HALIMAH BINTI MASDARI

Jumat, 20 Maret 2015

TUHANKU ADALAH BACK-UP KU


                                         

Perjuangan yang berlika-liku, pernahkah engkau merasakannya?...Kau tahu dibalik sosok yang tegar sekalipun sebenarnya tak jarang ia memendam tangis dan sedihnya. Ia hanya ingin orang-orang di sekitarnya melihatnya sosok periang, meski sebenarnya hatinya sedang bersedih. Inilah kisahku…kisah tentang sebuah perjuangan yang penuh derai air mata…perjuangan yang selalu dengan harapan pada Tuhan semata…perjuangan yang membuatku tak bisa melupakannya sepanjang hayatku in syaallah.
            Dan inilah hal-hal yang membuatku tak dapat melupakannya sepanjang hidupku:
1.      Perjuangan Ketika Melihat SNMPTN Tulis
Dulu tepat tahun 2012, saat teman-teman bisa melihat pengumuman SNMPTN tulis…cukup aku yang tak bisa diantara teman-teman satu sekolahan. Diantara teman-temanku kelas XII IPA-2 yang mengikuti SNMPTN tulis, mereka bisa melihat pengumumannya va online…tinggal memasukkan nomor pendaftaran SNMPTN dan password-nya adalah tanggal lahir masing-masing.
Aku tiadalah pantang menyerah…aku mencoba hingga puluhan bahkan ratusan kali didepan komputer diwarnet. Waktu itu pagi ditemani adekku (Dek Afi), kami berboncengan naik sepeda mini sekitar 10 km dari rumah kami menuju warnet. Iya waktu itu warnet letaknya di kecamatan, hingga untuk sampai disana aku perlu mengayuh sepeda berjarak segitu. Bagiku itu adalah hal biasa kulakukan. Dan disinilah kesabaranku diuji. Sudah berulang kali bahkan sudah berpuluh-puluh kali aku membuka pengumuman, nomor pendaftran yang aku masukkan benar, password tanggal lahirku juga benar…tetapi selalu di web tertera “PASSWORD ANDA SALAH”. Karena merasa tanggal lahirku benar, akupun bingung…dan yang membuatku oon….aku mencobana hingga puluhan kali hingga siang. Sambil menunggu bisa…aku sms-an dengan teman-temanku,dari mayoritas yang kukenal mengatakan tidak lolos SNMPTN. Dan itu membuatku semakin deg-degan.
Akhirnya dengan muka yang penuh air mata, aku tak dapat menhaan tangisku…tangisku jebol tanpa suara tapi air matanya membanjijiri pipiku. Saat aku menangis, adekku memegang tanganku dan mengatakan:
“Mbak ampun nangis mbak, aku yakin meskipun tidak bisa dibukan mbak in syaallah nant bisa buka. Ampun nangis mbak, isin…disini banyak orang”.
“Iya dek…tapi aku yakin sepenuhnya in syaallah aku ketrima aku bisa ngerjakan soal-soal SNMPTN-nya dek. Tapi kenapa buat lihat pengmuman password mbak salah terus dan ndak bisa lihat….bahkan samapai sekarang mbak beum bisa tahu kepastiannya apakah mbak diterima ataukah tidak Padaal kau tahu mbak mencobanya sudah berkali-kali bahakan puluhan kali…sampai akhirnya air mata ini jebol”.
“Mbak yang sabar mbak”.
Karena mencoba berulang kali gagal, toh juga sudah berjam-jam dar pagi hingga siang kami di warnet, akhirnya aku memutuskan pulang ke rumah dengan hasil nihil tanpa kepastian diterima ataukah tidak. Malamnya akupun mengajak Bapak ke wrnet hingga larut malam, hasilnya nihil. Kesokan harinya akupun kembali ke warnet hingga siang…namun hasilnya tetap saja NIHIL dan tertulis ‘PASSWORD yang tertera salah”. Aku tiada pantang menyerah, ditemani derai air mata…aku masih tetap mencobanya hingga berhari-hari, namun hasilnya selalu NIHIL dan itu membuatku sedih. Berhari-hari aku diam, menyendiri, menangis, dan aku hanya membantu orangtua slebihnya aku pakai menyendiri, berdoa dibarengi tangis hingga tertidur.
Alhamdulillah temanku dan Mas Yusuf membantu mencari info tentang engumuman SNMPTN di koran kompas. Alhamdulillah mereka menemukan namaku tertera diterima di jurusan Biologi UNDIP. Suatu kebahagiaan tersendiri bagiku, alhamdulillah aku diterima di UNDIP. Permasalahan tak henti sampai disini. Persyaratan selanjutnya bagi yang diterima adalah melakukan registrasi online menggunakan nomor pendaftaran SNMPTN dan passwordnya juga tanggal lahirnya. Disinilah aku kembali menemukan kendala, sebagaiamana ketika membuka pengumuman SNMPTN tulis, aku tidak dapat registrasi online karena password yang akumasukkan salah.
