HALIMAH BINTI MASDARI

Tampilkan postingan dengan label Calon Ibu Mertua. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Calon Ibu Mertua. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Maret 2019

Assalamualaikum Calon Ibu Mertua

SURAT CINTA UNTUK CALON IBU MERTUAKU

Oleh:
Dewi Nur HALIMAH, S. Si
(Khumairah Al Khusna)



Assalamualaikum Wr. Wb

Wahai calon ibu mertuaku, bagaimana kabarnya ibu? Semoga ibu senantiasa sehat selalu. Semoga ibu sekeluarga selalu dalam lindungan Allah swt. Semoga rahmat Allah tercurah untuk Ibu sekeluarga hingga selamat dunia akherat. Aamiin. 

Untukmu calon ibu mertuaku, terimakasih dariku untukmu. Engkau adalah sosok perempuan hebat yang telah membesarkan lelaki hebat yang sangat aku cintai. 

Ibu... 
Mencintai putramu berarti aku jua mencintaimu. Jangan khawatir ibu, in syaAllah pilihan putramu adalah wanita solekhah yang kelak akan memuliakan putramu juga memuliakanmu. 

Ibu... 
Calon menantumu ini adalah sosok gadis desa yang teramat sederhana penampilannya. Ia bersahaja, kuharap ibu bisa menerimanya apa adanya sebagaimana ia menganggap ibu layaknya ibu kandungnya. 

Ibu... 
Jangan khawatir tentangku, apakah nanti aku bisa merawat putramu atau tidak, calon menantumu in syaAllah telah mempersiapkannya matang-matang. Yang kami butuhkan hanyalah ridho dan restu ibu dan bapak mertua.

Ibu... 
Calon menantumu in syaAllah adalah wanita solekhah yang cerdas. Mengapa ia selalu rajin belajar? Sebab ia sangat ingin kelak melahirkan generasi (in syaAllah cucu ibu) yang cerdas-cerdas pula. Calon menantumu sadar bahwa kecerdasan seorang anak menurun dari kecerdasan sang Ibu, maka ia berlatih keras untuk menjadi wanita yang cerdas lagi berakhlak mulia agar kelak bisa menjadi tauladan mulia saat menjadi madrosah utama untuk cucu-cucumu nanti. Tidakkah ibu menginginkan demikian? 

Ibu... 
Jangan khawatir bila nanti putramu menikahiku, kasih sayangnya akan berkurang untukmu. Demi Allah, demi kitab yang aku pelajari, calon menantumu sangat mengerti bahwa ridho Allah untuk seorang suami terletak pada ridho ibunya, bukan istrinya. In syaAllah aku akan mendukung suamiku untuk memuliakan dan mentaatimu serta menyayangimu ibu. Bahkan kasih sayang yang engkau dapatkan akan lebih banyak, bila awalnya hanya dari putramu. In syaAllah kelak juga dari menantumu yang in syaAllah solekhah ini. Aku pun in syaAllah siap merawat ibu di hari tua dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. 

Ibu... 
Restui putramu untuk menikahiku, kami berdua saling mencintai. In syaAllah cinta kami tulus lilahi ta'ala, kami saling mencintai atas dasar agama dan akhlak. Landasan kami adalah agama. Bukan kecantikan, bukan ketampanan, bukan kekayaan, melainkan agama. Agama adalah nasehat tertinggi landasan pernikahan sebagaimana landasan Sayyidina Ali RA menikahi Sayyidah Fatimah RA. 

Ibu... 
Jangan khawatir bila putramu menikahiku, aku tak memuliakannya. Demi Rabb Alam Semesta yang tiada Tuhan kecuali Allah, sejak putra Ibu mengatakan cinta dan hendak menikahiku, telah kupersiapkan bekal yang matang untuk menjadi zaujati solekhah untuknya, ibu. 

Ibu... 
Dalam 2 tahun ini, calon menantumu mempersiapkan itu sangat matang sebab calon menantumu ingin menjadi istri solekhah untuk putra ibu. Sebagaimana kita ketahui ibu, surga seorang wanita tatkala menjadi seorang istri adalah taat suaminya selama perintah suaminya bukan untuk syirik atau maksiyat. 

Ibu... 
Jangan khawatir ibu, in syaAllah calon menantumu ini kelak saat menjadi istri putramu akan membahagiakan dan sangat memuliakan putramu, ibu. 

