Keanekaragaman
Vegetasi Tanaman di Hutan Edukasi Kampus Universitas Diponegoro, Semarang
Gambar 1. Peta Lokasi Hutan Edukasi Kampus Universitas Diponegoro. |
Kampus
hijau merupakan salah satu bentuk kepedulian Perguruan Tinggi terhadap
lingkungan lingkungan kampus. Salah satu wujud untuk menciptakan kampus hijau
yang ditempuh oleh Universitas Diponegoro adalah dengan memiliki kawasan hutan
edukasi kampus yang asri dan nyaman. Prinsip gaya hidup hijau dengan slogan “Go Green” ini diusung Universitas
Diponegoro untuk menanggapi isu global warming yang kerap kali muncul beberapa
tahun belakangan ini.
Hutan
edukasi kampus Universitas Diponegoro ini memiliki dwifungsi yakni berfungsi untuk
lingkungan dan pendidikan. Fungsi hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro
untuk lingkungan dinataranya; sebagai paru-paru lingkungan kampus Universitas
Diponegoro dan lingkungan sekitarnya (penghasil oksigen), mencegah global
warming dengan menyerap CO2 di udara, untuk mengurangi polusi dan
pencemaran udara, tempat menyimpan air, pencegah banjir dan bencana lainnya, dan
sebagai habitat flora dan fauna serta untuk melestarikan keanekaragaman hayati
hutan Indonesia. Adapun fungsi hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro
untuk pendidikan adalah sebagai sumber ilmu pengetahuan, untuk praktikum
lapangan mahasiswa terkait mata kuliah lingkungan seperti mata kuliah ekologi,
ekologi terestrial, biologi konservasi, pencemaran lingkungan, sistematika
tumbuhan, dan lain-lain.
Jumlah
keanekaragaman hayati di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro sangat
melimpah. Sebagai sampling, maka untuk mengetahui berbagai macam vegetasi
tanaman yang tumbuh di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro dilakukan
praktek lapangan analisis vegetasi keanekaragaman hayati tanaman yang tumbuh di
kawasan hutan edukasi kampus. Berdasarkan analisis vegetasi yang dilakukan oleh
6 kelompok mahasiswa Biologi Universitas Diponegoro (termasuk juga penulis) di
6 stasiun titik di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro diperoleh data
berbagai macam vegetasi tanaman yang tumbuh. Transek yang diukur ada 3 macam
yaitu transek ukuran 10 m x 10 m (untuk analisis vegetasi pohon), transek
ukuran 5m x 5m (untuk analisis vegetasi tiang), dan transek ukuran 1m x 1 m
(untuk analisis vegetasi herba dan semak).
Gambar 2. Penulis di Hutan Edukasi Kampus Universitas Diponegoro (Dokumen Pribadi). |
Hasil pengamatan analisis
vegetasi oleh kelompok satu di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro diperoleh
3 jenis data pada masing-masing ukuran transek. Pada transek ukuran 10 m x 10 m
diperoleh data 1 pohon jati. Pada transek ukuran 5 m x 5 m diperoleh data
tanaman Uringlubata sp. Sebanyak 10,
Bangle sebanyak 3, tanaman jarong sebanyak 2, Trium feta sebanyak 20,
tanaman kirinyuh sebanyak 5, tapak liman sebanyak 4, putri malu sebanyak 24,
dan kacangan sebanyak 6. Sedangkan pada transek 1 m x 1 m tidak ditemukan
adanya semak maupun herba.
Gambar 3. Pengukran Transek (Dokumen Pribadi). |
Adapun hasil pengamatan analisis vegetasi oleh kelompok dua di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro diperoleh 3 jenis data pada masing-masing ukuran transek. Pada transek ukuran 10 m x 10 m diperoleh sebanyak 24 tanaman johar. Pada transek ukuran 5 m x 5 m diperoleh data sebanyak 6 tanaman jorong, 15 tanaman pulutan, dan 3 tanaman Trium feta. Pada transek ukuran 1 m x 1 m diperoleh data sebanyak 12 rumput teki dan 5 rumput pangola.