Aku mencobanya berkali-kali, sudah seperti tukang warnet…pagi, siang dan malam aku mengunjungi warnet dan hasilnya NIHIL tetap saja passwordnya salah. Akhirnya aku memutuskan ke Semarang untuk memastikan aku diterima ataukah tidak. Aku tiada pantang menyerah, hingga aku ke Semarang. Aku ke Semaang seorang diri, iya sebatang kara tanpa ditemani ayah…aku dititipkan tetanggaku yang berada di Semarang. Bapakku tidak memiliki uang yang cukup jika kami berdua harus ke Semarang.
Dengan bermodalkan nekad…aku ke Widya Puraya (WP) dan Rektorat UNDIP. Aku mengurus seorang diri, menemui pegawai WP, di situ aku menemui seorang Bapak alhamdulillah aku benar di terima di UNDIP jurusan biologi, untuk tanya password aku bisa tanya ke rektoran bagian registrasi. Lalu aku seorang diri menuju ke rektorat di lantai 1 dan dari lantai 1 itu pegawainya melemparku ke lantai 2, namun hasilnya NIHIL. Dengan mudah seorang pegawai wanita mengatakan:
“Mbak…mbak sudah ketrima di UNDIP, mbak untuk registrasi online ya dicoba diwarnet mbak. Tunggu saja sampai satu minggu kalau tidak bisa kembali kesini lagi”, jawabnya dengan enteng.
Mungkin ibunya tidak mengerti bahwa jarak Blora ke Semarang bukanlah perjalanan yang dekat jika ditempuh dengan bus. Untuk kembali kesanapun perlu biaya tidak semurah naik angkot dari pasar ke rumah. Akupun patuh padanya, aku membuktikannya ternyata dalam satu minggu aku masih tidak bisa registrasi online. Akhirnya akupun nekad ke Semarang dengan Nurul. Kami meginap di Kos mbak Umi, kakak sanlat kami. Aku kembali ke rektorat, seperti semula aku dilempar kesana-kemari sama pegawainya, hingga aku letih dan berhenti  di lantai 2 rektorat. Disitu mataku sudah berkaca-kaca rasanya air mata ini sudah mau jebol, dan kutahan untuk keluar. Alhamdulillah di lantai satu diruang IT kami bertemu dengan Pak Wahyu. Pak Wahyu sangat baik, dan aku sangat mengingatnya. Beliau membantuku langsung menelfon Ibu-Ibu yang mengurusi bagian registrasi. Beliau meminta agar aku segera diurus, jangan dilempar-lempar lagi kan hanya pengen tahu password saja. Beliau juga memarahi ibu-ibu yang waktu itu memintaku satu minggu untuk kembali ke rektorat.
“(Nama Ibu itu)…eh iki bocah ndang diladeni, ojo dilempar lempar, mesakke adoh-adoh ko Blora. Masamu Blora semarang dekat apa, kamu suruh seminggu lagi kesini. Bukain, lihatin Passwordnya,” perbincangan beliau pada temannya yang melemparku ke sana kemari.
Pak wahyu orangnya baik, alhamdulillah lalu kami diminta kembali menemui Ibu tersebut. Dan setelah ditelfon Pak Wahyu langsung dibukakan. Ya Allah ternyata buka nggak ada 5 menit bisa, kenapa harus dilemar-lempar dan diminta seminggu lagi kesini, ibunya tega. Ah sudahlah…ternyata passwordku salah yang ditulis saat pendaftaran bukan 07 April 1994 melainkan 07 Januari 1994. Aku sadar dan teringat, waktu pendaftaran SNMPTN aku sakit karena baru jatuh dari tangga. Pendaftaran SNMPTN tulis aku dibantu panitia sanlat, untuk pengisian jurusan aku dibantu kakak kelas dan aku tak tahu ternyata data yang dimasukkan salah. Waktu itu dia menulis tanggal lahirku salah tanpa crosscheck dulu denganku dan langsung disubmit, sementara jurusannya…sebenarnya aku juga belum suka, karena juga ngawur…pilihan pertama biologi UNDIP, pilihan kedua dipilihkan manajemen perairan UNDIP (padahal aku tidak bisa berenang).
Ya sudah ini pelajaran berharga bagiku, tiada yang disalahkan…terimakasih untuk kakak kelas yang sudah membantuku mendaftar SNMPTN ketika aku sakit. Pelajaran berharga bagiku, kalau input data yang benar.
