Perjuangan
yang berlika-liku, pernahkah engkau merasakannya?...Kau tahu dibalik sosok yang
tegar sekalipun sebenarnya tak jarang ia memendam tangis dan sedihnya. Ia hanya
ingin orang-orang di sekitarnya melihatnya sosok periang, meski sebenarnya hatinya
sedang bersedih. Inilah kisahku…kisah tentang sebuah perjuangan yang penuh
derai air mata…perjuangan yang selalu dengan harapan pada Tuhan semata…perjuangan
yang membuatku tak bisa melupakannya sepanjang hayatku in syaallah.
Dan inilah hal-hal yang membuatku
tak dapat melupakannya sepanjang hidupku:
1.
Perjuangan
Ketika Melihat SNMPTN Tulis
Dulu tepat tahun 2012, saat teman-teman
bisa melihat pengumuman SNMPTN tulis…cukup aku yang tak bisa diantara
teman-teman satu sekolahan. Diantara teman-temanku kelas XII IPA-2 yang
mengikuti SNMPTN tulis, mereka bisa melihat pengumumannya va online…tinggal
memasukkan nomor pendaftaran SNMPTN dan password-nya adalah tanggal lahir
masing-masing.
Aku tiadalah pantang menyerah…aku mencoba
hingga puluhan bahkan ratusan kali didepan komputer diwarnet. Waktu itu pagi
ditemani adekku (Dek Afi), kami berboncengan naik sepeda mini sekitar 10 km
dari rumah kami menuju warnet. Iya waktu itu warnet letaknya di kecamatan,
hingga untuk sampai disana aku perlu mengayuh sepeda berjarak segitu. Bagiku
itu adalah hal biasa kulakukan. Dan disinilah kesabaranku diuji. Sudah berulang
kali bahkan sudah berpuluh-puluh kali aku membuka pengumuman, nomor pendaftran
yang aku masukkan benar, password tanggal lahirku juga benar…tetapi selalu di
web tertera “PASSWORD ANDA SALAH”. Karena merasa tanggal lahirku benar, akupun
bingung…dan yang membuatku oon….aku mencobana hingga puluhan kali hingga siang.
Sambil menunggu bisa…aku sms-an dengan teman-temanku,dari mayoritas yang
kukenal mengatakan tidak lolos SNMPTN. Dan itu membuatku semakin deg-degan.
Akhirnya dengan muka yang penuh air
mata, aku tak dapat menhaan tangisku…tangisku jebol tanpa suara tapi air
matanya membanjijiri pipiku. Saat aku menangis, adekku memegang tanganku dan
mengatakan:
“Mbak ampun nangis mbak, aku yakin
meskipun tidak bisa dibukan mbak in syaallah nant bisa buka. Ampun nangis mbak,
isin…disini banyak orang”.
“Iya dek…tapi aku yakin sepenuhnya in
syaallah aku ketrima aku bisa ngerjakan soal-soal SNMPTN-nya dek. Tapi kenapa
buat lihat pengmuman password mbak salah terus dan ndak bisa lihat….bahkan
samapai sekarang mbak beum bisa tahu kepastiannya apakah mbak diterima ataukah
tidak Padaal kau tahu mbak mencobanya sudah berkali-kali bahakan puluhan kali…sampai
akhirnya air mata ini jebol”.
“Mbak yang sabar mbak”.
Karena mencoba berulang kali gagal, toh
juga sudah berjam-jam dar pagi hingga siang kami di warnet, akhirnya aku
memutuskan pulang ke rumah dengan hasil nihil tanpa kepastian diterima ataukah
tidak. Malamnya akupun mengajak Bapak ke wrnet hingga larut malam, hasilnya
nihil. Kesokan harinya akupun kembali ke warnet hingga siang…namun hasilnya
tetap saja NIHIL dan tertulis ‘PASSWORD yang tertera salah”. Aku tiada pantang
menyerah, ditemani derai air mata…aku masih tetap mencobanya hingga
berhari-hari, namun hasilnya selalu NIHIL dan itu membuatku sedih. Berhari-hari
aku diam, menyendiri, menangis, dan aku hanya membantu orangtua slebihnya aku
pakai menyendiri, berdoa dibarengi tangis hingga tertidur.
Alhamdulillah temanku dan Mas Yusuf
membantu mencari info tentang engumuman SNMPTN di koran kompas. Alhamdulillah
mereka menemukan namaku tertera diterima di jurusan Biologi UNDIP. Suatu
kebahagiaan tersendiri bagiku, alhamdulillah aku diterima di UNDIP.
Permasalahan tak henti sampai disini. Persyaratan selanjutnya bagi yang
diterima adalah melakukan registrasi online menggunakan nomor pendaftaran SNMPTN
dan passwordnya juga tanggal lahirnya. Disinilah aku kembali menemukan kendala,
sebagaiamana ketika membuka pengumuman SNMPTN tulis, aku tidak dapat registrasi
online karena password yang akumasukkan salah.
