HALIMAH BINTI MASDARI

Minggu, 02 Maret 2025

KARENA AKU SELALU SALAH DI MATAMU

 KARENA AKU SELALU SALAH DI MATAMU


Sebaik apapun kamu, kalau orang benci kamu pasti dimatanya kamu selalu salah. Itulah yang kuterima sejak kecil dari bapakku. Orang luar mengira aku selalu ceria, senyum, bahagia, semangat, dimana banyak yang iri karena aku terlihat seolah perfect di luar dengan segudang prestasi, meraih puluhan kejuaraan nasional dan beberapa kejuaraan internasional. Tapi orangtuaku sendiri terutama bapak tidak pernah bangga. 

Inilah kisahku...
Waktu itu aku hamil 8 bulan 2 Minggu, Februari 2024. Aku dolan ke rumah ibuk/ emakku buat pinjam hp adekku untuk hotspot agar aku bisa beli kuota dari shopee lewat HP ku. HP ku ini buat kerja. Aku dengan tertatih tatih perut besar datang ke rumah emak. Qodarullah sore itu bukan kebahagiaan yang kudapat ternyata ada insiden yang membuat mentalku hancur. 

Bapak teriak teriak padahal dia lagi ngasih pakan kambing dimana disampingnya ada pediang itu. Kenapa tidak dicandak sendiri gercep disiram air atau dirapikan perapian dari pediang itu. Nah bersamaan itu, aku tanpa sengaja juga bilang:
"Dek pinjam HP mu buat hotspot beli kuota.". Tahukah apa yang terjadi, saking gugupnya dek Ida lari nabrak tanganku yang meminta HP dalam kondisi tanganku lurus ditendang hingga nekuk, karena sakit spontan aku negur dia. 

"Aaa sakiiit," teriakku. 
Kukira kalau nggak sengaja itu minta maaf. Ternyata Wallahi tidak, justru adekku menyalahkanku kenapa tanganku di jalan rumah minta HP. Bapak juga kenapa, dia sendiri di kandang kalau pediang mburap mburap kan bisa diurus, dimatikan, disiram air atau apa, wong bapak di dekatnya. Kebiasaan tidak cekatan dan teriak teriak suka nyuruh emak, makanya gitu kebawa terus. 

Hatiku sakit banget saat itu, jalan kaki ke rumah emak buat hotspot. Begitu sampai baru bilang pinjam tangan nggak sengaja ditendang dalam kondisi aku hamil, bukan minta maaf kalau memang nggak sengaja. Malah pembelaan. Lalu dia nangis, kau tahu apa yang terjadi?. Aku diumpat bapakku nggak karuan, dioneni ra karuan Parak e. Karena sakit hati, kubantah umpatan itu imbang. Memang aku selalu salah, meskipun aku yang ditendang tetap aku yang salah. Dari dulu kan aku yang selalu salah, maaf pun tidak sampai sekarang. Dibilang sakit, sangat sakit apalagi bapak, emak, semua bela adekku. Dari kecil emang dia dimanja, makanya salah pun ya tidak minta maaf. Apa susahnya bilang, maaf aku nggak sengaja nabrak karena gugup, maaf kalau sakit. Ini pembelaan, nangis, lalu semua memarahiku. 

FYI, dari februari 2024 sampai Februari 2025 kuota dia yang mengisikan tiap bulan aku. Aku juga yang biayain dia dari 2017-2024 lulus mondok. Obat adekku kalau sakit juga aku yang stok sejak 2018 sampai Februari 2025 sekarang ini. Obatnya lumayan mahal, 200 RB an sekali Nebus tiap habis. Aku juga pernah kuotaku habis, mau hotspot dia buat beli kuota sendiri lewat shopee, sama adekku tidak dihotspot-in. Sama ibukku suruh beli kuota sendiri ke konter. Jarak konter ke rumah itu 10 km an, yang dekat 3 km an. Masak hotspot sebentar buat beli di shopee tidak boleh, wong kuota dia juga yang ngisi aku. Dan dia juga dibela ibuk bapak, katanya HP dia rahasia soale ada chat sama calon suaminya, kiahi, guru dll. Lah siapa yang mau bukain chat, kan di akad jelas. Hotspot mau buka shopee di HP-ku buat beli kuota. Mereka gaptek, tapi tetep dibela emak bapak. Aku yang salah lagi. Capek sejak kecil selalu salah. Entahlah, aku anak kandung atau anak tiri sebenarnya kenapa dari kecil perlakuannya sangat beda. Aku nangis langsung ditampar bapak, diludahi, dimarahin, dibentak. Nggak boleh aku nangis, padahal aku juga manusia. Kalau adekku nangis langsung dibela siapa yang bikin dia nangis meskipun adek yang salah pun, yang bikin dia nangis bakal kena marah.

