HALIMAH BINTI MASDARI

Jumat, 20 Oktober 2017

TAFSIR QS. AL-ANBIYA 21: 78-82 (KISAH NABI DAUD AS DAN NABI SULAIMAN AS)

TAFSIR AL QUR’AN
*****
QS. AL ANBIYA 21: 78-82
*****
(KISAH TAULADAN NABI DAUD AS
& NABI SULAIMAN AS)  
*****   
  
Setiap insan yang hidup di dunia tentu tak lepas dari ujian hidup. Dalam menjalani ujian hidup, sudah seyogyanya kita bersabar dan ikhlas menerimanya. Ujian hidup yang bernama masalah inilah yang akan mendewasakan kita dalam bersikap. Hadirnya suatu masalah menuntut manusia untuk tumbuh dan bersikap solutif. Tak  jarang, dalam menghadapi suatu masalah, kita dihadapkan pada beberapa pilihan. Untuk memutuskan suatu pilihan bukanlah hal mudah, pasti ada pilihan lain yang perlu dikorbankan. Kisah Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS adalah kisah tauladan dalam mengambil keputusan yang bijak untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Kisah hidup Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS termaktub dalam QS. Al-Anbiya ayat 78-82.
Allah swt berfirman dalam QS. Al-Anbiya ayat 78 yang artinya:
Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, (Al-Anbiya 21:78).”
Adapun penjelasan  QS. Al Anbiya 21: 78 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan) ingatlah (Daud dan Sulaiman) yakni kisah keduanya, dijelaskan oleh ayat selanjutnya (di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman) berupa ladang atau pohon anggur (karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya) kambing-kambing itu memakannya dan merusaknya di waktu malam hari tanpa ada penggembalanya, karena kambing-kambing itu lepas dengan sendirinya dari kandangnya. (Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu) Dhamir jamak dalam ayat ini menunjukkan makna untuk dua orang, yaitu Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Lalu Nabi Daud berkata, "Pemilik ladang itu berhak untuk memiliki kambing-kambing yang telah merusak ladangnya". Akan tetapi Nabi Sulaiman memutuskan, "Pemilik kebun hanya diperbolehkan memanfaatkan air susu, anak-anak dan bulu-bulunya, sampai tanaman ladang kembali seperti semula, diperbaiki oleh pemilik kambing, setelah itu ia diharuskan mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya". (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:78).
Berdasarkan penjelasan Tafsir Jalalain QS. Al-Anbiya 21: 78 dapat diketahui bahwasannya dalam kisah Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS terjadi konflik pada ummatnya. Pada malam hari, ada kambing dari suatu kaum yang lepas dari kandangnya, lantas memakan tanaman anggur di ladang tetangganya. Kambing itu lepas dari kandang tanpa sepengetahuan pengembalanya sehingga dalam hal ini pemilik kambing tidak mengetahui jikalau kambingnya lepas dan memakan tanaman tetangganya yang siap panen. Lalu si pemilik ladang menghadap pada Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS untuk memberikan solusi terkait permasalahan tersebut.
Terkait permasalahan tersebut, Nabi Daud AS memiliki perbedaan pendapat dengan putranya (Nabi Sulaiman AS). Dalam hal ini, menurut Nabi Daud AS, pemilik ladang berhak memiliki kambing-kambing yang merusak tanaman anggur yang siap panen sebagai ganti kerugian yang telah disebabkannya. Hal ini berbeda dengan pendapat Nabi Sulaiman AS (putra Nabi Daud AS), Nabi Sulaiman AS berpendapat bahwa sebagai ganti atas kerusakan yang disebabkan kambing tanpa sepengetahuan si pemilik kambing. Pemilik ladang berhak memanfaatkan air susu, anak-anak kambing dan bulu-bulu kambing sampai si pemilik kambing selesai memperbaiki tanaman yang dirusak hingga tumbuh seperti semula sedia kala.
Adapun kelanjutan dari kisah tersebut termaktub dalam QS. Al-Anbiya 21:: 79 yang artinya:
Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya. (Al-Anbiya 21:79).
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 79 dalam kitab tafsir jalalain yaitu:
(Maka Kami telah memberikan pengertian tentang hukum) yakni keputusan yang adil dan tepat (kepada Sulaiman) keputusan yang dilakukan oleh keduanya itu berdasarkan ijtihad masing-masing, kemudian Nabi Daud mentarjihkan atau menguatkan keputusan yang diambil oleh Nabi Sulaiman. Menurut suatu pendapat dikatakan, bahwa keputusan keduanya itu berdasarkan wahyu dari Allah dan keputusan yang kedua yaitu yang telah diambil oleh Nabi Sulaiman berfungsi memansukh hukum yang pertama, yakni hukum Nabi Daud (dan kepada masing-masing) daripada keduanya (Kami berikan) kepadanya (hikmah) kenabian (dan ilmu) tentang masalah-masalah agama (dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud) demikianlah gunung-gunung dan burung-burung itu ditundukkan untuk bertasbih bersama Nabi Daud. Nabi Daud memerintahkan gunung-gunung dan burung-burung untuk ikut bertasbih bersamanya bila ia mengalami kelesuan, hingga ia menjadi semangat lagi dalam bertasbih. (Dan Kamilah yang melakukannya) yakni Kamilah yang menundukkan keduanya dapat bertasbih bersama Daud, sekalipun hal ini menurut kalian merupakan hal yang ajaib dan aneh yaitu tunduk dan patuhnya gunung-gunung dan burung-burung kepada perintah Nabi Daud. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:79).
Dari penjelasan tafsir jalalain QS. Al-Anbiya 21: 79 menunjukkan bahwa baik keputusan Nabi Daud AS maupun keputusan Nabi Sulaiman AS berasal dari wahyu Allah swt. Keputusan Nabi Daud AS ataupun  keputusan Nabi Sulaiman AS keduanya diambil dari ijtihad masing-masing, namun Nabi Daud AS akhirnya memilih keputusan putranya (Nabi Sulaiman AS) dan beliau menguatkannya bahwasannya keputusan putranya lebih tepat dan bijak untuk menyelesaikan masalah tersebut, sehingga keputusan Nabi Sulaiman AS yang dilakukan. Keputusan Nabi Sulaiman AS berfungsi untuk menguatkan keputusan yang telah diberikan Nabi Daud AS.
Allah swt memberikan wahyu berupa kenabian dan ilmu untuk memecahkan persoalan persoalan agama pada Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS. Adapun wahyu yang Allah swt berikan pada Nabi Daud AS adalah gunung-gunung, burung-burung tunduk pada perintah Nabi Daud AS serta bertasbih bersama Nabi Daud AS untuk memuji keagungan Allah swt. Bagi pemikiran logika, mungkin hal ini aneh dan ajaib, binatang dan gunung yang notabennya benda mati dapat tunduk dengan manusia. Namun, itu tidaklah aneh menurut Allah swt. Sebab Allah swt dapat menghendaki apapun, sebab Dialah Allah…Dzat yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Tiada yang tidak mungkin bagi Allah, segalanya mungkin bagi Allah swt.
Kisah tersebut bersambung pada QS. Al-Anbiya 21: 80 yang artinya:
Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). (Al-Anbiya 21:80).
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 80 dalam kitab tafsir jalalain yaitu:
(Dan Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi) yaitu baju yang terbuat dari besi, dialah orang pertama yang menciptakannya dan sebelumnya hanyalah berupa lempengan-lempengan besi saja (untuk kalian) yakni untuk segolongan manusia (guna melindungi diri kalian) jika dibaca Linuhshinakum, maka Dhamirnya kembali kepada Allah, maksudnya, supaya Kami melindungi kalian. Dan jika ia dibaca Lituhshinahum, maka Dhamirnya kembali kepada baju besi, maksudnya, supaya baju besi itu melindungi diri kalian. Jika dibaca Liyuhshinakum, maka Dhamirnya kembali kepada Nabi Daud, maksudnya, supaya dia melindungi kalian (dalam peperangan kalian) melawan musuh-musuh kalian. (Maka hendaklah kalian) hai penduduk Mekah (bersyukur) atas nikmat karunia-Ku itu, yaitu dengan percaya kepada Rasulullah. Maksudnya bersyukurlah kalian atas hal tersebut kepada-Ku. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:80).
Tafsir Al-Jalalain QS. Al-Anbiya 21: 80 menjelaskan bahwasannya wahyu Nabi Daud AS adalah dapat membuat baju besi untuk perang. Atas izin Allah, baju besi ini berfungsi untuk melindungi diri dari serangan musuh (panah musuh) tatkala perang. Nabi Daud AS adalah orang pertama yang mengajarkan cara pembuatan baju dari besi, pada masa sebelumnya belum ada baju besi, besi hanya berupa lempengan-lempengan saja. Pembuatan baju besi dibuat dengan cara dipandai, dipanaskan di atas bara api hingga berwarna merah lantas dibentuk-bentuk sesuai bentuk yang dikehendaki. Ini adalah inspirasi pertama yang diterapkan hingga saat ini terutama oleh para TNI tatkala tank TNI perang. Pada hekekatnya, baju besi adalah perantara untuk mendapatkan keselamatan, sedangkan yang memberikan keselamatan dalam peperangan adalah Allah SWT.
QS. Al-Anbiya 21: 81 merupakan kelanjutan dari kisah Nabi Sulaiman AS yang artinya:
Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Anbiya 21:81).
Adapun penjelasan dari QS. Al-Anbiya 21: 81 dari tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan) telah Kami tundukkan (untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya) dan pada ayat yang lain disebutkan Rukha-an, artinya angin yang sangat kencang dan pelan tiupannya, kesemuanya itu sesuai dengan kehendak Nabi Sulaiman (yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya) yakni negeri Syam. (Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu) antara lain ilmu Allah yang telah diberikan kepada Sulaiman itu akan mendorongnya tunduk patuh kepada Rabbnya. Allah melakukan hal itu sesuai dengan ilmu-Nya yang maha mengetahui segala sesuatu. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:81).
Berdasarkan penjelasan dari Tafsir Al Jalalain pada QS. Al-Anbiya 21: 81 tersebut menunjukkan bahwa Allah swt memberikan wahyu pada Nabi Sulaiman AS berupa Nabi Sulaiman AS dapat menundukkan tiupan angin sesuai perintahnya, baik angin yang berhembus kencang maupun angin yang berhembus pelan. Sesungguhnya, Dialah Allah…Dzat yang Maha Berkehendak dengan ilmuNya. Wahyu Nabi Sulaiman AS merupakan bukti kekuasaan Allah atas segala sesuatu termasuk memerintahkan angin untuk tunduk pada perintah Nabi Sulaiman AS.
Kelanjutan dari kisah Nabi Sulaiman AS terdapat pada QS. Al-Anbiya 21: 82 yang artinya:
Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu, (Al-Anbiya 21:82).
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 82 dalam tafsir Al-Jalalain adalah:
(Dan) telah Kami tundukkan pula kepadanya (segolongan setan-setan yang menyelam untuknya) mereka menyelam ke dalam laut, lalu mereka mengeluarkan batu-batu permata dari dalamnya untuk Nabi Sulaiman (dan mereka mengerjakan pekerjaan selain daripada itu) selain menyelam, yaitu seperti membangun bangunan dan pekerjaan-pekerjaan berat lainnya (dan adalah Kami memelihara mereka) supaya mereka jangan merusak lagi pekerjaan-pekerjaan yang telah mereka perbuat. Karena watak setan itu bilamana selesai dari suatu pekerjaan sebelum malam tiba, mereka merusaknya kembali, jika mereka tidak disuruh mengerjakan pekerjaan yang lain. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:82).
Dari penjelasan tafsir Al-Jalalain QS. Al-Anbiya 21: 82 memaparkan bahwa wahyu Nabi Sulaiman AS diantaranya:
1.      Syetan-syetan tunduk pada perintah Nabi Sulaiman AS untuk menyelam ke dasar lautan dan mengambilkan batu-batu permata dan mutiara untuk diberikan dan dipersembahkan pada Nabi Sulaiman AS.
2.      Syetan-syetan memngerjakan pembuatan bangunan dan pekerjaan-pekerjaan berat lainnya namun tidak merusak lagi pekerjaan yang telah mereka (syetan-syetan lakukan). Sebab watak syetan adalah apabila pekerjaan syetan telah sebesai sebelum malam tiba, lantas syetan tidak memiliki pekerjaan yang lain maka ia merusak kembali pekerjaan yang telah selesai dilakukannya. Namun ajaibnya dari wahyu Nabi Sulaiman AS adalah Nabi Sulaiman AS dapat menyuruh syetan membuat bangunan namun bangunan itu kokoh dan tidak dirusak kembali oleh syetan.
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum (Blora) sekaligus guru yang mengampu dalam kajian kitab Tafsir Qur’an. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang yang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.                 
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email: halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:  
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahali. Tafsir Qur’anul Adhim. Bab 2. Lil Imam Abi Abdullah bin Hazem. Surat Al Anbiya ayat 78-82. Halaman 33. 
       