Aku mencobanya berkali-kali, sudah
seperti tukang warnet…pagi, siang dan malam aku mengunjungi warnet dan hasilnya
NIHIL tetap saja passwordnya salah. Akhirnya aku memutuskan ke Semarang untuk
memastikan aku diterima ataukah tidak. Aku tiada pantang menyerah, hingga aku
ke Semarang. Aku ke Semaang seorang diri, iya sebatang kara tanpa ditemani ayah…aku
dititipkan tetanggaku yang berada di Semarang. Bapakku tidak memiliki uang yang
cukup jika kami berdua harus ke Semarang.
Dengan bermodalkan nekad…aku ke Widya
Puraya (WP) dan Rektorat UNDIP. Aku mengurus seorang diri, menemui pegawai WP,
di situ aku menemui seorang Bapak alhamdulillah aku benar di terima di UNDIP
jurusan biologi, untuk tanya password aku bisa tanya ke rektoran bagian
registrasi. Lalu aku seorang diri menuju ke rektorat di lantai 1 dan dari
lantai 1 itu pegawainya melemparku ke lantai 2, namun hasilnya NIHIL. Dengan
mudah seorang pegawai wanita mengatakan:
“Mbak…mbak sudah ketrima di UNDIP, mbak
untuk registrasi online ya dicoba diwarnet mbak. Tunggu saja sampai satu minggu
kalau tidak bisa kembali kesini lagi”, jawabnya dengan enteng.
Mungkin ibunya tidak mengerti bahwa
jarak Blora ke Semarang bukanlah perjalanan yang dekat jika ditempuh dengan
bus. Untuk kembali kesanapun perlu biaya tidak semurah naik angkot dari pasar
ke rumah. Akupun patuh padanya, aku membuktikannya ternyata dalam satu minggu
aku masih tidak bisa registrasi online. Akhirnya akupun nekad ke Semarang
dengan Nurul. Kami meginap di Kos mbak Umi, kakak sanlat kami. Aku kembali ke
rektorat, seperti semula aku dilempar kesana-kemari sama pegawainya, hingga aku
letih dan berhenti di lantai 2 rektorat.
Disitu mataku sudah berkaca-kaca rasanya air mata ini sudah mau jebol, dan
kutahan untuk keluar. Alhamdulillah di lantai satu diruang IT kami bertemu
dengan Pak Wahyu. Pak Wahyu sangat baik, dan aku sangat mengingatnya. Beliau
membantuku langsung menelfon Ibu-Ibu yang mengurusi bagian registrasi. Beliau meminta
agar aku segera diurus, jangan dilempar-lempar lagi kan hanya pengen tahu
password saja. Beliau juga memarahi ibu-ibu yang waktu itu memintaku satu
minggu untuk kembali ke rektorat.
“(Nama Ibu itu)…eh iki bocah ndang
diladeni, ojo dilempar lempar, mesakke adoh-adoh ko Blora. Masamu Blora
semarang dekat apa, kamu suruh seminggu lagi kesini. Bukain, lihatin Passwordnya,”
perbincangan beliau pada temannya yang melemparku ke sana kemari.
Pak wahyu orangnya baik, alhamdulillah
lalu kami diminta kembali menemui Ibu tersebut. Dan setelah ditelfon Pak Wahyu
langsung dibukakan. Ya Allah ternyata buka nggak ada 5 menit bisa, kenapa harus
dilemar-lempar dan diminta seminggu lagi kesini, ibunya tega. Ah sudahlah…ternyata
passwordku salah yang ditulis saat pendaftaran bukan 07 April 1994 melainkan 07
Januari 1994. Aku sadar dan teringat, waktu pendaftaran SNMPTN aku sakit karena
baru jatuh dari tangga. Pendaftaran SNMPTN tulis aku dibantu panitia sanlat,
untuk pengisian jurusan aku dibantu kakak kelas dan aku tak tahu ternyata data
yang dimasukkan salah. Waktu itu dia menulis tanggal lahirku salah tanpa
crosscheck dulu denganku dan langsung disubmit, sementara jurusannya…sebenarnya
aku juga belum suka, karena juga ngawur…pilihan pertama biologi UNDIP, pilihan
kedua dipilihkan manajemen perairan UNDIP (padahal aku tidak bisa berenang).
Ya sudah ini pelajaran berharga bagiku,
tiada yang disalahkan…terimakasih untuk kakak kelas yang sudah membantuku
mendaftar SNMPTN ketika aku sakit. Pelajaran berharga bagiku, kalau input data
yang benar.
2.
Perjuangan
Mencari Kos
Perjuangan terus melaju, sekarang yang menjadi masalahku adalah
sampai saat detik-detik menjelang verivikasi, pengumuman seleksi beasiswa
bidikmisipun belum ada, aku semakin kawatir bagaimana aku bisa kuliah jika aku
tidak mendapatkan beasiswa, mana mungkin orangtuaku mampu membiayainya?, untuk
makan saja harus kerja mati-matian apalagi biaya melanjutkan perguruan tinggi
yang super mahal. Sedangkan yang kuharapkan satu-satunya adalah beasiswa
bidikmisi apalagi aku sudah tidak lolos beastudi etos. Aku sendiri bingung,
padahal dari tahap awal sampai tahap akhir yaitu SNMPTN aku selalu lolos tahap
seleksinya, lah kog aku tidak ketrima beastudi etos, teman-temankupun pada
kaget termasuk juga aku. Ada apa ini, apa ada yang salah dengan sistemnya, ya
sudahlah mungkin ini bukan rizkiku semoga Allah berikan pengganti rasa kecewaku
dengan hal yang lebih baik. Aamiin.
Saat verifikasi, tepatnya setelah aku mengumpulkan semua berkas
bidikmisi, aku memberanikan diri konsultasi masalahku pada salah
satu dosen, beliau adalah Ibu Sriyati bagian registrasi. Aku menceritakan
padanya mulai dari awal keinginanku untuk kuliah sampai aku lolos SNMPTN,
perjuangan yang begitu panjang untuk meyakinkkan orangtua agar mendukung
meskipun tidak ada biaya. Kemudian karena aku sudah bingung, orangtuaku tidak
mempunyai uang yang cukup untuk biaya mencari kos, sedangkan aku harus
mendapatkan tempat tinggal di Tembalang selama proses belajar di undip.
Akhirnya aku memutuskan memberanikan diri menawarkan pada dosen bahwa aku mau
kerja apapun membantu kegiatan rumah tangga Pak/ Bu dosen, yang penting saya
mendapatkan tempat tinggal dan makan selama proses belajar di undip, toh juga
SPP sudah gratis karena aku mendapatkan beasiswa.
Aku
kemudian diajak Bu Sriyati menemui Pak Arif bagian tata usaha undip, Bu Sriati
menceritakan perihalku padanya. Pak Arif tersentuh akan perjuanganku, kemudian
beliau menelfon istrinya meminta ijin untuk mengajak saya tinggal di rumahnya,
dan Alhamdulillah istrinya menyetujuinya. Tetapi disini terjadi hal lain, Pak
Ipung dosen bagian humas, memanggilku dan beliau menyarankanku jangan ikut
orang lain terlebih dahulu, katanya nanti saya konsen belajarnya akan terganggu
karena ikut orang pasti mempunyai rasa pekewuh, dan saya akan lebih konsen ke
kerja, sementara kuliah banyak tugasnya, beliau takut saya akan keteteran.
Pak Ipung kemudian menelfon Pak Warsito ( Pembantu Rektor III
yang mengurusi bagian kesejahteraan mahasiswa ), beliau menceritakan perihalku
pada Pak Warsito. Lalu, aku diminta Pak Ipung menemui Pak Warsito di rektorat.
Sebelum ke rektorat aku terlebih dahulu mengambil jas paket maba undip dan foto
untuk KTM ditemani Pak Arif. Sebelum saya ke rektorat Pak Arif sempat berkata,
“ Nduk, keputusan ada di tangan kamu, kamu mau nanti jadi ikut saya atau tidak
terserah kamu, rumah saya terbuka lebar untuk kamu, ya nanti dipertimbangkan
dulu, Bapak juga sudah pernah menolong enam mahasiswa yang sama
halnya seperti kamu sampai lulus sarjana, keputusan terserah kamu nduk, nanti
dipertimbangkan dulu yah”. Kemudian aku menjawab, “ Ya Pak, nanti akan saya
pertimbangkan, terimakasih atas kebaikan Bapak yang mengizinkan saya untuk
tinggal di rumah Bapak”.
Aku
lalu pergi ke rektorat ditemani oleh Mbak Riza, karena aku belum tahu tempat
rektorat dimana. Oh ya Mbak Riza adalah mahasiswa biologi angkatan 2011 yang
ikut mendirikan stand-stand didepan gedung Prof. Sodharto untuk menyambut
kedatangan mahasiswa baru jurusan biologi dengan memperkenalkan biro-biro yang
ada pada jurusan biologi. Mbak Riza menemaniku ke rektorat atas perintah Pak
Ipung. Sesampai di rektorat aku lalu menemui Pak Warsito, dan sebelumnya mohon
ijin terlebih dahulu pada assistant Pembantu Rektor III. Setelah dipersilahkan
menemui Pak Warsito, lalu aku masuk ruangan Pak Warsito.
Di ruangan tersebut, beliau bertanya padaku mengenai perihalku
yang keberatan masalah biaya untuk mencari kos. Berliau bertanya padaku, “
Apakah kamu mahasiswa bidikmisi?”. Lalu aku menjawab bahwa aku adalah mahasiswa
bidikmisi. Kemudian beliau memintaku agar tinggal di rusunawa ( Rumah Sewa
Sederhana Mahasiswa ), nanti pembayarannya dipotong dari uang biasiswa
bidikmisi yang Rp600.000,00/ bulan. “ Tapi Pak, saya kan belum positif menjadi
mahasiswa bidikmisi, soalnya belum pengumuman?,” tanyaku. “ Tidak usah kawatir,
insyaAllah kamu sudah pasti lolos beasiswa bidikmisi”, jawabnya.
Alhamdulillah hatiku sedikit lebih tenang, selanjutnya Pak
Warsito menelfon Pak Gerry (Pengelola Rusunawa), beliau memesankanku satu kamar
untuk tinggal di rusun. Aku kemudian diminta Pak Warsito ke rusunawa, akupun
pamit pada beliau dan langkahku selanjutnya yaitu menuju ke rusunawa untuk
menemui Pak Geri yang ditemani Mbak Riza. Ketika aku sampai di rusunawa, dengan
segera aku langsung menemui Pak Gerry, beliau memintaku mengisi data penghuni
rusun yang harus dilengkapi dan menunjukkan padaku kamar yang nantinya akan
saya tempati ketika sudah masuk kuliah.
Sesudah itu, kemudian saya pulang ke Blora. Sebelum pulang saya
mengirim pesan ke dosen yang membantu saya ( Bu Sriati, Pak Arif, Pak Ipung)
untuk mengucapkan terimakasih atas bantuannya dan memberitahu mereka bahwa saya
jadinya mendapatkan kos di rusunawa dengan biaya Rp200.000,00/ bulan
dipotongkan dari uang bidikmisi yang Rp600.000,00 yang akan saya terima tiap
bulan nantinya. Setelah itu, saya pulang ke Blora dan menjalani liburan (tenggang
waktu antara verifikasi sampai masuk kuliah) dengan membantu orangtua kerja di
sawah.
3.
Perjuangan Bertaham
Hidup di Semarang
Tanggal 3 September, aku masuk kuliah untuk mengikuti
upacara penerimaan mahasiswa baru oleh universitas. Mulai hari
itulah sampai seterusnya aku tinggal di rusunawa. Dalam kamar yang aku tempati
satu kamar diisi tiga mahasiswa, aku, Meidia (temanku dari Demak dari Fakultas
FKM), Endah (temanku dari Jawa Barat dari Fakultas Ekonomi). Kami bertiga hidup
bagaikan saudara, saling perhatian, saling menolong, dan saling bekerja sama.
Kehidupan di undip tak semurah kehidupan di Blora dulu, hampir
semuanya serba mahal. Mengandalkan uang dari orangtua saja tidaklah cukup
karena kiriman dari orangtuaku tidaklah seberapa, sementara uang beasiswa juga
belum cair masih bulan Desember. Untuk menutupi kekurangan biaya kehidupan
sehari-hari dan kebutuhan kuliah, maka saya memutuskan untuk mencari pekerjaan
part time.
Pertama, aku mencoba melamar di bimbel menawarkan diri untuk
menjadi tentor SMA, awalnya diterima namun karena aku tidak mempunyai kendaraan
motor sendiri akhirnya aku ditolak. Aku tak menyerah begitu saja, aku mencoba
pada bimbel yang lain, namun aku ditolak lagi karena alasan yang sama. Aku
tetap masih tetap mencoba bimbel lain lagi, namun hasilnya tetap nihil ditolak
dengan alasan yang sama. Sungguh, mencari pekerjaan memanglah sulit apalagi
jika tidak mempunyai kendaraan, hamper semua bimbel mensyaratkan untuk
mempunyai kendaraan sendiri.
Endah, teman sekosku menyarankanku untuk berjualan makanan
ringan kering yang tahan lama. Bersama dengannya aku membeli makanan ringan
untuk aku jual. Pertama aku menawarkan daganganku pada teman-temanku sesama
anak penghuni rusun(rusunawa terdiri dari empat lantai, jadi penghuninya
banyak). Alhamdulillah danganku laku semua laris dibeli anak rusun. Hari kedua,
akupun menjual dangangan yang sama ditemani Endah, alhamdulillah laku semua.
Hari ketiga ketika aku mau membeli barang dagangan, ternyata kata temanku yang
lain, ia mengatakan bahwa penghuni rusun dilarang berjualan. Akhirnya aku tetap
membeli makanan ringan, namun tidak aku jual di rusun melainkan di kampusku.
Kenyataan pahitpun menimpaku, selera anak di kampusku berbeda
dengan teman-temanku di rusun, daganganku tak laku dan akupun membawa
daganganku kembali ke kos. Keesokannya, dagangan sisa kemarin tidak laku, aku
bawa kekampus lagi, namun hasilnya masih sama tidak laku. Akhirnya aku
mengambil jalan lain terpaksa jualanku aku makan sendiri sebagai lauk makan.
Sejak kejadian itulah aku tak mau berjualan lagi, karena aku sudah mengalami
kerugian.