Kemarin, Minggu 2 Maret 2025. Bapakku jual 6/7 karung gabah. Spontan aku kaget, buat apa jual gabah kan urea sudah kubelikan semua, sudah kubayar, irigasi juga kubantu iuran bensin-nya, biaya tandur juga kukasih baik sawah kidul maupun sawah lor. Gabah buat stok makan kog dijual. Jawab bapak: "Mau kujual buat beli HP, buat lihat berita dan YouTube.". 

Kutantang, kubilang jangan. Gabah itu kebutuhan primer, buat stok pangan. HP kan kebutuhan sekunder wong tani, toh nggak dipakai kerja ngasilin uang. Cuman boros aja, nanti kuota tiap bulan. Lah uang bensin aja bapak sering minta emak, emak belanja tidak pernah dikasih uang bapak, kerja banting tulang sendiri buat belanja, udah gitu kalau masakan kurang enak kadang bapak marah (maido) padahal tidak ngasih uang. Emak kayak gitu diam aja, nangis. Aku yang nggak terima, akhirnya debat sama bapak. Bapakku emang kerja keras bertani, sregep nyawah tapi pola pikirnya ada yang salah. Tani saja tanpa mikir biaya belanja, kasihan istri pontang panting nyari belanja, bensin dia, dll. Apalagi bukan petani besar yang sawahnya luas, sawah sederhana sekedar cukup buat makan. Sementara emak jualan di pasar dan keliling pakai tombong buat Menuhin kebutuhan sehari hari dengan beban garam + kain sekitar 1 kwintal. Sakit kalau lihat, perempuan kerja otot bawa beban berat untuk belanja sehari hari. Lah belanjakan istri aja tidak bisa, mau beli HP cuman buat nonton YouTube. Nanti kuotanya gimana tiap bulan. Kalau aku yang ngisikan semua ya berat. Listrik rumah emak dan rumahku aku yang bayar, PAM aku yang bayar 2 rumah, pupuk semua aku, aku ngisikan kuota HP-ku, HP adekku, HP suamiku. Aku ini hamil, menanggung beban banyak, belum beli belanja, buah, nyidam, perlengkapan bayi. Makanya aku sering sakit saking stressnya. 

Kau tahu apa yang sebenarnya terjadi?. Ternyata bapak bohong. HP itu bukan buat dia nonton berita dan YouTube biar update, tapi HP baru untuk adekku. Adekku HP nya second bekas HP ku, sementara HP ku Infinix dari menang Give Away lazada 25 November 2022. Nah adekku minta HP baru karena dia merasa selama setahun di rumah sering bantuin masak, jemur gabah, tandur, matun makanya dia mau HP baru. Seharusnya dia dewasa, HP baru lalu HP lama buat apa?. Ngisi kuota dua HP dikira nggak berat, apalagi dia nggak kerja yang ngasilin duit cuman bantu masak, nyawah. Anak emas minta apapun pasti diturutin. Kalau aku ya, beli apapun mikir manfaat dan maslahah. Sampai aku sama bapak debat, ternyata bohong demi buat dek Ida. Sesakit itu dibohongi. Bapak didik aku supaya jujur, kalau nggak jujur ditampar kanan kiri. Makanya aku selalu berusaha jujur sejak usia 9 tahun sampai dewasa ini. Sekarang jujur bagiku integritas, kalau waktu kecil jujur supaya tidak ditampar Bapak. Ternyata yang kasar mendidikku jujur, dia sendiri bohong padaku demi anak emasnya. Sesakit itu dibohongi. 

Prinsip dasar finansial yang harus diingat:

✅ Aset = Sesuatu yang menambah nilai atau menghasilkan pendapatan (misalnya properti yang disewakan, bisnis yang berkembang, atau investasi yang bertumbuh).

❌ Liabilitas = Sesuatu yang mengurangi nilai atau hanya menjadi beban biaya (mobil yang terus turun harga, tas branded yang cuma dipakai buat pamer, cicilan yang membebani cash flow, elektronik yang nilai jualnya semakin murah).

