HALIMAH BINTI MASDARI

Jumat, 15 Desember 2017

KEISTIMEWAAN 4 PILAR

KEISTIMEWAAN 4 PILAR
*****   
Written By Dewi Nur Halimah, S.Si
Delivered by KH. Maemoen Zubair from Sarang – Rembang
*****
Kamis Malam, 14 Agustus 2017
Dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Khotmil Qur’an oleh Majlis Taklim Nusantara, Jetis 2017/ 1437 H.         
*****


Nabi Muhammad SAW atau dikenal dengan sebutan Rosulullah SAW adalah nabi akhiruz zaman. Beliau lahir pada hari Senin, 12 Robi’ul Awwal 571 M, tepatnya pada tahun Gajah. Dinamakan tahun gajah karena pada saat kelahiran Rosulullah SAW ada bala tentara Raja Abrahah yang mengendarai gajah hendak merusak Ka’bah. Namun atas kekuasaan Allah swt, Allah kirimkan burung ababil yang membawa kerikil dari neraka untuk dilemparkan pada tentara Raja Abrahah sehingga bala tentara Raja Abrahah binasa. Demikianlah cara Allah swt dengan segala kekuasaanNya untuk melindungi Ka’bah (baitullah). Bulan Robi’ul Awwal, Robi’ artinya bagus dan Awwal artinya dahulu. Bila Rosulullah SAW lahir pada 571 M, sementara saat ini 2017, maka selisih saat ini dengan kelahiran Rosulullah SAW adalah 1446 tahun (2017 – 571).
Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW tidak berpacuan pada bulan syamsiyah (bulan matahari) melainkan berpacuan pada bulan qumariyah (bulan rembulan). Bulan Syamsiyah (bulan matahari) berpacuan pada bumi mengelilingi matahari (revolusi bumi) sementara bulan qomariyah (bulan rembulan) berpacuan pada revolusi bulan (pergerakan bulan mengelilingi bumi). Bulan syamsiyah disebut ayat Allah an nahar ( ayat Allah siang hari karena matahari terbit pada waktu siang hari) dan bulan qomaroyah disebut sebagai ayat Allah al lail (ayat Allah malam hari karena bulan terlihat pada malam hari). Segala kegiatan manusia termasuk jadwal pendidikan akademik, jadwal kerja berpacu pada bulan syamsiyah (masehi) bukan bulan qomariyah (bulan hijriyah). Pusat perubahan seluruh alam dihitung berdasarkan matahari.
Mengapa segala aktivitas baik di dunia pendidikan, dunia kerja berpatokan pada bulan syamsiyah?. Karena bulan syamsiyah berpacuan pada matahari yang istiqomah ukurannya tiap hari. Coba kau perhatikan dengan seksama, setiap hari ukuran matahari sama, tidak semakin kecil juga tidak semakin besar. Berbeda dengan bulan qomariyah (bulan rembulan) ukurannya selalu berubah-ubah. Pada tanggal 1-7 (awal bulan), ukurannya sangat kecil. Tanggal 8-14, ukurannya semakin besar tiap harinya. Tanggal 15 bulan purnama (bulan sempurna). Tanggal 16-21 semakin mengecil. Tanggal 22-28, semakin lebih kecil ukurannya yang terlihat hingga tanggal 29 sudah tidak kelihatan (bulan tidak terlihat pada malam ke 29). Itulah mengapa bulan qomariyyah tidak menjadi patokan dalam aktivitas manusia, karena bulan qomariyyah selalu berubah-ubah ukurannya (tidak istiqomah).
Bulan syamsiyah menjadi patokan karena keistiqomahan ukurannya tiap hari dari awal bulan hingga akhir bulan. Itulah mengapa kita sebagai manusia dalam beribadah seyogyanya mencontoh matahari yang istiqomah ukurannya tiap hari agar kita senantiasa menjaga keistiqomahan ibadah kita tiap hari. Meskipun demikian, bulan qomariyyah adalah massa yang baik untuk manusia sebagai penentuan dalam menjalankan syari’at, seperti penentuan awal romadhon, penentuan 1 syawal dan lain sebagainya. Bila kita telusuri, terkadang iman manusia itu pasang surut layaknya bulan yang ukurannya terkadang kecil, lebih besar, besar, lantas kecil lagi, bahkan menghilang lalu muncul lagi di awal bulan.
Ketika seseorang mengetahui posisi bumi terhadap matahari (revolusi bumi) maka ia dapat menentukan derajat. Dalam satu putaran (lingkaran) sebesar 360o. Matahari mengelilingi dunia sehari semalam sebesar 1o. Nnamun yang menjadi pertanyaan, bila satu putaran 360o, mengapa jumlah hari dalam setahun (sesuai revolusi bumi terhadap matahari) tidak 360 hari melainkan 365 hari?. Karena dalam satu tahun ada 7 bulan yang jumlahnya 31 hari dalam satu bulan yakni bulan Januari, Maret, Mei, Juli, Agustus, Oktober, dan Desember, sedangkan bulan Februari jumlahnya 28 hari kecuali untuk tahun yang habis dibagi 4 jumlah hari dalam bulan Februari ada 29. Dengan demikian jumlah hari dalam satu tahun ada 365 hari.  
Berkaitan dengan bulan qomariyyah dan bulan syamsiyah, tidak terlepas dengan kehidupan manusia di dunia. Kehidupan di dunia identik dengan jerih payah (kerepotan). Maka wajar bila manusia hidup didunia akan kerepotan baik kerepotan oleh kegiatan, pikiran, ataupun masalah yang datang silih berganti. Dunia adalah tempat repot, bila tidak menginginkan kerepotan hidup di dunia maka janganlah hidup di dunia. Di era global, perkembangan zaman semakin pesat sehingga perlu diimbangi dengan keterampilan (skill) yang mumpuni agar dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Berhubungan dengan bulan masehi (bulan syamsiyah/ bulan matahari). Bulan Desember identik dengan besar-besarnya sumber air (gedhe-gedhene sumber). Bulan Januari berkaitan dengan penghijauan (hijau-hijaunya padi karena musim tanam padi). Bulan Februari identik dengan dekat-dekatnya padi ( mepet-mepet e pari untuk dipanen). Bulan Maret identik dengan penyabitan/ pemotongan padi untuk dipanen (maret = arit/ ngarit pari). Bulan April identik dengan keberkahan atau krisis. Apabila bulan april, seseorang memiliki banyak uang maka itu sebagai pertanda bulan selanjutnya memiliki uang juga. Namun bila bulan April mengalami krisis uang bahkan kesusahan, maka bulan selanjutnya juga akan mengalami demikian. Mengapa demikian, bulan April seolah istimewa? Karena Bulan April adalah bulan kelahiran Rosulullah SAW.
Kehidupan dunia semakin tahun berubah seiring dengan perubahan zaman. Orang yang berakal tentu mengerti zamannya dan mengetahui prubahan yang terjadi pada zamannya. Bila seseorang semakin tidak tahu zamannya, maka akan semakin banyak pergejolakan atau pertengkaran. Kehidupan di era modern manusia dituntut untuk kritis, solutif dan kreatif. Jumlah penduduk (jumlah manusia) yang semakin banyak, namun lahan pertanian semakin berkurang karena digunakan sebagai lahan pemukiman penduduk. Padahal kebutuhan pangan manusia semakin banyak. Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir (Na Nabiya Bakda) yang tidak ada nabi lagi setelah awafadnya Nabi Muhammad SAW. Suatu keanehan fenomena zaman akhir adalah, sudah tidak ada lagi nabi, namun jumlah pemeluk agama islam yang menyembah Allah swt semakin besar jumlahnya. Dahulu pemeluk agama islam di Uni Soviet hanya 5-10% dari seluruh warga negara Uni Soviet, sekarang islam dikenal oleh warga Uni Soviet. Suatu Kejaiban (Kekuasaan Allah), Islam pertama hijrah dari Makkah ke Madinah, akan tetapi perkembangan islam pesat di Uni Soviet. Bahkan Hadits yang diterima oleh seluruh ummat islam di perjuru pelahan bumi oleh Imam Bukhari Muslim berasal dari Uni Soviet.
Wong Jowo Kudu Njawani
Kutipan tersebut bukanlah sembarang kutipan, sebab perkembangan Islam pesat setelah islam tiba diperkenalkan di tanah Jawa oleh walisongo. Memang berdasarkan sejarah, Islam pertama kali masuk melalui Kerajaan Samudra Pasai yang terletak di Pulau Sumatra. Akan tetapi perkembangan islam semakin pesat dan baru bisa me-nasional setelah Islam sampai di tanah Jawa. Tidak ada  Islam di Indonesia yang perkembangannya pesat, kecuali terpusat di tanah Jawa baru merambah ke pulau-pulau lainnya. Jawa menjadi segala rujukan kemajuan. Islam mulai tersohor dari dibangunnya masjid Bintoro di tanah Jawa.