Gambar 4. Pengukuran Transek (Dokumen Pribadi) |
Sedangkan hasil
pengamatan analisis vegetasi oleh kelompok tiga di hutan edukasi kampus Universitas
Diponegoro diperoleh data pada masing-masing ukuran transek. Pada transek
ukuran 10 m x 10 m diperoleh data tanaman johar sebanyak 2. Pada transek ukuran
5 m x 5 m tidak ditemukan adanya tiang. Pada transek ukuran 1 m x 1 m diperoleh
data sebanyak 4 tanaman putri malu, 1 kembang landep, 16 pulutan, 6 sidaguri,
10 tanaman jarong, 2 pacing, 1 tanaman Emilia
ahirantas, 5 tanaman borafia, dan 18 tanaman paitan.
Hasil pengamatan analisis
vegetasi oleh kelompok empat di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro diperoleh
data pada masing-masing ukuran transek. Pada transek ukuran 10 m x 10 m tidak
ditemukan adanya pohon. Pada transek ukuran 5 m x 5 m tidak ditemukan adanya
tiang. Pada transek ukuran 1 m x 1 m diperoleh data sebanyak 4 putri malu, 5
agratum, 16 spesies 5, 1 spesies 6, 1 leng-lengan, 53 rumput gajah, 3 rumput
teki, 24 rumput belalang, dan 16 rumput kenop.
Adapun hasil pengamatan
analisis vegetasi oleh kelompok lima di hutan edukasi kampus Universitas
Diponegoro diperoleh data pada masing-masing ukuran transek. Pada transek
ukuran 10 m x 10 m diperoleh data sebanyak 2 pohon johar. Pada transek ukuran 5
m x 5 m tidak ditemukan adanya tiang. Pada transek ukuran 1 m x 1 m diperoleh
data 10 boraria, 2 jorong, 1 sidaguri, 1 ahirantes, 5 pulutan, 13 spesies 1, 23
putri malu, 3 tapak liman, 5 rumput pangola, 1 rumput fimbristilis, 19 rumput
menari, 15 rumput teki, dan 4 tanaman kacang-kacangan.
Adapun hasil analisis
vegetasi akhir yang dilakukan oleh kelompok enam di hutan edukasi kampus
Universitas Diponegoro diperoleh data pada
masing-masing ukuran transek. Pada transek ukuran 10 m x 10 m diperoleh data
sebanyak 2 pohon langsat. Pada transek ukuran 5 m x 5 m tidak ditemukan adanya
tiang. Pada transek ukuran 1 m x 1 m diperoleh data 4 Triumfeta pollutan, 8 Dismodium
sp., 6 kacangan, 15 rumput paitan, 3 Urenalobata
pollutan, 7 Hellium sp., 6 Lantana camara, 4 kirinyuh, 5 ahirantes
dan 1 Mimosa pudica.
Menurut
Soegianto (1994), penyebaran secara merata umum terdapat pada tumbuhan. Penyebaran
semacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat di antara individu-individu
dalam populasi, misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang. Lebih lanjut
dijelaskan oleh Kusmana dan Istomo (1995), bahwa penyebaran seragam (uniform)
mencerminkan adanya interaksi negatif antara individu seperti persaingan untuk
ruang dan unsur hara serta cahaya matahari. Pada daerah penelitian umumnya
ditemukan pola penyebaran seragam karena substrat pada daerah tersebut miskin
kandungan unsur haranya sehingga terjadi persaingan yang kuat antar individu
dalam populasi untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.
DAFAR
PUSTAKA
Kusmana, C. dan Istomo, 1995. Ekologi Hutan.
Laboratorium Kehutanan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Soegianto, 1994. Kualitas
Flora Pulau Kuta. Penerbit Widya Jaya. Departemen Managemen Hutan. Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
Gambar 5. Jenis Vegetasi Tanaman yang Ditemukan di Hutan Edukasi Kampus Universitas Diponegoro (Dokumen Pribadi).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar