KETERAMPILAN
PUBLIC SPEAKING SEBAGAI BEKAL
PEMIMPIN MASA DEPAN DALAM MEWUJUDKAN SUSTAINABLE DEVELOPMENTS GOALS INDONESIA 2030
MENJELANG MASA KEEMASAN
INDONESIA
2045
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah, S.Si
halimahundip@gmail.com/ PH.
085725784395
Public speaking adalah kemampuan komunikasi
secara lisan baik berupa pidato, ceramah, presentasi, dan jenis berbicara di
depan umum (orang banyak) lainnya. Banyak orang mahir berbicara saat bersama
temannya, namun itu tak menjamin ia mampu berbicara dengan bahasa yang baik di
hadapan khalayak umum. Bahkan tak jarang, berbicara di depan khalayak umum
menjadi momok yang menakutkan yang harus dihadapi bagi sebagian orang. Tak bisa
dipungkiri bahwa komunikasi lisan adalah jembatan bagi seseorang untuk
menyampaikan aspirasinya di depan umum.
Mengapa
kemampuan public speaking itu
penting?. Karena kemampuan public
speaking dapat membuat seseorang mampu mempengaruhi, menguasai atau bahkan
mempersuasi seseorang dalam keadaan tertentu. Teknik bicara yang mumpuni di
depan umum merupakan cara berkomunikasi yang tepat dengan khalayak umum baik
berupa penyampaian pesan, mempengaruhi orang, memotivasi orang, menginspirasi
orang, mengajar, dan lain sebagainya. Pandai public speaking bukan berarti pandai berbicara (banyak ngomong),
melainkan kemampuan mengolah kata-kata sehingga mampu menguasai bawah sadar
pendengar, mampu mengubah pola pikir pendengar, kemudian mempengaruhi untuk
meng-IYA-kan apa yang dikatakan oleh si pembicara.
Sebagai
contohnya adalah Ibu Sri Mulyani, menteri keuangan RI yang baru saja
mendapatkan penghargaan sebagai menteri terbaik dunia. Beliau mahir dalam
berkomuniasi dengan pendengar sehingga apa yang disampaikan dapat diterima
dengan baik oleh pendengar. Bahkan apa saja yang diutarakannya memiliki sisi yang unik, berbeda, dan pola
pikirnya membuat orang tersentuh karena ketakjubannya. Seorang presiden, dalam
menyampaikan visi misinya di depan mimbar atau berpidato dalam suatu forum,
juga perlu keahlian public speaking
agar apa saja yang diutarakannya dapat diterima dengan baik oleh pendengar.
Selain itu, keterampilan public speaking
juga bisa mempengaruhi bawah sadar pendengar untuk mengikuti dan melakukan apa
yang seorang presiden anjurkan.
Dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam hal seleksi beasiswa pascasarjana, public speaking sangat diperlukan. Kemampuan
public speaking sangat penting agar
si calon penerima beasiswa dapat dinyatakan lolos seleksi untuk mendapatkan
beasiswa. Beberapa seleksi beasiswa yang memerlukan kemampuan public speaking diantaranya: seleksi
wawancara dan seleksi LGD (Leaderless Group
Discussion). Pada sesi wawancara, pelamar beasiswa akana dihadapkan dengan
3 nterviewer yang terdiri dari 2
orang professor yang ahli dalam bidang studi yang akan ditempuh oleh si pelamar
beasiswa dan seorang Psikolog untuk melihat dan menilai kharakter serta kondisi
psikologi pelamar. Lama sesi wawancara berkisar antara 20 menit sampai satu
jam-an. Lamanya waktu wawancara tak menjadi faktor keberhasilan wawancara, akan
tetapi keberhasilan sesi wawancara ditentukan oleh seberapa jelas, lugas, dan
mengensankan si pelamar memberikan informasi dan jawaban kepada interviewer terkait setiap pertanyaan
yang diajukan.