Filsafat pertama Indonesia adalah filsafat dari Jawa yang diwariskan oleh nenek moyang yang dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tembang seperti tembang sinom parijotho, khinanti, dhandhanggulo, dll. Keistimewaan filsafat jawa diantaranya; 1) menggunakan bahasa yang tinggi, 2) kandungan isinya yang luar biasa (tidak bisa digegabah/ diremehkan) karena sarat akan makna kebaikan dan keluhuran. Tembang lebih mudah dihafal wanita dibandingkan laki-laki. Bila yang menyanyi syair tembang laki-laki, maka yang diperhatikan lebih condong pada isi atau content syairnya. Berbeda dengan laki-laki, bila yang membawakan tembang perempuan yang dilihat bukan isinya tetapi lebih pada suara dan rupa (kecantikan wajah) yang membawa syair tersebut.
Manusia terlebih ummat islam berpegang pada As Sunah. Sunah adalah perilku manusia yang diajarkan Rosulullah SAW. Perilaku manusia banyak macamnya, sebagai contoh suku di Aceh dan suku Jawa. Di Aceh memiliki budaya adat di atas syari’at sehingga keputusan kepala suku lebih diutamakan di atas syari’at. Sedangkan suku Jawa memiliki adat mudah menerima hal baru sehingga lebih mengutamakan syari’at sebagai adat. Pusat kemajuan di Jawa adalah Jawa Tengah karena Falsafat Indonesia termasuk tembang sinom parijotho, kinanthi, dandhanggula, dll diciptakan oleh para sunan yang berasal dari Jawa Tengah. Flsafat Jawa seperti tembang dhandhanggula, sinom parijotho, kinanthi sarat akan bahasa sansekerta yang penuh dengan petuah kebaikan. Akan tetapi falsafat itu rusak tatkala tidak dipahami artinya.
Indonesia dijajah Belanda hingga 350 tahun karena hubbud dunya yang melalaikannya pada hubbul wathon. Falsafat rusak saat dinyanyikan wanita. Lalu orang-orang berlomba mencari sinden untuk menyanyikan tembang falsafat, akan tetapi tidak dipahami maknanya lebih fokus pada suara sang sinden dan cantik rupa sang sinden. Alhasil orang dibutakan oleh rupa dan suara sinden sehingga menjadikannya gila (mabuk). Saat manusia mabuk dan dalam kondisi tak sadar, Belanda masuk memainkan taktiknya dengan politik adu domba (devide et impera) dalam memperebutkan perempuan. Itulah mengapa, wanita turut berperan dalam menentukan kemajuan negara.
Perlu diketahui bahwa wanita adalah tiang negara. Hancur dan majunya negara terletak pada kharakter dan akhlak (perilaku) wanitanya. Negara aman, maju dan sejahtera apabila wanitanya cerdas dan berakhlak mulia. Sebaliknya, negara mengalami kehancuran karena rusaknya moral wanita. Berkaitan dengan wanita, mengapa Rosulullah SAW memilih Sayyidah Khodijah meskipun beliau janda?. Sayyidah Khodijah RA adalah wanita yang cerdas dan berakhlak mulia. Bukan hanya itu, Sayyidah Khodijah RA juga berwajah cantik jelita. Kecerdasan Sayyidah Khodijah RA terlihat pada beliau yang menguasai kitab Zabur, Taurot dan Injil.
Mengapa Sayyidah Khodijah tidak disebutkan sebagai ahli qur’an atau yang menguasai Al Qur’an?. Karena semasa Nabi Muhammad belum menikah dengan Sayyidah Khodijah, dan sewaktu Sayyidah Khodijah masih janda, kitab suci Al Qur’an belum Allah turunkan, sedaangkan yang sudah Allah turunkan adalah 3 kitab (Taurot yang diturunkan pada Nabi Musa AS, Zabur yang diturunkan pada Nabi Daud AS, dan Injil yang diturunkan pada Nabi Isa AS). Al Qur’an baru diturunkan ketika Rosulullah sudah menikah dengan sayyidah Khodijah RA, tepatnya QS. AL-Alaq ayat 1-5, di Gua Hiro’. Atas pertimbangan kecerdasan dan akhlak mulia itulah yang menjadi landasan Rosulullah SAW menikahi sayyidah Khodijah RA, walaupun yang meminang (menyatakan cinta dan mengajak untuk menikah) terlebih dahulu adalah sayyidah Khodijah.
Sebelumnya, ketika masa janda, Sayyidah Khodijah telah dipinang beberapa kali oleh lelaki kaum Arab, namun ditolaknya karena Sayyidah Khodijah tahu berdasarkan 3 kitab yang dikuasainya akan ada Nabi Akhir Zaman yang cerdas dan berakhlakul karimah. Itulah mengapa ketika mengetahui ciri-ciri itu terdapat pada Nabi Muhammad SAW (Rosulullah SAW), Sayyidah Khodijah RA langsung meminang dan menyatakan cintanya serta bersedia diperistri Rosulullah. Wajar bila kendati janda, Sayyidah Khodijah dipinang oleh banyak lelaki arab yang kaya-kaya. Karena Sayyidah Khodijah selain kaya raya (saudagar kaya raya), beliau jua cantik jelita dan sangat cerdas. Kecerdasannya itulah yang membuat banyak lelaki terkagum olehnya, terlebih ditopang kekayaan ekonomu dan rupa yang cantik. Namun demikian, Sayyidah Khodijah memilih Rosulullah SAW yang kala itu miskin, karena apa? Karena Rosulullah memiliki ciri-ciri sebagaimana yang tertera dalam kitab yang dikuasai oleh Sayyidah Khodijah, selain itu Rosulullah berpribadi mulia sehingga dijuluki Al-Amiin, cerdas, dan juga tampan.
Sebagaimana topik 4 pillar, 4 pillar kesejahteraan adalah sandang, papan, pangan, dan sehat. Sandang (pakaian) sangat penting bagi manusia untuk menutup aurot sehingga mulia kehormatannya yang membedakannya antara manusia dengan binatang. Nabi Idris AS adalah orang pertama yang menemukan pakaian dengan cara menjahit atas ilmu yang diberikan Allah padanya. Papan (lahan) penting untuk manusia mendirikan rumah sebagai tempat bermukim jua sebagai lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Pangan (makanan) penting karena untuk keberlangsungan hidup manusia. Makanan diperlukan untuk energi manusia dalam melakukan kegiatan sehari hari, termasuk salah satunya diperlukan untuk pertumbuhan manusia. Kesehatan adalah hal berharga manusia. Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat beraktivitas. Sekaya apapun bila sakit-sakitan tentu tiadalah artinya. Berkaitan dengan kesehatan, rumah yang sehat adalah rumah yang ada ventilasinya sebagai tempat pertukaran udara. Rumah yang baik menghadap ke timur sehingga searah dengan terbitnya matahari (mendapatkan sinar matahari di pagi hari yang mengandung vitamin D yang bagus untuk kesehatan). Sedangkan yang kurang baik adalah rumah menghadap ke barat karena mendapatkan sinar tenggelamnya matahari yang kurang baik untuk kesehatan.
Sebagaimana 4 jari yang tidak bisa terpisah (jari kelingking, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk) yang menggambarkan kebersamaan. Jari kelingking atau jenthik identik dengan “panunggul patenono” yang mengajak pada membunuh keburukan. Jari manis identik dengan memperindah tampilan jari karena jari manis yang dipakaikan cincin. Jari tengah identik dengan “menengahi” keadaan. Jari telunjuk identik dengan membenarkan atau menunjukkan kebenaran. 4 Jari tersebut tidak bisa dipisahkan dan selalu bersama, tidak seperti jari jempol yang terpisah sendiri arahnya.
Sebagaimana simbol jari, kehdupan pun memiliki 4 pilar, termasuk 4 pillar kehidupan bernegara. Pilar akan membawa pada tujuan hidup. 4 Pillar kehidupan bernegara di Indonesia:
1)      Pancasila (P) yang merupakan dasar negara.
2)      Bhineka Tunggal Ika (B) sebagai alat pemersatu bangsa diatas perbedaan-perbedaan yang ada baik perbedaan ras, suku, agama, ethnis, dan lain sebagainya.
3)      Negara Kesatuan Republik Indonesia (N)
Dahulu di Jawa sendiri ada 6 negara yakni a). Negara Kerajaan Banten, b). Negara Kerajaan Cirebon, c). Negara Kerajaan Solo, d). Negara Kerajaan Yogyakarta, e). Negara Kerajaan Demak, dan f). Negara Kerajaan Banyuwangi. Kemudian menjadi 5 karena kerajaan Solo dan Yogyakarta menyatu menjadi satu, kemudiaan semua kerajaan yang terpisah-pisah di seluruh Indonesia menyatu membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