Sementara itu, seiring dengan berjalannya waktu, uang pemberian
dari orang tuaku sudah mau habis. Aku memutar otakku, bagaimana caranya agar
aku bisa tetap bertahan disini. Aku mencari lowongan kerja part time, namun
tidak ada. Kemudian aku terus mencari dan mencari, sampai akhirnya aku
menemukan brosur lowongan kerja menjadi operator laundry. Aku ditemani oleh
Dyah Ayu (teman sejurusan biologi, sekaligus teman dari satu SMAku)
pergi melamar kerja ke tempat tersebut. Tak semudah yang kubayangkan, kukira
ketika melamar aku langsung diterima dan bisa langsung kerja, ternyata tidak
semudah membalik telapak tangan. Aku diminta menulis nama beserta nomor HPku
oleh Ibu pemilik laundry tersebut, lalu aku dites disuruh menyetrika baju
sebanyak satu tas plastic kurang lebih 4 kg. Aku lumayan kebingungan, karena
tanpa diberi pengarahan langsung disuruh menyetrika, yup…tidak apa-apa dan aku
mengerjakan itu sebisaku.
Setelah selesai menyetrika aku diperbolehkan pulang, sedangkan
pemberitahuan aku diterima kerja ataukah tidak akan dikirim melalui via sms.
Sungguh, kenyataan pahit sedang berpihak kepadaku, aku tidak diterima kerja di
laundry tersebut karena hasil setrikaanku kurang rapi dan terlalu lama
mengerjakannya. Saat membaca sms tersebut, rasanya hati ini tak kuasa menahan
tangis, apalagi keuanganku sudah sangat minim. Dikos aku terdiam merenung,
mataku sudah berkaca-kaca dan aku semakin kebingungan karena uangku hanya cukup
untuk makan dan hidup disini sekitar satu mingguan, lalu bagaimana selanjutnya
aku bisa bertahan disini jika tidak mendapatkan pekerjaan dan orangtuaku tak
mampu mengirimiku uang.
Endah, sahabatku di kos tidaklah tinggal diam melihat aku yang
sedih kebingungan mencari lowongan pekerjaan. Dia menyematiku dan membantuku
mencari lowongan pekerjaan melalui media social twitter. Ditwitter dia
menemukan ada lowongan pekerjaan untuk menjadi operator di “BOY Laundry”,
kemudian ia memberitahukan hal itu kepadaku. Aku tak mau gagal dengan alasan
yang sama ketika aku melamar kerja di “ SALWA Lauundry”, maka dari itu, aku
dengan bantuan dari temanku yang bernama Vela berlatih bagaimana menyetrika
yang rapi tetapi dengan waktu yang efisien. Setelah usai berlatih, barulah
keesokan harinya setelah pulang dari kuliah, sekitar jam 12.00 aku berangkat ke
alamat “ BOY Laundry” untuk melamar bekerja di tempat tersebut. Alhamdulillah,
kali ini keberuntungan sedang berpihak kepadaku, aku diterima kerja di tempat
tersebut dan bia langsung kerja mulai hari itu.
Aku merasa senang dengan pekerjaan itu, meskipun gajinga hanya
Rp10.000,00/ hari dengan jam kerja dari jam 13.00 sampai jam 18.00, tetapi aku
sangatlah bersyukur paling tidak bisa membantu untuk kebutuhan kehidupan
sehari-hari. Setelaih kurang lebih satu minggu bekerja di “ BOY Laundry”,
keadaan berubah aku yang mulanya tiap kuliah hanya samapai jam 12.00, berubah
menjadi sami kurang lebih jam 16.00 (ada pratikum full satu hari
selama empat hari berturut-turut dari senin sampai kamis selama semester gasal
). Akupun kebingungan, bagaimana agar caranya aku bisa bekerja tetapi
akademikku juga lancar. Yah jalan satu-satunya aku tetap kerja di “ BOY
Laundry” namun pulangnya malam. Hal itu aku lakukan selama dua
minggu, dengan kerepotan aku menjalaninya mulai membagi waktu kuliah, pratikum,
kerja dan lembur membuat laporan pratikum yang tebalnya seukuran karya tulis
tetapi ditulis tangan setiap malamnya. Bahkan untuk tidur saja dalam sehari
semalam kurang lebih hanya 3-4 jam saja, meski demikian aku tetap bersyukur
karena aku dapat mengumpulkan tugas kuliah dan laporan pratikum ontime serta
hasilnya cukup memuaskan.
Setelah melihat keadaanku yang keributan dan terlihat kecapean
antara kerja di laundry dan kuliah, ada seorang temanku yang menyarankanku
untuk lebih baik berhenti kerja di tempat tersebut, dan mencari pekerjaan lain
yang gajinya lumayan banyak serta waktunya tidak terlalu lama. Ia menyarankanku
untuk berjualan kue basah di kampus. Awalya aku menolak, aku masih takut kalau
tidak laku seperti dulu. Dengan sabar dan santai lalu ia menjelaskan padaku, ya
memang dalam dunia usaha itu pasti ada laba ada rugi, tetapi kita tidak boleh
menyerah begitu saja. Ia mengajarkanku sebelum berjualan aku harus survey
makanan apa yang menjadi selera anak kampus dan harganya terjangkau, insyaAllah
dengan cara demikian maka dagangan kita akan laku semua. Saran yang ia berikan
aku lakukan, Alhamdulillah daganganku laku semua, awalnya aku modal sedikit
terlebih dahulu tetapi setelah melihat keadaan bahwa jualanku laku terus,
akhirnya sedikit demi sedikit aku selalu menambah kuota jumlah kue basah yang
aku jual. Yah inilah solusi terbaik, bisa kuliah sekaligus bisa kerja untuk
kebutuhanku hidup disini, yup…ibarat pepatah mengatakan sekali dayung dua pulau
terlampaui.