Padahal hal terpenting dalam finansial itu cash flow dan aset produktif. Bukan sekadar gengsi, menuruti keinginan. Itulah mengapa aku menentang bapak beli HP baru, soalnya yang kerja dapat uang ibuk. Belanja aja ibuk/ emakku bertahun tahun nggak dikasih bapak. Ini mau beli hp, kuotanya gimana. Kog nggak mikir kesana, apalagi HP bukan buat kerja tapi cuman buat WA-an aja. Bukan produktif tapi konsumtif. 

Aku aja mikir kalau HP bukan buat kerja, mending nggak usah pakai HP. Nggak produktif menghasilkan uang. Pun motor kalau bukan buat transportasi dan akomodasi kerja lebih baik grab/ ojek misal keluar rumah jarang. Ternyata kan aku beli buat Wira Wiri kerja, produktif menghasilkan uang jadi ya beli walau SECOND GPP, penting fungsinya bukan gayanya. 

Entahlah pikiranku selalu salah. Kalau pikiran adek ya pengen apa dituruti. Dibandingkan aku, kuliah aja habis sekitar 150 JT an buat kos, biaya hidup, tugas tugas dari semester 1-lulus wisuda selama 4 tahun. Semua kubiayai sendiri dengan kerja serabutan, jadi babu operator laundry pernah, jadi babu pelayan restoran pernah, jadi pedagang snack buat anak kampus pernah, ikut proyek dosen, ngelesin privat, dll kulaui semua demi bisa kuliah sampai lulus. Soalnya biaya kos, biaya makan sehari hari 100% sendiri bukan dikirim orangtua. Kehidupanku keras sejak kuliah, saksinya teman temanku Biologi UNDIP angkatan 2012. Aku kayak robot, ya kuliah, ya kerja sampai jam 10 malem, ya ikut beberapa organisasi dan jadi ketua tingkat Jateng dan nasional, ya ikut lomba sehingga jarang tidur demi bisa cumlaude, berprestasi walau serabutan apa aja. 

Entahlah emang aku anak yang selalu salah. Sebaik apapun niatku, memikirkan masa depan. Aku yang tak pernah gengsian, nggak peduli pantas atau tidak dilihat orang, penting yang kulakukan halal, bukan MAKSIYAT, perut kenyang, nggak ngerepotin orang selalu salah di mata orangtuaku. Kalau adekku selalu benar. Bukan aku iri, bukan buat apa iri. Aku mikir masa depan. Wong beli HP bukan buat kerja, ngisi kuotanya kasihan emak. Emakku sudah 52 tahun kerja kasar bawa garam 100 kg ke pasar kadang keliling. Nyelep gabah kalau beras habis juga sendiri tidak pernah dibantu bapak, dibantu kalau ada kemauan kayak kemarin jual gabah demi belikan HP adekku. Jemur gabah meski mau hujan, nyereti layar juga sendiri tidak dibantuin bapak. Bapak selalu nuntut emak bantuin bapak bertani, emak pulang jualan ngarit, nyawah, sampai sore. Tapi bapak tidak bantuin pekerjaan emak, semua emak sendiri. Apa nggak kasihan. Aku jelas nggak terima. Aku juga udah bayarin banyak, keberatan aku apalagi posisiku sekarang hamil besar, mau resign kerja offline. Udah 9 bulan. Emak aja kadang kebingungan buat belanja dan sejak 2019 aku bantu terus tiap hari. Semampuku. Gitu mau HP, gimana kuotanya. Kalau beli HP nya mudah, jual gabah kelar. Lah tiap bulannya gimana kuotanya, belanja saja ibuk sering ngeluh keberatan. Sering kubantu. 

Apalah aku...
Sebaik apapun aku niatku pasti salah. Dan menyakitkannya lagi, emak juga bela adek kemarin. Mbok ya apa apa itu mikir fungsi, ke depan e gimana, nggak egois menuruti gengsi, kepentingan sesaat. Kecuali adek nggak ada HP, wong ada HP walau second masih bisa dipakai, penting fungsinya. Hanya gegara aku minta hotspot langsung minta HP baru. Dia nggak bakal mikir belanja dll. Karena dia nggak ngasilin uang, selama ini tiap emak ngeluh aku yang dengarin, biasanya kukasih uang kalau aku kebetulan ada Rizki banyak. Sekarang aku mau resign entahlah nasibku seperti apa. Biasa bantuin finansial aja aku nggak dianggap. Apalagi nanti saat resign mungkin aku nggak bisa bantu finansial seperti Januari 2019- Februari 2025, mungkin aku adalah anak yang nggak guna, hidup nggak ada manfaatnya.





Tidak ada komentar :