4)      UUD 1945 (U) sebagai aturan tatanan nrgara (konstitusi tertulis)
Apabila disingkat, 4 pilar tersebut adalah PBNU. Kapan PBNU makmur? Ketika NU me-nasional karena NU mempersatukan ummat.
Selanjutnya adalah 4 pilar yang menyusun tubuh manusia diantaranya:
1)      Raga
2)      Sukma
3)      Nyawa
4)      Puwaningwaseso
Raga, Sukma dan Nyawa tidak bisa menyatu kalau tidak menempel pada purwaningwaseso. Nyawa tidak bisa menempel bila tak ada sukma. Nyawa adalah arwah yang Allah berikan pada tiap sukma. Sukma menempel pada raga. 4 komponen (raga, sukma, nyawa, dan puwaningwasesa) menjadi sebab manusia bisa hidup di dunia atas izin Allah swt.
Selanjutnya 4 fase pokok kehidupan manusia yaitu:
1)      Taman Kanak-Kanak
Masa dini manusia, dimana manusia memiliki masa golden stage, masa anak-anak meniru pada apa saja yang dilihatnya sehingga disebut sebagai great imitator.
2)      Fase Pertumbuhan (Remaja)
Masa pertumbuhan adalah masa remaja. Dimana pertumbuhan dan perkembangan tubuh kian kentara. Fase ini merupakan fase yang tepat untuk mulai mendidik anak.
3)      Fase Dewasa
Fase yang menjadi patokan kesuksesan seseorang, misal usia 40. Kog di udia 40 seseorang memiliki karir yang cemerlang maka kesuksesan telah diraihnya, kebahagiaan materi telah berhasil dicapainya.
4)      Fase penentuan.
Fase penentuan adalah fase yang mennentukan ciri akhir kehidupan manusia, akankah akhir hidupnya nanti khusnul khotimah ataukah su’ul khotimah. Fase penentuan adalah fase persiapan mengahdapi kematian. Segalanya ditentukan oleh amal perbuatan manusia. Manusia yang beruntung adakah manusia yang akhir hayatnya indah dan khusnul khotimah.
Manusia dituntut untuk belajar sejak lahir hingga ke liang lahat, baik mempelajari ilmu lahir maupun ilmu batin. 4 Pillar ilmu yang wajib dipelajari yaitu: 1) ilmu makrifat, 2) ilmu syari’at, 3) ilmu toriqot, dan 4) ilmu hakikot. “Berhijrahlah dari belahan bumi satu ke belahan bumi lainnya” (keliling dunia) agar engkau mengetahui keadaan dunia sehingga engkau memahaminya dan dapat mempelajarinya. Manusia untuk memenuhi kebutuahn lahir batinnya harus melakukan 4 hal yakni 1) belajar, 2) tidur, 3) kerja, dan 4) hiburan. Masa yang bagus untuk belajar adalah siang hari (nahar) sehingga sangat cocok bagi orangtua sebagai waktu untuk mendidik anak. Ilmu pertama kali ditemukan dari belahan bumi bagian timur, namun berkembang pesat di bagian barat. Ilmu kedokteran diperkenalkan oleh Ibnu Sina (cendekiawan dari Timur) kemudia berkembang pesat di belahan bumi bagian Barat (Eropa) setelah melakukan berbagai riset. Contoh lain, ilmu Falaq (perbintangan), dikenalkan pertama kali oleh cendekiawan muslim dari Timur, kemudian berkembang pesat di Barat (Eropa).
Sayyidah Khodijah RA mengetahui pillar 4 untuk kemajuan negara:
1)      At Tin (Pohon Tin)
Buah tin dikenal sejak zaman Adam AS. Pohon Tin adalah pohon pohonan pertama yang dikenalkan pada manusia sebagai lambang kesejahteraan kehidupan. Dahulu di tanah Jawa banyak sekali pohon Tin, namun sayangnya sekarang sudah punah.
2)      Az Zaitun (Pohon Zaitun)
Pohon Zaitun digunakan dan mulai dikenal sejak zaman Nabi Nuh AS. Pohon Tin sudah mulai tidak digunakan ketika manusia mulai mengenal pohon Zaitun sehingga lambat laun keberadaan pohon Tin punah karena tidak dilestarikan keberadaannya.
3)      Turii Siniin (Kota Turi Sinai)
Kota Turi Sinai mulai dikenal sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Selain itu, kitab Taurot diturunkan pada Nabi Musa AS di Sinai sebagai kitab petunjuk untuk kemajuan dunia.
4)      Hadal Baladil Aamiin (Negara yang Aman)
Negara maju karena keamanan negaranya terpenuhi. Sebagai contohnya negara Irak. Irak dahulu mengalami masa kejayaan, akan tetapi sekarang mengalami masa keruntuhan karena adanya ISIS dan Syi’ah.
Bangunan pertama di muka bumi yang mencerminkan 4 pillar kemajuan negara adalah Ka’bah.
Tidak ada negara yang sekaya bangsa Yahudi yang memiliki SDM mumpuni seperti Israel. Akan tetapi di bangsa Arab, Yahudi tidak memiliki tanah air sehingga sampai sekarang Yahudi belum memiliki kemerdekaan. Orang yahudi memiliki sejarah membunuh Nabi. Nabi yang pertama dibunuh oleh bangsa Yahudi adalah Nabi Zakariya dan Nabi Yahya. Nabi Zakaria dibunuh dengan digergaji ketika Nabi Zakariya bersembunyi di dalam pohon, lalu syetan menunjukannya dan bangsa Yahudi menggergaji pohon tempat Nabi Zakariya bersembunyi.
Pilar islam adalah sholat. Sholat adalah tiang agama. Itulah mengapa amalan yang dihisab pertama kali di akherat adalah sholat. Di dalam sholat terdapat 4 gerakan sholat yang utama yakni: 1) berdiri, 2) rukuk, 3) sujud, san 4) duduk. Oleh karena itu solat sangat menyehatkan tubuh karena memperlancar peredaran darah dalam tubuh. Bilangan shalat ini menjadi hal istimewa yang berkaitan dengan sejarah Indonesia. Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 (17-8-1945).
Angka 17 ini seperti jumlah roka’at dalam bilangan shalat yakni:
1)      4 rokaat sholat isya’
2)      2 rokaat sholat subuh,
3)      4 roka’at sholat dzuhur,
4)      4 roka’at sholat asar, dan
5)      3 roka’at sholat magrib sehingga total jumlah roka’at dalam sehari semalam ada 17 roka’at.
Demikian pula angka 8 (bulan agustus) yang sesuai dengan 8 anggota tubuh yang digunakan untuk shalat dalam mencapai surga Allah dengan sholat yakni:
1)      Bathuk atau dahi (1)
2)      Kedua telapak tangan (2)
3)      Kedua lutut (2)
4)      Kedua telapak kaki (2)
5)      Hati (1)
Apabila dijumlahkan ada 8 anggota tubuh untuk sholat dalam bersujud (1+2+2+2+1). Coba cermati, Indonesia merdeka pada tahun 45 dan tanggal sumpah pemuda pada tanggal 28. Apabila angka 45 dikurangkan dengan 28 (selisih), maka hasilnya 17 sebagaimana jumlah roka’at dalam sholat selama sehari semalam. Begitu istimewanya angka 17, sehingga manusia dilihat keberhasilannya pun saat usia 17 tahun. Begitu usia 17 tahun kog bodoh, maka kesengsaraan kelanjutan hidupnya, begitu 17 tahun kog semakin cemerlang maka semakin sukses ke depannya. Akhir pada masa cemerlang adalah 21 tahun yang menginjak dewasa. Usia dewasa berawal 28 tahun. Apabila usia 28 tahun sudah berkarir berarti ia akan semakin bahagia kedepannya, kebutuhannya tercukupi. Kalau usia 28 tahun tidak memiliki pekerjaan (pengangguran), maka pertanda kesengsaraan di kehidupan selanjutnya. Usia 40 tahun adalah usia produktif penentuan karir yang menetap. Subahanallah, Maha Suci Allah atas segala KekuasaaNya. Sungguh betapa istimewanya angka kemerdekaan bangsa Indonesia dibalik folosofinya.
Jumlah bulan dalam setahun ada 12. Bulan yang paling mulia di dalam Al Qur’an di sebut ada 4 yaitu:
1)      Bulan Rojab
Bulan rojab adalah bulan dimana Allah menurunkan nur (segala cahaya kebaikan) pada Nabi Muhammad SAW. Bulan Rojab ditandai dengan penghijauan dan angin yang sepoi-sepoi serta rintik-rintik hujan yang meneduhkan.
Bulan Rojab (Agustus) adalh bulan yang mulia. Selisih bulan Agustus ke Bulan April ada 9 bulan (Agustus, September, Oktober, November, Desember, Januari, Februari, Maret, April). Itulah mengapa angka 9 adalah istimewa (angka kemenangan).
Coba perhatikan:
9 x 2 = 18 ( 1 + 8 = 9 )
9 x 3 = 27 ( 2 + 7 = 9 )
9 x 4 = 36 ( 3 + 6 = 9 )
9 x 5 = 45 ( 4 + 5 = 9 )
Dst

2)      Bulan Selo (Zulqoidah)
Bulan untuk istirahat bagi kaum lelaki Arab.
3)      Bulan Besar (Bulan Zulhijah)
Bulan dimana ummat islam menunaikan Ibadah haji ke tanah suci. Bulan Zulhijah terdapat peristiwa penting terkait sejarah idul adha dimana Allah menguji kecintaan Nabi Ibrahim AS, apakah lebih besar cintanya terhadap putranya (Nabi Ismail AS) ataukah kepada Allah SWT. Ternyata cinta Nabi Ibrahim AS pada Allah lebih besar dari cintanya pada putranya sehinga rela mengorbankan putranya untuk di sembelih, akan tetapi karena ketaatan Nabi Ibrahim AS, Allah ganti Nabi Ismail AS dengan kambing untuk di sembelih sehingga tercetuslah hari raya qurban (idul adha).
4). Bulan Muharrom
“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. [ H.R. Muslim (11630) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallohu anhu].
Bulan Muharrom merupakan bulan yang paling banyak pahalanya baik pahala puasa, bersedekah, berziarah ke makam ulama, menyantuni yatim, mengasihi fakir miskin, maupaun beramal kebaikan.    
Bulan yang paling mulia ada 4 yakni bulan rojab, zulqoidah, zulhijah dan muharram. Akan tetapi karena adanya peristiwa penting ada bulan lain yang menjadi istimewa seperti bulan ramadhan, bulan syawal, dan bulan Sya’ban. Bulan ramadhan istimewa karena adanya peristiwa nuzulul qur’an (diturunkannya Al-Quran) dan adanya malam lailatul qodar. Bulan syawal adalah bulan kebahagian yakni bulan kemenangan bagi ummat islam untuk merayakan hari raya idul fitri setelah satu bulan berpuasa. Itulah sebabnya pada bulan syawal, disunahkan sebelum keluar rumah makan dahulu, menggunakan pakaian terbaik, dan memakai wangi-wangian bagi kaum laki-laki. Bulan Sya’ban istimewa karena pada bulan sya’ban Rosulullah SAW uzlah ke gua Hira’ untuk mendekatkan diri pada Allah SWT sebelum menerima wahyu Qur’an pada bulan Ramadhan. Rosulullah meninggalkan Sayyidah Khodijah RA demi cintanya pada Allah swt yang lebih besar.
4 kenistaan bangsa Arab ketika zaman jahiliah yaitu:
1)      Jahiliah (bodoh)
2)      Buta huruf
3)      Tidak ada budaya
4)      Miskin
Akan tetapi kehadiran Nabi diturunkan di bangsa Arab membawa revolusi untuk kemajuan dan kesejahteraan umat manusia. Dari yang buta huruf, dikenalkan huruf arab (huruf hija’iyah) yang digunakan untuk menyusun kata dalam bahasa Arab bahkan tersohor hingga ke seluruh dunia. Dari yang bisa membaca dan menulis, maka jadilah pintar. Kemudian dari yang tak memiliki budaya, Nabi perkenalkan budaya Arab yakni memakai sorban, jubah, siwak, tasbih, dll yang dikenal sebagai budaya ummat islam di seluruh dunia awalnya dari Arab yang diajarkan oleh para Nabi. Dari miskin karena bodoh, kemudian menjadi pintar sehingga pandai mengelola kekayaan bangsa Arab sehingga menjadi negara yang kaya bahkan saat ini negara Arab adalah negara penghasil minyak bumi terbesar di dunia.     
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada syaikhuna Maimoen Zubair (KH. Maimoen Zubair) dari Sarang-Rembang selaku mubaligh yang menyampaikan ceramah dalam acara “Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW” oleh Majlis Taklim Nusantara, Jetis, Blora. Tak lupa penulis sampaikan terimakasih pada kiahi penulis, Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

