Ramadan2021

#BerkahRamadan

#Ramadan28

#Challenge30HariRamadan

#ChallengeRamadanKe-28

Tidak ada komentar :