           


Jumat, 22 September 2017

TAFSIR QUR'AN QS. AL-ANBIYA AYAT 71-75 (BESERTA PENJELASANNYA)

TAFSIR QUR’AN
*****
QS. AL-ANBIYA 71-75 
***** 
KISAH TELADAN NABI IBRAHIM AS
DAN NABI LUTH AS  
*****

QS. Al-Anbiya ayat 71-75

Segala puji bagi Rabb Semesta Alam yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Dialah Allah, Tuhan yang menghidupkan lagi mematikan makhlukNya. Sesungguhnya hanyalah Allah yang dapat menyelamatkan seorang hamba dari suatu bencana dan Allah jua yang mengizinkan suatu bencana bisa terjadi. Sudah selayaknya ketika kita memohon pertolongan kepada Allah SWT, sebab Dialah Allah, Dzat yang Maha menyelamatkan lagi memusnahkan makhlukNya. Perlu kita ketahui bahwasannya sebaik-baiknya tempat untuk memohon perlindungan dan pertolongan adalah Allah SWT. Hal ini bisa kita lihat dari kisah-kisah orang terdahulu yakni kisah para nabi dan para kaum mukminin yang diselamatkan Allah SWT dari bencana dan marabahaya serta kisah kisah kaum yang durhaka lantas dimusnakan oleh Allah SWT dari muka bumi. Salah satunya kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Luth, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Anbiya ayat 71 yang artinya:
“Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia”. (QS. Al-Anbiya ayat 71).
Adapun penjelasan  QS. Al Anbiya 21: 71 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth) anak saudara Nabi Ibrahim yang bernama Haran yang tinggal di negeri Iraq (ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia) dengan menjadikan sungai-sungai dan pohon-pohon yang banyak padanya, yaitu negeri Syam. Nabi Ibrahim tinggal di negeri Palestina sedangkan Nabi Luth di Mu'tafikah; jarak antara kedua negeri itu dapat ditempuh dalam sehari. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:71)
Berdasarkan penjelasan QS. Al Anbiya 21: 71 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain tersebut dapat diketahui bahwasannya Allah SWT menyelamatkan Nabi Luth AS dan Nabi Ibrahim AS yang merupakan anak dari saudaranya Nabi Ibrahim yang bernama Haran. Haran tinggal di negara Iraq. Lantas Allah SWT menyelamatkan mereka (Nabi Luth dan Nabi Ibrahim)  dari negaranya (Mu’tafikah dan Palestina) ke negara Syam (negara yang diberkahi dengan kenikmatan berupa sungai-sungai yang mengalir serta pohon-pohonan yang tumbuh subur). Sebelum pindah ke Syam, Nabi Ibrahim tinggal di negara Palestina dan Nabi Luth tinggal di negara Mu’tafikah (terletak di sebelah timur laut mati). Jarak antara negara Palestine dan Mu’tafikah apabila ditempuh dengan unta (kendaraan zaman dahulu) memakan waktu sekitar satu hari.  
Adapun kelanjutan dari kisah Nabi Ibrahim dijelaskan dalam QS. Al Anbiya ayat 72 yang artinya:
“Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh.” (Al-Anbiya 21:72)
Penjelasan  QS. Al Anbiya 21: 72 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan Kami telah memberikan kepadanya) kepada Ibrahim, yang sebelumnya selalu mendambakan mempunyai seorang anak, sebagaimana yang disebutkan di dalam surah Ash-Shaffat (Ishak dan Yakub sebagai suatu anugerah) dari Kami, yaitu anugerah yang lebih daripada apa yang dimintanya. Atau yang dimaksud dengan Naafilah adalah cucu (Dan masing-masingnya) Nabi Ibrahim dan kedua anaknya itu (Kami jadikan orang-orang yang saleh) yakni menjadi nabi semuanya. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:72).   
Maksud dan penjelasan dari QS. Al Anbiya 21: 72 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain adalah Nabi Ibrahim AS mendambakan memiliki seorang anak. Namun usia Nabi Ibrahim AS sudah tua, sedangkan istrinya yang pertama (Siti Sarah) pun jua berusia manula sehingga sudah mengalami menopause (sudah tidak mengalami haid lagi). Sehingga dalam hal ini, menurut pandangan manusia, memiliki anak di usia yang sudah tua adalah suatu kemustahilan (ketidakmungkinan). Namun Allah SWT menunjukkan kebesaran dan kekuasaanNya dengan mengabulkan doa Nabi Ibrahim AS. Allah memberikan anak pada Nabi Ibrahim AS dengan Siti Sarah yang hamil meskipun di usianya yang sudah tua. Bahkan Siti Sarah pun sempat tidak percaya, namun fakta menunjukkan bahwa ia benar-benar hamil. Sungguh, Dialah Allah Dzat Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Maha Suci Allah, Dzat yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Bahkan Alllah SWT tidak hanya memberikan Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah seorang anak melainkan juga cucu. Dari Siti Sarah, Allah memberikan keturunan kepada Nabi Ibrahim AS seorang anak laki-laki bernama Ishak yang kemudian diangkat menjadi seorang Nabi sehingga disebut Nabi Ishak AS. Nabi Ishak AS memiliki anak yaitu Nabi Ya’kub AS. Sungguh, Allah adalah Dzat Yang Maha Baik. Bagaimana tidak? Bayangkan saja. Nabi Ibrahim meminta seorang anak, namun Allah berikan seorang anak sekaligus cucu yang kesemuanya orang soleh dan jua diangkat menjadi Nabi. Nabi Ibrahim AS dengan Siti Sarah (istri pertama) melahirkan seorang putra yakni Nabi Ishak AS. Nabi Ibrahim AS dengan Siti Hajar (istri kedua) melahirkan seorang putra yakni Nabi Isma’il AS.
Kisah tersebut bersambung dengan QS. Al-Anbiya ayat 73 yang artinya:
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, (Al-Anbiya 21:73).
Penjelasan  QS. Al Anbiya 21: 73 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Kami telah menjadikan mereka itu sebagian pemimpin-pemimpin) dapat dibaca A-immatan atau Ayimmatan, yakni pemimpin yang menjadi teladan dalam kebaikan (yang memberi petunjuk) kepada manusia (dengan perintah Kami) memberi petunjuk kepada mereka untuk memeluk agama Kami (dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menunaikan zakat) hendaknya mereka dan orang-orang yang mengikuti mereka mengerjakan semuanya itu. Huruf Ha dari lafal Iqaamah dibuang demi untuk meringankan bunyi, sehingga menjadi Iqaamash Shalaati bukan Iqaamatish Shalaati (dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah). (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:73).
