HALIMAH BINTI MASDARI

Senin, 02 Juli 2018

Keanekaragaman Vegetasi Tanaman di Hutan Edukasi Kampus Universitas Diponegoro, Semarang


Keanekaragaman Vegetasi Tanaman di Hutan Edukasi Kampus Universitas Diponegoro, Semarang       

Gambar 1. Peta Lokasi Hutan Edukasi Kampus Universitas Diponegoro.

            Kampus hijau merupakan salah satu bentuk kepedulian Perguruan Tinggi terhadap lingkungan lingkungan kampus. Salah satu wujud untuk menciptakan kampus hijau yang ditempuh oleh Universitas Diponegoro adalah dengan memiliki kawasan hutan edukasi kampus yang asri dan nyaman. Prinsip gaya hidup hijau dengan slogan “Go Green” ini diusung Universitas Diponegoro untuk menanggapi isu global warming yang kerap kali muncul beberapa tahun belakangan ini.
            Hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro ini memiliki dwifungsi yakni berfungsi untuk lingkungan dan pendidikan. Fungsi hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro untuk lingkungan dinataranya; sebagai paru-paru lingkungan kampus Universitas Diponegoro dan lingkungan sekitarnya (penghasil oksigen), mencegah global warming dengan menyerap CO2 di udara, untuk mengurangi polusi dan pencemaran udara, tempat menyimpan air, pencegah banjir dan bencana lainnya, dan sebagai habitat flora dan fauna serta untuk melestarikan keanekaragaman hayati hutan Indonesia. Adapun fungsi hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro untuk pendidikan adalah sebagai sumber ilmu pengetahuan, untuk praktikum lapangan mahasiswa terkait mata kuliah lingkungan seperti mata kuliah ekologi, ekologi terestrial, biologi konservasi, pencemaran lingkungan, sistematika tumbuhan, dan lain-lain.
            Jumlah keanekaragaman hayati di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro sangat melimpah. Sebagai sampling, maka untuk mengetahui berbagai macam vegetasi tanaman yang tumbuh di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro dilakukan praktek lapangan analisis vegetasi keanekaragaman hayati tanaman yang tumbuh di kawasan hutan edukasi kampus. Berdasarkan analisis vegetasi yang dilakukan oleh 6 kelompok mahasiswa Biologi Universitas Diponegoro (termasuk juga penulis) di 6 stasiun titik di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro diperoleh data berbagai macam vegetasi tanaman yang tumbuh. Transek yang diukur ada 3 macam yaitu transek ukuran 10 m x 10 m (untuk analisis vegetasi pohon), transek ukuran 5m x 5m (untuk analisis vegetasi tiang), dan transek ukuran 1m x 1 m (untuk analisis vegetasi herba dan semak).

Gambar 2. Penulis di Hutan Edukasi Kampus Universitas Diponegoro (Dokumen Pribadi).

Hasil pengamatan analisis vegetasi oleh kelompok satu di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro diperoleh 3 jenis data pada masing-masing ukuran transek. Pada transek ukuran 10 m x 10 m diperoleh data 1 pohon jati. Pada transek ukuran 5 m x 5 m diperoleh data tanaman Uringlubata sp. Sebanyak 10, Bangle sebanyak 3, tanaman jarong sebanyak 2, Trium feta  sebanyak 20, tanaman kirinyuh sebanyak 5, tapak liman sebanyak 4, putri malu sebanyak 24, dan kacangan sebanyak 6. Sedangkan pada transek 1 m x 1 m tidak ditemukan adanya semak maupun herba.

Gambar 3. Pengukran Transek (Dokumen Pribadi).

       Adapun hasil pengamatan analisis vegetasi oleh kelompok dua di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro diperoleh 3 jenis data pada masing-masing ukuran transek. Pada transek ukuran 10 m x 10 m diperoleh sebanyak 24 tanaman johar. Pada transek ukuran 5 m x 5 m diperoleh data sebanyak 6 tanaman jorong, 15 tanaman pulutan, dan 3 tanaman Trium feta. Pada transek ukuran 1 m x 1 m diperoleh data sebanyak 12 rumput teki dan 5 rumput pangola.