Aku tak hanya mengandalkan untung dari menjual kue basah saja,
karena disini untungnya hanyalah tak seberapa masih belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, ditambah lagi harus beli kertas dan polpen serta
kebutuhan lain peralatan tulis untuk menyusun laporan tiap harinya. Aku masih
mencari-cari bimbel yang mau menerima aku untuk menjadi tentor, dan memberiku
murid anak derah Tembalang yang bisa terjangkau olehku meskipun aku tidak
mempunyai motor. Akupun melamar menjadi tentor SMA di bimbel “ Smart Moslem”,
dan alhamdulullah diterima namun juga harus menunggu ada murid daerah Tembalang
sampai kurang lebih tiga minggu, barulah aku diberikan murid anak daerah
Tembalang. Mulai sejak itu, aku harus pinter-pinter memanage waktuku.
Tiap jam 03.00 aku sudah bangun, sholat lalu belajar
sebentar sampai jam 04.00. Jam 04.30-05.00 aku memasak nasi, lalu jam
05.00-05.15 aku mandi dan gosok gigi. Jam 05.30 aku berangkat kuliah, sekaligus
sebelum berangat kuliah jalan kaki terlebih dahulu untuk membeli kue basah yang
nantinya akan aku jual di kampus. Mulai dari jam 07.00-12.00 aku belajar di
kampus, kemudian dari jam13.00-16.00 aku mengikuti pratikum. Usai sholat asar,
mulai dari jam 16.20-18.00 aku mengajar menjadi tentor. Usai solat magrib di
rumah adek yang aku les-in, aku langsung kembali ke kos, makan malam istirahat
sebentar sekitar 15 menit lalu nglembur megerjakan laporan yang harus
kukumpulkan esoknya sampai kurang lebih jam 00.30. Barulah setelah itu aku
tidur.
Kegiatan itu aku lalui sampai kurang lebih awal Desember. Sejak
awal Desember aku disarankan dosenku untuk lebih menjaga kesehatan, terlebih
lagi aku sering pingsan. Pernah pada suatu saat ketika pratikum kimia dasar,
karena aku sudah letih aku pigsan dan terjatuh dari kursi tempat dudukku. Aku
tak sadar selama kurang lebih tiga jam di lantai 3 laboratorium kimia dasar.
Aku diagkat teman-temanku dan dibantu para dosen, dibawa ke lantai 2 ke tempat
dosen yang lebih aman. Salah satu dari teman dekatku, mengetahui bahwa aku mempunyai
penyakit asma. Lalu aku segera dibelikannya tabung oksigen dan dihirupkan ke
mulutku. Alhamdulillah aku tersadar, setelah sadar aku diminta
istirahat menidurkan badanku terlebih dahulu barulah setelah itu diantar pulang
ke kos.
Sejak awal Desember sampai Januari, aku berhenti kerja karena
aku sering pingsan, tak hanya di kampus tetapi juga di kos. Aku juga
mengundurkan diri ke Bosku di bimbel untuk berhenti kerja dan konsen terlebih
dahulu ke pekerjaanku. Ketika itulah aku mulai hati-hati, makan harus teratur
serta istirahat harus cukup. Ketika aku sudah berhenti kerja,
konsentrasiku hanyalah tinggal pada kuliah saja, sedangkan masalah biaya
alhamdulillah uang bidikmisi sudah cair tepat ketika aku sudah berhenti kerja.
Tanggal 02 Januari sampai 14 Januari aku menjalani UAS semester satu, aku
mengatur strategi bagaimana caranya agar belajarku bisa focus dan hasilnya IP
yang cukup memuaskan. Alhamdulillah ketika IP keluar hasilnya lumayan
memuaskan, tidak terlampau jauh dari targetku yaitu 4 dan IP semester pertama
yang kudapatkan adalah 3,95. Alhamdulillah IP ku lumayan bagus, termasuk
cumlaude, ke depannya aku harus lebih giat lagi agar bisa mencapai target.
Perjalanan tak henti sampai di sini saja, liburan selama 1,5
bulan menjelang semester II, aku manfaatkan untuk kerja di Café sebagai waiter
pada siangnya, sedangkan malamnya aku gunakan untuk ngelesin anak di SMA di
daerah Tirtoagung dekat Poltekkes Semarang. Aku hanya pulang beberapa hari saja
ke kampung halaman di Blora karena aku ingin mandiri yakni membantu meringankan
beban orangtuaku. Apalagi aku pernah berjanji, bahwa suatu saat nanti aku akan
membatu membiayai biaya sekolah adekku, yups…biasanya aku memanggilnya dek ida.
Kalau dibilang kangen, tentu pasti aku teramat kangen dengan orangtua dan adek,
dalam satu semester saja aku jarang pulang bahkan hanya sekali pulang ke Blora,
ketemu adekpun sangat jarang karena Ia mondok di Pesantren di Sarang, Kab.