Tafsir Al-Jalalain tentang QS. Al-Anbiya 21: 73 tersebut menjelaskan bahwasannya Allah SWT mengangkat Nabi Ibrahim AS sebagai utusan yakni sebagai pemimpin ummat di zamannya. Pemimpin (Nabi Ibrahim AS) memiliki kewajiban untuk memberikan teladan kebaikan berupa akhlakul karimah (perilaku yang baik) dan berkewajiban untuk berdakwah kepada ummatnya supaya memeluk agama yang haq (agama yang Allah SWT wahyukan kepada Nabi Ibrahim AS) yakni agama yang mengajarkan untuk mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Maka hendaklah orang-orang yang beriman melaksanakan itu semua (mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat). Seyogyanya hanya kepada Allahlah seorang hamba menyembah, sebab tiada yang berhak untuk disembah selain Allah SWT. Dialah Allah SWT, Rabb Semesta Alam.
QS. Al-Anbiya ayat 74 menjelaskan tentang kisah Nabi Luth AS yang artinya:
Dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik, (Al-Anbiya 21:74).
Adapun penjelasan  QS. Al-Anbiya 21: 74 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
 (Dan kepada Luth, Kami telah berikan hukum) yang memutuskan di antara orang-orang yang bersengketa (dan ilmu dan telah Kami selamatkan dia dari azab yang telah menimpa kota yang penduduknya mengerjakan) perbuatan-perbuatan (keji) yaitu seperti liwath atau homosex, main dadu, menebak nasib dengan burung dan lain sebagainya. (Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat) lafal Sau-in adalah bentuk Mashdar dari lafal Saa-a lawan kata dari Sarra, artinya jahat atau buruk (lagi fasik). (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:74).
QS. Al-Anbiya ayat 74 dalam Tafsir Al-Jalalain menerangkan tentang kisah Nabi Luth AS. Allah SWT memberikan kelebihan kepada Nabi Luth AS berupa hikmah dan ilmu yang dapat digunakan untuk menangani permasalahan orang-orang yang bersengketa sehingga dapat memutuskan kebijakan yang adil untuk menyelesaikannya. Kedurhakaan kaum Nabi Luth AS diantaranya melakukan homosex (hubungan seksual antara laki-laki dan laki-laki) dan lesbi (hubungan seksual antara perempuan dan perempuan), main dadu (judi), dan menebak nasib seseorang menggunakan burung (meramalkan nasib), dan lain sebagainya. Karena kedurhakaan kaum Nabi Luth AS kepada Allah SWT dan Nabi Luth AS, maka Allah turunkan azab pada seluruh penduduk kota kaum Nabi Luth, termasuk juga pada istri Nabi Luth AS yang turut binasa bersama kaum Nabi Luth AS yang durhaka lagi jahat. Namun pada Nabi Luth AS beserta orang-orang yang beriman, Allah SWT menyelamatkannya dari azab tersebut. Sungguh kaum Nabi Luth AS adalah kaum yang jahat lagi fasiq. Demikianlah Allah SWT membinasakan kaum yang durhaka pada Allah dan rosulNya.  
QS. Al-Anbiya ayat 75 merupakan kelanjutan kisah Nabi Luth AS yang diceritakan pada QS. Al Anbiya ayat 74, yang artinya:
Dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh. (Al-Anbiya 21:75)
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 75 dalam Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami) yang antara lain dia Kami selamatkan dari kaumnya. (Karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh). (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:75)
Maksud dari QS. Al-Anbiya ayat 75 dalam Tafsir Al-Jalalain tersebut adalah Allah SWT menyelamatkan Nabi Luth AS beserta pengikutnya dari azab yang menimpa kaumnya (yang durhaka pada Allah SWT dan Nabi Luth AS). Sesungguhnya Nabi Luth (beserta pengikutnya) termasuk ke dalam golongan orang-orang yang soleh.  
*****
AMANAT PENULIS
Berdasarkan kisah Nabi Ibrahim AS dan kisah Nabi Luth AS di atas, semoga kita dapat memetik hikmah (pelajaran) dari kisah yang tersirat di atas. Hendaklah kita yakin bahwasannya Allah berkuasa atas segala sesuatu sebagaimana Allah berkuasa memberikan anak pada Siti Sarah sekalipun usianya sudah tua (manula) dan sudah mengalami menopause (tidak haid). Tiada kekuatan melainkan dari Allah SWT, oleh karena itu sebagai makhluk seyogyanya kita bersikap tawadhu’ (rendah hati) sebab tiada makhluk yang bersifat abadi, hanya Allah-lah yang abadi, semua makhluk pasti akan mati (fana’). Selain itu, marilah kita mengambil hikmah dari kisah Nabi Luth AS yakni dengan menjalankan perintah Allah SWT (seperti melakukan kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dsb) dan menjauhi segala larangan Allah SWT (tidak berjudi, tidak berzina, tidak sirik, dll). Semoga dengan mentaati segala apa yang Allah perintahkan menjadikan kita selamat dari dunia hingga akherat. Sungguh ahzab Allah sangatlah pedih, semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang takut akan siksa Allah SWT sehingga kita menjauhi segala apa yang Allah larang.
“Duhai Rabb Semesta Alam, ampunilah segala dosa kami. Jauhkanlah hati kami dari rasa iri, sombong, ujub, dan riya’. Jagalah pandangan kami dari hal yang engkau haramkan untuk dilihat, Jagalah telinga kami dari hal yang tak boleh didengar karena maksiyat. Jagalah lisan kami agar tidak ghibah atau berkata ingkar yang menjadikannya sumber fitnah. Jagalah tangan dan kaki kami dari bergerak melakukan kemaksiyatan. Jagalah farji kami dan jauhkanlah kami dari perbuatan zina. Sesungguhnya tiada yang dapat menyelamatkan kami kecuali Engkau, ya Rabb. Engkaulah Dzat yang Maha Memberikan Hidayah (Petunjuk) bagi siapapun yang Engkau kehendaki. Maka dari itu, berikanlah petunjukMu pada kami. Tanpa hidayahMu, sesungguhnya kami termasuk dalam golongan orang yang rugi. Maka dari itu selamatkanlah kami dengan sifat Rahman dan Rakhim-Mu. Aamiin”.
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum (Blora) sekaligus guru yang mengampu dalam kajian kitab Tafsir Qur’an. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang yang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.                  
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email: halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:   
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahali. Tafsir Qur’anul Adhim. Bab 2. Lil Imam Abi Abdullah bin Hazem. Surat Al Anbiya ayat 71-75. Halaman 32-33.          

   

Rabu, 20 September 2017

KEUTAMAAN MEMBACA AYAT KURSI PART IV

KEUTAMAAN MEMBACA AYAT KURSI
*****
PART IV
*****
Diambil dari Kajian Kitab Khozinatul Asror Hal 128-129
*****



Ø  Keutamaan ayat kursi yang nomor 9 adalah ayat kursi merupakan ayat yang disucikan.
Diriwayatkan oleh Rosulullah SAW bahwasannya Rosulullah SAW bersabda: “Demi dzat yang menciptakan diriku dengan kekuasaanNya (kekuasaan Allah), sesungguhnya orang yang membaca ayat kursi dengan satu lisannya dan kedua bibirnya. Maka Allah akan mensucikannya seperti mensucikan tulang betis seorang raja sebagaimana termaktub dalam hadits at tirmidzi dan hadits-hadits lainnya”.
Dan barangsiapa menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi sebanyak jumlah fasilah ayat kursi atau sebanyak jumlah kalimat dalam ayat kursi (50 kalimat) atau sebanyak jumlah huruf di dalam ayat kursi (170 huruf, maka dipantulkanlah sifat Allah SWT yang suci pada orang yang membaca ayat kursi tersebut. Dan Allah SWT akan mengampuni segala dosa orang yang menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi serta memberikan keberkahan pada orang yang membaca ayat kursi yang suci (secara istiqomah) sebagaimana tertera di dalam kitab Al Kudtsi”.