SUMBER:
Ceramah lisan Syaikhuna Maimoen Zubair (KH. Maemoen Zubair) dari Sarang Rembang saat peringatan Maulid Nabi SAW oleh Majlis Taklim Nusantara, Jetis, Blora. Tanggal 14 Desember 2017.              



Kamis, 07 Desember 2017

MUROQOBAH DAN PEMBAGIAN WAKTU



MUROQOBAH DAN PEMBAGIAN WAKTU
*****
Written by Dewi Nur Halimah, S.Si
Delivered by Gus Qoyyum (LASEM-REMBANG)
***** 
Gus Qoyyum (Lasem-Rembang).

            Seorang hamba yang taat akan merasa takut pada Allah sebab Allah selalu melihatnya. Orang yang merasa takut pada Allah baik ketika dilihat manusia atau tidak, kelak di akherat akan bisa berjabat tangan dengan malaikat. Namun sayangnya, manusia terkadang sewaktu-waktu dilalaikan oleh pekerjaan, bisnis, keluarga sehingga lupa dengan Allah swt. Akan tetapi, ketika mereka kembali mengingat Allah swt, Allah swt mengampuninya.
Berkaitan dengan waktu (managemen waktu), waktu di dalam Al Qur'an disebut sebanyak 48 kali. Sedangkan di dunia saat ini 24 jam. Jam pertama kali ditemukan Nabi Nuh AS sebanyak 12 jam, tak seperti jam saat ini yang durasinya 24 jam dalam sehari.
Adapun pembagian waktu ada 3:
1.      Ilmus Sa'ah (mengetahui waktu) ----> waktu qiyamat.
Waktu qiyamat hanya diketahui Allah swt, sementara waktu yang diketahui manusia adalah waktu sehari-hari yang dapat diatur jadwalnya untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Contoh managemen waktu yg baik:
# Sayyidina Umar, ketika beliau terlambat solat, ia merasa bersalah lantas untuk menebus dosanya beliau bersedekah.
# Imam Ibnu Thaimiyyah memanfaatkan waktunya ketika di penjara dengan menulis kitab.
# Buya Hamka mengarang menulis tafsir Al Azhar (30 juz) di dalam penjara.
# Imam Abu Hanifah khatam Al Qur'an 30 juz di dalam penjara.
# Sayyid Kutub mengarang kitab di dalam penjara.
2.      Amrus Sa'ah (memerintahkan waktu)
Allah tidak ilmus sa'ah melainkan amrus sa'ah. Waktu diperintah Allah swt bukan diketahui Allah swt. Berikut kisah hikmah tentang persiapan hamba Allah yang soleh menghadapi amrus sa'ah (qiyamat diperintahkan Allah SWT):
a.      Kisah Abdullah bin Muwadda’ah
# Abdullah bin muwadda'ah salah seorang duda, setelah duda setelah sehari wafadnya sang istri, selang sehari kematian istrinya langsung mengaji. Guru ngajinya bernama Sa'id bin Husain.
Sa'id bin Husain                 : "Mengapa ngajimu beberapa hari ini terlambat?".
Abdullah                             : "Saya terlambat krn merawat anak anak saya dulu, saya menyiapkan makan mereka, saya menyapu, dll. Saya memiliki peran sebagai ayah sekaligus ibu. Saya menggantikan posisi istri saya, istri saya baru saja meninggal dunia".
Sa'id bin Husain                 : "Apakah km ingin menikah lagi?".
Abdullah                             : "Saya tidak memikiki uang utk menikah guru. Tabungan saya hanya 3 dirham".
Sa'id: bin Husain                : "Maukah Engkau mau menjadi menantuku?"
Abdullah                             :"Jika guru berkanan saya mau".
Anak Sa'id bin Husain pernah dilamar seorang gubernur dan di tolak. Anak Sa'id bin Husain adalah wanita yang cerdas, hafidzah, ahli hadits & ulama wanita yang terkenal di jamannya. Malam pertama nikah, Abdullah dan istrinya tidak ada suasana keromantisan karena kedua-duanya sibuk beribadah (pencinta ilmu).
Suatu hari, Abdullah hendak mengaji.
Abdullah                        : "Dek, Kang mas tak ngaji dulu".
Istri                     : "Ngaji dimana mas?"
Abdullah                        : "Di bapakmu dek".
Istri                 : "Kalau begitu ngaji dg saya saja mas. Saya sudah diajarkan apa saja sama abah".
Abdullah               : "Iya dek, aku akan belajar mengaji bersamamu".
Subhanallah....seorang istri mengajar ngaji suami. Dan suaminya mau diajari mengaji istrinya tanpa merasa direndahkan. Sebuah tauladan yang hebat, berguru pada siapapun kendati pada istri jika memang istrinya lebih cerdas. Karena keluarga adalah saling melengkapi.
b.      Kisah Surin Pisuwan
Seorang sekjen ASEAN (Surin Pitsuwan) dari Thailand merupakan santri dari pondok pesantren yang merupakan tokoh Islam. Kesenangannya mengaji, dzikir, membaca al barjanji dan membaca Qur'an. Gus Surin Pitsuwan adalah seorang gus, putra dari seorang kiahi di pesantren Ban Tan (Thailand Selatan). Beliau sangat rendah hati dan beliau adalah sekretaris jenderal ASEAN yang berasal dari muslim di tengah penduduk Budha di Thailand. Sejak jabatannya sebagai sekjen ASEAN, pondok Ban Tan tempat beliau ketika masih kecil menjadi tersohor di ASEAN. Banyak orang membincangkannya disebabkan oleh ketawadhuan, kecerdasan, dan kepiawaian beliau dalam sains islam. Beliau adalah duta muslim Thailand di dunia.

Ketika qiyamat ----> amrus sa'ah dari Allah swt.
Ketika bintang berjatuhan ----> amrus sa'ah dari Allah swt.
Gunung meletus --->  amrus sa'ah dari Allah swt.
Hancurnya dunia atas perintah Allah (amrus sa'ah), sehingga bumi-bumi bertebaran bagaikan anai anai yang berhamburan. Sedangkan rusaknya daratan dan lautan disebabkan oleh tangan manusia yang tak bertangungjawab.
3.      Zalzalatas Sa'ah (guncangnya waktu).
Persiapan menghadapi qiyamat dengan doa, ibadah, tafakur, sedekah, ilmu dll.
Contoh:
a.  Doktor Zainab
Mengarang kitab innayatul Qur'an lihuqqil insan (perhatian al Qur'an thd hak hak manusia).
b.  Seorang wanita anak wardi mengarang kitab Innayatus Syari'ah Binadhofatil Fardhi (perhatian syari'ah the lingkungan).
#KISAH HIKMAH
a.      Kisah Pertama
Suatu ketika ada seorang wanita datang menghadap rosulullah.
Wanita             : "Ya Rosulullah dada saya sakit".
Rosulullah       : "Bacalah Al Qur'an, Al Qur'an dapat mengobati dada yg sakit".
Suatu saat lagi, ada seorang wanita lagi yg mengadu pada rosulullah saw.
Wanita             : "Ya rosulullah tenggorokan saya sakit".
Rosulullah       : "Bacalah Qur'an".
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Al Qur'an berkhasiyat untuk mengobati penyakit atas izin Allah SWT. Al Qur’an bukan saja berkhasiyat menentramkan hati dengan kalam-kalam Allah tetapi juga mengobati penyakit dzahir dan batin yang diderita manusia atas izin Allah swt.
b.      Kisah Kedua
Di Arab Saudi terdapat seorang dosen yang juga guru ngaji, namanya Sayyid Amir Usman. Selama 7 tahun tidak dapat bersuara karena pita suaranya tidak berfungsi. Berdasarkan diagnosa dokter, pita suaranya sudah tidak aktif (tidak berfungsi lagi). Di rumah sakit, 3 hari menjelang sebelum beliau wafad. Suatu keajaiban Allah perlihatkan, ketika beliau membaca Al Qur'an tiba-tiba terdengar suaranya, bahkan suaranya sangat merdu hingga terdengar oleh seluruh orang di RS. 
H-3 wafad membaca 10 juz Al Qur'an.
H-2 wafad membaca 10 juz Al Qur'an.
H-1 wafad membaca 10 juz Al Qur'an.
Subhanallah...Maha Suci Allah atas KebesaranNya. Tiada Tuhan selain Allah.Sehingga sebelum Sayyid Amir Usman Wafad beliau telah mengkhatamkan membaca Al Qur’an dalam 3 hari terakhir menjelang detik-detik wafadnya beliau. Sungguh, Maha Suci Allah yang telah memperlihatkan kekuasaanNya bagi hamba yang berfikir.
c.       Kisah Ketiga
Dahulu ada seorang Nabi, Nabi Hud AS (Dijelaskan dalam kitab Awwalul Ma'arif) yang dengan keberaniannya berdoa.
"Ya Allah bila nanti di akherat aku mendapatkan jatah siksa di neraka. Habiskan saja siksaku di dunia. Aku ridho engkau menyiksaku di dunia, akan tetapi berilah kenikmatan padaku di akherat".
Lantas Allah swt menjawab:
"Aku berikan kau istri yang galak, sehingga engkau dimarahi terus dan diperintah-perintah terus menerus sepanjang hari".
Kisah Nabi Hud AS tersebut sangat menginspirasi padsa kita, apabila pasangan hidup kita kog dlalah (ternyata) galak, cerewet, judes, sebaiknya kita menghadapinya dengan sabar dan penuh ketenangan sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Hud AS.
*****
Semoga kisah tersebut menginspirasi kita untuk menjadi insan yang lebih baik. Semoga Allah limpahkan rahmatNya, nikmat sehat, panjang umur dan ilmu yang manfaat kepada baginda Gus Goyyum selalu mubaligh yang menyampaikan tausiyah ini. Wabil khusus kepada KH. Muharror Ali dan para guru penulis, semoga Allah limpahkan rahmat, nikmat sehat, rizki, panjang umur. Al Fatekhah. Aaamin.
Silahkan dishare jika dirasa bermanfaat. Mohon maaf apabila ada kekurangan, saran yang membangun sangat dinantikan.

SUMBER:

CERAMAH LISAN OLEH GUS QOYYUM (LASEM-REMBANG) DALAM TABLIGH AKBAR MEMPERINGATI MAULID NABI 2017 DI PP. KHOZINATUL ULUM BLORA. 