Rembang, daerah pesisir dekat Kab. Tuban. Dalam satu tahun, biasanya aku
bertemu adek 2 kali, yakni ketika lebaran dan ketika maulud, itupun jika aku
pulang kampong di Blora.
Pengalaman semester 3, aku sempat kerja menjadi Store Keeper di
Toko Sepatu. Aku hanya mampu bertahan 3 hari karena beragkatnya jam 08.00 pagi
pulangnya jam 21.00, sedangkan gajinya hanya 250 ribu perbulan ditambah bonus
hasil penjualan dibagi jumlah karyawan. Mungkin pendapatan besih sebesar
500/bulan. Menurutku bekerja 13 jam dengan gaji dibawah 20.000 itu teramat rendah,
akhirnya aku mengundurkan diri dan hingga sekarang aku bekerja sebagai tentor (guru
les). Pekerjaan ini menurutku yang paling cocok dibandingkan dengan yang lain.
Alhamdillah dengan uang hasil ngelesin, hasil biasiswa bidikmisi aku bisa bertahan
di UNDIP Mandiri. Bahkan uang hasil kerjaku masih bisa kau gunakan untuk modal
mengikuti lomba-lomba dan alhamdulillah uang lomba-lomba sebagian bisa aku
kirimkan ke orangtua, adek dan sebagian lagi bisa untuk yang membutuhkan.
Sejak semster 1 hingga semester 6 alhamdulillah aku sudah
mengajar banyak anak:
a.
Semester 1 aku mengajar 3 anak (kelas X SMA 9 Semarang,anak
kelas XII-IPA dari SMA 3 Semarang dan anak kelas XII-IPA dari SMA 9 Semarang).
Alhamdulillah hasilnya nilai mereka meningkat. Sempat berhenti mengajar karena
sakit.
b.
Semester 2 aku mengajar 4 anak (Semuanya anak SMA kelas XII-IPA
SMA 9 Semarang). Alhamdulillah nilai ulangan harian mereka bagus dan nilai UN merekapun bagus, dan keluarganyapun
suka denganku.
c.
Semester 3 aku mengajar 5 anak (kelas 4 SD, kelas XI SMK
Penerbangan, 2 anak Kelas IX SMP, dan 1 anak kelas VI SD).
d.
Semester 4 aku mengajar 10 anak (kelas XI SMK Penerbangan Semarang,
Kelas 4 SD, Kelas VI SD, 2 anak kelas IX SMP, Kelas X SMA 6 Semarang, Kelas XI
SMA 5 Semarang, Kelas X SMA 1 Semarang, Kelas XII SMA 8 Semarang, Kelas IX SMP
12 Semarang). Namun karena kepentingan menjaga kesehatan aku mengundurkan diri
pada 4 anak, dan yang aku les-in hanya 6 anak.
e.
Semester 5 aku mengajar 7 anak juga, sebenarnya tiap tahun
tawaran mengajar meningkat tetapi terbatas karena aku jua perlu menjaga
kesehatanku. Yang aku terima 7 anak (kelas VII SMP 11 Semarang, Kelas IX SMP 21
Semarang, Kelas IX SMP 12 Semarang, Kelas VIII SMP AL AZAR Semarang, Kelas X
SMA 9 Semarang, Kelas IX SMP Hidayatullah Semarang).
f.
Semester 6 aku mengajar 5 anak, aku memilih sedikit karena aku
jua perlu menjaga keseshatanku, memikirkan penelitianku, memikirkan PKM-ku yang
lolos, memikirkan KKN dan aku jua perlu mengikuti lomba-lomba. Anak yang kuajar
yaitu (Kelas IX SMP 21 Semarang, Kelas X SMA 9 Semarang, Kelas IX SMP
Hidayatullah Semarang, Kelas VII SMP Mardisiswa Semarang, Keas XII SMA 1 Semarang).
Aku bersyukur pada Allah SWT, karena meskipun orangtuaku tak
bisa memberiku uang kuliah aku masih diberikan izin untuk mengenyam pendidikan
tinggi hingga semester ini. Alhamdulillah aku bisa kuliah, aku bisa mengirim hadiah
keil ke orangtuaku dn adekku, dan ketika mendapatkan hadiah lomba yang lumaya
banyak juga bisa aku bagikan pada adek-adek panti atau aku sedekahkan ke yang butuh
jua. Alhamdulillah meskipun aku sendiri dari keluarga yang sangat kekurangan,
Allah berikan aku rizki yang cukup untuk bertahan disini. Banyak pertanyaan yang mnghampiri:
“Nggak capek apa mbak, kerja, kuliah, lomba, peneitian?”
Dengan tegas aku jawab, aku juga manusia dan aku juga capek.
Tetapi apa daya, itu adalah jalan hidupku, melalui hal itu aku bisa bertahan di
UNDIP, melalui hal itupula aku bisa perlahan merealisasikan janjiku. Mohon
doanya saja semoga aku bisa merealisasikan janji-janjiku untuk keluarga,
saudaraku, dan yang bisa aku bantu atas izin Tuhanku.
