APAPUN PENILAIAN ORANG TENTANGMU, TETAPLAH SELALU BAIK
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah
Bagaimanakah perasaanmu tatkala kebaikanmu dibalas keburukan? Sedih bukan?. Ya inilah kisah nyataku. Aku berusaha meneladani idolaku sejak kecil, Sayyidatuna Rabi'ah Al Adawiyah. Maqom ridho adalah bagaimana kita bisa bersyukur bukan hanya saat senang (nikmat) tapi juga saat susah (sedih).
Berdamai dengan perasaan, ridho dengan takdir adalah yang terbaik meskipun sulit. Beberapa pengalamanku yang sangat menyakitkan namun aku berusaha membalasnya dengan kebaikan, walaupun perih. Tak jarang aku menangis saat sendiri. Tapi aku berusaha tegar. Aku yakin bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Baik, tak mungkin menguji di luar kemampuanku.
Tahun 2014 aku terpilih mendapatkan beasiswa tissue culture. Dari sekian ratus mahasiswa, yang diambil 3 dan aku mendapatkan yang pertama. Namun sayang, kenikmatan itu memicu satu kakak tingkat iri, sebut saja Miss D. Dia membenciku, menjelek jelekkan namaku dihadapan kakak tingkat. Aku diam, tak membalas. Bagiku Allah adil. Apa aku tak mampu membalas? Sangat mampu tapi aku memilih diam. Bagiku pahala akherat lebih baik. Tidak puas sampai di situ, selama penelitian aku dikerja'in, dia sering melakukan kesalahan dengan Miss E mengatasnamakan aku sehingga selama 1 tahun aku dalam tekanan berat. Dimarahin dosen pembimbing yang memberiku beasiswa, dimarahin atas kesalahan orang lain.
Terimakasih Laila yang selalu setia menemaniku saat air mata terjatuh. Bukan sekali aku dimarahin. Tapi berkali kali. Mulai dari beli bahan penelitian dibatalkan sepihak, akhirnya pihak produsen marah dan yang dimarahin saya pas saya ke sana. Sementara dia tidak cerita kalau ia sudah membatalkan pembelian. Sudah pasti yang kena semprot saya. Lalu lagi, oven dikasih es, jelas error. Oven kog dikasih es batu. Kan konyol. Lagi lagi yang dituduh saya. Bukan hanya itu saja, banyak sekali selama setahun. Panen semprot, yang melakukan kesalahan Miss D dan Miss E. Seandainya saya dendam, membalas balik bisa. Tapi saya tak tega, apa bedanya saya dengan mereka kalau kejahatan dibalas kejahatan. Aku yakin Allah adil. Setiap perbuatan selalu mendapat balasan. Qodarullah Miss E mengalami kendala skripsi tidak lulus-lulus sampai saya lulus, kesulitan beberapa hal. Saya memutuskan penelitian beda karena kapok difitnah terus. Memilih yang memperlakukan saya baik adalah cara terbaik untuk menyembuhkan luka. Sementara Miss D dia mendapatkan balasan, diusir dari Ibu kosnya. Katanya tanpa salah apapun, tiba-tiba diusir karena ada yang mau bayar kos lebih mahal. Barangkali itu balasan Allah, karena dia selalu memfitnahku tanpa aku berbuat jahat ke mereka. Berawal dari iri, berakhir fitnah. Aku justru kasihan, orang yang berbuat kesalahan tapi memfitnah dan tak mau mengakui kesalahannya justru melempar pada orang lain. Tidak ada sedikitpun dendam dariku, bagiku Allah adil.
Kisah kedua, seorang kawan pengangguran. Lalu tak tega, saya pun menarik ia kerja di tempat saya kerja. Qodarullah dia iri sebab jabatan saya lebih tinggi, dekat dengan bos sampai suatu ketika dia mengadu domba saya dengan karyawan lain. Apakah saya dendam? Tidak. Saya mengalah lalu resign. Saat resign, bos menahan saya supaya tidak keluar karena mau promosi jabatan. Tapi daripada difitnah lebih baik mengalah. In syaAllah diganti Allah dengan yang lebih baik. Alhamdulillah lepas resign, langsung diterima tempat kerja lain.