2.      Perjuangan Mencari Kos
Perjuangan terus melaju, sekarang yang menjadi masalahku adalah sampai saat detik-detik menjelang verivikasi, pengumuman seleksi beasiswa bidikmisipun belum ada, aku semakin kawatir bagaimana aku bisa kuliah jika aku tidak mendapatkan beasiswa, mana mungkin orangtuaku mampu membiayainya?, untuk makan saja harus kerja mati-matian apalagi biaya melanjutkan perguruan tinggi yang super mahal. Sedangkan yang kuharapkan satu-satunya adalah beasiswa bidikmisi apalagi aku sudah tidak lolos beastudi etos. Aku sendiri bingung, padahal dari tahap awal sampai tahap akhir yaitu SNMPTN aku selalu lolos tahap seleksinya, lah kog aku tidak ketrima beastudi etos, teman-temankupun pada kaget termasuk juga aku. Ada apa ini, apa ada yang salah dengan sistemnya, ya sudahlah mungkin ini bukan rizkiku semoga Allah berikan pengganti rasa kecewaku dengan hal yang lebih baik. Aamiin.
Saat verifikasi, tepatnya setelah aku mengumpulkan semua berkas bidikmisi, aku  memberanikan diri konsultasi masalahku pada salah satu dosen, beliau adalah Ibu Sriyati bagian registrasi. Aku menceritakan padanya mulai dari awal keinginanku untuk kuliah sampai aku lolos SNMPTN, perjuangan yang begitu panjang untuk meyakinkkan orangtua agar mendukung meskipun tidak ada biaya. Kemudian karena aku sudah bingung, orangtuaku tidak mempunyai uang yang cukup untuk biaya mencari kos, sedangkan aku harus mendapatkan tempat tinggal di Tembalang selama proses belajar di undip. Akhirnya aku memutuskan memberanikan diri menawarkan pada dosen bahwa aku mau kerja apapun membantu kegiatan rumah tangga Pak/ Bu dosen, yang penting saya mendapatkan tempat tinggal dan makan selama proses belajar di undip, toh juga SPP sudah gratis karena aku mendapatkan beasiswa.
            Aku kemudian diajak Bu Sriyati menemui Pak Arif bagian tata usaha undip, Bu Sriati menceritakan perihalku padanya. Pak Arif tersentuh akan perjuanganku, kemudian beliau menelfon istrinya meminta ijin untuk mengajak saya tinggal di rumahnya, dan Alhamdulillah istrinya menyetujuinya. Tetapi disini terjadi hal lain, Pak Ipung dosen bagian humas, memanggilku dan beliau menyarankanku jangan ikut orang lain terlebih dahulu, katanya nanti saya konsen belajarnya akan terganggu karena ikut orang pasti mempunyai rasa pekewuh, dan saya akan lebih konsen ke kerja, sementara kuliah banyak tugasnya, beliau takut saya akan keteteran.
Pak Ipung kemudian menelfon Pak Warsito ( Pembantu Rektor III yang mengurusi bagian kesejahteraan mahasiswa ), beliau menceritakan perihalku pada Pak Warsito. Lalu, aku diminta Pak Ipung menemui Pak Warsito di rektorat. Sebelum ke rektorat aku terlebih dahulu mengambil jas paket maba undip dan foto untuk KTM ditemani Pak Arif. Sebelum saya ke rektorat Pak Arif sempat berkata, “ Nduk, keputusan ada di tangan kamu, kamu mau nanti jadi ikut saya atau tidak terserah kamu, rumah saya terbuka lebar untuk kamu, ya nanti dipertimbangkan dulu, Bapak juga sudah pernah menolong  enam mahasiswa yang sama halnya seperti kamu sampai lulus sarjana, keputusan terserah kamu nduk, nanti dipertimbangkan dulu yah”. Kemudian aku menjawab, “ Ya Pak, nanti akan saya pertimbangkan, terimakasih atas kebaikan Bapak yang mengizinkan saya untuk tinggal di rumah Bapak”.
            Aku lalu pergi ke rektorat ditemani oleh Mbak Riza, karena aku belum tahu tempat rektorat dimana. Oh ya Mbak Riza adalah mahasiswa biologi angkatan 2011 yang ikut mendirikan stand-stand didepan gedung Prof. Sodharto untuk menyambut kedatangan mahasiswa baru jurusan biologi dengan memperkenalkan biro-biro yang ada pada jurusan biologi. Mbak Riza menemaniku ke rektorat atas perintah Pak Ipung. Sesampai di rektorat aku lalu menemui Pak Warsito, dan sebelumnya mohon ijin terlebih dahulu pada assistant Pembantu Rektor III. Setelah dipersilahkan menemui Pak Warsito, lalu aku masuk ruangan Pak Warsito. 
Di ruangan tersebut, beliau bertanya padaku mengenai perihalku yang keberatan masalah biaya untuk mencari kos. Berliau bertanya padaku, “ Apakah kamu mahasiswa bidikmisi?”. Lalu aku menjawab bahwa aku adalah mahasiswa bidikmisi. Kemudian beliau memintaku agar tinggal di rusunawa ( Rumah Sewa Sederhana Mahasiswa ), nanti pembayarannya dipotong dari uang biasiswa bidikmisi yang Rp600.000,00/ bulan. “ Tapi Pak, saya kan belum positif menjadi mahasiswa bidikmisi, soalnya belum pengumuman?,” tanyaku. “ Tidak usah kawatir, insyaAllah kamu sudah pasti lolos beasiswa bidikmisi”, jawabnya.