4.
Pengalaman
Ditipu
Buat
teman-teman yang dari desa, mungkin bisa dibilang seperti saya...yang jarang
keluar rumah dari kecil sampai SMA kecuali keluar rumah untuk sekolah dan
bekerja membantu orangtua berhati-hatilah. Apalagi jika kalian sangat polos,
itu bisa berbahaya. Selama kuliah sejak semester I sampai 4 aku sering
mendapatkan musibah penipuan finansial dengan modus yang berbeda-beda tiap
semester.
a. Semester
satu, ketika masih polos-posnya, tak tahu apa-apa terjebak dalam MLM 600 ribu
dan akhirnya memutuskan keluar karena menurutku tidak sesuai dengan ajaran
islam melainkan dengan sistem untung-untungan atau ghoror.
b. Semester
II, aku disms dan ditelfn seseorang semacam hipnotis sebesar 1 juta. Karena
terlalu oon dan polosnya aku, percaya begitu saja.
c. Semester
III, aku terjebak dalam MLM tetapi dengan modus yang lain sebesar 600 ribu. Aku
tak tahu kalau yang aku lakukan itu MLM dan setelah mengetahui aku memutuskan
keluar.
d. Aku
dihipnotis seseorang sebesar 600.000 saat diminta menemani temanku ke mall, lalu
selang satu bulan kemudian aku dibohongi seseorang sebesar 2,5 juta.
Dibilang
tertekan tentu aku tertekan...tiap ingat pasti menangis. Bahkan untuk membayar
utang karena ditipu terus, aku lembur kerja sampai larut malam. Alhamdulillah
hutang lunas semua.
“Uang itu
adalah milik allah, jadi akan kembali ke Allah. Uang milikku adalah titipan
yang Allah pindahkan ke tangan penipu itu. Allah yang memberi cobaan, maka
Allah yang memberikan jalan keluar meskipun aku harus lembur tiap malam”.
Kekuatan
dari segala kekuatan adalah kekuatan dari Allah. Dari kejadian itu aku
mengambil hikmah...dari penipuan tiap semester yang nominalnya semakin besar.
Aku sadar, bahwa uang itu adalah titipan, jadi akan kembali ke yang punya. Buat
diambil hikmah supaya lebih berhati-hati dan nggak mudah percaya orang meskipun
ia orang yang sudah dikenal ataupun dekat. Dari situ aku diajarin kakak kelas
supaya tidak polos dan diajari berpenampilan dengan wajah yang tak polos
meskipun kadang-kadang masih kelihatan polosnya. Tapi minimal tinggal sedikit
in syaallah...terimakasih juga telah diajarin tips-tips agar selamat dari
penipuan. Aku tak pernah menyangka ditipu orang sampai sebesar itu, kalau
dipikir pakai logika...bagaimana aku bisa mengembalikannya, bapakku saja minjam
uang nggak pernah sampai segedhe itu...penghasilan baakku rata” per hari 10.000
rupiah, makanya beliau memanfaatkan uang yang ada secukupnya dan beliau ndak
mau berhutang. Hutangku itu tidak aku beri tahu ke orangtuaku baik emak maupun
bapak, aku tidak mau emak shock terlebih lagi beliau jantung lemah dan pernah
pingsan sadarnya lama banget. Salah satu upaya membuat panjang umur orangtua
(yang memanjangkan umur adalah allah, sedang aku hanya berupaya, semua terjadi
atas izin Allah) adalah tak membuatnya syok. Salah satu upayaku adalah memberi
kabar baik-baik ke emak meskipun aku sendiri dalam kondisi sangat sedih. Aku
ingin emak sehat dan senang. Aku yakin Allahlah yang menolongku, hampir tiap
usai solat aku nangis terus...bingung dengan hutang itu. Alhamdulillah Allah berikan
solusi melalui kerja lembur
ngelesin, menjadi pembicara, uang beasiswa, melalui
jalan itu utangku bisa lunas…alhamdulillah dalam 1-1,5 bulan setelah hutang
akibat penipuan itu aku bisa melunasinya.
5.
Hikmah
Luar Biasa dari Setiap Peristiwa yang aku Alami
- Untuk
mewujudkan cita-cita teruslah berikhtiar, pantang menyerah, pantang putus
asa, selalu berdoa dan mohon didoakan orangtua agar mimpi terwujud.
- Berbagi
tak menunggu kita sukses, berbagilah smampu kita. Uang itu dari Allah,
gunakanlah di jalan Allah. Berbagi bisa berwujud barang,uang, ataupun
tenaga.
- Kembalikan
segala sesuatu pada Allah. Setiap cobaan pasti ada hikmahnya. Melatih kita
tegar, melatih kita sabar, dan melatih kita ikhlas.
- Yakinlah
bahwa tiada yang sia-sia segala sesuatu ada hikmahnya.
- Bersabar,
kerja keras, ulet, tekun, dan berdoa adalah kunci meraih cita-cita.
*********
SEMOGA BERMANFAAT