Pada
sesi LGD (Leaderless Group Discussion),
kelompok diskusi sudah dibagi nomor kelompoknya dan jadwal diskusinya sejak
pengumuman lolos administrasi diterima. Layaknya FGD (Focus Group Discussion), kelompok diskusi akan diberikan waktu
untuk berdiskusi tentang tema yang diberikan oleh observer. Lama waktu sesi LGD (Leaderless
Group Discussion) sekitar 45 menit yang akan dipandu oleh 2 orang observer. 2 orang observer hanya berbicara pada awal sebelum diskusi dilakukan.
Mereka hanya bertugas untuk menyampaikan tema dan waktu diskusi. Selanjutnya
diskusi dimulai oleh kelompok. Pada sesi LGD (Leaderless Group Discussion) ini, hal yang perlu diperhatikan
diantaranya; 1). Setiap anggota diskusi terlibat dalam menyampaikan
pendapatnya, 2). Diskusi tidak didominasi oleh seseorang, 3). Wajib ada yang
menginisiasi pembicaraan, dimulai dengan memilih siapa yang ingin terlibat
sebagai ketua diskusi, moderator, time
keeper dan juga notulen, 4). Tidak perlu berebut tugas dan peran, alangkah
baiknya jika menawarkan diri dan disetujui oleh kelompok untuk mengambil peran
tersebut, dan 5) sampaikan pendapat secara jelas, tepat dengan tema dan sesuai
dengan waktu yang diberikan.
Demikian pula saat
seleksi wawancara kerja. Seorang pelamar kerja dituntut bisa berkomunikasi
dengan baik dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh sang interviewer. Tak jauh berbeda dengan
sesi wawancara beasiswa, seorang pelamar kerja akan dihadapkan dengan 3 orang interviewer. Menghadapi 3 interviewer, perlu kelihaian public speaking untuk memberikan kesan
dan kesan yang menarik pada interviewer. Keberhasilan wawancara bukan terletak pada
seberapa lama si pelamar diwawancara melainkan dari kemampuan si pelamar
menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh intervier dan jawaban yang diberikan sesuai dengan visi dan misi
perusahaan.
Keahlian public speaking, bukan hanya diperlukan
saat melamar beasiswa ataupun melamar pekerjaan saja, melainkan juga diperlukan
untuk beberapa kegiatan lain seperti berpidato, ceramah, presentasi di depan
kelas atau di depan forum, menyampaikan pendapat pada sebuah diskusi/
musyawarah, kampanye, memimpin rapat/ memfasilitasi sebuah diskusi, memimpin
sebuah acara (MC/ presenter), menjadi moderator di sebuah seminar atau talk show, dan bentuk komunikasi lainnya.
Bahkan ketika sudah berprofesi pun, baik profesi sebagai PNS (Pegawai Negeri
Sipil) maupun pegawai swasta/ karyawan perusahaan, public speaking juga
diperlukan dalam hal presentasi dan lobbying
saat ada rapat/ diskusi ataupun tender. Mengingat begitu pentingnya kemampuan public speaking dalam kehidupan
seseorang yang menentukan kualitas diri seseorang, berikut beberapa cara untuk
menguasai public speaking dengan
baik:
a) Tulislah
materi yang akan disampaikan dalam bentuk poin-poin sehingga mudah untuk
dipahami dan dihafal.
b) Lakukan
interaksi dengan audience/ pendengar.
c) Sisipkan
humor di tengah-tengah pembicaraan, biar tidak terkesan kaku dan tegang.
d) Lakukan
improvisasi setelah menguasai materi, agar pembawaan lebih luwes.
e) Berbicara
dengan lugas, tegas, dan jelas sehingga memberikan kesan mengesankan bagi
pendengar.
f) Bangun
kredibilitas pembicara agar mampu mempengaruhi tingkat kepercayaan pendengar.
g) Gunakan
bahasa tubuh untuk memberikan penegasan-penegasan pada informasi yang ingin
ditekankan.
h) Memilih
kata-kata yang menarik dan disesuaikan dengan audience/ pendengar.
i)
Berlatih
dengan menciptakan kondisi yang sama dengan kondisi yang akan dihadapi.
j)
Berlatih
dengan menggunakan cermin.
k) Berlatih
vokal yang bagus agar percaya diri kertika berbicara di depan khalayak umum.
l)
Berikan konklusi yang kuat untuk
meyakinkan pendengar.