Alhamdulillah hatiku sedikit lebih tenang, selanjutnya Pak Warsito menelfon Pak Gerry (Pengelola Rusunawa), beliau memesankanku satu kamar untuk tinggal di rusun. Aku kemudian diminta Pak Warsito ke rusunawa, akupun pamit pada beliau dan langkahku selanjutnya yaitu menuju ke rusunawa untuk menemui Pak Geri yang ditemani Mbak Riza. Ketika aku sampai di rusunawa, dengan segera aku langsung menemui Pak Gerry, beliau memintaku mengisi data penghuni rusun yang harus dilengkapi dan menunjukkan padaku kamar yang nantinya akan saya tempati ketika sudah masuk kuliah.
Sesudah itu, kemudian saya pulang ke Blora. Sebelum pulang saya mengirim pesan ke dosen yang membantu saya ( Bu Sriati, Pak Arif, Pak Ipung) untuk mengucapkan terimakasih atas bantuannya dan memberitahu mereka bahwa saya jadinya mendapatkan kos di rusunawa dengan biaya Rp200.000,00/ bulan dipotongkan dari uang bidikmisi yang Rp600.000,00 yang akan saya terima tiap bulan nantinya. Setelah itu, saya pulang ke Blora dan menjalani liburan (tenggang waktu antara verifikasi sampai masuk kuliah) dengan membantu orangtua kerja di sawah.
3.      Perjuangan Bertaham Hidup di Semarang
Tanggal 3 September, aku masuk kuliah untuk mengikuti upacara  penerimaan mahasiswa baru oleh universitas. Mulai hari itulah sampai seterusnya aku tinggal di rusunawa. Dalam kamar yang aku tempati satu kamar diisi tiga mahasiswa, aku, Meidia (temanku dari Demak dari Fakultas FKM), Endah (temanku dari Jawa Barat dari Fakultas Ekonomi). Kami bertiga hidup bagaikan saudara, saling perhatian, saling menolong, dan saling bekerja sama.
Kehidupan di undip tak semurah kehidupan di Blora dulu, hampir semuanya serba mahal. Mengandalkan uang dari orangtua saja tidaklah cukup karena kiriman dari orangtuaku tidaklah seberapa, sementara uang beasiswa juga belum cair masih bulan Desember. Untuk menutupi kekurangan biaya kehidupan sehari-hari dan kebutuhan kuliah, maka saya memutuskan untuk mencari pekerjaan part time.
Pertama, aku mencoba melamar di bimbel menawarkan diri untuk menjadi tentor SMA, awalnya diterima namun karena aku tidak mempunyai kendaraan motor sendiri akhirnya aku ditolak. Aku tak menyerah begitu saja, aku mencoba pada bimbel yang lain, namun aku ditolak lagi karena alasan yang sama. Aku tetap masih tetap mencoba bimbel lain lagi, namun hasilnya tetap nihil ditolak dengan alasan yang sama. Sungguh, mencari pekerjaan memanglah sulit apalagi jika tidak mempunyai kendaraan, hamper semua bimbel mensyaratkan untuk mempunyai kendaraan sendiri.
Endah, teman sekosku menyarankanku untuk berjualan makanan ringan kering yang tahan lama. Bersama dengannya aku membeli makanan ringan untuk aku jual. Pertama aku menawarkan daganganku pada teman-temanku sesama anak penghuni rusun(rusunawa terdiri dari empat lantai, jadi penghuninya banyak). Alhamdulillah danganku laku semua laris dibeli anak rusun. Hari kedua, akupun menjual dangangan yang sama ditemani Endah, alhamdulillah laku semua. Hari ketiga ketika aku mau membeli barang dagangan, ternyata kata temanku yang lain, ia mengatakan bahwa penghuni rusun dilarang berjualan. Akhirnya aku tetap membeli makanan ringan, namun tidak aku jual di rusun melainkan di kampusku.
Kenyataan pahitpun menimpaku, selera anak di kampusku berbeda dengan teman-temanku di rusun, daganganku tak laku dan akupun membawa daganganku kembali ke kos. Keesokannya, dagangan sisa kemarin tidak laku, aku bawa kekampus lagi, namun hasilnya masih sama tidak laku. Akhirnya aku mengambil jalan lain terpaksa jualanku aku makan sendiri sebagai lauk makan. Sejak kejadian itulah aku tak mau berjualan lagi, karena aku sudah mengalami kerugian.