Ø  Keutamaan ayat kursi yang ke 10 adalah di dalam ayat kursi terdapat kalimat yang berisi (menerangkan) tentang sifat-sifat Allah SWT.
Allah SWT menceritakan suatu hal pada Rosulullah SAW (dengan memperlihatkan beberapa peristiwa) di malam mi’raj, maka Rosulullah SAW pun berkata: “Aku melihat di lauh mahfudz ada 3 tempat bercahaya”. Maka aku (Nabi Muhammad SAW) pun bertanya (pada Allah SWT) : “Duhai Rabbku, mengapa 3 tempat itu bercahaya?”. Lantas Allah SWT menjawab: “3 tempat iu adalah tempat (untuk para pembaca) ayat kursi, yasin, dan surat al ikhlas”. Maka aku (Nabi Muhammad SAW) pun bertanya (kembali) : “Ya Rabbi, bagaimanakah pahalanya orang yang membaca ayat kursi?”. Allah punmenjawab: “Sesungguhnya (di dalam) ayat kursi (terdapat) sifatku. Dan barangsiapa membaca ayat kursi (secara istiqomah) dengan beberapa ambalan (sebanyak fasilah ayat kursi atau sebanyak kalimat dalam ayat kursi atau sebanyak huruf di dalam ayat kursi), maka ia akan dapat melihat dzat-Ku (dzat Allah SWT) di hari kiamat”.
Allah SWT berfirman: “Adapun wajah orang yang menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi akan terlihat bercahaya di hari kiamat dan ia (jua) akan dapat melihat dzat-Ku (dzat Allah SWT) kelak di hari kiamat sebagaimana termaktub dalam kitab tafsir Imam Hnafi”.
Diceritakan oleh saudara laki-laki yang dimuliakan Allah SWT bahwasannya Allah SWT akan memuliakan orang-orang yang menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi di hari kiamat dan Allah SWT akan memberikan pertolonganNya pada orang-orang yang menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi di malam hari dan di siang hari dengan beberapa ambalan (sebanyak fasilah ayat kursi atau sebanyak jumlah kalimat dalam ayat kursi atau sebanyak jumlah huruf di dalam ayat kursi). Maka orang yang menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi (tersebut) akan dapat melihat Dzat Allah SWT di hari kiamat. Adapun orang yang menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi di malam hari dan di siang hari, maka sesungguhnya ia berada pada puncak derajat orang agung, lebih awal dan memiliki kedekatan yang sempurna dengan Allah SWT.

Ø  Keutamaan ayat kursi yang ke 11 adalah ayat kursi berisi kalimat tauhid
Sesungguhnya ayat kursi mengandung kalimat tauhid. Ibnu Arobi berkata: “Semoga Allah SWT mensucikan sifat Allah SWT di dalam ayat kursi yang agung. Karena sesungguhnya ayat kursi adalah lebih agung-agungnya ayat yang menjadi gantungan (tempat bergantungnya) segala sesuatu (atas izin Allah SWT). Karena mulianya Dzat Allah, maka bergantunglah beberapa hal pada Dzat Yang Maha Mulia (Dzat Allah SWT). Ayat kursi adalah ayat yang paling mulia di dalam Al Qur’an sebagaimana paling mulianya surat Al Ikhlas diantara surat-surat di dalam Al Qur’an”.    
Surat Al Ikhlas memiliki 2 sisi keunggulan yaitu: 1). Di dalam surat Al Ikhlas berisi kalimat-kalimat tauhid sebagaimana ayat kursi yang jua berisikan kalimat tauhid, 2). Turunnya surat Al Ikhlas dilatarbelakangi oleh adanya tantangan dari orang-orang kafir. Sedangkan turunnya ayat kursi tidak harus dilatarbelakangi dengan adanya tantangan dari orang-orang kafir.
Sesungguhnya Surat Al Ikhlas mengukuhkan kalimat tauhid di dalam 15 huruf, sedangkan ayat kursi mengukuhkan kalimat tauhid di dalam 50 huruf. Maka lihatlah kekuasaan Allah SWT di dalam memuliakan sifat-sifat-Nya (sifat-sifat Allah SWT) dengan meminjamkan makna yang dijabarkan dari 50 huruf (di dalam ayat kursi) dan dikatakan bahwa makna 15 huruf (di dalam surat Al Ilkhlas) menerangkan keagungan kekuasaan Allah SWT dan mengukuhkan sifat wahdaniyah Allah SWT sebagaimana tertera di dalam kitab Al Itqon.
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA bahwa Rosulullah SAW berkata: “Tidaklah ada ahli (membaca) la illa ha illallah yang merasa gelisah terhadap kematian dan hari kebangkitan dari alam kubur, karena pada waktu shoikhah (waktu ditiupnya terompet oleh malaikat isrofil), para ahli (membaca) La illa ha illallah mengipat-ngipatkan rambutnya dari debu seraya berkata: “Segala puji bagi Allah SWT yang telah menyelamatkan kita dari rasa susah”.
Diriwayatkan oleh Nisaburi RA dari ayahnya. Ayah Nisaburi dari kakeknya. Kakeknya dari Rosulullah SAW. Rosulullah SAW dari malaikat Jibril AS. Malaikat Jibril AS dari Allah SWT. Dan Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya kalimat La illa ha Illallah adalah bentengku (benteng Allah SWT). Barangsiapa masuk ke dalam bentengku (benteng Allah SWT), maka ia selamatdari siksaku (siksa Allah SWT)”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA dari Rosulullah SAW bahwasannya Allah SWT membuka pintu surga dan sesungguhnya surga mengundang (para ahli La illa ha illallah) dari bawah Arsy. Dan sesungguhnya surga adalah tempat berbagai kenikmatan. Lantas surga ditanya: “Sesungguhnya engkau (surga) itu milik siapa?”. Dan surga pun menjawab: “Sesungguhnya aku (surga) adalah tempat bagi para ahli La illa ha illallah dan aku (surga) rindu pada ahli dzikir La illa ha illallah. Dan tidaklah aku (surga) mencari melainkan pada ahli dzikir La illa ha illallah. Dan tidaklah masuk padaku (pada surga) kecuali ahli dzikir La illa ha illallah. Dan aku (surga) tertutup bagi orang yang tidak mau mengucapkan dzikir La illa ha illallah dan orang yang tidak beriman dengan kalimat La illa ha illallah. Dan neraka pun berkata: “Aku (neraka) adalah tempat segala siksa. Tidaklah masuk padaku (pada neraka) kecuali orang yang ingkar pada kalimat La illa ha illallah. Dan tidaklah aku (neraka) mencari melainkan pada orang yang mengingkari kalimat La illa ha illallah. Dan aku (neraka) haram untuk orang yang mengucapkan La illa ha illallah (ahli La illa ha illallah).  Dan tidaklah aku (neraka) mengikat kecuali pada orang yang sombong terhadap kalimat La illa ha illallah. Dan tidaklah aku (neraka) marah kecuali pada orang yang mengingkari kalimat La illa ha illallah.
Dikatakan oleh seorang perawi bahwasannya rohmat dan magfiroh (ampunan) Allah untuk orang yang ahli La illa ha illallah. Rohmat dan magfiroh (ampunan) Allah memberi pertolongan pada orang yang mengucapkan La illa ha illallah. Rohmat dan magfiroh (ampunan) Allah  mencintai orang yang mengucapkan La illa ha illallah. Rohmat dan magfiroh (ampunan) Allah dapat mengunggulkan pada orang yang mengucapkan La illa ha illallah. Dan tidaklah terhalang rohmat dan magfiroh (ampunan) Allah atas orang yang mengucapkan La illa ha illallah. Dan tidaklah diperintahkan aku (rohmat dan magfiroh Allah) kecuali pada ahli La illa ha illallah. Maka janganlah engkau mencampurkan kalimat La illa ha illallah kecuali dengan iman yang mengukuhkan (iman yang istiqomah) sebagaimana tertera dalam kitab tafsir asrori tanzil.


*****
PESAN PENULIS
Dalam mengamalkan segala sesuatu, langkah pertama yang kita lakukan adalah menata niat. Alangkah baiknya niat kita lurus yakni semata-mata mencari ridho Allah SWT dan kita mengukuhkan (memantabkan) keyakinan tauhid kita bahwa segala kekuatan itu datangnya dari Allah SWT. Mengamalkan membaca ayat kursi adalah perantara sedangkan pemberi kekuatan, kedudukan, kemuliaan, keberkahan, keselamatan, dan kenikmatan adalah Allah SWT. Sebagaimana suatu perumpamaan engkau makan, yang memberimu rasa kenyang pada hakekatnya adalah Allah SWT sedangkan nasi adalah perantaranya. Sekalipun engkau makan 5 piring, kalau Allah SWT tidak memberimu kenyang, maka engkau tidaklah merasa kenyang.  Sekalipun engkau hanya makan sedikit, namun jika Allah SWT menghendaki engkau kenyang maka engkaupun merasa kenyang. Maka dari itu, marilah kita luruskan keyakinan bahwasannya tiada kekuatan melainkan dari Allah SWT (La haula wala quwwata illa billah). Sesungguhlah Dialah Allah, Dzat yang Maha Kuat, dialah yang berhak memberikah krkuatan ataupun melemahkan makhluk. Sesungguhnya tiada sesuatu yang terjadi melainkan atas izin Allah SWT. Bahkan daun jatuhpun tidaklah kebetulan melainkan Allah sudah mengatur waktunya sedemikian rupa sehingga daun jatuhpun atas izin Allah SWT.
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum Blora sekaligus guru yang mengampu dalam kajian kitab Khozinatul Asror. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:    
Syeh Muhammad Haqi An Nadzili. Kitab Khozinatul Asror. Bab Sebab Turunnya Ayat Kursi. Halaman 128-129.          


       

Selasa, 19 September 2017

KEUTAMAAN MENJAGA SHALAT

KEUTAMAAN MENJAGA SHALAT
*****
Kajian Kitab Majalisus Shaniyyah
Halaman 80
*****       

Kebaikan seseorang terletak pada bagaimana ia menjaga shalatnya. Orang yang bisa menjaga shalatnya dengan baik  dan menunaikannya tepat waktu, in syaallah akhlaknya juga baik. Shalat adalah amalan yang pertama kali di hisab kelak di hari kiamat. Sungguh betapa pentingnya menjaga shalat. Menunaikan shalat tepat waktu  berarti mentaati perintah Allah SWT dengan baik. Menyia-nyiakan sholat berarti membangkang atas perintah Allah SWT. Bukan hanya itu, melalaikan shalat bagi seorang yang beragama islam termasuk dzalim yakni: 1) Dzalim kepada Allah/ durhaka kepada Allah. Sebab tugas seorang hamba adalah taat pada Tuhannnya, bila melalaikan perintahNya berarti durhaka padaNya, 2). Dzalim pada diri sendiri. Sesungguhnya di dalam shalat terdapat beberapa doa untuk memohon keselamatan diri baik di kehidupan dunia maupun di akherat. Apabila seseorang melalaikan solat berarti ia tidak memohon keselamatan untuk dirinya sendiri 3). Dzalim pada orang lain sebab di dalam doa ada hak orang lain (kaum muslimin dan muslimat) untuk didoakan.    

Rosulullah SAW bersabda: “Tiap-tiap langkah kaki yang digunakan untuk menunaikan solat adalah sedekah”.  Sesungguhnya mengukuhkan di dalam menghadiri beberapa sholat jama’ah (solat berjama’ah) dan meramaikan masjid itu dapat menambah pahala daripada solat di dalam rumah. Sholat berjama’ah mendapatkan pahala 27 derajad, sementara sholat munfarid mendapatkan 1 pahala. Bila selisih 26, maka engkau pilih yang mana?. Tentu bagi orang yang beriman, lebih memilih sholat berjama’ah daripada sholat munfarid. Ketika di hari kiamat nanti, akan hadir suatu kaum yang berdiri di atas siraj (jalan), maka dikatakan kepada suatu kaum yang melewati jalan supaya takut akan (siksa) neraka.
Malaikat Jibril berkata: “Bagaimanakah caramu ketika engkau melewati lautan/ samudra?”. Lalu dijawab: “Dengan menggunakan perahu.”. Maka diumpamakan bahwa orang yang sholat berjama’ah dimasjid ketika melewati jembatan sirad seperti orang yang naik perahu menyeberangi samudra.
Diriwayatkan oleh Anas RA bahwasannya Rosulullah SAW berkata: “Akan dikumpulkan masjid-masjid di dunia. Sesungguhnya masjid-masjid di dunia itu seperti unta besar yang berwarna putih yang kakinya berbau minyak anbar (sejenis minyak dari surga), dan lehernya berbau minyak ja’far (jenis minyak dari surga), dan kepalanya berbau minyak misik.”. Adapun para muadzin (orang yang bertugas mengumandangkan adzan) akan menuntun unta (tersebut) dan para imam (sholat berjama’ah) akan menggiring unta (tersebut). Adapun orang yang menjaga sholat, akan turut serta berjalan menuju halaman kiamat. Dikatakan oleh penduduk akherat, malaikat, dan para utusan bahwasannya orang yang menjaga keistiqomahan sholat berjama’ah dengan tepat waktu, maka ia akan diakui sebagai ummat Muhammad SAW.  Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA bahwasannya Rosulullah SAW bersabda: “Semakin banyak langkah berjalan menuju masjid di waktu malam (untuk sholat), maka sesungguhnya orang tersebut menyelam ke dalam rohmat Allah SWT.
Ketika di hari kiamat nanti, akan diperintahkan orang yang menjaga shalatnya untuk masuk surga. Beberapa golongan yang masuk surga adalah:
1.      Golongan orang yang seperti matahari, maka ditanya oleh malaikat: “Siapakah engkau?”. Lalu mereka menjawab: ”Sesungguhnya kita adalah orang yang menjaga sholat”. Lantas malaikat bertanya: “Seperti apa engkau menjaga sholat?”. Mereka menjawab: “Ketika mendengarkan adzan, kita sudah berada di dalam masjid (maksudnya mereka mendengarkan adzan di dalam masjid)”.
2.      Golongan orang yang seperti bulan di malam lailatul qodar, maka ditanya oleh malaikat: “Siapakah engkau?”. Lalu mereka menjawab: “Kita adalah orang yang menjaga sholat”. Lantas malaikat bertanya kembali: “Seperti apa engkau menjaga sholat?”. Mereka menjawab: “Kita berwudhu sebelum waktu sholat tiba (waktu sebelum adzan tiba, maksudnya wudhu mendekati waktu adzan tiba). Misalnya; a). Waktu adzan sholat dzuhur pukul 12.00, maka golongan ini sudah wudhu sejak pukul 11.30, b). Waktu adzan sholat asar pukul 15.00, maka golongan ini sudah wudhu sejak 14.45, c). Waktu adzan sholat magrib pukul 17.50, maka golongan ini sudah wudhu pukul 17.30, d). Waktu sholat isya pukul 19.00, maka golongan ini sudah wudhu pukul 18.30, dan e). Waktu sholat subuh pukul 04.20, maka golongan ini sudah wudhu pukul 04.00.
3.      Golongan orang yang seperti bintang, maka ditanya oleh malaikat: “Siapakah engkau?”. Lalu mereka menjawab: “Kita adalah orang yang menjaga sholat”. Lantas malaikat bertanya kembali: “Seperti apa engkau menjaga sholat?”. Mereka menjawab: “Kita berwudhu sebelum adzan dikumandangkan”.
Allah SWT berfirman bahwasannya ada 3 (tiga) golongan:
1.      Golongan yang mendzalimi diri sendiri yakni mereka yang sholat setelah waktu sholat selesai. Contohnya: datang ke masjid untuk sholat berjama’ah ketika imam sudah hampir salam, sholat mendekati waktu sholat telah habis.
2.      Golongan tengah adalah mereka yang masuk masjid (untuk sholat berjama’ah) setelah mendengarkan adzan.
3.      Golongan awal (golongan paling mulia) adalah golongan yang masuk masjid ( untuk sholat berjama’ah) sebelum adzan dikumandangkan.
Umar bin Abdul Aziz berkata dalam firman Allah SWT bahwasannya golongan yang menyia-nyiakan sholat adalah orang-orang yang menyia-nyiakan waktu sholat. Sebagaimana contohnya orang yang menunaikan sholat menjelang waktu sholat habis. Misalnya; 1). Sholat isya’ pukul 04.00 mendekati waktu sholat subuh, 2). Sholat subuh pukul 05.50 mendekati waktu sholat dhuha, 3). Sholat dhuhur pukul 14.30 mendekati waktu sholat asar, 4). Sholat asar pukul 17.30 mendekati waktu sholat magrib, 5). Sholat magrib pukul 18.30 mendekati waktu sholat isyak dan mendekati waktu sholat magrib telah habis. Selain itu yang dimaksud orang yang menyia-nyiakan sholat adalah orang yang mendengar adzan, namun tidak segera menunaikan sholat berjama’ah.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya kita menjaga keistiqomahan sholat tepat waktu terlebih solat berjama’ah. Sebuah perumpamaan, bila engkau diperintah gurumu taat, maka gurumu akan senang padamu. Demikian pula bila engkau taat pada perintah Allah SWT seperti rajin menunaikan sholat jama’ah tepat waktu, maka Allahpun akan mencintaimu sebagaimana engkau jua mencintaiNya. Bila menunaikan sholat jama’ah tepat waktu diberikan pahala berupa surga, apakah engkau tidak mau masuk surga? Haruskan masuk surga diperintah-perintah dulu?. Terkadang manusia itu unik, bagaimana tidak? Coba kita renungkan. Tak usah jauh-jauh melihat orang lain, mari merenungkan diri sendiri untuk kita perbaiki menjadi lebih baik. Kita dengan mudah menyatakan kita takut akan siksa neraka, namun apa yang kita lakukan terkadang justru durhaka pada Allah yang menjurus pada pilihan siksa neraka. Memang kesenangan dunia dan kemaksiyatan itu terasa nikmat sehingga menggiurkan manusia, namun dampaknya berupa ahdzab atau bahkan siksa neraka. Ataukah engkau memilih mengekang nafsu dan mentaati perintah Allah walaupun sulit karena banyak godaannya, namun kita ikhlas semata-mata untuk mencari ridho Allah?. Sesungguhnya surga dan neraka adalah pilihan, tidak ada paksaan untuk memilih ke surga atau ke neraka. Mau ke surga, cukup dengan mentaati segala perintah Allah SWT, mau ke neraka cukup dengan durhaka dan membangkang pada perintah Allah SWT dan menjalankan larangan Allah SWT.
Namun pada hakekatnya, bila cintamu tulus ikhlas lilahi ta’ala yakni semata-mata mencari ridho Allah SWT. Maka sholatmu, ibadahmu engkau lakukan dengan tulus sekalipun tidak diberi hadiah berupa surga. Sebab puncak tertinggi yang engkau cari bukan surga melainkan ridho Allah SWT. Golongan yang beribadah tanpa mengharap apapun kecuali ridho Allah SWT dan mendapatkan rohmat Allah SWT adalah golongan yang beruntung. Sungguh cinta sejati adalah ketaatan dan pengorbanan, termasuk mentaati segala yang Allah perintahkan demi menggapai cinta illahi serta berkorban untk menjauhi segala larangan Allah sekalipun itu menggiurkan dan menyenangkan hati (nikmat duniawi). Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan yang mendapatkan hidayah Allah SWT, selalu dalam perlindungannya dan mendapatkan rohmat Allah SWT sehingga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung. Aamiin.    
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum. Tak lupa penulis sampaikan terimakasih pada Pak Khobir selaku guru yang mengampu dalam kajian kitab Majalisus Saniyyah. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:    
Syeh Ahmad bin Syeh Hajazi Al Fasani. Majalisus Saniyyah. Halaman 80. Surabaya: Maktabatil Hidayah.                          


Sabtu, 16 September 2017

ANJURAN MEMERANGI BANGSA YAHUDI (KAFIR)

ANJURAN MEMERANGI BANGSA YAHUDI (KAFIR)
*****
KAJIAN KITAB TAJRIDUS SHOREH
*****
Diampu oleh Gus Dr. H.A, Muhammad Nur Ihsan, Lc. MA



