HALIMAH BINTI MASDARI

Minggu, 15 Februari 2015

PESTA PINDANG

PESTA PINDANG

Siang itu, Amir mengantarkan Fathiyyah ke pasar. Entah gerangan apa, siang-siang ditengah panasnya terik matahari, Fathiyah begitu semangat antusias pergi ke pasar. Rupanya inilah gerangan yang membuat sosok gadis ini rela berpanas-panasan bersimpanng siur dengan debu asap kendaraan bermotor dan butir-butir partikel yang melekat dipipi.
“Fat, kau mau beli apa?,” tanya Amir pada Fathiyyah dengan penasaran saat mereka di tempat perbelanjaan.
“Pindang sama Lele,” jawab Fathiyyah singkat sembari tersenyum.
“Haaa…pindang dan lele sebanyak itu,” kata Amir melongo saat melihat Fathiyah membeli 20 bungkus pindang dan 20 ekor lele. “Untuk  apa Fat sebanyak itu, keluarga kamu kan cuma 4 orang…heee, kalaupun kamu berikan aku juga masih sisa banyak,” lanjutnya.
“Ah kau ini Mir…buat pesta nanti sore,”ucap Fathiyyah singkat.
“Hah..pesta dikasih makannya pindang, ih pelit banget sih kamu sama tamunya. Setahu aku pesta itu makannya kayak kue tar, nasi tumpeng, kue-kue bolu, apa kek yang modern dikit,” sanggah Amir.
“Kau tahu siapa tamunya???,” tanya Fathiyyah pada Amir.
“Ya nggaklah kan kamu yang ngadain acara, aneh aja pesta makannya pindang, baru tahu juga sekarang.”
“Tamunya bukan kamu, bukan teman kita seangkatan, bukan pula yang lain…tetapi keluargaku.”
“Bapak Ibu kamu maksudnya?”
Fathiyyah diam menggelengkan kepala pertanda tidak.
“Lalu siapa Fat?,” tanya Amir.
“Para kucing yang liar dijalan-jalan, di pasar, kucing yang tidak terawat, dan kucing yang tak punya majikan,” papar Fathiyyah.
“Baru kali ini dengar…pesta pindang, lagian kenapa nggak buat manusia aja sih Fat?.”
“Karena aku sudah ada niatan bahwa jika kelak aku nanti juara lomba foto, maka akan kuberikan pesta pindang pada kucing jalanan, kucing liar,” kata Fathiyyah sembari tersenyum.
“Kan sayang pindang yang gedhe-gedhe buat diberikan kucing, lelenya juga besar-besar…sayang banget mending buat makan manusia aja, kayak aku…heehe, mending kucingnya dikasih pindang yang kecil-kecil aja…heee” celoteh Amir.
“Mir, tahukah engkau ketika kita memberi sesuatu pada orang lain ataupun binatang sangat dianjurkan memberinya yang baik. Oh ya, andaikan kamu aku beri…kamu lebih suka aku beri mangga yang mulus ataukah mangga yang bercak-bercak coklat atau mangga yang ukurannya kecil agak masam?.”
“Ya jelas milih mangga yang mulus, manis dan gedhelah aku…gila aja kalau milih yang kecil, masam, bercak-bercak lagi,” kata Amir.
“Oranglainpun atau binatangpun jua sama dengan halnya kamu Mir. Mereka akan lebih suka bila diberi sesuatu yang baik. Demikian halnya kucing, meskipun dia tidak bisa bicara. Dia jua suka kalau diberikan pindang yang besar-besar Mir,” papar Fathiyyah.
“Lah kenapa kamu ngasihnya ke binatang, kenapa nggak milih manusia aja Fat? Fakir miskin, dhuafa, atau yatim piyatu kek kan bisa…nggak kucing atau binatang lain?...dasar aneh,” elak Amir.
“Amir…ada hal yang perlu kau tahu. Dikatakan manusia itu bermanfaat apabila ia bisa bermanfaat bagi lingkungan disekitarnya, termasuk manusia, hewan, tanaman, dan makhluk Allah yang lain. Kucingpun makhluk Allah, ia juga butuh kasih sayang dan kepedulian manusia. Apa iya sementara kita mendapatkan rizki banyak, lalu kita membiarkan kucing-kucing disekitar kita kelaparan. Ketika engkau mencintai makhluk Allah yang lain, maka Allahpun akan menanamkan kasih sayang makhluk yang lain terhadapamu meskipun tanpa sepengetahuan kamu. Ketika engkau menyayangi dan peduli terhadap binatang, binatangpun akan menyayangimu. Tahukah engkau…ada suatu kisah tentang seorang wanita tunasusila yang diampuni dosa-dosanya karena beliau mempunyai rasa kasih sayang yang tinggi terhadap binatang. Beliau memberikan minum anjing yang kehausan. Masih ada kisah lagi…tentang seorang ulama yang ahli menulis kitab, suatu malam ia akan menulis dengan tintanya, tiba-tiba tintanya dihinggapi lalat dan dibiarkan lalat itu meminum tintanya tanpa mengusiknya. Kau tahu…Tuhan mencintainya karena dia memuliakan binatang. Ada pula suatu kisah lain tentang seorang pemuda yang membeli emprit yang disiksa anak kecil dibuat mainan anak kecil tersebut sehingga terluka, lalu setelah dibelinya emprit itu dilepaskan untuk terbang kembali. Kau tahu…Allah menyayanginya sebab ia merasa iba terhadap burung emprit itu,” ulas Fatthiyah dengan jelas.
“Oh gitu ya Fat…berarti pengetahuanku tentang BERMANFAAT masih terlalu sempit, jadi yang dimaksud bermanfaat yang sejatinya adalah kala kita bisa bemanfaat bagi lingkungan sekitar termasuk bermanfaat pada sesama manusia, bermanfaat pada lingkungan (tidak merusak lingkungan), peduli terhadap tanaman (tidak mencabutnya, meusaknya, menebangnya secara tak beaturan tetapi merawat dan menjaga agar tetap lestari), sayang dan peduli terhadap binatang. Tidak mengusik ketenangannya,” kata Amir.
“Iya Mir. Ketika kita mencintai makhluk Allah dengan menjaganya, maka Allahpun mencintai kita. Barang siapa tidak mempunyai belas kasihan ataupun sikap kasih sayang terhadap makhluk Allah yang lain, maka Allahpun tak menanamkan kasih sayang makluk Allah terhadapnya,” ucap Fathiyyah sembari tersenyum.
Lalu Amirpun segera membantu Fathiyyah memasak, ia bantu Fathiyyah mencuci pindang-pindang dan lele-lele yang akan digoreng. Sedang Fathiyyah mempersiapkan bumbu, lalu digorenglah pindang-pindang dan lele-lele itu di atas wajan hingga matang dan berbau harum. Pesta pindangpun dimulai, Fathiyyah ditemani Amir pergi ke tempat dimana biasanya mereka mejumpai kucing liar, lalu diberilah makan para kucing itu dengan pindang dan lele. Hati merekapun nampak senang tatkala melihat kucing-kucing itu makan dengan lahapnya.
*****
SEMOGA BERMANFAAT   





Jumat, 13 Februari 2015

EVERYDAY IS MY BEAUTIFUL VALENTINE

Setiap Hari adalah Hari Valentin

            Siang itu sangat cerah, Hadi, Rani, Siti, dan Halisa berjalan menyusuri pasar. Oh ya hari ini adalah hari dimana kalayak muda ramai merayakan hari valentin.
”Sit, hari valentine loh…mau coklat nggak???...hehe,” kata Hadi sembari cengingiran.
“Ehem-ehem…cieh,” suara Rani menyambar percakapan Hadi.
“Apaan sih Ran…ngiri aja deh. Mau nggak Sit?,” jawab Hadi ketus.
“Nggak usah deh akhi…walentin kan haram, ngasih coklat juga haram”.
Hadipun tertunduk diam. Rani si kocak, ceplas-ceplospun turut andil bicara.
“Sit…kalau begitu aku lak haram…heheh..sekujur tubuhku kan coklat, kulitku kan coklat sawo-sawo sepet gimana gitu…heeee,” ucap Rani.
“Haaa…sawo-sawo sepet…huahaa,” ceplos Hadi.
“Apaan si Loh Di…rese aja, main nyambar-nyambar aja,’ protes Rani.
Si Siti cukup tersenyum, maka si Halisapun turut bicara.
“Sudah-sudah nggak boleh ribut. Setiap hari itu valentin, bukankah kalian tiap hari berkasih sayang dengan keluarga kalian, dengan ayah, ibu, saudara kalian?”.
Semuanya terdiam dan cukup menganggukkan kepala sebagai pertanda bahwa mereka mengiyakan.
“Ngasih coklat itu boleh, semua tergantung niat kalian. Kalau niatnya ngasih coklat buat sedekah, ngasih bunga buat sedekah daripada layu atau daripada nggak suka atau daripada punya banyak….ya itu bagus. Atau mungkin ngasih makanan buat sedekah…ya boleh-boleh saja kan untuk kebaikan meskipun itu di hari valentine atau tidak. Nah coba pikir deh, kalian (Siti, Hadi, Rani) suka coklat nggak misalkan tidak valentine?,’ tanya Halisa sembari memandangi satu persatu temannya.
“Suka bangetlah…coklat kan menenangkan,” sahut Rani.
‘Suka…apalagi kalau lagi bete,” tambah Siti.
“Suka banget…nikmat…yummy,” kata Hadi.
“Nah tuh boleh, kenapa makanan yang halal kalian haramin. Niatin saja kalau ngasih untuk sedekah. Heee…oh ya seandainyapun kalian tidak suka atau tidak merayakan valentine, tolong jangan menghina atau menghujat keburukan valentine. Bukankah kita juga tak mau dihina, ya jangan menghina atau meremehkanlah…kan saling menghargai. Nggak suka ya nggak usah ngerayakan tetapi nggak usah menghujat,” lanjut Halisa.
“Iya Bu ustadzah…hehe,’ kata Rani cengengesan.
“Aaamiiin…,” kata Hadi dan Siti kompak barengan.
Halisa cukup tersenyum dan ia melanjutkan penjelasannya.
“Oh ya kita hidup kan harus saling menghargai. Terpenting kita tidak turut merayakan…selama mereka tidak mengganggu kita, mengapa kita mengganggu mereka. Oh ya…dalam islam kan ada hari lailatul qodar, nah misalkan ada seorang atau beberapa orang non muslim berkata padamu…”tolak lailatul qodar, I am non islam, NO LAILATUL QODAR”…nah bagaimana perasaanmu saat mendengar itu?,’ tanya Halisa.
“Ya, sakit hati bangetlah aku. Nggak ngrayain nggak papa, tapi ya jangan ngehina,” jawab Siti.
“Aku juga…hehe,’ sahut Rani.
“Dasar pengikut....ngekor..wewewe…hahah,” Ledek Hadi pada Rani.
“Biarin…kayak kamu nggak aja…hehe…lanjutin Halisa, lalu kita harus gimana dong?,” kata Rani.
“Kalau kalian sakit diperlakukan demikian, mengapa memperlakukan demikian bersorai-sorai “I AM MUSLIM, NO VALENTIN”. Perasaan mereka juga sama seperti perasaanmu ketika hari besarmu dilecehkan atau direndahkan. Tidak merayakan boleh, tetapi jangan menghujat…Kau tahu, mereka melakukan itupun bukan kebetulan melainkan ada yang mengatur. Apakah seorang menginginkan kafir?...jawabannya tentu tidak. Tidak ada seorangpun yang menginginkan keburukan. Semua itu terjadipun atas izin Allah. Kau tahu…siapakah yang berhak menyesatkan hambanya atau menunjukkan hambanya pada jalan yang lurus. Allah bukan?,” papar Halisa.
“Iya yang berhak menyesatkan dan memberi hidayah adalah Allah,” jawab Hadi.
“Sekarang aku tanya lagi…bagaimana jika dalam sebuah drama perannya protagonis semua?”, lanjut Halisa.
“Jelas hambarlah…ceritanya flat…nggak greget. Kalau semuanya baik, mana ada konflik, ya nggak serulah…padahal seru-serunya cerita kan pas konflik lalu ada resolusi…hehe,” Jawab Siti.
“Lah yang bagus gimana?,” tanya Halisa kembali.
“Ya..yang ada protagonis, antagonis dan tritagonisnya. Jadi ceritanya seru…ada yang jahat, ada yang baik, ada yang nengahin…nanti ada konflik, klimaks, trus resolusinya…hehe,” sahut Rani.
“Siapa yang membuat tokoh itu harus melakonkan protagonis, antagonis, dan tritagonis?,” tanya Halisa kembali.
“Ya Sutradaralah..haha…sutradara yang ngatur supaya ada yang berperan sebagai antagonis, protagonis dan tritagonis biar cerita itu hidup nggak datar gitu-gitu aja,” jawab Hadi.
“Nah…kalian tahu jawabannya. Demikian pula kehidupan sesuangguhnya, Allahlah Sutradara Alam Semesta. Ia yang mengatur baik buruknya seseorang, agar hidup inipun tidak datar. Allah pulalah yang menyesatkan dan memberikan hidayah pada hambanya, semua terserah Allah. Maka dari itu kita harus saling menghargai, yang baik tidak boleh mencaci yang buruk, karena belum tentu buruk, selamanya akan buruk. Karena kita tiada tahu, siapa tahu sebelum menjelang ajalnya ia sempat bertaubatan nasuha. Wallahu a’lam. Semua terserah Tuhan. Demikian pula yang baik belum tentu baik…banyak yang pagi beriman, sore kafir. Pagi kafir sore beriman atau bisa juga istiqomah kafir terus ataupun istiqomah beriman terus. Wallahu a’lam, semoga kita termasuk orang yang mendapatkan hidayah dan pertolongan Allah,” papar Halisa.
“Terimakasih Halisa…its good reminding to me,” kata Hadi.
“Aku juga…makasih Halisa,” sahut Rani.
“Thanks Halisa…melalui dirimu aku tersadar. Tuhan mengingatkanku bahwa kita tak boleh merasa lebih baik dari orang lain dan mencaci orang lain. Okelah kalau begitu mana coklat yang mau kamu kasih Hadi…hehee,” kata Siti.
“Huh..sekarang mau tadi nolak,’ celoteh Hadi.
“Mau dong, ngapain rizki ditolak…buat ngganjal perut kan bisa…haaa,” kata Siti.
“Aku juga mau,” kata Rani.
“Oke deh…kalau begitu aku beli coklat 4 aja sekalian buat kita berempat,” ucap Hadi.
“Thanks Hadi,” kata Halisa, Siti dan Rani kompak barengan.
*****
SEMOGA BERMANFAAT





Senin, 26 Januari 2015

KETULUSAN CINTA


CINTA YANG TULUS
Jika engkau mencintai seseorang tanpa syarat...tanpa memandang apapun darinya. Bukan karena kecantikannya/ ketampanannya, bukan pula karena kecerdasan ataupun kepandaiannya, Bukan karena kaya atau miskin, bukan karena apapun yang ada didalamnya. Namun engkau mencintainya dengan tulus tanpa melihat kelebihan yang ada pada dirinya. Bahkan engkau mau memaafkannya meskipun berapa kali engkau dikhianati, engkau diberlakukan kasar dan lain sebagaiNya. Karean cintamu tak menuntut balasan cinta dariNya, karena cinta yang tulus tak mengharap apa-apa kecuali keridhoan hati yang dicinta...melihatnya bahagia meskipun dengan orang lain adalah anugerah, meski tidak bisa dipungkiri tekadang dada terasa sesak...tetapi ikhlaskanlah...Bukankah cinta yang sejati adalah turut bahaga ketika yang dicintai bahagia.
Ø  Jika ia bejad akhlaknya, maka kau menerimanya dengan tulus dan mau mengajarinya pada kebaikan dengan selalu mendoakannya pada Tuhan agar hidayah senantiasa dilimpahkan padanya.
Ø  Jika ia tak cantik wajahnya, kau terima ia apa adanya tanpa membandingkan ia dengan wanita lain yang mungkin lebih indah parasnya.
Ø  Jika ia tak kaya, kau mau menerima apa adanya tanpa merendahkan keluarganya dan dirinya.
Ø  Kau bisa menerima segala tentang masa lalunya. Masa lalu yang buruk bukanlah untuk dihujat, dihina, dicerca ataupun diungkit-ungkit karena itu akan menyakitkan. Melainkan perbaikilah akhlaknya untuk ke depan, ajarkan ia tentang akhlakul karimah. “Jika ban motormu bocor, sekiranya masih bisa diperbaiki tambalah...bukan malah disobek”
Ø  Jangan memanggil seseorang yang kau cintai dengan julukan yang ia tak ketika suka mendengarnya.
Ø  Ketika engkau dikhianati, misalkan pasanganmu selingkuh dengan wanita lain, berlaku kasar padanya. Mungkin sesak didada adalah hal yang wajar. Maafkanlah, doakan ia agar Allah membukakan pintu hidayah untuknya sebelum akhir hayatnya. Kasihi dia sebagaimana engkau mengasihi dirimu.
Ø  Mungkin terkesan terlalu bodoh, mau memaafkan orang yang sudah menyakitimu dan memberinya kesempatan kembali. Tetapi memaafkan adalah hal yang terbaik, bukankah memaafkan jauh lebih mulia disisi TuhanMu. Bukankah cinta Tuhan yang kau cari???...bukankah ridho Tuhan yang kau cari?
1. Mendatangkan kecintaan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Fushshilat ayat 34-35:
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ. وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Dan sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Fushshilat: 34-35)
Ibnu Katsir rahimahullahu menerangkan: “Bila kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadamu maka kebaikan ini akan menggiring orang yang berlaku jahat tadi merapat denganmu, mencintaimu, dan condong kepadamu sehingga dia (akhirnya) menjadi temanmu yang dekat. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan: ‘Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan orang beriman untuk bersabar di kala marah, bermurah hati ketika diremehkan, dan memaafkan di saat diperlakukan jelek. Bila mereka melakukan ini maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga mereka dari (tipu daya) setan dan musuh pun tunduk kepadanya sehingga menjadi teman yang dekat’.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim 4/109)
2. Mendapat pembelaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
Al-Imam Muslim rahimahullahu meriwayatkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata: ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku punya kerabat. Aku berusaha menyambungnya namun mereka memutuskan hubungan denganku. Aku berbuat kebaikan kepada mereka namun mereka berbuat jelek. Aku bersabar dari mereka namun mereka berbuat kebodohan terhadapku.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
Jika benar yang kamu ucapkan maka seolah-olah kamu menebarkan abu panas kepada mereka. Dan kamu senantiasa mendapat penolong dari Allah Subhanahu wa Ta’ala atas mereka selama kamu di atas hal itu.” (HR. Muslim)
3. Memperoleh ampunan dan kecintaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (At-Taghabun: 14)
Adalah Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu dahulu biasa memberikan nafkah kepada orang-orang yang tidak mampu, di antaranya Misthah bin Utsatsah. Dia termasuk famili Abu Bakr dan muhajirin. Di saat tersebar berita dusta seputar ‘Aisyah binti Abi Bakr istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Misthah termasuk salah seorang yang menyebarkannya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat menjelaskan kesucian ‘Aisyah dari tuduhan kekejian. Misthah pun dihukum dera dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi taubat kepadanya. Setelah peristiwa itu, Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu bersumpah untuk memutuskan nafkah dan pemberian kepadanya. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firman-Nya:
وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (An-Nur: 22)
Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu mengatakan: “Betul, demi Allah. Aku ingin agar Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuniku.” Lantas Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu kembali memberikan nafkah kepada Misthah radhiyallahu ‘anhu. (lihat Shahih Al-Bukhari no. 4750 dan Tafsir Ibnu Katsir 3/286-287)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ارْحَمُوا تُرْحَمُوا وَاغْفِرُوا يَغْفِرِاللهُ لَكُمْ
Sayangilah –makhluk– maka kamu akan disayangi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan berilah ampunan niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampunimu.” (Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 293)
Al-Munawi rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya yang di antaranya adalah (sifat) rahmah dan pemaaf. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mencintai makhluk-Nya yang memiliki sifat tersebut.” (Faidhul Qadir 1/607)
Adapun Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai orang yang memaafkan, karena memberi maaf termasuk berbuat baik kepada manusia. Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala cinta kepada orang yang berbuat baik, sebagaimana firman-Nya:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali ‘Imran: 134).
4. Mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala maupun di sisi manusia
Suatu hal yang telah diketahui bahwa orang yang memaafkan kesalahan orang lain, disamping tinggi kedudukannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia juga mulia di mata manusia. Demikian pula ia akan mendapat pembelaan dari orang lain atas lawannya, dan tidak sedikit musuhnya berubah menjadi kawan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
Shadaqah –hakikatnya– tidaklah mengurangi harta, dan tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala menambah seorang hamba karena memaafkan kecuali kemuliaan, dan tiada seorang yang rendah hati (tawadhu’) karena Allah Subhanahu wa Ta’ala melainkan diangkat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Kapan memaafkan itu terpuji?
Seseorang yang disakiti oleh orang lain dan bersabar atasnya serta memaafkannya padahal dia mampu membalasnya maka sikap seperti ini sangat terpuji. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melakukan –pembalasan– maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memanggilnya di hari kiamat di hadapan para makhluk sehingga memberikan pilihan kepadanya, bidadari mana yang ia inginkan.” (Hadits ini dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 3394).
Ø  Kau tahu kawan:
Cinta yang tulus tak menuntut balasan
Penghianatan tak membuatnya balas dendam
Penghinaan tak membuatnya enggan memaafkan
Diskriminasi tak membuatnya kehilangan kesabarran
Justru...
Mungkin dengan jalan pengkhianatan
Sebagai jalan semakin dekat Tuhan
Dalam tangis dan doa
Nama Tuhan sering tuk diucapkan
Yang berawal jauh menjadi lebih dekat
Yang awalnya jarang memanggilnya, lebih sering menyebut namaNya
Berterimakasihlah pada orang yang menghianatimu
Karenanya engkau berlatih sabar dan tegar
Berterimakasihlah pada yang menyakitimu
Karenanya Tuhan semakin sayang sebab kau semakin dekat denganNya
Meski...
Terkadang jiwa lelap dan turut amarah, emosi yang menguasai diri
Karena hinaan, penghianatan, diskriminasi, dan penghujatan
Namun, ketika hati terketuk kembali
Tersadarlah insan pada siapa harus kembali
Bersyukurlah pada Tuhan
Melalui jalan cobaan Tuhan semakin sayang
Engkau semakin dekat dengannya
Sering menghabiskan waktumu besamaNya
Memanggil namaNya, mendekapnay diperaduan malam dan dalam setiap kesendirian...Merangkai cinta yang sejati
Belajar dari mencintai insan merambah bagaimana sepatutnya kita mencintai Tuhan...:)


HAKEKAT CINTA


HAKEKAT CINTA
*****
CINTA TUHAN
Tuhan kau ajarkan aku arti cinta
Bagaiamana aku mencintaimu tulus tanpa mengaharap apapun dariMu
Kau ajarkan aku arti cinta
Bagaimana tentang mencintaimu menomorsatukan dirimu dalam jiwaku
MengingatMu dalam setiap langkahku
Dan menyebut namaMu dalam setiap kedip mataku
Tuhan...
Jika aku mencintaimu karena takut neraka
Maka bakarlah aku didalamnya...
Jika aku mencintaimu karena mengharapkan surga
Maka campakanlah...
Jika aku mencintaimu semata tanpa mengharap sesuatu apapun...
Maka..jangan kau palingkan KeindahanMu padaku
Tuhan...
Aku adalah milikMu, jiwa ragaku adalah kepunyaanMu
Andaikan dunia mengusiar aku dari buminya
Tak akan aku merintih ataupun menangis
Tuhan...
Segala yang kau berikan adalah yang terbaik bagiku
Penyakit yang menimpaku adalah anugerah dariMu
Mungkin...melalui jalan itu kau jadikan aku semakin dekat denganMu
Cobaan hidup yang silih berganti..
Badai yang terjal, tiadalah aku sesali
Jika itu sebagai jalan aku dekat denganMu
Jika itu membuatmu sayang padaku
Penghianatan cinta manusia yang bertubi-tubi tiadalah aku sesali
Jika itu membuatku sayan padamu...
Tuhan...dalam pinta dan doa
Jika jiwaku sedang rapuh maka kuatkanlah
Jika hatiku sedang melemah maka tegarkanlah
Jika aku semakin jauh denganMu, maka dekatilah
Sebab tiada yang dapat menolongku kecuali atas izinMu
Tanpa petunjuk hidayahmu, niscaya aku akan termasuk golongan yang merugi
Aku mencintaimu tanpa syarat, mengabdi menjadi hambaMu
Tuhan bukan kata manusia yang aku takuti
Bukan hujatan manusia, bukan hinaan manusia, bukan deskriminasi manusia yang aku kawatirkan...
Tetapi, rhido dariMu jauh lebih berarti
Bukan masalah saat aku tak berarti dimata manusia
Tetapi sungguh itu musibah
Jika keberadaanku tiada berarti bagiMu
Ajarkan aku untuk mencintaiMu sepenuh hati
MenjadikanMu sebagai pengisi hati
Tuhan...terimalah diri yang berlumpur dosa
Mata yang penuh dusta
Mulut yang penuh ghibah
Hati yang penuh penyakit
Tangan yang kerap melakukan kemaksiyatan
Kaki yang digunakan berjalan menuju kemaksiatan
Entahlah...sudah berapa banyak dosa yang kutoreh???
Mungkin jika dosa itu tampak...aku tak sanggup memikulnya
Tuhan...dalam pinta dan doa
Lautan ampunanMu abdi harapkan
Kasih sayangMu hamba harapkan
Berilah petunjuk dalam gelapnya jalanku
Terangilah dengan kasih sayangMu
Ampunilah segala dosaku
Baik yang sekarang ataupun yang akan datang
Bimbinglah aku menuju jalanMu
Jalan yang Engkau rhidoi
Kumpulkanlah aku dengan orang-orang yang Engkau cintai
Jadikanlah aku sebagai hambaMu
Yang senantias asetia mencintaiMu hingga akhir hayatku
Menghabiskan sisa usiaku dijalanMu
Dari kegelapan menujo lorong Cinta Illahi