Sementara itu, seiring dengan berjalannya waktu, uang pemberian dari orang tuaku sudah mau habis. Aku memutar otakku, bagaimana caranya agar aku bisa tetap bertahan disini. Aku mencari lowongan kerja part time, namun tidak ada. Kemudian aku terus mencari dan mencari, sampai akhirnya aku menemukan brosur lowongan kerja menjadi operator laundry. Aku ditemani oleh Dyah Ayu (teman sejurusan biologi, sekaligus teman dari  satu SMAku) pergi melamar kerja ke tempat tersebut. Tak semudah yang kubayangkan, kukira ketika melamar aku langsung diterima dan bisa langsung kerja, ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Aku diminta menulis nama beserta nomor HPku oleh Ibu pemilik laundry tersebut, lalu aku dites disuruh menyetrika baju sebanyak satu tas plastic kurang lebih 4 kg. Aku lumayan kebingungan, karena tanpa diberi pengarahan langsung disuruh menyetrika, yup…tidak apa-apa dan aku mengerjakan itu sebisaku.
Setelah selesai menyetrika aku diperbolehkan pulang, sedangkan pemberitahuan aku diterima kerja ataukah tidak akan dikirim melalui via sms. Sungguh, kenyataan pahit sedang berpihak kepadaku, aku tidak diterima kerja di laundry tersebut karena hasil setrikaanku kurang rapi dan terlalu lama mengerjakannya. Saat membaca sms tersebut, rasanya hati ini tak kuasa menahan tangis, apalagi keuanganku sudah sangat minim. Dikos aku terdiam merenung, mataku sudah berkaca-kaca dan aku semakin kebingungan karena uangku hanya cukup untuk makan dan hidup disini sekitar satu mingguan, lalu bagaimana selanjutnya aku bisa bertahan disini jika tidak mendapatkan pekerjaan dan orangtuaku tak mampu mengirimiku uang.
Endah, sahabatku di kos tidaklah tinggal diam melihat aku yang sedih kebingungan mencari lowongan pekerjaan. Dia menyematiku dan membantuku mencari lowongan pekerjaan melalui media social twitter. Ditwitter dia menemukan ada lowongan pekerjaan untuk menjadi operator di “BOY Laundry”, kemudian ia memberitahukan hal itu kepadaku. Aku tak mau gagal dengan alasan yang sama ketika aku melamar kerja di “ SALWA Lauundry”, maka dari itu, aku dengan bantuan dari temanku yang bernama Vela berlatih bagaimana menyetrika yang rapi tetapi dengan waktu yang efisien. Setelah usai berlatih, barulah keesokan harinya setelah pulang dari kuliah, sekitar jam 12.00 aku berangkat ke alamat “ BOY Laundry” untuk melamar bekerja di tempat tersebut. Alhamdulillah, kali ini keberuntungan sedang berpihak kepadaku, aku diterima kerja di tempat tersebut dan bia langsung kerja mulai hari itu.
Aku merasa senang dengan pekerjaan itu, meskipun gajinga hanya Rp10.000,00/ hari dengan jam kerja dari jam 13.00 sampai jam 18.00, tetapi aku sangatlah bersyukur paling tidak bisa membantu untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari. Setelaih kurang lebih satu minggu bekerja di “ BOY Laundry”, keadaan berubah aku yang mulanya tiap kuliah hanya samapai jam 12.00, berubah menjadi sami kurang lebih jam 16.00  (ada pratikum full satu hari selama empat hari berturut-turut dari senin sampai kamis selama semester gasal ). Akupun kebingungan, bagaimana agar caranya aku bisa bekerja tetapi akademikku juga lancar. Yah jalan satu-satunya aku tetap kerja di “ BOY Laundry” namun pulangnya  malam. Hal itu aku lakukan selama dua minggu, dengan kerepotan aku menjalaninya mulai membagi waktu kuliah, pratikum, kerja dan lembur membuat laporan pratikum yang tebalnya seukuran karya tulis tetapi ditulis tangan setiap malamnya. Bahkan untuk tidur saja dalam sehari semalam kurang lebih hanya 3-4 jam saja, meski demikian aku tetap bersyukur karena aku dapat mengumpulkan tugas kuliah dan laporan pratikum ontime serta hasilnya cukup memuaskan.
Setelah melihat keadaanku yang keributan dan terlihat kecapean antara kerja di laundry dan kuliah, ada seorang temanku yang menyarankanku untuk lebih baik berhenti kerja di tempat tersebut, dan mencari pekerjaan lain yang gajinya lumayan banyak serta waktunya tidak terlalu lama. Ia menyarankanku untuk berjualan kue basah di kampus. Awalya aku menolak, aku masih takut kalau tidak laku seperti dulu. Dengan sabar dan santai lalu ia menjelaskan padaku, ya memang dalam dunia usaha itu pasti ada laba ada rugi, tetapi kita tidak boleh menyerah begitu saja. Ia mengajarkanku sebelum berjualan aku harus survey makanan apa yang menjadi selera anak kampus dan harganya terjangkau, insyaAllah dengan cara demikian maka dagangan kita akan laku semua. Saran yang ia berikan aku lakukan, Alhamdulillah daganganku laku semua, awalnya aku modal sedikit terlebih dahulu tetapi setelah melihat keadaan bahwa jualanku laku terus, akhirnya sedikit demi sedikit aku selalu menambah kuota jumlah kue basah yang aku jual. Yah inilah solusi terbaik, bisa kuliah sekaligus bisa kerja untuk kebutuhanku hidup disini, yup…ibarat pepatah mengatakan sekali dayung dua pulau terlampaui.
