HALIMAH BINTI MASDARI

Senin, 19 Desember 2016

KHADIJAH BINTI KHUWAILID, PEMIMPIN WANITA SYURGA

KHADIJAH BINTI KHUWAILID, PEMIMPIN WANITA SYURGA
*****
Berteladan pada Ummul Mukminin, Sayyidah Khodijah RA.


            Siapakah sosok Khadijah binti Khuwailid (Sayyidah Khadijah RA)?. Khadijah binti Khuwailid adalah istri pertama Rosulullah SAW. Rosulullah SAW menikah dengan Sayyidah Khodijah RA pada usia 25 tahun, sedangkan Sayyidah Khodijah RA saat itu berusia 40 tahun. Pernikahan antara Rosulullah SAW dengan Sayyidah Khadijah RA, Sayyidah Khodijah RA melahirkan 6 orang anak (2 laki-laki dan 4 perempuan). Anak Rosulullah SAW bersama Sayyidah Khodijah RA yaitu: Qosim, Abdullah, Fatimah, Ummu Kultsum, Zainab, dan Ruqaiyah. Semua anak laki-laki beliau (Rosulullah SAW) meninggal dunia saat mereka masih kecil. Sementara anak-anak perempuan beliau, mereka menjumpai islam, masuk islam dan berhijrah. Semua anak-anak Rosulullah SAW meninggal dunia ketika beliau masih hidup, kecuali Fatimah. Fatimah meninggal dunia setelah enam bulan wafadnya Rosulullah SAW.
            Sayyidah Khodijah RA adalah ummul mukminin, pemimpin kaum wanita seluruh alam pada masanya. Ibu anak-anak Rosulullah SAW. Sayyidah Khodijah RA adalah orang pertama yang beriman dan percaya kepada Rosulullah SAW sebelum siapapun juga mempercayainya. Beliau (Sayyidah Khodijah RA) memiliki banyak keutamaan, dan termasuk di antara wanita sempurna. Ia wanita berakal, mulia, patuh perintah agama, terjaga dan mulia, termasuk salah satu penghuni surga. Beberapa keutamaan besar Sayyidah Khodijah RA diantaranya:
1.      Orang pertama yang shalat bersama Rosulullah SAW.
*****
Wanita pertama yang dinikahi Rosulullah SAW adalah Khadijah, dan orang pertama yang beriman kepada beliau adalah Khodijah”. (Al-Fushul. Hlm, 243).
*****
Imam Az Zuhri RA menuturkan, “Khadijah RA adalah orang pertama yang beriman kepada Allah. Rosul menerima risalah Rabb lalu pulang ke rumah, setiap kali melewati pohon ataupun batu, semuanya mengucapkan salam kepada beliau. Saat masuk menemui Khodijah, beliau berkata, “Tahukah kamu sosok yang aku ceritakan kepadamu yang aku lihat dalam mimpi, dia itu Jibril. Ia memberitahukan kepadaku bahwa ia diutus Rabbku kepadaku.” Beliau memberitahukan wahyu pertamanya. Khadijah berkata, “Bergembiralah, demi Allah, Allah akan selalu memberlakukan padamu dengan baik. Maka dari itu terimalah apa yang datang kepadamu dari Allah, karena itu adalah kebenaran.” [Tarikh Al-Islam, Adz-Dzahabi (I/128)].
*****
2.      Orang pertama yang memberi anak-anak untuk Rosulullah SAW. Sayyidah Khodijah RA adalah istri pertama Rosulullah SAW. Pernikahan antara Rosulullah SAW dengan Sayyidah Khadijah RA dikaruniai 6 orang anak (2 laki-laki dan 4 perempuan). Anak Rosulullah SAW bersama Sayyidah Khodijah RA yaitu: Qosim, Abdullah, Fatimah, Ummu Kultsum, Zainab, dan Ruqaiyah.
3.      Orang pertama di antara istri-istri Rosulullah SAW yang diberi kabar gembira surga.
4.      Orang pertama yang diberi salam Rabb
*****
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Jibril datang kepada Rosulullah SAW, lalu berkata, “Wahai Rosulullah, Khadijah akan datang membawa wadah berisi makanan, atau lauk, atau minuman. Jika dia sudah tiba nanti, sampaikan salam Rabbnya kepadanya, juga dariku. Dan sampaikan kabar gembira kepadanya sebuah rumah di surga dari mutiara cekung, tiada kegaduhan dan keletihan di dalamnya.” [Muttafaq “Alaih”. HR. Bukhari (3820), kitab: Keutamaan-keutamaan. HR. Muslim (2432), kitab: Keutamaan Para Sahabat].
*****
5.      Wanita shiddiq pertama di antara para mukminin wanita.
6.      Istri Nabi Muhammad SAW yang lebih dulu meninggal dunia.
7.      Kuburan yang pertama kali disinggahi Nabi Muhammad SAW adalah kuburannya di Mekah.
8.      Pemimpin wanita penghuni surga
*****
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, “Rosulullah SAW bersabda, “Para pemimpin wanita penghuni surga adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Muhammad, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah istri Fir’aun.” [HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir (12179), sanad hadits ini Hasan].
*****
Demikianlah beberapa keutamaan yang dimiliki oleh Sayyidah Khodijah RA. Sayyidah Khodijah RA adalah sosok wanita yang mulia nan lembut budi pekertinya, penyayang dan murah hati. Wahai muslimah nan solikhah, marilah berteladan pada akhlak Sayyidah Khodijah RA. Keteladanan sikap mulia Sayyidah Khodijah RA diantaranya:
1.      Khadijah binti Khuwailid (Sayyidah Khodijah RA) adalah sosok yang dermawan.
Sayyidah Khadijah RA rela memberikan seluruh hartanya untuk mendukung perjuangan Rosulullah SAW, rela mengorbankan harta dan pikirannya untuk  Allah dan Rosulnya.
Diriwayatkan dalam perbincangan hangat antara Rosulullah SAW dan Khodijah RA, datanglah Halimah As Sa’diyah (Ibu susuan yang menyusui Rosulullah SAW). Dalam pertemuan hangat antara Rosulullah SAW dengan Halimah As Sa’diyah, beliau (Rosulullah SAW) menanyakan kondisinya (kondisi Halimah). Halimah As Sa’diyah mengeluhkan kerasnya kehidupan dan kekeringan yang melanda padang luas Bani Sa’ad. Ia (Halimah As Sa’diyah) mengeluhkan kesulitan hidup, dan getirnya kemiskinan. Rosulullah SAW lantas mencurahkan kemuliaan beliau pada Khodijah RA. Khadijah RA tersentuh oleh kondisi Halimah As Sa’diyah, ibunda susuan Nabi Muhammad SAW, konsisi sulit yang menimpanya dan juga kaumnya. Kalbu Khadijah pun menuangkan kasih sayang dan cinta. Dengan rela hati, Khadijah memberi 40 ekor kambing, juga seekor unta yang membawa air. Khadijah juga memberikan bekal seperlunya untuk nanti Halimah As Sa’diyah bawa pulang ke padang luas kampung halamannya”. (Nisa’, Ahlil Bait, hal: 31, 32).
Selain itu, Sayyidah Khodijah RA gemar membagikan hartanya pada fakir atau miskin, Sayyidah Khodijah juga sangat memuliakan tamu dan gemar membantu orang dalam kesusahan.
2.      Sifat mulia dan Mementingkan Orang lain
Khadijah RA sangat mulia dan murah hati. Ia menyukai apa saja yang disukai sang suami, mengorbankan apa pun yang ia miliki demi membahagiakan sang suami. Tatkala Rosulullah SAW merawat putra paman beliau, Ali bin Abi Thalib, Ali menemukan hati penuh kasih dan Ibu yang sangat penyayang di rumah Khadijah, wanita suci nan penuh kasih. Inilah yang membuat Ali merasa tinggal bersama Ibu kandung sendiri. Khadijah memperlakukan Ali dengan sangat baik.  
Demikian halnya ketika Khadijah RA merasa bahwa Rosulullah SAW mencintai Zaid bin Haritsah. Khadijah menghibahkan Zaid kepada beliau, sehingga kedudukan Khadijah kian meningkat di dalam jiwa Nabi Muhammad SAW.
3.       Setia pada Suami, Menemaninya dalam Suka dan Duka
Dear shalihah, sudah selayaknya sebagai wanita kita meneladani sikap sayyidah Khodijah RA yang setia pada suaminya (Nabi Muhammad SAW). Sayyidah Khodijah RA dengan kerelaan hati memberikan seluruh hartanya untuk perjuangan Rosululklah. Sayyidah Khodijah menemani Rosulullah dalam suka maupun duka. Sayyidah Khodijah menguatkan Rosulullah ketika beliau ketakutan, kedinginan setelah ditemui Jibril dan menerima wahyu, Sayyidah Khodijah memotivasinya dan menyelimutinya. Sayyidah Khodijah RA menemani Rosulullah baik dalam dakwah islam baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sayyidah Khodijah turut merasakan pedihnya diboikot kaum kafir quraisy menemani Rosulullah SAW. Sungguh betapa mulia nan murah hati Sayyidah Khodijah RA.
Sudah selayaknya kita meniru ummah kita (Sayyidah Khodijah RA) yang begitu setia pada sang suami.
Jadilah wanita…
Yang kala suamimu memandangnya, maka sejuklah hatinya
Yang kala suamimu berduka, maka engkau menguatkan pundaknya
Yang kala suamimu lemah, maka kau pun memotivasinya
Yang kala suamimu mendengarkan katamu, maka tentramlah batinnya
Yang kala bersamamu, maka semakin besar cintanya pada Rabbnya
Yang kala memandangmu mengingatkannya akan kehidupan akherat
Yang kala memandangmu mengingatkannya akan hari kematian
Jadilah wanita…
Yang kala suamimu di sampingmu, menginspirasinya untuk berbuat kebajikan
Yang kala bersamamu, mendorongnya dalam ketaatan pada Rabb dan RosulNya
Yang mana kalian berdua saling bahu membahu dalam kebaikan
Saling mengasihi dan saling mencintai dalam ketaatan
Membangun keluarga yang madani
4.      Khadijah RA adalah sosok yang Rajin Beribadah
Sayyidah Khodijah adalah orang yang pertama beriman pada Allah dan RosulNya. Sayyidah Khodijah orang pertama yang mempecayai Rosulullah SAW. Sayyidah Khodijah RA selalu mendampingi Rosulullah SAW hampir seperempat abad lamanya. Selama itu, ia meminum  dari sumber mata air jernih secara langsung. Meniru perilaku, akhlak, dan kasih sayang beliau (Rosulullah SAW) secara langsung. Sayyidah Khodijah RA senantiasa menjalankan shalat bersama Nabi SAW. Shalat kala itu adalah dua rokaat pada pagi hari dan dua rokaat pada petang hari, sebelum shalat lima waktu ditetapkan pada masa Isra’.
Diriwayatkan dari Urwah bin Zubair, dari Aisyah RA, Ia berkata, “Shalat pertama yang diwajibkan adalah dua rokaat, lalu shalat dalam perjalanan ditetapkan, dan shalat saat bermukim disempurnakan”. (Muttafaq Alaih. HR. Bukhari (1090), kitab: Jum’at. Muslim (685), Kitab; Shalat para Musafir dan Qasharnya).
5.      Sayyidah Khodijah RA adalah sosok yang Penyabar dan Pandai Bersyukur
Sayyidah Khodijah RA adalah sosok yang sabar dalam menemani Rosululklah SAW dalam berdakwah baik dakwah secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Beliau (Sayyidah Khodijah RA) menemani dan menguatkan Rosulullah SAW dengan kesabaran ketika sedang diboikot kaum kafir quraisy, dilanda kelaparan dan kemiskinan dan tetap menegakkan islam di jalan Allah. Sayyidah Khodijah RA adalah sosok yang penyabar menerima ujian dari Allah SWT.
Sayyidah Khodijah RA adalah sosok yang pandai bersyukur atas nikmat yang Allah SWT limpahkan padanya. Beliau (Sayyidah Khodijah RA) gemar menyedekahkan hartanya untuk fakir atau miskin sebagai wujud rasa syukurnya atas nikmat yang Allah berikan padanya. Sayyidah Khodijah RA selalu bersyukur atas nikmat keberkahan pernikahan yang dijalaninya bersama Nabi Muhammad SAW. Ia selalu melakukan apapun untuk semata-mata mencari ridho Allah SWT dan RosulNya.
*****
Demikianlah sekilas tentang keutamaan dan keteladanan akhlak mulia Sayyidah Khodijah RA. Semoga kita dapat meneladaninya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan beliau sosok cerminan tauladan dalam berperilaku dan berakhlak. Semoga tulisan ini bermanfaat. Terimakasih.
  