Ibu... 
Tahukah engkau bahwa untuk mempersiapkan menjadi zaujati solekhah layaknya zaujati Fatimah (putri rosulullah), Zaujati Khodijah (istri rosulullah saw), dan zaujati muthi'ah, calon menantumu ini mempersiapkan banyak hal bu. 
Calon menantumu rela menabung dan menyisihkan uangnya hampir tiap bulan untuk membeli buku-buku serta kitab kitab tentang kiat membangun keluarga madani secara islami sesuai syariat dan ilmu parenting seperti kitab fatkhul mu'in bab nikah, uqudillujen, qurrotul uyun, al ghoyah wat taqrib, ayuhal Walad, akhalakul Lil banat, bidayatul hidayah, dll. Dipelajari istiqomah rutin pelan pelan di sela waktu luangnya agar kelak ia bisa meniru kisah wanita solekhah dalam mengabdi melayani suaminya dengan kelembutan dan kasih sayang. 

Bukan hanya itu ibu... 
Calon menantumu juga mempraktekaknnya dengan mengajar sibyan-sibyan, mengajar akhlak, kisah religi, dongeng islami, fiqih, dan ilmu sains. Calon menantumu sangat menyayangi orangtua, jadi ibu tak perlu khawatir di hari tua. Calon menantumu juga sangat sayang pada anak-anak serta sayang pada fakir miskin, yatim, dan dhuafa. In syaAllah calon menantumu sangat penyayang, ia selalu mendukung kebaikan dan menolak kemungkaran (kemaksiatan) dengan tegas. In syaAllah bersama calon menantumu ini, putramu akan lebih kuat dalam menjalankan perintah agama. Semoga kelak kita semua wafat khusnul khotimah dan kelak putramu bersamaku dapat selalu bersama saling menguatkan berjuang menuju surga Allah. 

Ibu... 
Calon menantumu juga mengikuti beauty class agar gadis desa yang lugu itu minimal bisa berdandan cantik natural saat nanti di hadapan suaminya (putramu) sebab menyenangkan hati suami juga pahala. Ia yang awalnya lugu, menjadi bisa berdandan untuk bisa melayani putramu dengan baik secara dzohir batin sebagaimana yang diteladankan Sayyidah muthi'ah yakni menyambut suami pulang kerja dengan dandan cantik di hadapan suami, selalu cantik di hadapan suami agar suami tak bosan memandang dan bertambah rasa cinta, menyiapkan air hangat dan handuk untuk mandi, menyiapkan makanan setiap pulang kerja, dll. 

Ibu... 
Calon menantumu juga telah belajar memasak agar kelak bisa memasakkan makanan kesukaan putramu (suaminya). Sebab ibuku telah berpesan bahwa jadi wanita harus bisa masak, ya kalau suami mampu memberikan PRT kalau tidak. Tak hanya itu, lelaki juga kadang bosan dengan masakan beli yang rasanya itu-itu saja. Kalau masak sendiri kan bisa variasi sesuai selera. Masakan istri juga memberikan kenangan kesan tersendiri bagi suami. Jadi selalu sedia payung sebelum hujan. In syaAllah akan aku aplikasikan untuk putramu nanti. 

Ibu... 
In syaAllah calon menantumu siap menemani putramu berjuang dari nol. Menemaninya bukan saat suka (bahagia) saja tapi juga saat duka (sedih). In syaAllah calon menantumu akan meneladani zaujati Khodijah ra yang setia menemani rosulullah dalam suka dan duka. Saat aku memutuskan menerima putramu, berarti aku juga siap menjadi istri putramu. Maka aku harus siap untuk taat dan diatur putramu serta siap mengabdikan seluruh jiwa, raga, dan milikku untuk suamiku di jalan Allah dan kebaikan. Terlebih surga seorang istri pada ridho seorang suami. 

Ibu... 
In syaAllah dengan kecerdasan yang Allah swt limpahkan padaku, akan aku gunakan untuk mendidik cucu-cucumu nanti. Dan dengan kecerdasanku pula, aku akan menjadi penasehat yang baik lagi penuh kasih sayang bila suamiku sedang down, sedih, atau di saat dia butuh dukungan. Aku akan selalu mendukung suamiku dalam kebaikan di jalan Allah. Ibu restui putramu menghalalkan cintanya untukku. Ibu, sangat banyak persiapan yang aku lakukan untuk putramu. Yang tertera di atas adalah sebagian kecil saja. Itu semua tiada lain karena besar cintaku pada putramu layaknya besar cinta Sayyidah Khodijah ra untuk rosulullah saw. 

Ibu... 
Cinta kami tiadalah sempurna tanpa restu dari kedua belah pihak orangtua. Izinkan dua hati yang saling mencintai atas dasar ilmu dan akhlak untuk bersatu dalam tali cinta suci yang bernama pernikahan. Salam takdimku untukmu ibu, calon ibuku kelak saat aku menjadi ratu untuk putramu. Kasihku untukmu sama besarnya kasihku untuk ibuku. Terimakasih telah menyempatkan membaca secuil surat cinta dari mentari desa (calon menantumu). Semoga rahmat Allah senantiasa tercurah untukmu. 

Wassalamualaikum. Wr. Wb


Salam, 


Gadis Desa yang Dicintai Putramu