HALIMAH BINTI MASDARI

Jumat, 01 September 2017

TAFSIR AL-QUR'AN QS.AL-ANBIYA 41-45 (BESERTA PENJELASANNYA)

TAFSIR QUR’AN
*****
QS. AL-ANBIYA 41-50
***** 
KETIKA KESOMBONGAN BERTASBIH, KEHANCURAN MENANTI                 
*****

Duhai kaum muslimin muslimat yang dirahmati Allah SWT…J                    
Salah satu penyakit hati adalah sombong. Duhai insan yang mulia, sebagai makhluk sudah selayaknya kita bersikap rendah hati (tawadhu’) dan janganlah engkau bersikap sombong, sebab sombong adalah pakaian Tuhan (hanya Allahlah yang berhak sombong). Janganlah engkau berlaku sombong dan mencaci maki makhluk Allah yang lain, sebab Allah tidaklah mencintai hamba yang sombong. Perlu engkau ketahui bahwasannya sombong akan mendatangkan kebencian dan perseteruan. Bahkan dengan adanya sikap sombong yang diiringi dengan sikap ujub (membanggakan diri), dapat menjadikan Allah murka sehingga menimpakan ahzab kehancuran/ malapetaka pada kaum yang sombong. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Anbiya ayat 41:
وَلَقَدِ ٱسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّن قَبْلِكَ فَحَاقَ بِٱلَّذِينَ سَخِرُوا۟ مِنْهُم مَّا كَانُوا۟ بِهِۦ يَسْتَهْزِءُونَ
Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebelum kamu, maka turunlah (kepada orang yang mencemohkan rasul-rasul itu) azab yang selalu mereka perolok-olokkan. (Al-Anbiya 21:41)
Berdasarkan ayat tersebut (QS. Al-Anbiya ayat 41) menunjukkan bahwasannya beberapa rosul sebelum Nabi Muhammad SAW telah diperolok-olokkan oleh kaumnya ketika berdakwah mengajak pada yang haq (kebenaran) dan meninggalkan yang batil (kemaksiyatan). Mereka menantang Nabi agar Allah segera mendatangkan ahzabnya karena mereka tidak percaya akan adanya ahzab Allah SWT yang disampaikan oleh para nabi. Karena kesombongan kaum yang durhaka pada nabi-nabi terdahulu, maka Allah timpakan ahzab atas mereka.                              
Sebagaimana kaum Madyan (kaum Nabi Syu’aib AS) yang mendapatkan ahzab karena tidak jujur dalam berniaga, mereka berasumsi bahwa mengurangi timbangan adalah bentuk kelihaian dan kepandaian dalam berdagang. Nabi Syu’aib AS mengingatkan mereka agar senantiasa jujur dan adil dalam melakukan timbangan, tetapi mereka menentang Nabi Syu’aib AS. Maka Allah SWT turunkan ahzab pada kaum Madyan berupa petir (suara) yang menggelegar dan merekapun (kaum Madyan) binasa dengan bergelimpangan dalam rumahnya. Contoh lain adalah kaum Nabi Nuh AS yang dibinasakan oleh Allah SWT karena kedurhakaannya pada Allah dan Nabi Nuh AS. Saat Nabi Nuh AS mengajak kaumnya untuk menyembah Allah SWT dan tidak menyembah berhala, pemuda-pemuda kaum kafir menentang Nabi Nuh AS dan memperolok-olokkan Nabi Nuh AS. Maka Allah SWT turunkan Ahzab berupa banjir bandang yang melampaui gunung hingga kaum kafir nabi Nuh AS binasa semua termasuk Kan’an (putra Nabi Nuh) jua binasa karena kedurhakaannya pada Allah SWT dan ayahnya (Nabi Nuh AS).
Selain itu, jua bisa kita tengok pada kaum Saba’ yaitu kaumnya Nabi Sulaiman AS. Kaum Saba’ terkenal dengan kelihaiannya dalam bidang penghijauan termasuk mereka sudah menerapkan sistem irigasi untuk pertaniannya, kawasannya subur dan penduduknya makmur. Namun ada hal buruk dari mereka, kaum Saba’ menyembah matahari selain Allah, sebelum mengikuti Nabi Sulaiman AS. Pada kaum Saba’ yang dzalim (kafir), Allah timpakan bencana berupa banjir arim atau “Sail Al Arim” yang menghancurkan lahan pertanian kaum Saba’ (yang merupakan sumber pendapatan kaum Saba’) dan jua runtuhnya bendungan untuk irigasi mereka, sehingga lahan pertanian mereka menjadi gersang dan tandus sebab berupa padang pasir.
Di samping itu, Allah SWT jua menurunkan ahzab pada kaum Aad. Kaum Aad adalah kaum Nabi Hud AS. Kaum Aad tersohor dengan kemampuan mereka dalam berteknologi di bidang arsitektur dan teknik sipil. Mereka (kaum Aad) membangun gedung-gedung besar bertingkat yang menjulang tinggi sebagai pertanda kelihaian dan kecerdasan mereka dalam berteknologi. Sayangnya kecerdasan dan keistimewaan yang mereka (kaum Aad) miliki menjadikan mereka berlaku sombong, bengis, dan dzalim, sehingga mereka mengingkari seruan dakwah Nabi Hud AS. Karena kedurhakaannya pada Allah SWT dan Nabi Hud AS, Allah SWT turunkan ahzab (siksa) pada kaum Aad berupa angin kencang (angin putting beliung) yang dingin dan sangat dahsyat selama 7 (tujuh) malam dan 8 (delapan) hari sehingga memporak-porandakan kaum Aad yang ingkar hingga mereka binasa dengan terkubur dalam pasir setebal sekitar 12 meter dari tanah.
Selain itu, renungkanlah ahzab Allah SWT yang ditimpakan pada kaum Tsamut. Kaum Tsamut adalah kaum Nabi Shaleh AS. Kaum Tsamut mengingkari ajakan Nabi Shaleh AS yang mengajaknya untuk hanya menyembah Allah SWT dan meninggalkan maksiyat. Namun kaum Tsamut menentang Nabi Shaleh AS dan memperolok-olokkannya serta menganggapnya gila. Maka atas kedurhakaan mereka (kaum Tsamut itu), Allah binasakan semua kaum Tsamut hingga tak ada yang tersiksa kecuali Nabi Shaleh AS beserta orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Ahzab yang Allah SWT berikan pada kaum Tsamut berupa petir dan halilintar yang menyambar semua kaum Tsamut yang durhaka. Namun ada keanehan yang luar biasa yang menunjukkan “Kekuasaan Allah SWT” yakni Allah SWT membinasakan semua kaum Tsamut yang durhaka dengan bencana, namun Allah SWT membiarkan bangunan-bangunan yang mereka bangun tetap kokoh berdiri tidak hancur bersama kaum Tsamut. Maha Suci Allah, sungguh Dialah Allah yang Maha Menyelamatkan pada siapa saja yang Dia (Allah) kehendaki dan membinasakan pada siapa saja yang Dia (Allah) kehendaki.
Demikian pula dengan kaum kafir Makkah yang memperolok-olok Nabi Muhammad SAW, maka Allah timpakan ahzab pada mereka sebagaimana Allah menimpakan ahzab pada kaum nabi-nabi terdahulu yang durhaka (kaum Aad, kaum saba, kaum madyan, kaum Nabi Nuh, kaum nabi Luth, dan kaum nabi yang lain yang durhaka). Oleh karena itu, marilah kita senantiasa mentaati segala yang Allah SWT perintahkan dan menjauhi larangan yang Allah SWT perintahkan. Sungguh, ahzab Allah SWT teramat pedih, semoga Allah memberikan hidayah dan pertolongannya pada kita sehingga kita termasuk golongan orang yang selamat. Aamiin.
قُلْ مَن يَكْلَؤُكُم بِٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ مِنَ ٱلرَّحْمَٰنِ ۗ بَلْ هُمْ عَن ذِكْرِ رَبِّهِم مُّعْرِضُونَ
Katakanlah: "Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari dari (azab Allah) Yang Maha Pemurah?" Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari mengingati Tuhan mereka. (Al-Anbiya 21:42)
Ayat tersebut (QS. Al-Anbiya 42) menjelaskan bahwasannya tiada yang dapat menyelamatkan seorang makhluk dari ahzab yang Allah SWT turunkan kecuali hanya Allah. Sesungguhnya Allah SWT menurunkan ahzab pada orang-orang yang dzalim, sombong, lagi bertingkah maksiyat. Maka jangan sekali-kali engkau menyembah pada selain Allah SWT seperti menyembah berhala. Bahkan ketika ahzab Allah diturunkan, berhala yang disembah manusia yang inkar pun turut hancur pada bencana Allah. Hal ini membuktikan bahwa berhala tidak dapat menyelamatkan manusia. Terlebih berhala (seperti patung) yang diciptakan oleh manusia. Mana mungkin Tuhan diciptakan oleh manusia? Seorang yang berfikir (menggunakan akalnya) pasti akan merenung bahwasannya “Tuhan itu yang menciptakan bukan yang diciptakan”, sehingga ia tidak mau menyembah berhala yang notabennya dibuat oleh manusia (makhluk). Maha Suci Allah, Dialah Dzat yang Maha Menciptakan, Maha Menghidupkan lagi Maha Mematikan.                 