Aku tak hanya mengandalkan untung dari menjual kue basah saja, karena disini untungnya hanyalah tak seberapa masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ditambah lagi harus beli kertas dan polpen serta kebutuhan lain peralatan tulis untuk menyusun laporan tiap harinya. Aku masih mencari-cari bimbel yang mau menerima aku untuk menjadi tentor, dan memberiku murid anak derah Tembalang yang bisa terjangkau olehku meskipun aku tidak mempunyai motor. Akupun melamar menjadi tentor SMA di bimbel “ Smart Moslem”, dan alhamdulullah diterima namun juga harus menunggu ada murid daerah Tembalang sampai kurang lebih tiga minggu, barulah aku diberikan murid anak daerah Tembalang. Mulai sejak itu, aku harus pinter-pinter memanage waktuku.
 Tiap jam 03.00 aku sudah bangun, sholat lalu belajar sebentar sampai jam 04.00. Jam 04.30-05.00 aku memasak nasi, lalu jam 05.00-05.15 aku mandi dan gosok gigi. Jam 05.30 aku berangkat kuliah, sekaligus sebelum berangat kuliah jalan kaki terlebih dahulu untuk membeli kue basah yang nantinya akan aku jual di kampus. Mulai dari jam 07.00-12.00 aku belajar di kampus, kemudian dari jam13.00-16.00 aku mengikuti pratikum. Usai sholat asar, mulai dari jam 16.20-18.00 aku mengajar menjadi tentor. Usai solat magrib di rumah adek yang aku les-in, aku langsung kembali ke kos, makan malam istirahat sebentar sekitar 15 menit lalu nglembur megerjakan laporan yang harus kukumpulkan esoknya sampai kurang lebih jam 00.30. Barulah setelah itu aku tidur.
Kegiatan itu aku lalui sampai kurang lebih awal Desember. Sejak awal Desember aku disarankan dosenku untuk lebih menjaga kesehatan, terlebih lagi aku sering pingsan. Pernah pada suatu saat ketika pratikum kimia dasar, karena aku sudah letih aku pigsan dan terjatuh dari kursi tempat dudukku. Aku tak sadar selama kurang lebih tiga jam di lantai 3 laboratorium kimia dasar. Aku diagkat teman-temanku dan dibantu para dosen, dibawa ke lantai 2 ke tempat dosen yang lebih aman. Salah satu dari teman dekatku, mengetahui bahwa aku mempunyai penyakit asma. Lalu aku segera dibelikannya tabung oksigen dan dihirupkan ke mulutku. Alhamdulillah aku tersadar,  setelah sadar aku diminta istirahat menidurkan badanku terlebih dahulu barulah setelah itu diantar pulang ke kos.
Sejak awal Desember sampai Januari, aku berhenti kerja karena aku sering pingsan, tak hanya di kampus tetapi juga di kos. Aku juga mengundurkan diri ke Bosku di bimbel untuk berhenti kerja dan konsen terlebih dahulu ke pekerjaanku. Ketika itulah aku mulai hati-hati, makan harus teratur serta istirahat  harus cukup. Ketika aku sudah berhenti kerja, konsentrasiku hanyalah tinggal pada kuliah saja, sedangkan masalah biaya alhamdulillah uang bidikmisi sudah cair tepat ketika aku sudah berhenti kerja. Tanggal 02 Januari sampai 14 Januari aku menjalani UAS semester satu, aku mengatur strategi bagaimana caranya agar belajarku bisa focus dan hasilnya IP yang cukup memuaskan. Alhamdulillah ketika IP keluar hasilnya lumayan memuaskan, tidak terlampau jauh dari targetku yaitu 4 dan IP semester pertama yang kudapatkan adalah 3,95. Alhamdulillah IP ku lumayan bagus, termasuk cumlaude, ke depannya aku harus lebih giat lagi agar bisa mencapai target.
Perjalanan tak henti sampai di sini saja, liburan selama 1,5 bulan menjelang semester II, aku manfaatkan untuk kerja di Café sebagai waiter pada siangnya, sedangkan malamnya aku gunakan untuk ngelesin anak di SMA di daerah Tirtoagung dekat Poltekkes Semarang. Aku hanya pulang beberapa hari saja ke kampung halaman di Blora karena aku ingin mandiri yakni membantu meringankan beban orangtuaku. Apalagi aku pernah berjanji, bahwa suatu saat nanti aku akan membatu membiayai biaya sekolah adekku, yups…biasanya aku memanggilnya dek ida. Kalau dibilang kangen, tentu pasti aku teramat kangen dengan orangtua dan adek, dalam satu semester saja aku jarang pulang bahkan hanya sekali pulang ke Blora, ketemu adekpun sangat jarang karena Ia mondok di Pesantren di Sarang, Kab. Rembang, daerah pesisir dekat Kab. Tuban. Dalam satu tahun, biasanya aku bertemu adek 2 kali, yakni ketika lebaran dan ketika maulud, itupun jika aku pulang kampong di Blora.