PERNIKAHAN IDAMAN BERBASIS AJARAN ROSUL

PERNIKAHAN IDAMAN BERBASIS AJARAN ROSUL            
*****
Membangun Keluarga Qur’ani
(Sakinah, Mawaddah, Warrohmah)  
*****

          Pernikahan, siapa sih yang tidak menginginkan pernikahan?. Terutama bagi remaja yang berusia 20-30 an, pernikahan adalah hal yang diimpi-impikan. Setiap orang memiliki konsep tentang bagaimana pesta/ perayaan pernikahannya. Sebagaimana, normalnya manusia, Halimahpun sama. Bahkan aku sudah memikirkan itu sejak kelas V (lima) SD. Bila Sandra Dewi menginginkan pernikahannya di Disneyland, bila Chelsie Olivia mengonsep pernikahannya bak cinderella, bila Oki Setiana Dewi mengonsep pernikahannya bak Barbie muslimah, dan lain sebagainya.
            Hal ini berbeda dengan Halimah, mungkin pemikiran ini akan terdengar asing bahkan aneh. Halimah memang tak ingin tergesa-gesa menikah, in syaallah menikah di usia 24 tahun atau 25 tahun adalah impianku. Usia tepat matang organ reproduksi dan kesiapan mental. Terlebih tepat di usia 25 tahun adalah usia matang dimana Rosulullah SAW menikah. Bahkan ini adalah bagian nadzarku sejak kelas V (lima) SD. Sebelum aku memutuskan pemikiran itu, aku telah melakukan berbagai pengamatan atau survey terkait konsep pernikahan. Berdasarkan survey hasil pengamatan:
1.      Pesta pernikahan tak lebih dari ajang bisnis
Banyak pesta pernikahan dengan tujuan untuk memperoleh laba, tak ubah dari sebuah bisnis. Tak heran, tamu yang di undang dari kalangan middle class ke atas, dengan harapan uang sumbangan yang diberikan berjumlah besar, dengan demikian si pemilik hajat memperoleh untung yang lebih besar. Banyak yang mengadakan pesta besar-besaran melebihi kemampuannya, walaupun bon hutang (karena biaya pesta pernikahan yang mahal) menumpuk. Tak jarang, hasil sumbangan tak sesuai yang diharapkan (uang hasil pesta lebih kecil dari modal yang dikeluarkan untuk mengadakan perayaan pesta pernikahan) setelah menikah malah dibebani bon hutang. Sebagian dari mereka tak jarang merantau hingga ke luar pulau (Misal dari Jawa merantau ke Sumatra  dengan tujuan kerja merantau untuk melunasi hutang), kan sangat miris.
Solusi yang saya tawarkan adalah:
Jadikan pesta pernikahan sederhana saja sesuaikan kemampuan kita, tak usah ngoyo hanya karena mengharap pujian manusia. Kan sangat miris, usai nikah yang harusnya memulai membangun qur’ani justru dibebani bon hutang pesta pernikahan…hehe. Mengadakan pesta sesuai kemampuan saja, kalau memang kaya dan mampu mewah, ya monggo silahkan mewah. In syaallah sesuatu akan menjadi nikmat apabila sederhana, apa adanya, dan tidak ngoyo. Pesta pernikahan sederhana saja, lebih baik uang yang untuk foya-foya digunakan untuk modal bisnis atau disedekahkan yatim piyatu atau fakir miskin, kan lebih bermanfaat..:)
2.      Pesta pernikahan tak lebih dari ajang pamer
Mohon maaf sebelumnya, sungguh ironis bila pernikahan sebagai ajang pamer kecantikan. Pamer keindahan dan kemegahan pesta, sang pengantin dipajang didepan bak manekin yang dipertontonkan banyak orang. Antara tamu laki-laki dan perempuan tiada hijab pemisah, laki-laki dan perempuan dengan bebas berkumpul. Kemewahan yang disuguhkan seolah ajang pameran. Ingatlah bahwa pamer adalah bagian dari syirik kecil, riya atau pamer tidak disukai Allah.

Rasulullah` bersabdah: yang paling aku takuti atas kalian adalah syirik kecil. Mereka bertanya, ‘wahai rasulullah, apakah syirik kecil itu ? ‘beliau menjawab,’yaitu riya’.”(HR. Ahmad, Ath-Thabrani, dan Baghawi dalam syarhus-sunnah).

           Seolah pesta pernikahan adalah ajang pameran yang dipertontonkan dengan tujuan lomba mengharap pujian orang. Bila pesta mengharapkan pujian maka yang didapatkan jua pujian, bukan keberkahan pernikahan. Oleh-oleh yang didapatkanpun “Wow pengantinnya cantik”, “Wow perancangan pestanya indah”, dan sederet pujian lainnya. Dear salikhah…keindahan keluarga bukanlah apa yang orang puji akan dirimu, namun keindahan keluarga adalah apabila keluarga itu dapat hidup rukun, harmonis, dan saling bahu membahu layaknya sayyidah Khodijah RA dengan Rosulullah SAW.
Solusi yang saya tawarkan:
Pesta pernikahan sederhana saja, kecantikan mempelai wanita tidak dipertontonkan ke khalayak publik. Tamu/ undangan dipisah antara tamu laki-laki dan perempuan, diberikan tempat khusus untuk laki-laki dan perempuan, misalkan dikasih hijab tirai kain yang besar sehingga antara tamu laki-laki dan perempuan tidak campur aduk. Sekaligus sebagai upaya untuk menjaga pandangan karena perkumpulan antara laki-laki dan perempuan kemungkinan mengundang fitnahnya lebih besar.
3.      Keberkahan pesta yang terlalaikan
Dear muslim dan muslimah, terkadang karena kemegahan atau kemewahan dunia, manusia lupa akan perintah atau anjuran Tuhannya. Demi menggapai pujian orang, banyak orang berlomba-lomba menyuguhkan pesta perkawinan. Bahkan mengesampingkan ridho Tuhan. Bahkan pula ada yang rela resepsi mewah berhari-hari, bermalam-malam hingga jutaan, ratusan juta, milyaran hingga triliun-an digelontorkan hanya untuk pesta pernikahan. Tamu yang diundangpun dari kalangan menengah ke atas. Padahal, keberkahan suatu pesta manakala yang diundang dan dijamu adalah dari kaum fakir-miskin, yatim-piyatu, dan dhuafa.
Pernahkah anda berfikir, bahwa kaum borjuis, kaum menengah ke atas sudah terbiasa dihormati dan dijamu makanan enak. Tidak inginkah engkau menghormati dan menjamu para dhuafa, fakir, miskin, yatim piyatu, dan yang terlunta-lunta untuk mendapatkan ridho Tuhanmu. Bersedekah dan berbagi dimomen bahagiamu akan membawa keberkahan untuk kebahagiaan hidupmu. Bukankah engkau akan lebih bahagia, manakala di hari bahagiamu (di hari pernikahanmu), kau jua melihat banyak kaum dhuafa, fakir miskin, yatim-piyatu tersenyum bahagia menikmati pestamu, menikmati hidangan pernikahanmu dan mendoakan pernikahanmu agar penuh berkah, langgeng, harmonis hingga akhir hayat. Perlu engkau ketahui wahai muslim dan muslimah yang taat, doa yatim piyatu, doa dhuafa, doa fakir miskin in syallah tiada penghalang.
Solusi yang saya tawarkan:
Buatlah resepsi pesta pernikahanmu sederhana saja, carilah ridho Tuhanmu dengan mengundang yatim piyatu, fakir miskin, dan dhuafa di acara pernikahanmu. Kendati gelandanganpun, in syallah mereka bisa ditata. Tak perlu kuatir bahwa mereka akan mengacaukan pestamu, karena merekapun punya hati dan mereka punya otak yang bisa diatur. Sebagaimana engkau tak pernah kawatir bahwa esok akan makan apa, maka janganlah engkau kawatir bahwa dengan mengundang mereka (yatim piyatu, fakir miskin, dhuafa) diacara pernikahanmu, maka akan kacau. Yakinlah, luruskan niatmu…bahwa menjadikan momen bahagiamu dengan berbagi kebahagiaan pada yatim piyatu, fakir miskin dan dhuafa akan mendatangkan keberkahan di hidupmu.
Rasululoh bersabda: “Sejelek-jeleknya makanan adalah hidangan walimah yang orang kaya di undang menghadirinya, tetapi orang orang miskin tidak diundang. Barang siapa tidak memenuhi undangan walimahan sungguh dia telah menduharkai Allah dan Rasul-Nya,” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Huroiroh).
4.      Pesta Pernikahan tak Lebih dari Ajang Foya-Foya atau Pemborosan
Sebagaimana umumnya, dengan kebutaan duniawi yang mengatasnamakan “Pernikahan hanya sekali”, lalu orang-orang terkecoh untuk merayakan pesta pernikahan dengan berlomba dengan menunjukkan kemewahan dan kemegahannya, bahkan pesta pernikahan dirayakan besar-besaran, berhari-hari, bermalam-malam. Tak peduli menggelontorkan ratusan juta, milyaran bahkan hingga triliunan.
Kita lupa bahwa pemborosan (foya-foya) merupakan hal yang tidak disukai Allah. Boros adalah saudara syetan, maukah engkau bersaudarakan syetan? Maukah engkau dimasukkan neraka bersama syetan? Berhati-hatilah…syetan itu teramat pandai untuk menggelincirkan manusia ke dalam jurang kemaksiyatan.
وَءَاتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Solusi yang saya tawarkan:
Rayakan pesta pernikahan sederhana saja, undang yatim piyatu dan fakir miskin untuk mendapatkan keberkahan pernikahan. Niatkan pernikahanmu lillah, maka penuhilah sunnah Rosul yang dianjurkan dan hindari pemborosan dan riya’…J

*****
Lalu bagaimanakah pesta pernikahan impian Halimah?
Sebagaimana yang sudah kusebutkan diatas, bahwa konsep pernikahanku sudah kupikirkan sejak kelas V SD. Bahwa aku sangat menghendaki pesta pernikahanku sederhana saja, terpenting syarat wajibnya pernikahan terpenuhi yakni::
a.       Ada pengantin pria
b.      Ada pengantin wanita
c.       Ada 2 orang saksi laki-laki
d.      Ada wali nikah
e.       Ijab dan kabul (akad nikah).
Menurutku pernikahan itu tak perlu mewah, sederhana saja yang penting syarat wajibnya terpenuhi. Tak usah dipersulit, harus ini dan itu, justru itu yang akan mempersulit diri. Bagiku sesuatu yang sederhana itu lebih indah, bahkan lebih indah dari kemewahan dunia dan seisinya. Yang kuundangpun cukup keluarga dan kerabat, pesta sederhana kecil-kecilan jauh lebih menyenangkan bagiku.
Ketika resepsi, mungkin konsepku berbeda dari normalnya orang. Semoga nanti pasanganku dapat menerimanya dengan baik. Aaamiin. Aku menginginkan saat resepsi yang diundang adalah yatim piyatu dan fakir miskin, misal mengundang 30 yatim-piyatu dan mengundang 30 fakir miskin, lalu mereka kujamu, diberikan sodaqoh, dan diminta mendengarkan prosesi resepsi dari awal hingga doa. Doa dipimpin oleh kiahi dan anak yatim agar nanti keluarga yang kubangun  in syallah berkah, sakinah, mawaddah, dan warrohmah serta langgeng hingga maut memisahkan kita. Aku pribadi, aku tak mencintai keramaian, hingar-bingar dan hiruk-pikuk dunia, itulah sebabnya dari dulu aku sangat betah di rumah. Berkarya dan membantu Ibu sebisaku di rumah. Keluar rumah kecuali ats izin Ibu Bapak, biasanya saat sekolah atau mengerjakan tugas sekolah. Terlebih aku seorang wanita, harus jelas keluar rumah tujuanku apa?, untuk kemaslahatan atau untuk ngrumpi?, untuk sesuatu yang bermanfaat atau sekedar untuk hedonisme?, Untuk foya-foya ataukah untuk mencari ridho Tuhan?.
Bedakan antara sosialisasi dan ngerumpi, banyak orang salah kaprah mengatakan bahwa bergaul sambil ngrumpi adalah bentuk bersosialisasi. Bersosialisasi menurutku adalah berkumpul sesama manusia untuk bersilaturahmi (No ngrumpi), dan melakukan sesuatu yang bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Jadi jika kalian berkumpul dan membawa manfaat, itulah sosialisasi yang baik. Namun bila berkumpul justru membuat masalah atau mendatangkan mudharat, menambah maksiyat maka itu bukanlah bersosialisasi kebaikan melainkan tolong-menolong akan kemunkaran. Hal yang paling tidak aku suka ketika kumpul tanpa maksud dan tujuan pasti adalah ghibah. Kita tak pernah tahu, bahwa Ghibah termasuk dosa besar. Bila kau tak doyan makan bangkai, lalu mengapa engkau tega memakan bangkai saudaramu dengan ghibahmu?. Perlu kita ketahui bahwa kelak nanti di akherat, di langit (ada tujuh lapis langit), tiap langit dijaga oleh malaikat Khafadhoh. Dan langit yang pertama adalah langit yang dijaga oleh malaikat khafadhoh agar orang yang ghibah tidak bisa melewatinya. Jika ghibah, maka akan ditolak amalannya dan dilemparkan kembali ke muka bumi, maukah engkau?. Tentu tidak, oleh karena itu marilah berkumpul tetapi berkumpul untuk yang bermanfaat, bukan ghibah.
Bagiku surga wanita ketika belum berumah tangga adalah taat Ibu dan Bapak, dan rumah adalah sebaik-baik surga bagi wanita. Ridho Tuhan bersamaan dengan ridho kedua orangtua. Sementara bila seorang wanita sudah menikah, maka surganya adalah taat suami, karena ridho Tuhan beserta ridho sang suami. Aku selalu berdoa, agar Tuhan senantiasa mengampuni dosaku baik dimasa lalu, saat ini, maupun di masa yang akan datang. Agar Tuhan senantiasa berkenan memberikan hidayahNya untukku, membimbingku ke kehidupan yang lurus meneladani para ummahatul mukminin…
Ridho Allah bersamaan dengan ridho orangtua:
 “Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899,  HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394).
Ridho Allah bersamaan dengan ridho suami:

“Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933)

Bagaimanakah sosok wanita dalam rumah tangga yang diharapkan Halimah?
Wanita adalah pondasi utama yang menentukan baik tidaknya suatu rumah tangga. Karena wanita adalah madrosah utama bagi putra-putrinya. Bagaimana bila wanita itu meninggalkan urusan rumah tangga dan semuanya diserahkan pada pembantu dan baby sister-nya, sementara ia sibuk menjadi wanita karir. Maka rusaklah generasi masa depan. Hingga ada yang mengatakan bahwa “Hancur tidaknya suatu negara terletak pada wanitanya”. Mengapa demikian?, karena wanita memiliki peran sentral yang mencetak generasi pemuda di masa depan. Sedangkan hancur tidaknya suatu negara terletak ditangan pemuda. Oleh karena itu, bila menginginkan kemajuan Indonesia, maka didiklah wanitanya (calon Ibu dan para Ibu) untuk mennjadi wanita yang cerdas dan berkhlak mulia. Dibalik lelaki yang hebat ada sosok wanita hebat di belakangnya. Bila lelaki itu belum menikah, maka dibalik kehebatan dia ada sosok ibu luar biasa yang senantiasa mendoakannya, mendidiknya dan merawatnya. Bila ia sudah menikah, maka dibalik hebatnya seorang lelaki ada sosok istri dan Ibu yang senantiasa mendukungnya, mendoakannya, dan menemaninya dalam perjuangannya.
“Bolehkan menjadi wanita karir?”, jawabannya adalah boleh dengan cacatan tugas utamamu sebagai seorang Ibu yang menjadi madrosah untuk putra-putrimu tidak terbengkelai dan tidak terabaikan serta tugasmu sebagai seorang istri yang melayani suami tidak terabaikan. Alangkah baiknya, menjadi wanita karir itu dilakukan ketika anak usia 8 tahun ke atas, jadi ketika usia kecil, anak dipegang-dididik Ibu sendiri dengan baik. Itupun atas izin suamimu, bila suamimu mengizinkanmu menjadi wanita karir, maka silahkan tetapi tugasmu sebagi seorang ibu dan seorang istri jangan dilalaikan. Bila suamimu melarangmu menjadi wanita karir, dengan ia menyatakan bahwa ialah yang akan mencukupi kebutuhanmu. Maka janganlah engkau menjadi wanita karir, sebab ridho Tuhanmu bersama ridho suamimu. Syukuri nafkah yang diberikan suami, gunakan sebaik-baiknya dengan managemen keuangan yang baik. Sesuaikan antara pendapatan dan pengeluaran, sehingga dengan demikian keluarga akan damai dan bahagia.
Bagaimanakah agar keluarga madani yang sakinah, mawaddah, warrohmah dan penuh kedamaian terbentuk:
Sebagaimana umumnya wanita, kunci kebahagiaan adalah kasih sayang, saling mengasihi, saling menyayangi dengan kelembutan. Halimah bermimpi suatu saat nanti menikah dengan seorang yang berilmu dan ilmunya diamalkan, sederhana, lembut, penyayang. Aku tak memiliki persyaratan ini-itu, tak mesyaratkan ia harus prestatif, tak mesyaratkan harus kaya, tak mesyaratkan harus tampan. Bagiku yang penting ia bisa mengarahkanku, ia bisa memimpinku dengan ilmunya, dengan penuh kelembutan dan kasih sayang itu lebih dari cukup. Rumah tangga yang damai sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Sayyidah Muthi’ah RA yang siceritakan Rosulullah SAW sebagai ahli surga, maka ketika menikah Halimah menginginkan hal ini:
Peran seorang istri:
1.      Memasakkan suami, melayaninya dengan baik sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Sayyidah Fatimah RA, menumbuk gandum dan memasaknya untuk dihidangkan ke suaminya.
2.      Mendidik anak-anaknya dengan baik dan kelembutan. Suatu saat nanti ketika berkeluarga, aku ingin menjadi guru bagi putra-putriku di rumah. Aku yang mendidiknya sehingga tak perlu guru les. Karena bagiku, mendidik anak alangkah baiknya dilakukan oleh seorang Ibu sendiri ketika di rumah, kecuali ketika di sekolah/ madrasah/ majlis taklim muta’alim. Itulah alasan mengapa seorang wanita harus cerdas. Wanita cerdas bukan untuk menyaingi suaminya, bukan untuk mengunggulinya melainkan sebagai bekal wanita untuk ia gunakan dalam menddidik putra-putrinya. Suatu saat nanti aku ingin menjadi Ibu yang tak memaksakan kehendakku pada anak, melainkah ibu yang mengarahkan bakat anak, lalu kurahkan dan kubimbing bagaimana mengembangkan bakat dan potensinya. Setiap anak memiliki bakat dan potensi masing-masing, sehingga ia tidak boleh dipaksa menuruti nafsu kedua orangtuanya melainkan orangtua memberikan ruang bagi anak untuk menggali potensi dan bakatnya, lalu dipupuk dan dikembangkan, diarahkan.
3.      Menyambut suami dengan senyuman ketika ia pulang kerja, dan senantiasa membuatnya bahagia atau tersenyum ketika di sampingnya sebagaimana yang dilakukkan para ummahatul mukminin.
4.      Menyiapkan handuk dan air hangat untuk suami mandi ketika ia usai pulang kerja, dan menyiapkan keperluannya. Bukan karena hal lain melainkan karena mencari ridho suami sebab ridho Allah bersama ridho suami.
5.      Tidak mengizinkan tamu laki-laki masuk ke dalam rumah tanpa izin dan sepemgetahuan suami.
6.      Selalu izin ketika hendak pergi.
7.      Senantiasa mendukungnya dalam kebajikan (kebaikan), menguatkannya ketika lemah, menghiburnya ketika sedih, memotivasinya ketika rapuh, dan selalu menemaninya dalam suka dan duka.
8.      Apabila suami marah, digenggam tangannya, ditenangkan, dimbilkan air atau minuman untuk melunakkan keras hatinya. Sebab kekerasan hanya bisa diluluhkan dengan kelembutan.
9.      Ketika dalam keluarga memiliki masalah, masalah itu diselesaikan bukan diumbar atau diceritakan orang lain. Tidak pengadu, sedikit-sedikit ngadu ke orangtua apabila ada masalah dengan suami. Hal ini bisa dilihat dari kisah Sayyidah Fatimah RA dengan Sayyidina Ali RA. 
Peran Suami:
1.      Memberikah nafkah istri baik nafkah materi maupun nafkah hati.
2.      Mengecup kening istri ketika akan berangkat kerja untuk membangun keluarga harmonis.
3.      Membimbing dan mendidik istri. Karena dosa istri, suami juga ikut menanggung sebab suami adalah imam bagi seorang istri yang wajib untuk membimbing, mengarahkan, dan mendidiknya.
4.      Tidak berlaku keras, kasar terhadap wanita. Bila istri salah diberikan pengarahan dengan lembut dan halus. Kecuali bila diperingatkan dengan halus tak bisa, masih membangkang barulah cara keras diperbolehkan. Tetapi alangkah baiknya menggunakan kelembutan.
5.      Ayah adalah sosok yang mendidik istri sekaligus mendidik anak.
6.      Mendidik istri, misalnya tiap malam ketika di rumah, istri diajar ngaji.
7.      Menyayangi istri dengan penuh kelembutan, kasih sayang layaknya keluarga yang dicontohkan Sayyidina Khodijah RA dengan Rosulullah SAW.
8.      Apabila istri marah, istri ditenangkan dengan digenggam tangannya, dipeluk. Sesungguhnya wanita bisa diluluhkan dengan kelembutan, kasih sayang, dan pelukan. (cacatan: memegang tangan, memeluk hanya boleh dilakukan oleh suami istri, atau makhram).
9.      Ketika ada masalah, masalah diselesaikan dengan lembut, tidak menggunakan kata-kata kasar ataupun menggunakan sikap keras. Masalah tidak diumbar, tetapi diselesaikan.

Kunci kebahagiaan adalah kasih sayang. Keluarga yang madani akan terbentuk manakala antara suami istri itu saling bahu membahu, saling mendukung dalam kebaikan, saling memotivasi dan menginspirasi untuk kebajikan, menemani dalam suka dan duka, serta saling menyayangi dan saling mencintai dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.



Sabtu, 10 Desember 2016

Fatimah Az Zahra, Pemimpin Kaum Wanita Mukmin

Fatimah Az Zahra, Pemimpin Kaum Wanita Mukmin



            Assalamualaikum Salikhah…J
            Dear ladies around the world, Nama Fatimah Az Zahra atau dikenal sebagai sayyidah Fatimah RA tentu bukanlah hal asing bagi kalian. Ya, dialah sosok wanita terhormat yang mulia di dunia dan di akherat. Dialah sosok pemimpin wanita mukmin, Sayyidah Fatimah RA adalah putri Rosulullah SAW dengan Siti Khodijah RA. Sayyidah Fatimah RA adalah istri dari Sayyidina Ali RA, ibunda dari dua pemimpin mulia (Hasan dan Husein) serta ibunda dari dua putri tercintanya yakni Zainab dan Ummu Kultsum.
            Bagaimanakah sosok Sayyidah Fatimah RA?. Sayyidah Fatimah RA adalah sosok wanita solikhah yang penyayang, lemah lembut, taat perintah Allah dan RosulNya. Berikut adalah keteladanan sifat-sifat mulia yang dimiliki sayyidah Fatimah RA yang patut ditiru oleh wanita mukmin seluruh dunia:
1.      Memiliki jiwa leadership (kepemimpinan) tinggi.
Sayyidah Fatimah RA turut serta dalam perang Khondaq dan Khoibar. Pada peperangan ini, Nabi Muhammad SAW memberikan bagian untuknya sebanyak 85 wasaq gandum Khoibar.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rosulullah SAW bersabda, “Wanita penghuni surga terbaik adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam dan Asiyah”.  [ HR. Ahmad (1/ 294), dishahihkan Hakim (V/ 278,279), dan disetujui Adz-Dzahabi ].
Rosulullah SAW bersabda, “Engkau (Fatimah) pemimpin kaum wanita penghuni surga kecuali Maryam binti imran,” [ Sanad hadis ini Hasan, disebutkan Al-Muttaqi dalam Kanzul Ummal (XIII/ 675), dan ia nyatakan bersumber dari Ibnu Abi Syaibah. Tambahan hadis ini berasal darinya ].
Selain itu, Sayyidah Fatimah RA adalah sosok ibunda dari dua pemimpin pemuda penghuni surga.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Hasan dan Husain adalah dua pemimpin pemuda penghuni surga.” [ HR. Ahmad (III/ 3), HR. Tirmidzi (3768), Abu Ya’la (II/ 395) dengan sanad Hasan).
2.      Jujur dalam Berkata
Diriwayatkan dari Aisyah RA, ia berkata, “Tidak pernah aku melihat seorang pun yang tutur katanya lebih jujur melebihi Fatimah, kecuali ayahnya,”. (HR. Hakim dan ia nyatakan shahih, Adz-Dzahabi menyetujui pernyataannya).
3.      Pemalu
Diriwayatkan dari Anas RA, Rosulullah SAW datang menemui Fatimah dengan membawa seorang budak yang beliau berikan padanya. Saat itu Fatimah mengenakan baju yang jika digunakan untuk menutup kepala, kakinya terbuka dan jika digunakan untuk menutup kaki, kepalanya terbuka. Saat Nabi Muhammad SAW melihat sikap Fatimah, beliau bersabda: “Tidak kenapa bagimu, yang ada hanya ayah dan budak milikmu” [ HR. Abu Dawud da Baihaqi, Dishahihkan Al-Albani dalam Al Irwa (VI/ 206) ].     
4.      Sayyidah Fatimah RA adalah sosok yang pekerja keras dan mengabdi pada suami
Sayyidah Fatimah RA taat terhadap suami. Karena surga bagi seorang istri mukmin adalah taat pada suaminya.
Imam Adz-Dzahabi berkata, “Fatimah RA mengamalkan sunnah. Ia tidak mengizinkan seorangpun masuk ke dalam rumah tanpa izin suami”.
Bukan hanya itu, meskipun Sayyidah Fatimah RA adalah putri dari seorang Amirul mukminin, beliau bukanlah sosok yang manja, pemalas, dan ogah-ogahan. Hal itu terlihat pada beliau yang sering menyapu rumah hingga debu menempel pada pakaiannya, menumbuk gandum untuk makan, dan menyalakan api hingga bajunya kotor.
Ali RA menuturkan, “Aku menikahi Fatimah. Kami tidak punya tikar selain kulit kambing yang kami jadikan alas tidur pada malam hari, dan pada siang harinya kami gunakan untuk alas makan. Aku tidak memiliki pelayan selainnya. Saat Rosulullah SAW menikahkannya denganku, beliau mengirimnya dengan membawa sebuah selimut, bantal dari kulit berisi serabut, dua batu penggiling, kendi, dan dua gelas. Ia menggiling (gandum) dengan batu gilingan hingga membekas di tangannya, meminum dari geriba air hingga membekas di lehernya, menyapu rumah hingga debu-debu menempel di pakaiannya, dan menyalakan api hingga bajunya kotor.”  (Ahkmamun Nisa, Ibnu Jauzi, hal: 124).


Dear salikhah…tulah kisah Sayyidah Fatimah RA yang menginspirasi. Semoga kita dapat memetik hikmah darinya dan menjadikannya sebagai sosok tauladan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, terutama dalam rumah tangga. Sayyidah Fatimah RA adalah sosok yang zuhud, lebih mencintai kehidupan akherat yang sifatnya abadi dibandingkan kehidupan dunia yang sifatnya fana atau hanya sementara. Beliau senantiasa menjalankan sunnah, taat beribadah…mengutamakan Allah SWT dan RosulNya dia atas kepentingannya. Beliau sosok pribadi yang penyabar hidup di atas garis kemiskinan, beliau sosok penyayang, beliau sosok yang rajin beribadah. Semoga kita bisa berkumpul dan termasuk golongan yang beruntung yang dipertemukan dan disatukan dengan beliau di akherat nanti. Aaamiin.   

Jumat, 09 Desember 2016

Sayyidah Saudah RA, Wanita Mulia nan Murah Hati

Sayyidah Saudah RA, Wanita Mulia nan Murah Hati


         Dear Salikhah…
        Siapakah sosok Sayyidah Saudah Binti Zam’ah RA?. Sayyidah Saudah Binti Zam’ah RA adalah istri kedua rosulullah SAW setelah sepeninggalnya (setelah wafadnya) Sayyidah Khodijah RA. Suami pertama Sayyidah Saudah binti Zam’ah RA adalah Sakran bin Amr. Sakran bin Amar dan Saudah binti Zam’ah termasuk orang pertama yang memeluk islam dan meletakkan islam dan iman di dalam relung hatinya. Keduanya (Sakran bin Amr dan Saudah binti Zam’ah) termasuk orang-orang yang lebih dulu berpasrah hati dengan segenap jiwanya kepada Allah SWT, sehingga mereka dimasukkan sebagai golongan orang-orang yang meraih kebahagiaan duniawi dan ukhrowi.
            Namun, tak lama kemudian, berita keislaman Sakran bin Amr menyebar. Saat itu pula kaum kafir quraisy (para budak nafsu dan syahwat yang akalnya ditiup setan dan hatinya dipenuhi rasa benci terhadap kaum muslimin) langsung menimpakan siksa pada Sakran bin Amr sejadi-jadinya tanpa memperdulikan hubungan kekerabatan. Bagaimanakah kejamnya kaum kafir quraisy kala itu bila mendengar keislaman seseorang?. Ya…kaum kafir quraisy memperlakukan semena-mena siapapun yang masuk islam dan mengikuti Rosulullah SAW. Setiap muslim yang ada di tengah-tengah mereka ditangkap, lantas disiksa dengan pemukulan, ditelantarkan dalam kelaparan dan kehausan, dan dijemur dipadang pasir. Astagfirullah…L
            Dahulu, demi membela islam, seorang rela dipukul, disiksa, dijemur di bawah terik matahari di padang pasir. Sungguh begitu besar cintanya akan islam. Marilah merenung sejenak? Apabila anda muslim, seberapa besarkah cintamu pada Allah SAW dan Nabi Muhammad SAW?. Bila engkau mencintainya, dalam sehari berapa kali engkau mengingat Allah SWT (berdzikir dan bertasbih menyebutNya)?, dalam sehari berapa ratus engkau mengucap sholawat sebagai bentuk cintamu pada Nabi Muhammad?. Marilah merenung sejenak, kita renungkan seberapa banyak dosa kita, mari kita perbaiki perlahan-lahan.
            Back to Sayyidah Saudah RA Story...
Karena kejamnya kaum quraisy terhadap kaum muslim, maka Sayyidah Saudah RA bersama suaminya (Sakran bin Amr) hijrah ke tanah Habasyah. Keduanya menjalani kehidupan terbaik di bawah naungan iman dan tauhid di tanah An-Najasyi, raja yang adil.  Setelah itu mereka berdua (Sayyidah Saudah binti Zam’ah RA dan Sakran binti Amr) kembali ke Makah. Saat kembali ke Makah, Saudah binti Zam’ah RA dan suaminya rupanya masih melihat kaum quraisy masih saja memusuhi Nabi  Muhammad SAW beserta para pengikutnya. Hari-haripun berlalu, sementara pasangan ini (Saudah binti Zam’ah dan Sakran bin Amr) tetap hidup berdampingan dengan kitab Allah dan sunnah Rosulullah SAW setiap saat. Hingga akhirnya, tibalah Sakran bin Amr mengahadap Sang Maha Kuasa (tidur di atas ranjang kematian), dan Saudah binti Zam’ah menjadi janda.
Sayyidah Saudah binti Zam’ah RA adalah wanita pertama yang dinikahi Nabi Muhammad SAW setelah Khodijah RA wafad. Sayyidah Saudah tinggal bersama Nabi Muhammad SAW sekitar tiga tahun hingga beliau menikahi Sayyidah Aisyah RA. Berikut adalah keteladaanan kemuliaan hati Sayyidah Saudah RA:   
1.      Lebih mementingkan kebahagiaan orang yang dicintai di atas kebahagiaan diri sendiri.
Sayyidah Saudah RA berupaya sekuat tenaga menyenangkan hati Rosulullah SAW, meski harus mengorbankan kebahagiaan diri sendiri. Ia (Sayyidah Saudah RA) tahu bahwa istri yang paling Rosulullah SAW cintai adalah Sayyidah Aisyah RA. Ia ingin membahagiakan hati rosulullah SAW dengan memberikan jatah hari gilirannya kepada Sayyidah Aisyah RA demi mencari ridho Rosulullah SAW.
Bayangkan, wanita mana yang rela memberikan jatah malamnya bersama suaminya untuk madunya. Wanita mana yang ikhlas memberikan waktu kebersamaannya untuk wanita lain, demi menyenangkan hati suaminya. Sungguh, begitu mulia hati Sayyidah Saudah RA. Maka tak heran, bila ada wanita yang rela dimadu semata-mata untuk mencari ridho suaminya, berarti ia meneladani Sayyidah Saudah RA.
Diriwayatkan dari Aisyah RA, ia berkata, “Setiap kali hendak bepergian, Rosulullah SAW mengundi istri-istri beliau. Siapa yang undiannya keluar, dialah yang ikut pergi bersama beliau. Beliau membagi waktu satu hari satu malam untuk setiap istri beliau. Hanya saja Saudah binti Zam’ah memberikan jatah hari dan malamnya kepada Sayyidah Aisyah RA, Istri Nabi Muhammad SAW, demi mencari ridho Rosulullah SAW” ( Shahih, HR Bukhari (3593), kitab: Hibah, HR. Abu Dawud (2138) ).
2.      Dermawan
Sayyidah Saudah RA adalah istri Rosulullah SAW yang mencintai Allah SWT dan Rosulullah SAW diatas mencintai dirinya, sosok wanita yang mulia dan rendah hati, zuhud dan dermawan. Ia lebih mementingkan kebahagiaan akherat yang abadi dibandingkan kebahagiaan dunia yang sementara, sehingga hatinya tidak condong pada harta dan kesenangan duniawi yang kebahagiaannya nan fana. Bahkan, setiap kali mendapatkan uang, ia lebih mementingkan orang sekitar demi menginginkan kenikmatan di sisi Allah SWT.
Diriwayatkan dari Ibnu Sirin, bahwa Umar RA mengirim sekarung dirham kepada Sayyidah Saudah RA. Saudah bertanya, “Apa ini?”, “Dirham”, jawab mereka. “Dirham ditaruh di dalam karung seperti kurma? Wahai budak wanitaku, bawa kemari talam itu lalu bagi-bagikan dirham-dirham ini “. (HR Ibnu Sa’ad VII/56).
3.      Lucu dan Selalu menyenangkan hati suami
Sayyidah Saudah RA adalah sosok yang lucu dan selalu menyenangkan hati suami. Bahkan candaannya selalu menyenangkan dan menghibur hati Rosulullah SAW. Sayyidah Saudah RA sering bercanda dan membuat beliau (Rosulullah SAW) tertawa, membuat beliau bahagia dan senang.
Sudah berkata “Wahai Rosulullah, tadi malam aku shalat di belakangmu, saat aku rukuk bersamamu, aku memegangi hidungku karena kawatir mimisan.” Beliau (Rosulullah SAW) tertawa mendengarnya. Kadang Sayyiadah Saudah RA juga membuat beliau (Rosulullah SAW) tertawa karena sesuatu. (HR. Ibnu Sa’ad VIII/ 54).
4.      Sayyidah Saudah RA senantiasa rajin beribadah, selalu berlomba-lomba dalam kebaikan.

Semoga menginspirasi dan bermanfaat…J    


Rabu, 07 Desember 2016

Berteladan pada Sayyidah Aisyah RA

Berteladan pada Siti Aisyah RA



            Assalamualaikum. Hello ladies…J
            Masih ingatkah sosok Sayyidah Aisyah RA? Siapakah beliau. Well…Sayyidah Aisyah RA adalah istri kesayangan rosulullah SAW. Sayyidah Aisyah RA adalah sosok wanita yang memiliki jiwa leadership tinggi. Bagimana tidak?, ia adalah seorang panglima perang. Bukan hanya itu. Ia adalah sosok yang sangat cerdas. Hal ini terbukti pada beliau hafal ribuan hadist (banyak hadist yang diriwayatkan olehnya yang digunakan para sahabat Nabi sebagai rujukan). Subhanallah…luar biasa bukan?. Cantik, cerdas, memiliki jiwa leadership tinggi pula.
            Sayyidah Aisyah RA adalah sosok yang lembut, anggun, imut, dan sangat cantik. Karena kecantikannya, matanya yang berbinar-binar, bibirnya yang indah dan pipinya yang merah delima hingga dipanggil “Khumairah” oleh Rosulullah SAW. Bayangkan, jika Nabila Syakieb begitu cantik dan mampu membuatmu terpesona, bagaimana dengan kecantikan sayyidah Aisyah RA. Sudah cantik jelita, sangat cerdas, lemah lembut, santun, lucu, tegas pula. Subhanallah, inilah sosok Bunda (Ummah sepanjang zaman) yang begitu menginspirasi ummat muslim seluruh dunia.   
            Kaum  muslimin muslimat yang dirahmati Allah SWT…
            Ada hal yang penting yang perlu engkau ketahui, bahwa sosok Sayyidah Aisyah RA adalah sosok yang dermawan. Hal ini karena beliau meneladani sang ayah yang dermawan (Sayyidina Abu Bakar RA menyedekahkan seluruh hartanya untuk berjuang dijalan Allah). Bayangkan, adakah orang sebaik Sayyidina Abu Bakar RA yang rela menyedekahkan seluruh hartanya untuk berjuang di jalan Allah?. Sungguh, begitu cintanya pada Allah SWT dan Rosulullah SAW. Sayyidah Aisyah RA rajin bersedekah, dermawan, penyayang terhadap fakir miskin. Sayyidah Aisyah RA sangat taat terhadap kedua orangtuanya, beliau berjiwa pengasih lagi penyayang. Sungguh, begitu mulia Hatinya.
            “Sayyidah Aisyah RA menyedekahkan 70.000 dirham, sementara ia sendiri menambal sisi baju panjang miliknya” (HR. Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thbaqot, VIII/45).
Beliau (Sayyidah Aisyah RA) adalah sosok yang lebih mementingkan orang lain. Bagaimana tidak, beliau menyedekahkan hartanya pada orang-orang, sementara bajunya sendiri ditambah. Subhanallah Ya Sayyidah Aisyah RA. Sayyidah Aisyah RA, jua sosok ahli ibadah dan puasa.
Al-Qasim berkata “Sayyidah Aisyah RA berpuasa sepanjang massa”. (HR. Ibnu Sa’ad, VIII/ 47).
Maksudnya adalah Sayyidah Aisyah RA berpuasa sepanjang tahun, kecuali hari-hari terlarang untuk berpuasa, seperti dua hari raya, hari-hari tasyriq, haid, dan lainnya.
Sayyidah Aisyah RA adalah ummul mukminin yang menjadi pemimpin segala kemuliaan, kemurahan hati, zuhud, dan seluruh nilai-nilai utama. Beliau itu lucu, menyenangkan, berakhlak mulia. Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA, ia berkata, “Rosulullah SAW pulang dari perang Tabuk dan Khoibar. Di depan pintu rumah terdapat tirai, laluangin berhembus menyingkap boneka boneka Sayyidah Aisyah RA yang ada di ujung tirai. Beliau bertanya, “Apa ini Aisyah?,”. “Boneka-bonekaku,” jawabnya. Di antara boneka-boneka itu, beliau melihat kuda memiliki dua sayap dari kertas. Beliau kemudian bertanya, “Yang aku lihat ditengah tengahnya ini apa?”. “Kuda,” jawabnya. “Ini apanya? Tanya beliau. “Dua sayap,” jawabnya. “Kuda punya dua sayap?,” tanya beliau. “Apa kau tidak mendengar kalau Sulaiman punya kuda bersayap?, balik Aisyah. Beliau (Rosulullah SAW) pun tertawa hingga gigi-gigi geraham beliau nampak (HR Abu Dawud (4932), lafal hadits miliknya. An-Nasa’I dalam As-Sunan Al-Kubra. Al-Arnauth berkata, “Sanad hadits ini shahih”)
Duhai insan yang dirahmati Allah SWT..
Hendaklah engkau berlaku lemah lembut…
Karena setiap kelemah lembutan
Akan meluluhkan hati yang keras
Karena kelemah lembutan
Membawakan kedamaian
Sebagaimana yang diteladankan oleh Sayyidah Aisyah RA.