Setiap individu secara
sadar maupun tidak, sudah melakukan apa yang namanya public speaking dalam hampir semua aktifitas hariannya, baik dalam
bahasa harian, bisnis, akademis maupun bahasa professional. Hal ini
menjadikan skill public
speaking yang mumpuni dan terus diasah merupakan sebuah kebutuhan utama,
khususnya di kalangan pemuda, sebagai generasi emas yang akan menjadi pemimpin
masa depan yang memiliki karakter dan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan
siapapun dan dalam kondisi apapun.
Public
speaking merupakan salah
satu passion yang diperlukan untuk
menjawab tantangan global dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable developments goals) bangsa
Indonesia. Public speaking merupakan
keterampilan yang wajib dimiliki oleh para pemimpin bangsa dan pemuda Indonesia
dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable developments goals) bagi bangsa Indonesia. Agenda
pembangunan berkelanjutan dibuat untuk menjawab tuntutan kepemimpinan dunia
dalam mengatasi kemiskinan, kesenjangan, dan perubahan iklim dalam bentuk aksi
nyata.
Konsep Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan diukur dalam menyeimbangkan tiga dimensi pembangunan
berkelanjutan; (1) lingkungan, (2) sosial, dan (3) ekonomi. Agenda 2030 terdiri
dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs) atau Tujuan Global, yang akan
menjadi tuntunan kebijakan dan pendanaan untuk 12 tahun ke depan (2030). Masalah
yang hendak dituntaskan dalam target tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable developments goals) diantaranya;
pengentasan kemiskinan dan kelaparan, perbaikan kesehatan, dan pendidikan,
pembangunan kota yang lebih berkelanjutan, mengatasi perubahan iklim, serta melindungi hutan dan laut.
Tahun 2045 adalah masa
keemasan Indonesia dimana seratus tahun memperingati kemerdekaan Indonesia.
Pada masa keemasan ini, harapannya Indonesia sudah dapat mencapai 17 tujuan
pembangunan berkelanjutan (sustainable
developments goals) di tahun 2030. Pemuda Indonesia yang merupakan pemimpin
masa depan perlu memiliki jiwa leadership tinggi dan memiliki keterampilan public speaking untuk meraih
kesuksesannya di masa depan, sebab keahlian berkomunikasi merupakan syarat
seorang pemimpin dapat memimpin rakyatnya, mempengaruhi, bahkan meng-IYA-kan
apa yang dihimbaukannya.
Generasi
Emas 2045 merupakan kekuatan utama untuk membangun NKRI secara efektif menjadi bangsa yang besar, maju, jaya dan
bermartabat. Faktor determinan membangun kehuidupan yang lebih baik, termasuk
kehidupan berbangsa adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Wilson dan Ernesto
mengatakan bahwa sentra utama kehidupan adalah SDM. Mereka mengatakan: “if
you dig very deeply into any problem, you will get people. The human being is
the center and yardstick of everything”.
Jadi,
kualitas SDM menentukan kualitas kehidupan termasuk kualitas sebuah bangsa. Indonesia harus melakukan investasi besar-besaran dalam
bidang pengembangan sumber daya manusia sekaligus sebagai upaya menyambut 100
tahun Indonesia merdeka, pada 2045 mendatang.
Pada masa milestone 100
tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) atau yang dikenal dengan masa
keemasan Indonesia, setiap pemuda Indonesia harus memiliki jiwa kepemimpinan
yang tinggi. Kesempatan emas yang baru pertama kalinya terjadi sejak Indonesia
merdeka tersebut dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, maka populasi
usia produktif yang jumlahnya luar biasa tersebut akan benar-benar menjadi
bonus demografi (demographic dividend) yang sangat berharga. Akan
tetapi, sebaliknya, bukan mustahil kesempatan emas tersebut menjadi bencana
demografi (demographic disaster) bila kita tidak dapat mengelolanya
dengan baik. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah dengan
membekali pemuda Indonesia dengan pendidikan public speaking agar mereka
mampu berdaya saing dan berkomunikasi dengan baik dengan kompetitor-kompetitor
yang datang dari berbagai penjuru negara.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar