HALIMAH BINTI MASDARI

Minggu, 15 Februari 2015

PESTA PINDANG

PESTA PINDANG

Siang itu, Amir mengantarkan Fathiyyah ke pasar. Entah gerangan apa, siang-siang ditengah panasnya terik matahari, Fathiyah begitu semangat antusias pergi ke pasar. Rupanya inilah gerangan yang membuat sosok gadis ini rela berpanas-panasan bersimpanng siur dengan debu asap kendaraan bermotor dan butir-butir partikel yang melekat dipipi.
“Fat, kau mau beli apa?,” tanya Amir pada Fathiyyah dengan penasaran saat mereka di tempat perbelanjaan.
“Pindang sama Lele,” jawab Fathiyyah singkat sembari tersenyum.
“Haaa…pindang dan lele sebanyak itu,” kata Amir melongo saat melihat Fathiyah membeli 20 bungkus pindang dan 20 ekor lele. “Untuk  apa Fat sebanyak itu, keluarga kamu kan cuma 4 orang…heee, kalaupun kamu berikan aku juga masih sisa banyak,” lanjutnya.
“Ah kau ini Mir…buat pesta nanti sore,”ucap Fathiyyah singkat.
“Hah..pesta dikasih makannya pindang, ih pelit banget sih kamu sama tamunya. Setahu aku pesta itu makannya kayak kue tar, nasi tumpeng, kue-kue bolu, apa kek yang modern dikit,” sanggah Amir.
“Kau tahu siapa tamunya???,” tanya Fathiyyah pada Amir.
“Ya nggaklah kan kamu yang ngadain acara, aneh aja pesta makannya pindang, baru tahu juga sekarang.”
“Tamunya bukan kamu, bukan teman kita seangkatan, bukan pula yang lain…tetapi keluargaku.”
“Bapak Ibu kamu maksudnya?”
Fathiyyah diam menggelengkan kepala pertanda tidak.
“Lalu siapa Fat?,” tanya Amir.
“Para kucing yang liar dijalan-jalan, di pasar, kucing yang tidak terawat, dan kucing yang tak punya majikan,” papar Fathiyyah.
“Baru kali ini dengar…pesta pindang, lagian kenapa nggak buat manusia aja sih Fat?.”
“Karena aku sudah ada niatan bahwa jika kelak aku nanti juara lomba foto, maka akan kuberikan pesta pindang pada kucing jalanan, kucing liar,” kata Fathiyyah sembari tersenyum.
“Kan sayang pindang yang gedhe-gedhe buat diberikan kucing, lelenya juga besar-besar…sayang banget mending buat makan manusia aja, kayak aku…heehe, mending kucingnya dikasih pindang yang kecil-kecil aja…heee” celoteh Amir.
“Mir, tahukah engkau ketika kita memberi sesuatu pada orang lain ataupun binatang sangat dianjurkan memberinya yang baik. Oh ya, andaikan kamu aku beri…kamu lebih suka aku beri mangga yang mulus ataukah mangga yang bercak-bercak coklat atau mangga yang ukurannya kecil agak masam?.”
“Ya jelas milih mangga yang mulus, manis dan gedhelah aku…gila aja kalau milih yang kecil, masam, bercak-bercak lagi,” kata Amir.
“Oranglainpun atau binatangpun jua sama dengan halnya kamu Mir. Mereka akan lebih suka bila diberi sesuatu yang baik. Demikian halnya kucing, meskipun dia tidak bisa bicara. Dia jua suka kalau diberikan pindang yang besar-besar Mir,” papar Fathiyyah.
“Lah kenapa kamu ngasihnya ke binatang, kenapa nggak milih manusia aja Fat? Fakir miskin, dhuafa, atau yatim piyatu kek kan bisa…nggak kucing atau binatang lain?...dasar aneh,” elak Amir.
“Amir…ada hal yang perlu kau tahu. Dikatakan manusia itu bermanfaat apabila ia bisa bermanfaat bagi lingkungan disekitarnya, termasuk manusia, hewan, tanaman, dan makhluk Allah yang lain. Kucingpun makhluk Allah, ia juga butuh kasih sayang dan kepedulian manusia. Apa iya sementara kita mendapatkan rizki banyak, lalu kita membiarkan kucing-kucing disekitar kita kelaparan. Ketika engkau mencintai makhluk Allah yang lain, maka Allahpun akan menanamkan kasih sayang makhluk yang lain terhadapamu meskipun tanpa sepengetahuan kamu. Ketika engkau menyayangi dan peduli terhadap binatang, binatangpun akan menyayangimu. Tahukah engkau…ada suatu kisah tentang seorang wanita tunasusila yang diampuni dosa-dosanya karena beliau mempunyai rasa kasih sayang yang tinggi terhadap binatang. Beliau memberikan minum anjing yang kehausan. Masih ada kisah lagi…tentang seorang ulama yang ahli menulis kitab, suatu malam ia akan menulis dengan tintanya, tiba-tiba tintanya dihinggapi lalat dan dibiarkan lalat itu meminum tintanya tanpa mengusiknya. Kau tahu…Tuhan mencintainya karena dia memuliakan binatang. Ada pula suatu kisah lain tentang seorang pemuda yang membeli emprit yang disiksa anak kecil dibuat mainan anak kecil tersebut sehingga terluka, lalu setelah dibelinya emprit itu dilepaskan untuk terbang kembali. Kau tahu…Allah menyayanginya sebab ia merasa iba terhadap burung emprit itu,” ulas Fatthiyah dengan jelas.
“Oh gitu ya Fat…berarti pengetahuanku tentang BERMANFAAT masih terlalu sempit, jadi yang dimaksud bermanfaat yang sejatinya adalah kala kita bisa bemanfaat bagi lingkungan sekitar termasuk bermanfaat pada sesama manusia, bermanfaat pada lingkungan (tidak merusak lingkungan), peduli terhadap tanaman (tidak mencabutnya, meusaknya, menebangnya secara tak beaturan tetapi merawat dan menjaga agar tetap lestari), sayang dan peduli terhadap binatang. Tidak mengusik ketenangannya,” kata Amir.
“Iya Mir. Ketika kita mencintai makhluk Allah dengan menjaganya, maka Allahpun mencintai kita. Barang siapa tidak mempunyai belas kasihan ataupun sikap kasih sayang terhadap makhluk Allah yang lain, maka Allahpun tak menanamkan kasih sayang makluk Allah terhadapnya,” ucap Fathiyyah sembari tersenyum.
Lalu Amirpun segera membantu Fathiyyah memasak, ia bantu Fathiyyah mencuci pindang-pindang dan lele-lele yang akan digoreng. Sedang Fathiyyah mempersiapkan bumbu, lalu digorenglah pindang-pindang dan lele-lele itu di atas wajan hingga matang dan berbau harum. Pesta pindangpun dimulai, Fathiyyah ditemani Amir pergi ke tempat dimana biasanya mereka mejumpai kucing liar, lalu diberilah makan para kucing itu dengan pindang dan lele. Hati merekapun nampak senang tatkala melihat kucing-kucing itu makan dengan lahapnya.
*****
SEMOGA BERMANFAAT   





Tidak ada komentar :