Segala puji bagi Rabb Semesta alam. Tiada Tuhan melainkan Dia. Sesungguhnya agama yang mulia disisi Allah SWT adalah islam. Islam adalah agama yang hak, agama yang rahmatan lil alamin. Agama yang mengajarkan tentang yang haq dan melarang yang batil. Islam hadir untuk memuliakan kehormatan manusia dari jaman kebodohan (jahiliah) yang penuh dengan kemaksiyatan dan tindakan amoral atau tindakan asusila menuju pada kedamaian yang dihiasi dengan tindakan beretika (susila). Sesungguhnya apa yang Allah perintahkan mengandung banyak manfaat bagi hambanya, baik manfaat untuk dirinya dari segi kesehatan, agama, maupun kemaslahatan ataupun keselamatan. Demikian jua sebaliknya, atas segala yang dilarang oleh Allah SWT mengandung kemadharatan yang buruk untuk kesehatan manusia maupun untuk diri manusia itu sendiri.
Kaum muslimin muslimat yang dirahmati Allah SWT…J
Bangsa yahudi adalah musuh kaum muslimin sejak zaman Rosulullah SAW. Bangsa yahudi membenci islam dan membenci dakwah Rosulullah serta memusuhi kaum muslimin. Itulah sebabnya, dalam sebuah sejarah dikatakan bahwasannya tidak akan terjadi kiamat hingga kaum muslimin memerangi bangsa yahudi dan menaklukkan bangsa yahudi. Diceritakan pula bahwasannya di akhir zaman nanti, bangsa Yahudi akan mati dibawah taklukan kaum muslimin.  Rosulullah SAW bersabda: “Awal mula pasukanku (pasukan Nabi Muhammad SAW) perang di lautan. Tetapi sebagian pula ada yang berawal dari perang di Kota Kaisar”.   
Diriwayatkan oleh Abdillah dari Umar RA bahwa Rosulullah SAW berkata: “Hai ummatku (ummat Nabi Muhammad SAW) semua, perangilah bangsa Yahudi hingga mereka bersembunyi di bawah batu.” Lantas Rosulullah SAW berkata: “Hai Abdilah, bangsa Yahudi berada di belakangku, maka bunuhlah. Di dalam sejarah, tidak terjadi kiamat hingga engkau membunuh bangsa yahudi sebagaimana itu tertera dalam hadits-haditsku”.
Diriwayatkan oleh Abi Hurairah RA, Rosulullah SAW berkata: “ Tidak terjadi kiamat hingga kalian memerangi bangsa Turki (yang dimaksud bangsa Turki yang kafir/ bangsa yahudi) dengan tanda-tanda matanya sipit, wajahnya merah, hidungnya pesek, dan sandalnya terbuat dari bulu”.
Berdasarkan hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa adanya anjuran bagi kaum muslimin untuk senantiasa memerangi hingga menaklukkan kaum yahudi kafir, sebab kaum yahudi membenci islam dan memusuhi islam. Adapun ciri bangsa yahudi diantaranya; matanya sipit, wajahnya merah, hidungnya pesek dan suka mengenakan sandal yang terbuat dari bulu (sandal berbulu). Sungguh begitu utamanya memerangi bangsa yahudi hingga termaktub dalam hadits bahwasannya tidak akan terjadi kiamat hingga kaum muslimim membunuh dan memerangi bangsa yahudi. Hal ini menunjukkan tentang keutamaan kaum muslimin untuk memerangi dan menaklukan bangsa yahudi yang menandakan kemenangan kaum muslimin atas bangsa yahudi. Dengan kemenangan kaum muslimin atas bangsa yahudi menunjukkan kebesaran Allah SWT dan kejayaan islam.
Pada perang Khoibar, semua pasukan perang berharap diberikan bendera oleh Rosulullah SAW. Ketika semua kaum muslimin sudah kumpul semua, tidak ada yang dicari Rosulullah SAW, melainkan Rosulullah SAW justru mencari Sayyidina Ali. Tetapi Sayyidina Ali sakit mata dan tidak bisa hadir. Lantas Sayyidina Ali diludahi kedua matanya oleh Rosulullah SAW, lalu kedua matanya sembuh seperti sedia kala.
Diriwayatkan oleh Sahal bin Sa’ad RA bahwasannya Rosulullah SAW berkata: “Aku (Nabi Muhammad SAW) akan memberikan bendera pada seorang laki-laki di dalam perang Khoibar yang berhasil membuka kemenangan perang (atas izin Allah) melalui tangannya”. Lantas para kaum laki-laki berharap agar menerima bendera dari Rosulullah SAW. Maka dari itu, mereka (kaum laki-laki) datang lebih awal agar mendapatkan bendera dari Rosulullah SAW. Begitu Rosulullah SAW sampai di medan perang, Rosulullah SAW mencari Sayyidina Ali RA. Rosulullah berkata: “Dimanakah Ali?”. Maka dijawab oleh seorang laki-laki bahwasannya Sayyidina Ali RA sedang menderita sakit pada kedua matanya. Rosulullah SAW pun memerintahkan agar Rosulullah SAW dipertemukan dengan Sayyidina Ali. Rosulullah SAW mengobati penyakit mata Sayyidina Ali dengan meludahi kedua matanya yang sakit, seketika itu juga kedua mata Sayyidina Ali sembuh seperti sedia kala.
Rosulullah SAW pun bersabda: “Berangkatlah ke medan perang hingga tiba di medan pertempuran perang Khoibar, lalu perangilah kaum kafir di perang Khoibar, taklukkanlah mereka dan ajaklah mereka memeluk agama islam. Sesungguhnya Allah SWT memberikan hidayah pada laki-laki (yang memeluk agama islam setelah ditaklukkan dalam perang khoibar) serta kemuliaan yang lebih daripada merahnya binatang ternak (rojo koyo)”. Diriwayatkan oleh Ka’ab bin Malik RA bahwasannya Rosulullah SAW bersabda: ”Tidaklah aku (Nabi Muhammad SAW) bepergian melainkan pada hari Kamis”.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwasannya Rosulullah SAW berkata kepada utusan para Nabi “Apabila engkau (para utusan Nabi/ kaum muslimin) bertemu dengan Fulan dan si Fulan kepada 2 lelaki kafir quraish, maka bakarlah kedua lelaki kafir quraish tersebut dengan api.”Demikianlah kata beliau (baginda Nabi Besar Muhammad SAW) ketika akan keluar berpisah dengan kaum muslimin.
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA bahwasannya Rosulullah SAW bersabda: “Dengarkanlah dan taatlah apabila engkau diperintah pada bukan kemaksiyatan dan apabila diperintahkan pada kemaksiyatan, maka janganlah engkau mendengarkan ((perintah maksiyat it) dan janganlah engkau mentaatinya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwasannya Rosulullah SAW berkata: “Barangsiapa taat padaku (Rosulullah SAW), maka ia jua taat Allah SWT. Barangsiapa membangkang padaku (Rosulullah), maka ia juga membangkang (maksiyat) pada Allah SWT. Barangsiapa taat pada pemimpinnya (selama pemimpinnya adil dan mengajak pada kebaikan), maka ia juga taat padaku (rosulullah). Barangsiapa membangkang (maksiyat) pada pemimpinnya, maka ia juga membangkang padaku”.
*****
UCAPAN TERIMAKASIH                
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum. Tak lupa penulis sampaikan terimakasih pada Gus Ihsan (Gus Dr. H. A, Muhammad Nur Ihsan, Lc. MA) selaku guru yang mengampu dalam kajian kitab Tajridus Soreh. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:    
Abi Al Abas Zainudin Ahmad bin Abdul Latif. Tajridus Soreh. Surabaya: Darul Ilmi. Halaman 30-31.