Jumat, 20 Oktober 2017

TAFSIR QS. AL-ANBIYA 21: 78-82 (KISAH NABI DAUD AS DAN NABI SULAIMAN AS)

TAFSIR AL QUR’AN
*****
QS. AL ANBIYA 21: 78-82
*****
(KISAH TAULADAN NABI DAUD AS
& NABI SULAIMAN AS)  
*****   
  
Setiap insan yang hidup di dunia tentu tak lepas dari ujian hidup. Dalam menjalani ujian hidup, sudah seyogyanya kita bersabar dan ikhlas menerimanya. Ujian hidup yang bernama masalah inilah yang akan mendewasakan kita dalam bersikap. Hadirnya suatu masalah menuntut manusia untuk tumbuh dan bersikap solutif. Tak  jarang, dalam menghadapi suatu masalah, kita dihadapkan pada beberapa pilihan. Untuk memutuskan suatu pilihan bukanlah hal mudah, pasti ada pilihan lain yang perlu dikorbankan. Kisah Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS adalah kisah tauladan dalam mengambil keputusan yang bijak untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Kisah hidup Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS termaktub dalam QS. Al-Anbiya ayat 78-82.
Allah swt berfirman dalam QS. Al-Anbiya ayat 78 yang artinya:
Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, (Al-Anbiya 21:78).”
Adapun penjelasan  QS. Al Anbiya 21: 78 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan) ingatlah (Daud dan Sulaiman) yakni kisah keduanya, dijelaskan oleh ayat selanjutnya (di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman) berupa ladang atau pohon anggur (karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya) kambing-kambing itu memakannya dan merusaknya di waktu malam hari tanpa ada penggembalanya, karena kambing-kambing itu lepas dengan sendirinya dari kandangnya. (Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu) Dhamir jamak dalam ayat ini menunjukkan makna untuk dua orang, yaitu Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Lalu Nabi Daud berkata, "Pemilik ladang itu berhak untuk memiliki kambing-kambing yang telah merusak ladangnya". Akan tetapi Nabi Sulaiman memutuskan, "Pemilik kebun hanya diperbolehkan memanfaatkan air susu, anak-anak dan bulu-bulunya, sampai tanaman ladang kembali seperti semula, diperbaiki oleh pemilik kambing, setelah itu ia diharuskan mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya". (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:78).
Berdasarkan penjelasan Tafsir Jalalain QS. Al-Anbiya 21: 78 dapat diketahui bahwasannya dalam kisah Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS terjadi konflik pada ummatnya. Pada malam hari, ada kambing dari suatu kaum yang lepas dari kandangnya, lantas memakan tanaman anggur di ladang tetangganya. Kambing itu lepas dari kandang tanpa sepengetahuan pengembalanya sehingga dalam hal ini pemilik kambing tidak mengetahui jikalau kambingnya lepas dan memakan tanaman tetangganya yang siap panen. Lalu si pemilik ladang menghadap pada Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS untuk memberikan solusi terkait permasalahan tersebut.
Terkait permasalahan tersebut, Nabi Daud AS memiliki perbedaan pendapat dengan putranya (Nabi Sulaiman AS). Dalam hal ini, menurut Nabi Daud AS, pemilik ladang berhak memiliki kambing-kambing yang merusak tanaman anggur yang siap panen sebagai ganti kerugian yang telah disebabkannya. Hal ini berbeda dengan pendapat Nabi Sulaiman AS (putra Nabi Daud AS), Nabi Sulaiman AS berpendapat bahwa sebagai ganti atas kerusakan yang disebabkan kambing tanpa sepengetahuan si pemilik kambing. Pemilik ladang berhak memanfaatkan air susu, anak-anak kambing dan bulu-bulu kambing sampai si pemilik kambing selesai memperbaiki tanaman yang dirusak hingga tumbuh seperti semula sedia kala.
Adapun kelanjutan dari kisah tersebut termaktub dalam QS. Al-Anbiya 21:: 79 yang artinya:
Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya. (Al-Anbiya 21:79).
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 79 dalam kitab tafsir jalalain yaitu:
(Maka Kami telah memberikan pengertian tentang hukum) yakni keputusan yang adil dan tepat (kepada Sulaiman) keputusan yang dilakukan oleh keduanya itu berdasarkan ijtihad masing-masing, kemudian Nabi Daud mentarjihkan atau menguatkan keputusan yang diambil oleh Nabi Sulaiman. Menurut suatu pendapat dikatakan, bahwa keputusan keduanya itu berdasarkan wahyu dari Allah dan keputusan yang kedua yaitu yang telah diambil oleh Nabi Sulaiman berfungsi memansukh hukum yang pertama, yakni hukum Nabi Daud (dan kepada masing-masing) daripada keduanya (Kami berikan) kepadanya (hikmah) kenabian (dan ilmu) tentang masalah-masalah agama (dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud) demikianlah gunung-gunung dan burung-burung itu ditundukkan untuk bertasbih bersama Nabi Daud. Nabi Daud memerintahkan gunung-gunung dan burung-burung untuk ikut bertasbih bersamanya bila ia mengalami kelesuan, hingga ia menjadi semangat lagi dalam bertasbih. (Dan Kamilah yang melakukannya) yakni Kamilah yang menundukkan keduanya dapat bertasbih bersama Daud, sekalipun hal ini menurut kalian merupakan hal yang ajaib dan aneh yaitu tunduk dan patuhnya gunung-gunung dan burung-burung kepada perintah Nabi Daud. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:79).
Dari penjelasan tafsir jalalain QS. Al-Anbiya 21: 79 menunjukkan bahwa baik keputusan Nabi Daud AS maupun keputusan Nabi Sulaiman AS berasal dari wahyu Allah swt. Keputusan Nabi Daud AS ataupun  keputusan Nabi Sulaiman AS keduanya diambil dari ijtihad masing-masing, namun Nabi Daud AS akhirnya memilih keputusan putranya (Nabi Sulaiman AS) dan beliau menguatkannya bahwasannya keputusan putranya lebih tepat dan bijak untuk menyelesaikan masalah tersebut, sehingga keputusan Nabi Sulaiman AS yang dilakukan. Keputusan Nabi Sulaiman AS berfungsi untuk menguatkan keputusan yang telah diberikan Nabi Daud AS.
Allah swt memberikan wahyu berupa kenabian dan ilmu untuk memecahkan persoalan persoalan agama pada Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS. Adapun wahyu yang Allah swt berikan pada Nabi Daud AS adalah gunung-gunung, burung-burung tunduk pada perintah Nabi Daud AS serta bertasbih bersama Nabi Daud AS untuk memuji keagungan Allah swt. Bagi pemikiran logika, mungkin hal ini aneh dan ajaib, binatang dan gunung yang notabennya benda mati dapat tunduk dengan manusia. Namun, itu tidaklah aneh menurut Allah swt. Sebab Allah swt dapat menghendaki apapun, sebab Dialah Allah…Dzat yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Tiada yang tidak mungkin bagi Allah, segalanya mungkin bagi Allah swt.
Kisah tersebut bersambung pada QS. Al-Anbiya 21: 80 yang artinya:
Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). (Al-Anbiya 21:80).
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 80 dalam kitab tafsir jalalain yaitu:
(Dan Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi) yaitu baju yang terbuat dari besi, dialah orang pertama yang menciptakannya dan sebelumnya hanyalah berupa lempengan-lempengan besi saja (untuk kalian) yakni untuk segolongan manusia (guna melindungi diri kalian) jika dibaca Linuhshinakum, maka Dhamirnya kembali kepada Allah, maksudnya, supaya Kami melindungi kalian. Dan jika ia dibaca Lituhshinahum, maka Dhamirnya kembali kepada baju besi, maksudnya, supaya baju besi itu melindungi diri kalian. Jika dibaca Liyuhshinakum, maka Dhamirnya kembali kepada Nabi Daud, maksudnya, supaya dia melindungi kalian (dalam peperangan kalian) melawan musuh-musuh kalian. (Maka hendaklah kalian) hai penduduk Mekah (bersyukur) atas nikmat karunia-Ku itu, yaitu dengan percaya kepada Rasulullah. Maksudnya bersyukurlah kalian atas hal tersebut kepada-Ku. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:80).
Tafsir Al-Jalalain QS. Al-Anbiya 21: 80 menjelaskan bahwasannya wahyu Nabi Daud AS adalah dapat membuat baju besi untuk perang. Atas izin Allah, baju besi ini berfungsi untuk melindungi diri dari serangan musuh (panah musuh) tatkala perang. Nabi Daud AS adalah orang pertama yang mengajarkan cara pembuatan baju dari besi, pada masa sebelumnya belum ada baju besi, besi hanya berupa lempengan-lempengan saja. Pembuatan baju besi dibuat dengan cara dipandai, dipanaskan di atas bara api hingga berwarna merah lantas dibentuk-bentuk sesuai bentuk yang dikehendaki. Ini adalah inspirasi pertama yang diterapkan hingga saat ini terutama oleh para TNI tatkala tank TNI perang. Pada hekekatnya, baju besi adalah perantara untuk mendapatkan keselamatan, sedangkan yang memberikan keselamatan dalam peperangan adalah Allah SWT.
QS. Al-Anbiya 21: 81 merupakan kelanjutan dari kisah Nabi Sulaiman AS yang artinya:
Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Anbiya 21:81).
Adapun penjelasan dari QS. Al-Anbiya 21: 81 dari tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan) telah Kami tundukkan (untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya) dan pada ayat yang lain disebutkan Rukha-an, artinya angin yang sangat kencang dan pelan tiupannya, kesemuanya itu sesuai dengan kehendak Nabi Sulaiman (yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya) yakni negeri Syam. (Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu) antara lain ilmu Allah yang telah diberikan kepada Sulaiman itu akan mendorongnya tunduk patuh kepada Rabbnya. Allah melakukan hal itu sesuai dengan ilmu-Nya yang maha mengetahui segala sesuatu. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:81).
Berdasarkan penjelasan dari Tafsir Al Jalalain pada QS. Al-Anbiya 21: 81 tersebut menunjukkan bahwa Allah swt memberikan wahyu pada Nabi Sulaiman AS berupa Nabi Sulaiman AS dapat menundukkan tiupan angin sesuai perintahnya, baik angin yang berhembus kencang maupun angin yang berhembus pelan. Sesungguhnya, Dialah Allah…Dzat yang Maha Berkehendak dengan ilmuNya. Wahyu Nabi Sulaiman AS merupakan bukti kekuasaan Allah atas segala sesuatu termasuk memerintahkan angin untuk tunduk pada perintah Nabi Sulaiman AS.
Kelanjutan dari kisah Nabi Sulaiman AS terdapat pada QS. Al-Anbiya 21: 82 yang artinya:
Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu, (Al-Anbiya 21:82).
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 82 dalam tafsir Al-Jalalain adalah:
(Dan) telah Kami tundukkan pula kepadanya (segolongan setan-setan yang menyelam untuknya) mereka menyelam ke dalam laut, lalu mereka mengeluarkan batu-batu permata dari dalamnya untuk Nabi Sulaiman (dan mereka mengerjakan pekerjaan selain daripada itu) selain menyelam, yaitu seperti membangun bangunan dan pekerjaan-pekerjaan berat lainnya (dan adalah Kami memelihara mereka) supaya mereka jangan merusak lagi pekerjaan-pekerjaan yang telah mereka perbuat. Karena watak setan itu bilamana selesai dari suatu pekerjaan sebelum malam tiba, mereka merusaknya kembali, jika mereka tidak disuruh mengerjakan pekerjaan yang lain. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:82).
Dari penjelasan tafsir Al-Jalalain QS. Al-Anbiya 21: 82 memaparkan bahwa wahyu Nabi Sulaiman AS diantaranya:
1.      Syetan-syetan tunduk pada perintah Nabi Sulaiman AS untuk menyelam ke dasar lautan dan mengambilkan batu-batu permata dan mutiara untuk diberikan dan dipersembahkan pada Nabi Sulaiman AS.
2.      Syetan-syetan memngerjakan pembuatan bangunan dan pekerjaan-pekerjaan berat lainnya namun tidak merusak lagi pekerjaan yang telah mereka (syetan-syetan lakukan). Sebab watak syetan adalah apabila pekerjaan syetan telah sebesai sebelum malam tiba, lantas syetan tidak memiliki pekerjaan yang lain maka ia merusak kembali pekerjaan yang telah selesai dilakukannya. Namun ajaibnya dari wahyu Nabi Sulaiman AS adalah Nabi Sulaiman AS dapat menyuruh syetan membuat bangunan namun bangunan itu kokoh dan tidak dirusak kembali oleh syetan.
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum (Blora) sekaligus guru yang mengampu dalam kajian kitab Tafsir Qur’an. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang yang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.                 
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email: halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:  
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahali. Tafsir Qur’anul Adhim. Bab 2. Lil Imam Abi Abdullah bin Hazem. Surat Al Anbiya ayat 78-82. Halaman 33. 
       

           


Jumat, 22 September 2017

TAFSIR QUR'AN QS. AL-ANBIYA AYAT 71-75 (BESERTA PENJELASANNYA)

TAFSIR QUR’AN
*****
QS. AL-ANBIYA 71-75 
***** 
KISAH TELADAN NABI IBRAHIM AS
DAN NABI LUTH AS  
*****

QS. Al-Anbiya ayat 71-75

Segala puji bagi Rabb Semesta Alam yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Dialah Allah, Tuhan yang menghidupkan lagi mematikan makhlukNya. Sesungguhnya hanyalah Allah yang dapat menyelamatkan seorang hamba dari suatu bencana dan Allah jua yang mengizinkan suatu bencana bisa terjadi. Sudah selayaknya ketika kita memohon pertolongan kepada Allah SWT, sebab Dialah Allah, Dzat yang Maha menyelamatkan lagi memusnahkan makhlukNya. Perlu kita ketahui bahwasannya sebaik-baiknya tempat untuk memohon perlindungan dan pertolongan adalah Allah SWT. Hal ini bisa kita lihat dari kisah-kisah orang terdahulu yakni kisah para nabi dan para kaum mukminin yang diselamatkan Allah SWT dari bencana dan marabahaya serta kisah kisah kaum yang durhaka lantas dimusnakan oleh Allah SWT dari muka bumi. Salah satunya kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Luth, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Anbiya ayat 71 yang artinya:
“Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia”. (QS. Al-Anbiya ayat 71).
Adapun penjelasan  QS. Al Anbiya 21: 71 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth) anak saudara Nabi Ibrahim yang bernama Haran yang tinggal di negeri Iraq (ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia) dengan menjadikan sungai-sungai dan pohon-pohon yang banyak padanya, yaitu negeri Syam. Nabi Ibrahim tinggal di negeri Palestina sedangkan Nabi Luth di Mu'tafikah; jarak antara kedua negeri itu dapat ditempuh dalam sehari. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:71)
Berdasarkan penjelasan QS. Al Anbiya 21: 71 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain tersebut dapat diketahui bahwasannya Allah SWT menyelamatkan Nabi Luth AS dan Nabi Ibrahim AS yang merupakan anak dari saudaranya Nabi Ibrahim yang bernama Haran. Haran tinggal di negara Iraq. Lantas Allah SWT menyelamatkan mereka (Nabi Luth dan Nabi Ibrahim)  dari negaranya (Mu’tafikah dan Palestina) ke negara Syam (negara yang diberkahi dengan kenikmatan berupa sungai-sungai yang mengalir serta pohon-pohonan yang tumbuh subur). Sebelum pindah ke Syam, Nabi Ibrahim tinggal di negara Palestina dan Nabi Luth tinggal di negara Mu’tafikah (terletak di sebelah timur laut mati). Jarak antara negara Palestine dan Mu’tafikah apabila ditempuh dengan unta (kendaraan zaman dahulu) memakan waktu sekitar satu hari.  
Adapun kelanjutan dari kisah Nabi Ibrahim dijelaskan dalam QS. Al Anbiya ayat 72 yang artinya:
“Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh.” (Al-Anbiya 21:72)
Penjelasan  QS. Al Anbiya 21: 72 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan Kami telah memberikan kepadanya) kepada Ibrahim, yang sebelumnya selalu mendambakan mempunyai seorang anak, sebagaimana yang disebutkan di dalam surah Ash-Shaffat (Ishak dan Yakub sebagai suatu anugerah) dari Kami, yaitu anugerah yang lebih daripada apa yang dimintanya. Atau yang dimaksud dengan Naafilah adalah cucu (Dan masing-masingnya) Nabi Ibrahim dan kedua anaknya itu (Kami jadikan orang-orang yang saleh) yakni menjadi nabi semuanya. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:72).   
Maksud dan penjelasan dari QS. Al Anbiya 21: 72 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain adalah Nabi Ibrahim AS mendambakan memiliki seorang anak. Namun usia Nabi Ibrahim AS sudah tua, sedangkan istrinya yang pertama (Siti Sarah) pun jua berusia manula sehingga sudah mengalami menopause (sudah tidak mengalami haid lagi). Sehingga dalam hal ini, menurut pandangan manusia, memiliki anak di usia yang sudah tua adalah suatu kemustahilan (ketidakmungkinan). Namun Allah SWT menunjukkan kebesaran dan kekuasaanNya dengan mengabulkan doa Nabi Ibrahim AS. Allah memberikan anak pada Nabi Ibrahim AS dengan Siti Sarah yang hamil meskipun di usianya yang sudah tua. Bahkan Siti Sarah pun sempat tidak percaya, namun fakta menunjukkan bahwa ia benar-benar hamil. Sungguh, Dialah Allah Dzat Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Maha Suci Allah, Dzat yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Bahkan Alllah SWT tidak hanya memberikan Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah seorang anak melainkan juga cucu. Dari Siti Sarah, Allah memberikan keturunan kepada Nabi Ibrahim AS seorang anak laki-laki bernama Ishak yang kemudian diangkat menjadi seorang Nabi sehingga disebut Nabi Ishak AS. Nabi Ishak AS memiliki anak yaitu Nabi Ya’kub AS. Sungguh, Allah adalah Dzat Yang Maha Baik. Bagaimana tidak? Bayangkan saja. Nabi Ibrahim meminta seorang anak, namun Allah berikan seorang anak sekaligus cucu yang kesemuanya orang soleh dan jua diangkat menjadi Nabi. Nabi Ibrahim AS dengan Siti Sarah (istri pertama) melahirkan seorang putra yakni Nabi Ishak AS. Nabi Ibrahim AS dengan Siti Hajar (istri kedua) melahirkan seorang putra yakni Nabi Isma’il AS.
Kisah tersebut bersambung dengan QS. Al-Anbiya ayat 73 yang artinya:
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, (Al-Anbiya 21:73).
Penjelasan  QS. Al Anbiya 21: 73 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Kami telah menjadikan mereka itu sebagian pemimpin-pemimpin) dapat dibaca A-immatan atau Ayimmatan, yakni pemimpin yang menjadi teladan dalam kebaikan (yang memberi petunjuk) kepada manusia (dengan perintah Kami) memberi petunjuk kepada mereka untuk memeluk agama Kami (dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menunaikan zakat) hendaknya mereka dan orang-orang yang mengikuti mereka mengerjakan semuanya itu. Huruf Ha dari lafal Iqaamah dibuang demi untuk meringankan bunyi, sehingga menjadi Iqaamash Shalaati bukan Iqaamatish Shalaati (dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah). (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:73).
Tafsir Al-Jalalain tentang QS. Al-Anbiya 21: 73 tersebut menjelaskan bahwasannya Allah SWT mengangkat Nabi Ibrahim AS sebagai utusan yakni sebagai pemimpin ummat di zamannya. Pemimpin (Nabi Ibrahim AS) memiliki kewajiban untuk memberikan teladan kebaikan berupa akhlakul karimah (perilaku yang baik) dan berkewajiban untuk berdakwah kepada ummatnya supaya memeluk agama yang haq (agama yang Allah SWT wahyukan kepada Nabi Ibrahim AS) yakni agama yang mengajarkan untuk mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Maka hendaklah orang-orang yang beriman melaksanakan itu semua (mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat). Seyogyanya hanya kepada Allahlah seorang hamba menyembah, sebab tiada yang berhak untuk disembah selain Allah SWT. Dialah Allah SWT, Rabb Semesta Alam.
QS. Al-Anbiya ayat 74 menjelaskan tentang kisah Nabi Luth AS yang artinya:
Dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik, (Al-Anbiya 21:74).
Adapun penjelasan  QS. Al-Anbiya 21: 74 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
 (Dan kepada Luth, Kami telah berikan hukum) yang memutuskan di antara orang-orang yang bersengketa (dan ilmu dan telah Kami selamatkan dia dari azab yang telah menimpa kota yang penduduknya mengerjakan) perbuatan-perbuatan (keji) yaitu seperti liwath atau homosex, main dadu, menebak nasib dengan burung dan lain sebagainya. (Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat) lafal Sau-in adalah bentuk Mashdar dari lafal Saa-a lawan kata dari Sarra, artinya jahat atau buruk (lagi fasik). (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:74).
QS. Al-Anbiya ayat 74 dalam Tafsir Al-Jalalain menerangkan tentang kisah Nabi Luth AS. Allah SWT memberikan kelebihan kepada Nabi Luth AS berupa hikmah dan ilmu yang dapat digunakan untuk menangani permasalahan orang-orang yang bersengketa sehingga dapat memutuskan kebijakan yang adil untuk menyelesaikannya. Kedurhakaan kaum Nabi Luth AS diantaranya melakukan homosex (hubungan seksual antara laki-laki dan laki-laki) dan lesbi (hubungan seksual antara perempuan dan perempuan), main dadu (judi), dan menebak nasib seseorang menggunakan burung (meramalkan nasib), dan lain sebagainya. Karena kedurhakaan kaum Nabi Luth AS kepada Allah SWT dan Nabi Luth AS, maka Allah turunkan azab pada seluruh penduduk kota kaum Nabi Luth, termasuk juga pada istri Nabi Luth AS yang turut binasa bersama kaum Nabi Luth AS yang durhaka lagi jahat. Namun pada Nabi Luth AS beserta orang-orang yang beriman, Allah SWT menyelamatkannya dari azab tersebut. Sungguh kaum Nabi Luth AS adalah kaum yang jahat lagi fasiq. Demikianlah Allah SWT membinasakan kaum yang durhaka pada Allah dan rosulNya.  
QS. Al-Anbiya ayat 75 merupakan kelanjutan kisah Nabi Luth AS yang diceritakan pada QS. Al Anbiya ayat 74, yang artinya:
Dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh. (Al-Anbiya 21:75)
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 75 dalam Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami) yang antara lain dia Kami selamatkan dari kaumnya. (Karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh). (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:75)
Maksud dari QS. Al-Anbiya ayat 75 dalam Tafsir Al-Jalalain tersebut adalah Allah SWT menyelamatkan Nabi Luth AS beserta pengikutnya dari azab yang menimpa kaumnya (yang durhaka pada Allah SWT dan Nabi Luth AS). Sesungguhnya Nabi Luth (beserta pengikutnya) termasuk ke dalam golongan orang-orang yang soleh.  
*****
AMANAT PENULIS
Berdasarkan kisah Nabi Ibrahim AS dan kisah Nabi Luth AS di atas, semoga kita dapat memetik hikmah (pelajaran) dari kisah yang tersirat di atas. Hendaklah kita yakin bahwasannya Allah berkuasa atas segala sesuatu sebagaimana Allah berkuasa memberikan anak pada Siti Sarah sekalipun usianya sudah tua (manula) dan sudah mengalami menopause (tidak haid). Tiada kekuatan melainkan dari Allah SWT, oleh karena itu sebagai makhluk seyogyanya kita bersikap tawadhu’ (rendah hati) sebab tiada makhluk yang bersifat abadi, hanya Allah-lah yang abadi, semua makhluk pasti akan mati (fana’). Selain itu, marilah kita mengambil hikmah dari kisah Nabi Luth AS yakni dengan menjalankan perintah Allah SWT (seperti melakukan kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dsb) dan menjauhi segala larangan Allah SWT (tidak berjudi, tidak berzina, tidak sirik, dll). Semoga dengan mentaati segala apa yang Allah perintahkan menjadikan kita selamat dari dunia hingga akherat. Sungguh ahzab Allah sangatlah pedih, semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang takut akan siksa Allah SWT sehingga kita menjauhi segala apa yang Allah larang.
“Duhai Rabb Semesta Alam, ampunilah segala dosa kami. Jauhkanlah hati kami dari rasa iri, sombong, ujub, dan riya’. Jagalah pandangan kami dari hal yang engkau haramkan untuk dilihat, Jagalah telinga kami dari hal yang tak boleh didengar karena maksiyat. Jagalah lisan kami agar tidak ghibah atau berkata ingkar yang menjadikannya sumber fitnah. Jagalah tangan dan kaki kami dari bergerak melakukan kemaksiyatan. Jagalah farji kami dan jauhkanlah kami dari perbuatan zina. Sesungguhnya tiada yang dapat menyelamatkan kami kecuali Engkau, ya Rabb. Engkaulah Dzat yang Maha Memberikan Hidayah (Petunjuk) bagi siapapun yang Engkau kehendaki. Maka dari itu, berikanlah petunjukMu pada kami. Tanpa hidayahMu, sesungguhnya kami termasuk dalam golongan orang yang rugi. Maka dari itu selamatkanlah kami dengan sifat Rahman dan Rakhim-Mu. Aamiin”.
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum (Blora) sekaligus guru yang mengampu dalam kajian kitab Tafsir Qur’an. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang yang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.                  
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email: halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:   
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahali. Tafsir Qur’anul Adhim. Bab 2. Lil Imam Abi Abdullah bin Hazem. Surat Al Anbiya ayat 71-75. Halaman 32-33.