Gambar 4. Pengukuran Transek (Dokumen Pribadi)

Sedangkan hasil pengamatan analisis vegetasi oleh kelompok tiga di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro diperoleh data pada masing-masing ukuran transek. Pada transek ukuran 10 m x 10 m diperoleh data tanaman johar sebanyak 2. Pada transek ukuran 5 m x 5 m tidak ditemukan adanya tiang. Pada transek ukuran 1 m x 1 m diperoleh data sebanyak 4 tanaman putri malu, 1 kembang landep, 16 pulutan, 6 sidaguri, 10 tanaman jarong, 2 pacing, 1 tanaman Emilia ahirantas, 5 tanaman borafia, dan 18 tanaman paitan.
Hasil pengamatan analisis vegetasi oleh kelompok empat di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro diperoleh data pada masing-masing ukuran transek. Pada transek ukuran 10 m x 10 m tidak ditemukan adanya pohon. Pada transek ukuran 5 m x 5 m tidak ditemukan adanya tiang. Pada transek ukuran 1 m x 1 m diperoleh data sebanyak 4 putri malu, 5 agratum, 16 spesies 5, 1 spesies 6, 1 leng-lengan, 53 rumput gajah, 3 rumput teki, 24 rumput belalang, dan 16 rumput kenop.
Adapun hasil pengamatan analisis vegetasi oleh kelompok lima di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro diperoleh data pada masing-masing ukuran transek. Pada transek ukuran 10 m x 10 m diperoleh data sebanyak 2 pohon johar. Pada transek ukuran 5 m x 5 m tidak ditemukan adanya tiang. Pada transek ukuran 1 m x 1 m diperoleh data 10 boraria, 2 jorong, 1 sidaguri, 1 ahirantes, 5 pulutan, 13 spesies 1, 23 putri malu, 3 tapak liman, 5 rumput pangola, 1 rumput fimbristilis, 19 rumput menari, 15 rumput teki, dan 4 tanaman kacang-kacangan.
Adapun hasil analisis vegetasi akhir yang dilakukan oleh kelompok enam di hutan edukasi kampus Universitas Diponegoro diperoleh  data pada masing-masing ukuran transek. Pada transek ukuran 10 m x 10 m diperoleh data sebanyak 2 pohon langsat. Pada transek ukuran 5 m x 5 m tidak ditemukan adanya tiang. Pada transek ukuran 1 m x 1 m diperoleh data 4 Triumfeta pollutan, 8 Dismodium sp., 6 kacangan, 15 rumput paitan, 3 Urenalobata pollutan, 7 Hellium sp., 6 Lantana camara, 4 kirinyuh, 5 ahirantes dan 1 Mimosa pudica.
Menurut Soegianto (1994), penyebaran secara merata umum terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat di antara individu-individu dalam populasi, misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang. Lebih lanjut dijelaskan oleh Kusmana dan Istomo (1995), bahwa penyebaran seragam (uniform) mencerminkan adanya interaksi negatif antara individu seperti persaingan untuk ruang dan unsur hara serta cahaya matahari. Pada daerah penelitian umumnya ditemukan pola penyebaran seragam karena substrat pada daerah tersebut miskin kandungan unsur haranya sehingga terjadi persaingan yang kuat antar individu dalam populasi untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.

DAFAR PUSTAKA
Kusmana, C. dan Istomo, 1995. Ekologi Hutan. Laboratorium Kehutanan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soegianto, 1994. Kualitas Flora Pulau Kuta. Penerbit Widya Jaya. Departemen Managemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Gambar 5. Jenis Vegetasi Tanaman yang Ditemukan di Hutan Edukasi Kampus Universitas Diponegoro (Dokumen Pribadi).






Tidak ada komentar :