Aku masih ingat, dimana aku didorong-dorong. Dipaksa paksa belanja dan melaksanakan pekerjaan OG dll. Kenangan itu pahit, tapi balasan pasti ada. Kudengar, paska kepergian ku mereka mendapatkan balasan serupa atas kedzalimannya padaku. Mereka belum minta maaf sepenuhnya padaku. Aku berusaha ridho dan melupakannya. Tuhanku tak pernah salah memberikan ujian. Ujian membuatku sabar, melatihku tegar walaupun terkadang hujan air mata.
Banyak sekali kisah kesetiaan persahabatan, dibalas penghianatan. Terkadang seseorang dibantu, membalas kejahatan. Terkadang seseorang berkorban, dibalas dihianati. Ya wajar, barangkali itu cara Allah mengurangi dosa kita. Barangkali itu cara Allah menghibahkan pahala untuk kita. Barangkali musibah itu cara Allah agar kita semakin dekat denganNya, dan lain sebagainya. Husnudzan, fokus berkarya dan menebar kebaikan.
Aku tak mau hanya meminta pada Tuhanku agar aku diberikan kehidupan yang baik. Tetapi aku juga memohon pada Rabbku agar aku diberikan kematian yang baik (mati dalam keadaan islam, iman, dan husnul khotimah). Aku akan belajar untuk selalu berbuat baik meskipun orang buruk padaku. Aku akan berusaha meneladani Sayyidah Rabi'ah Al Adawiyah agar aku ridho menerima musibah sebagaimana aku ridho menerima nikmat. Musibah dan nikmat datangnya pun atas izin Allah swt.
Allah...
Duhai rabbku..
Semoga aku termasuk hamba yang sabar menerima takdirmu
Semoga aku termasuk sebagai hamba yang Engkau cintai
Maafkan lah atas segala dosaku
Bimbing lah aku untuk lapang dada menerima ujianmu
Sesungguhnya tiada Rabb semesta alam melainkan hanya Engkau
Berdamai dengan perasaan, ridho dengan takdir adalah yang terbaik meskipun sulit. Beberapa pengalamanku yang sangat menyakitkan namun aku berusaha membalasnya dengan kebaikan, walaupun perih. Tak jarang aku menangis saat sendiri. Tapi aku berusaha tegar. Aku yakin bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Baik, tak mungkin menguji di luar kemampuanku.
Tahun 2014 aku terpilih mendapatkan beasiswa tissue culture. Dari sekian ratus mahasiswa, yang diambil 3 dan aku mendapatkan yang pertama. Namun sayang, kenikmatan itu memicu satu kakak tingkat iri, sebut saja Miss D. Dia membenciku, menjelek jelekkan namaku dihadapan kakak tingkat. Aku diam, tak membalas. Bagiku Allah adil. Apa aku tak mampu membalas? Sangat mampu tapi aku memilih diam. Bagiku pahala akherat lebih baik. Tidak puas sampai di situ, selama penelitian aku dikerja'in, dia sering melakukan kesalahan dengan Miss E mengatasnamakan aku sehingga selama 1 tahun aku dalam tekanan berat. Dimarahin dosen pembimbing yang memberiku beasiswa, dimarahin atas kesalahan orang lain.
Terimakasih Laila yang selalu setia menemaniku saat air mata terjatuh. Bukan sekali aku dimarahin. Tapi berkali kali. Mulai dari beli bahan penelitian dibatalkan sepihak, akhirnya pihak produsen marah dan yang dimarahin saya pas saya ke sana. Sementara dia tidak cerita kalau ia sudah membatalkan pembelian. Sudah pasti yang kena semprot saya. Lalu lagi, oven dikasih es, jelas error. Oven kog dikasih es batu. Kan konyol. Lagi lagi yang dituduh saya. Bukan hanya itu saja, banyak sekali selama setahun. Panen semprot, yang melakukan kesalahan Miss D dan Miss E. Seandainya saya dendam, membalas balik bisa. Tapi saya tak tega, apa bedanya saya dengan mereka kalau kejahatan dibalas kejahatan. Aku yakin Allah adil. Setiap perbuatan selalu mendapat balasan. Qodarullah Miss E mengalami kendala skripsi tidak lulus-lulus sampai saya lulus, kesulitan beberapa hal. Saya memutuskan penelitian beda karena kapok difitnah terus. Memilih yang memperlakukan saya baik adalah cara terbaik untuk menyembuhkan luka. Sementara Miss D dia mendapatkan balasan, diusir dari Ibu kosnya. Katanya tanpa salah apapun, tiba-tiba diusir karena ada yang mau bayar kos lebih mahal. Barangkali itu balasan Allah, karena dia selalu memfitnahku tanpa aku berbuat jahat ke mereka. Berawal dari iri, berakhir fitnah. Aku justru kasihan, orang yang berbuat kesalahan tapi memfitnah dan tak mau mengakui kesalahannya justru melempar pada orang lain. Tidak ada sedikitpun dendam dariku, bagiku Allah adil.
Kisah kedua, seorang kawan pengangguran. Lalu tak tega, saya pun menarik ia kerja di tempat saya kerja. Qodarullah dia iri sebab jabatan saya lebih tinggi, dekat dengan bos sampai suatu ketika dia mengadu domba saya dengan karyawan lain. Apakah saya dendam? Tidak. Saya mengalah lalu resign. Saat resign, bos menahan saya supaya tidak keluar karena mau promosi jabatan. Tapi daripada difitnah lebih baik mengalah. In syaAllah diganti Allah dengan yang lebih baik. Alhamdulillah lepas resign, langsung diterima tempat kerja lain.
Aku masih ingat, dimana aku didorong-dorong. Dipaksa paksa belanja dan melaksanakan pekerjaan OG dll. Kenangan itu pahit, tapi balasan pasti ada. Kudengar, paska kepergian ku mereka mendapatkan balasan serupa atas kedzalimannya padaku. Mereka belum minta maaf sepenuhnya padaku. Aku berusaha ridho dan melupakannya. Tuhanku tak pernah salah memberikan ujian. Ujian membuatku sabar, melatihku tegar walaupun terkadang hujan air mata.
Banyak sekali kisah kesetiaan persahabatan, dibalas penghianatan. Terkadang seseorang dibantu, membalas kejahatan. Terkadang seseorang berkorban, dibalas dihianati. Ya wajar, barangkali itu cara Allah mengurangi dosa kita. Barangkali itu cara Allah menghibahkan pahala untuk kita. Barangkali musibah itu cara Allah agar kita semakin dekat denganNya, dan lain sebagainya. Husnudzan, fokus berkarya dan menebar kebaikan.
Aku tak mau hanya meminta pada Tuhanku agar aku diberikan kehidupan yang baik. Tetapi aku juga memohon pada Rabbku agar aku diberikan kematian yang baik (mati dalam keadaan islam, iman, dan husnul khotimah). Aku akan belajar untuk selalu berbuat baik meskipun orang buruk padaku. Aku akan berusaha meneladani Sayyidah Rabi'ah Al Adawiyah agar aku ridho menerima musibah sebagaimana aku ridho menerima nikmat. Musibah dan nikmat datangnya pun atas izin Allah swt.
Allah...
Duhai rabbku..
Semoga aku termasuk hamba yang sabar menerima takdirmu
Semoga aku termasuk sebagai hamba yang Engkau cintai
Maafkan lah atas segala dosaku
Bimbing lah aku untuk lapang dada menerima ujianmu
Sesungguhnya tiada Rabb semesta alam melainkan hanya Engkau
Tidak ada komentar :
Posting Komentar