أَمْ لَهُمْ ءَالِهَةٌ تَمْنَعُهُم مِّن دُونِنَا ۚ لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَ أَنفُسِهِمْ وَلَا هُم مِّنَّا يُصْحَبُونَ
Atau adakah mereka mempunyai tuhan-tuhan yang dapat memelihara mereka dari (azab) Kami. Tuhan-tuhan itu tidak sanggup menolong diri mereka sendiri dan tidak (pula) mereka dilindungi dari (azab) Kami itu? (Al-Anbiya 21:43)
Berdasarkan QS. Al Anbiya ayat 43 menunjukkan bahwa Tuhan-Tuhan yang disembah selain Allah (seperti berhala, patung) itu tidak dapat menolong manusia yang menyembahnya dari ahzab (bencana) yang Allah SWT timpakan pada mereka atas kedurhakaannya. Duhai insan yang sempurna, diciptakan dengan akal. Gunakanlah akalmu untuk merenung, mana mungkin Tuhan jua hancur saat bencana ada? Bukankah Tuhan seharusnya yang bisa menyelamatkan hambanya dari bencana?. Sungguh suatu kebodohan yang teramat nyata bila engkau menyembah berhala. Sebab saat banjir bandang, patung pun turut hancur. Saat Angin topan, patung pun turut hancur. Saat malapetaka datang, tidak sedikitpun berhala dapat menyelamatkanmu. Maha Suci Allah, Dialah Rabb Semesta Alam. Tiada Tuhan kecuali Allah, Dialah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.