Pengalaman semester 3, aku sempat kerja menjadi Store Keeper di Toko Sepatu. Aku hanya mampu bertahan 3 hari karena beragkatnya jam 08.00 pagi pulangnya jam 21.00, sedangkan gajinya hanya 250 ribu perbulan ditambah bonus hasil penjualan dibagi jumlah karyawan. Mungkin pendapatan besih sebesar 500/bulan. Menurutku bekerja 13 jam dengan gaji dibawah 20.000 itu teramat rendah, akhirnya aku mengundurkan diri dan hingga sekarang aku bekerja sebagai tentor (guru les). Pekerjaan ini menurutku yang paling cocok dibandingkan dengan yang lain. Alhamdillah dengan uang hasil ngelesin, hasil biasiswa bidikmisi aku bisa bertahan di UNDIP Mandiri. Bahkan uang hasil kerjaku masih bisa kau gunakan untuk modal mengikuti lomba-lomba dan alhamdulillah uang lomba-lomba sebagian bisa aku kirimkan ke orangtua, adek dan sebagian lagi bisa untuk yang membutuhkan.
Sejak semster 1 hingga semester 6 alhamdulillah aku sudah mengajar banyak anak:
a.       Semester 1 aku mengajar 3 anak (kelas X SMA 9 Semarang,anak kelas XII-IPA dari SMA 3 Semarang dan anak kelas XII-IPA dari SMA 9 Semarang). Alhamdulillah hasilnya nilai mereka meningkat. Sempat berhenti mengajar karena sakit.
b.      Semester 2 aku mengajar 4 anak (Semuanya anak SMA kelas XII-IPA SMA 9 Semarang). Alhamdulillah nilai ulangan harian mereka bagus dan  nilai UN merekapun bagus, dan keluarganyapun suka denganku.
c.       Semester 3 aku mengajar 5 anak (kelas 4 SD, kelas XI SMK Penerbangan, 2 anak Kelas IX SMP, dan 1 anak kelas VI SD).
d.      Semester 4 aku mengajar 10 anak (kelas XI SMK Penerbangan Semarang, Kelas 4 SD, Kelas VI SD, 2 anak kelas IX SMP, Kelas X SMA 6 Semarang, Kelas XI SMA 5 Semarang, Kelas X SMA 1 Semarang, Kelas XII SMA 8 Semarang, Kelas IX SMP 12 Semarang). Namun karena kepentingan menjaga kesehatan aku mengundurkan diri pada 4 anak, dan yang aku les-in hanya 6 anak.
e.       Semester 5 aku mengajar 7 anak juga, sebenarnya tiap tahun tawaran mengajar meningkat tetapi terbatas karena aku jua perlu menjaga kesehatanku. Yang aku terima 7 anak (kelas VII SMP 11 Semarang, Kelas IX SMP 21 Semarang, Kelas IX SMP 12 Semarang, Kelas VIII SMP AL AZAR Semarang, Kelas X SMA 9 Semarang, Kelas IX SMP Hidayatullah Semarang).
f.       Semester 6 aku mengajar 5 anak, aku memilih sedikit karena aku jua perlu menjaga keseshatanku, memikirkan penelitianku, memikirkan PKM-ku yang lolos, memikirkan KKN dan aku jua perlu mengikuti lomba-lomba. Anak yang kuajar yaitu (Kelas IX SMP 21 Semarang, Kelas X SMA 9 Semarang, Kelas IX SMP Hidayatullah Semarang, Kelas VII SMP Mardisiswa Semarang, Keas XII SMA 1 Semarang).
Aku bersyukur pada Allah SWT, karena meskipun orangtuaku tak bisa memberiku uang kuliah aku masih diberikan izin untuk mengenyam pendidikan tinggi hingga semester ini. Alhamdulillah aku bisa kuliah, aku bisa mengirim hadiah keil ke orangtuaku dn adekku, dan ketika mendapatkan hadiah lomba yang lumaya banyak juga bisa aku bagikan pada adek-adek panti atau aku sedekahkan ke yang butuh jua. Alhamdulillah meskipun aku sendiri dari keluarga yang sangat kekurangan, Allah berikan aku rizki yang cukup untuk bertahan disini.  Banyak pertanyaan yang mnghampiri:
“Nggak capek apa mbak, kerja, kuliah, lomba, peneitian?”
Dengan tegas aku jawab, aku juga manusia dan aku juga capek. Tetapi apa daya, itu adalah jalan hidupku, melalui hal itu aku bisa bertahan di UNDIP, melalui hal itupula aku bisa perlahan merealisasikan janjiku. Mohon doanya saja semoga aku bisa merealisasikan janji-janjiku untuk keluarga, saudaraku, dan yang bisa aku bantu atas izin Tuhanku.
