PESTA PINDANG
Siang itu, Amir mengantarkan Fathiyyah ke pasar.
Entah gerangan apa, siang-siang ditengah panasnya terik matahari, Fathiyah
begitu semangat antusias pergi ke pasar. Rupanya inilah gerangan yang membuat
sosok gadis ini rela berpanas-panasan bersimpanng siur dengan debu asap
kendaraan bermotor dan butir-butir partikel yang melekat dipipi.
“Fat, kau mau beli apa?,” tanya Amir pada Fathiyyah
dengan penasaran saat mereka di tempat perbelanjaan.
“Pindang sama Lele,” jawab Fathiyyah singkat sembari
tersenyum.
“Haaa…pindang dan lele sebanyak itu,” kata Amir
melongo saat melihat Fathiyah membeli 20 bungkus pindang dan 20 ekor lele. “Untuk
apa Fat sebanyak itu, keluarga kamu kan cuma
4 orang…heee, kalaupun kamu berikan aku juga masih sisa banyak,” lanjutnya.
“Ah kau ini Mir…buat pesta nanti sore,”ucap Fathiyyah
singkat.
“Hah..pesta dikasih makannya pindang, ih pelit
banget sih kamu sama tamunya. Setahu aku pesta itu makannya kayak kue tar, nasi
tumpeng, kue-kue bolu, apa kek yang modern dikit,” sanggah Amir.
“Kau tahu siapa tamunya???,” tanya Fathiyyah pada
Amir.
“Ya nggaklah kan kamu yang ngadain acara, aneh aja
pesta makannya pindang, baru tahu juga sekarang.”
“Tamunya bukan kamu, bukan teman kita seangkatan,
bukan pula yang lain…tetapi keluargaku.”
“Bapak Ibu kamu maksudnya?”
Fathiyyah diam menggelengkan kepala pertanda tidak.
“Lalu siapa Fat?,” tanya Amir.
“Para kucing yang liar dijalan-jalan, di pasar,
kucing yang tidak terawat, dan kucing yang tak punya majikan,” papar Fathiyyah.
“Baru kali ini dengar…pesta pindang, lagian kenapa nggak
buat manusia aja sih Fat?.”
“Karena aku sudah ada niatan bahwa jika kelak aku
nanti juara lomba foto, maka akan kuberikan pesta pindang pada kucing jalanan,
kucing liar,” kata Fathiyyah sembari tersenyum.
“Kan sayang pindang yang gedhe-gedhe buat diberikan
kucing, lelenya juga besar-besar…sayang banget mending buat makan manusia aja,
kayak aku…heehe, mending kucingnya dikasih pindang yang kecil-kecil aja…heee”
celoteh Amir.
“Mir, tahukah engkau ketika kita memberi sesuatu
pada orang lain ataupun binatang sangat dianjurkan memberinya yang baik. Oh ya,
andaikan kamu aku beri…kamu lebih suka aku beri mangga yang mulus ataukah
mangga yang bercak-bercak coklat atau mangga yang ukurannya kecil agak masam?.”
“Ya jelas milih mangga yang mulus, manis dan
gedhelah aku…gila aja kalau milih yang kecil, masam, bercak-bercak lagi,” kata
Amir.
“Oranglainpun atau binatangpun jua sama dengan
halnya kamu Mir. Mereka akan lebih suka bila diberi sesuatu yang baik. Demikian
halnya kucing, meskipun dia tidak bisa bicara. Dia jua suka kalau diberikan
pindang yang besar-besar Mir,” papar Fathiyyah.
“Lah kenapa kamu ngasihnya ke binatang, kenapa nggak
milih manusia aja Fat? Fakir miskin, dhuafa, atau yatim piyatu kek kan bisa…nggak
kucing atau binatang lain?...dasar aneh,” elak Amir.
“Amir…ada hal yang perlu kau tahu. Dikatakan manusia
itu bermanfaat apabila ia bisa bermanfaat bagi lingkungan disekitarnya,
termasuk manusia, hewan, tanaman, dan makhluk Allah yang lain. Kucingpun
makhluk Allah, ia juga butuh kasih sayang dan kepedulian manusia. Apa iya
sementara kita mendapatkan rizki banyak, lalu kita membiarkan kucing-kucing
disekitar kita kelaparan. Ketika engkau mencintai makhluk Allah yang lain, maka
Allahpun akan menanamkan kasih sayang makhluk yang lain terhadapamu meskipun
tanpa sepengetahuan kamu. Ketika engkau menyayangi dan peduli terhadap binatang,
binatangpun akan menyayangimu. Tahukah engkau…ada suatu kisah tentang seorang
wanita tunasusila yang diampuni dosa-dosanya karena beliau mempunyai rasa kasih
sayang yang tinggi terhadap binatang. Beliau memberikan minum anjing yang
kehausan. Masih ada kisah lagi…tentang seorang ulama yang ahli menulis kitab,
suatu malam ia akan menulis dengan tintanya, tiba-tiba tintanya dihinggapi
lalat dan dibiarkan lalat itu meminum tintanya tanpa mengusiknya. Kau tahu…Tuhan
mencintainya karena dia memuliakan binatang. Ada pula suatu kisah lain tentang
seorang pemuda yang membeli emprit yang disiksa anak kecil dibuat mainan anak
kecil tersebut sehingga terluka, lalu setelah dibelinya emprit itu dilepaskan
untuk terbang kembali. Kau tahu…Allah menyayanginya sebab ia merasa iba
terhadap burung emprit itu,” ulas Fatthiyah dengan jelas.
“Oh gitu ya Fat…berarti pengetahuanku tentang BERMANFAAT
masih terlalu sempit, jadi yang dimaksud bermanfaat yang sejatinya adalah kala
kita bisa bemanfaat bagi lingkungan sekitar termasuk bermanfaat pada sesama
manusia, bermanfaat pada lingkungan (tidak merusak lingkungan), peduli terhadap
tanaman (tidak mencabutnya, meusaknya, menebangnya secara tak beaturan tetapi
merawat dan menjaga agar tetap lestari), sayang dan peduli terhadap binatang.
Tidak mengusik ketenangannya,” kata Amir.
“Iya Mir. Ketika kita mencintai makhluk Allah dengan
menjaganya, maka Allahpun mencintai kita. Barang siapa tidak mempunyai belas kasihan ataupun sikap
kasih sayang terhadap makhluk Allah yang lain, maka Allahpun tak menanamkan
kasih sayang makluk Allah terhadapnya,” ucap Fathiyyah sembari
tersenyum.
Lalu Amirpun segera membantu Fathiyyah memasak, ia
bantu Fathiyyah mencuci pindang-pindang dan lele-lele yang akan digoreng.
Sedang Fathiyyah mempersiapkan bumbu, lalu digorenglah pindang-pindang dan
lele-lele itu di atas wajan hingga matang dan berbau harum. Pesta pindangpun
dimulai, Fathiyyah ditemani Amir pergi ke tempat dimana biasanya mereka
mejumpai kucing liar, lalu diberilah makan para kucing itu dengan pindang dan
lele. Hati merekapun nampak senang tatkala melihat kucing-kucing itu makan
dengan lahapnya.
*****
SEMOGA
BERMANFAAT
Tidak ada komentar :
Posting Komentar