بَلْ مَتَّعْنَا هَٰٓؤُلَآءِ وَءَابَآءَهُمْ حَتَّىٰ طَالَ عَلَيْهِمُ ٱلْعُمُرُ ۗ أَفَلَا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِى ٱلْأَرْضَ نَنقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَآ ۚ أَفَهُمُ ٱلْغَٰلِبُونَ
Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga panjanglah umur mereka. Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya. Maka apakah mereka yang menang? (Al-Anbiya 21:44)
Ayat QS. Al Anbiya ayat 44 menunjukkan bahwasannya dengan kemurahanNya, Allah SWT memberikan anugerahnya berupa kenikmatan dunia dan umur panjang pada bapak-bapak mereka dan mereka, namun sayangnya mereka (yang dianugerahkan kenikmatan dunia) lalai akan kenikmatan yang Allah berikan dan mereka mengingkarinya serta durhaka pada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Negeri yang mayoritas pendudukkanya kafir itu dianugerahi tanah yang luas, namun karena kedurhakaannya, Allah kurangi luas negerinya melalui penaklukan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para Sohabat. Lalu apakah mereka mengira bahwa mereka akan menang?. Tidak, kemenangan Allah anugerahkan pada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan kaum muslimin yang beriman. Demikianlah cara Allah SWT mengurangi luas tanah yang dimiliki kaum kafir, yakni melalui penaklukan atas orang-orang muslim.

قُلْ إِنَّمَآ أُنذِرُكُم بِٱلْوَحْىِ ۚ وَلَا يَسْمَعُ ٱلصُّمُّ ٱلدُّعَآءَ إِذَا مَا يُنذَرُونَ
Katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan" (Al-Anbiya 21:45)  
Ayat tersebut (QS. Al Anbiya 45) mengkaji bahwasannya Nabi Muhammad SAW adalah seorang utusan yang tugasnya menyampaikan wahyu yang ia terima untuk disampaikan pada ummatnya. Wahyu itu dari Allah SWT, bukan dari diri Nabi Muhammad SAW. Dikarenakan kaum kafir Makah tidak mengindahkan seruan ajakan dari Nabi Muhammad SAW, maka mereka disamakan dengan orang-orang yang tuli (orang yang tidak mendengarkan peringatan-peringatan yang Rosulullah SAW sampaikan).
*****
Kaum muslimin-muslimat yang dirahmati Allah SWT…J
Berdasarkan penjelasan tafsir QS. Al Anbiya ayat 41-45 di atas memberikan hikmah pada kita agar kita senantiasa bersikap rendah hati, tidak menyombongkan diri dan senantiasa taat pada perintah Allah SAW serta menjauhi segala larangan Allah SWT. Janganlah kita mendurhakai peringatan yang disampaikan oleh utusan Allah (Nabi Muhammad SAW) sehingga mendatangkan murkanya Allah SWT yang mengakibatkan Allah SWT menurunkan ahzabnya (siksanya) pada kaum yang durhaka. Begitu banyak pelajaran yang dapat kita petik dari kisah-kisah ummat terdahulu yang binasa karena mendurhakai para utusan Allah SWT seperti kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Luth, kaum Madyan, dan kaum nabi lainnya yang mendurhakai Nabi. Sungguh, janganlah kita berlaku sombong, sebab tatkala kesombongan bertasbih maka kehancuranpun menanti. Allah tidak menyukai hamba yang sombong. Dan janganlah kita berpura-pura tuli (tidak mengindahkan ajakan/ seruan para Rosul).  
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum sekaligus guru yang mengampu dalam kajian kitab Tafsir Qur’an. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.                  
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:   
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahali. Tafsir Qur’anul Adhim. Bab 2. Lil Imam Abi Abdullah bin Hazem. Surat Al Anbiya ayat 41-45. Halaman 31.                                    

   













Tidak ada komentar :