4.      Pengalaman Ditipu
Buat teman-teman yang dari desa, mungkin bisa dibilang seperti saya...yang jarang keluar rumah dari kecil sampai SMA kecuali keluar rumah untuk sekolah dan bekerja membantu orangtua berhati-hatilah. Apalagi jika kalian sangat polos, itu bisa berbahaya. Selama kuliah sejak semester I sampai 4 aku sering mendapatkan musibah penipuan finansial dengan modus yang berbeda-beda tiap semester.
a.       Semester satu, ketika masih polos-posnya, tak tahu apa-apa terjebak dalam MLM 600 ribu dan akhirnya memutuskan keluar karena menurutku tidak sesuai dengan ajaran islam melainkan dengan sistem untung-untungan atau ghoror.
b.      Semester II, aku disms dan ditelfn seseorang semacam hipnotis sebesar 1 juta. Karena terlalu oon dan polosnya aku, percaya begitu saja.
c.       Semester III, aku terjebak dalam MLM tetapi dengan modus yang lain sebesar 600 ribu. Aku tak tahu kalau yang aku lakukan itu MLM dan setelah mengetahui aku memutuskan keluar.
d.      Aku dihipnotis seseorang sebesar 600.000  saat diminta menemani temanku ke mall, lalu selang satu bulan kemudian aku dibohongi seseorang sebesar 2,5 juta.
Dibilang tertekan tentu aku tertekan...tiap ingat pasti menangis. Bahkan untuk membayar utang karena ditipu terus, aku lembur kerja sampai larut malam. Alhamdulillah hutang lunas semua.
“Uang itu adalah milik allah, jadi akan kembali ke Allah. Uang milikku adalah titipan yang Allah pindahkan ke tangan penipu itu. Allah yang memberi cobaan, maka Allah yang memberikan jalan keluar meskipun aku harus lembur tiap malam”.
Kekuatan dari segala kekuatan adalah kekuatan dari Allah. Dari kejadian itu aku mengambil hikmah...dari penipuan tiap semester yang nominalnya semakin besar. Aku sadar, bahwa uang itu adalah titipan, jadi akan kembali ke yang punya. Buat diambil hikmah supaya lebih berhati-hati dan nggak mudah percaya orang meskipun ia orang yang sudah dikenal ataupun dekat. Dari situ aku diajarin kakak kelas supaya tidak polos dan diajari berpenampilan dengan wajah yang tak polos meskipun kadang-kadang masih kelihatan polosnya. Tapi minimal tinggal sedikit in syaallah...terimakasih juga telah diajarin tips-tips agar selamat dari penipuan. Aku tak pernah menyangka ditipu orang sampai sebesar itu, kalau dipikir pakai logika...bagaimana aku bisa mengembalikannya, bapakku saja minjam uang nggak pernah sampai segedhe itu...penghasilan baakku rata” per hari 10.000 rupiah, makanya beliau memanfaatkan uang yang ada secukupnya dan beliau ndak mau berhutang. Hutangku itu tidak aku beri tahu ke orangtuaku baik emak maupun bapak, aku tidak mau emak shock terlebih lagi beliau jantung lemah dan pernah pingsan sadarnya lama banget. Salah satu upaya membuat panjang umur orangtua (yang memanjangkan umur adalah allah, sedang aku hanya berupaya, semua terjadi atas izin Allah) adalah tak membuatnya syok. Salah satu upayaku adalah memberi kabar baik-baik ke emak meskipun aku sendiri dalam kondisi sangat sedih. Aku ingin emak sehat dan senang. Aku yakin Allahlah yang menolongku, hampir tiap usai solat aku nangis terus...bingung dengan hutang itu. Alhamdulillah Allah berikan solusi melalui kerja lembur ngelesin, menjadi pembicara, uang beasiswa, melalui jalan itu utangku bisa lunas…alhamdulillah dalam 1-1,5 bulan setelah hutang akibat penipuan itu aku bisa melunasinya.
5.      Hikmah Luar Biasa dari Setiap Peristiwa yang aku Alami
  1. Untuk mewujudkan cita-cita teruslah berikhtiar, pantang menyerah, pantang putus asa, selalu berdoa dan mohon didoakan orangtua agar mimpi terwujud.
  2. Berbagi tak menunggu kita sukses, berbagilah smampu kita. Uang itu dari Allah, gunakanlah di jalan Allah. Berbagi bisa berwujud barang,uang, ataupun tenaga.
  3. Kembalikan segala sesuatu pada Allah. Setiap cobaan pasti ada hikmahnya. Melatih kita tegar, melatih kita sabar, dan melatih kita ikhlas.
  4. Yakinlah bahwa tiada yang sia-sia segala sesuatu ada hikmahnya.
  5. Bersabar, kerja keras, ulet, tekun, dan berdoa adalah kunci meraih cita-cita.
*********

SEMOGA BERMANFAAT

Tidak ada komentar :