HALIMAH BINTI MASDARI

Selasa, 10 Agustus 2021

MENGENANG PERISTIWA BERSEJARAH DALAM ISLAM DI BULAN MUHARAM

MENGENANG PERISTIWA BERSEJARAH DALAM ISLAM DI BULAN MUHARAM

*****

Oleh: Dewi Nur Halimah 

*****

Gambar 1. Bulan Muharam (Gambar Diunduh dari www.tribunnews.com). 


Seandainya kutuliskan tintaku untuk memuji rosulullah SAW, para nabi dan para ummahatul mukminin, maka samudra tinta pun tak akan habis untuk memujinya sebab betapa mulia akhlaknya dan betapa besar kita memetik hikmah dari kisah beliau-beliau. Karena beliau-beliau adalah samudra ilmu lagi angkasa akhlak. 

Duhai Rabbku, menyanjung kekasihMu membuatku terpukau. Bagaimana dengan diriMu yang Ar Rosyid (Maha Cerdas) lagi Al Husna (Maha Baik), bagaimanakah aku selayaknya memujimu, jika memuji kekasihmu yang notabennya makhlukMu saja sebegitu besarnya. Semoga belajar dari mencintai kekasihMu menjadi lantaran aku semakin mencintaiMu melalui tawasul pada para kekasihMu. Dari cinta manusia menuju cinta hakiki Rabb Alam Semesta. Aamiin. 

Bismillah la haula wala quwwata illa billah. Alhamdulillah ala kulli hal wa astagfirullah min kulli dzanbi.

Di bulan mulia ini. Izinkan aku menulis tentang peristiwa-peristiwa bersejarah dalam Islam di bulan Muharam.

PERISTIWA-PERISTIWA DALAM SEJARAH ISLAM DI BULAN MUHARAM

1. Diciptakannya Nabi Adam alaihi salam (AS) di surga. 

2. Pada bulan Muharam, taubat Nabi Adam AS diterima oleh Allah SWT.

3. Berlabuhnya kapal Nabi Nuh AS di bukit Zuhdi dengan selamat terjadi di bulan Muharam, yakni usai dunia dilanda banjir yang menghanyutkan dan membinasakan sebagian besar manusia di bumi.

4. Dilahirkannya Nabi Ibrahim AS. 

5. Selamatnya Nabi Ibrahim AS dari siksaan Raja Namrud terjadi di bulan Muharam. Siksa itu berupa nyala api, yang ternyata tidak membakar Nabi Ibrahim AS atas pertolongan Allah SWT.

6. Dikeluarkannya Nabi Yusuf AS dari sumur setelah diceburkan saudara-saudaranya. 

7. Pada bulan Muharam, Nabi Yusuf AS dibebaskan dari penjara kerajaan Mesir. Sebelumnya, Nabi Yusuf AS dipenjara karena fitnah yang menimpanya.

8. Peristiwa Nabi Yunus AS selamat dan keluar dari perut ikan besar yang menelannya terjadi di bulan Muharam.

9. Diterimanya taubat umat Nabi Yunus AS pada bulan Muharam. 

10. Dikembalikannya penglihatan Nabi Ya’qub AS. 

11. Nabi Ayyub AS disembuhkan Allah dari penyakitnya juga pada bulan Muharam.

12. Diampuninya Nabi Daud AS. 

13. Terbelahnya laut merah untuk Nabi Musa AS setelah dikejar Raja Fir’aun. 

14. Pada bulan Muharam, Nabi Musa AS dan umatnya (kaum Bani Israil), selamat dari pengejaran Raja Fir’aun di Laut Merah. Nabi Musa AS dan ratusan ribu umatnya selamat memasuki gurun Sinai untuk kembali ke tanah leluhur mereka.

15. Dilahirkannya Nabi Isa AS. 

16. Diangkatnya Nabi Isa AS ke langit. 

17. Rasulullah SAW menikahi putri kepala kabilah Bani Nadhir, Sayyidah Shafiyyah binti Huyay ra pada bulan Muharam. Kejadian ini menandai kemenangan umat Islam dalam perang Khaybar.

18. Pengangkatan Utsman bin Affan sebagai khalifah kaum muslimin pada Muharam 24 hijriah, menggantikan khalifah Umar bin Al-Khattab.

19. Peristiwa gugurnya Sayyidina Husein bin Sayyidina Ali ra, cucu Rasulullah SAW di Perang Karbala yang terjadi pada hari Jumat tanggal 10 Muharram 61 H atau pada tanggal 9/10 Oktober 680 M.

Minggu, 08 Agustus 2021

KENAPA NGGAK IKUT CPNS?

KENAPA NGGAK IKUT CPNS? 

*****


Banyak yang tanya baik nemuin langsung maupun melalui chat privat ataupun direct message. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya privasi, tapi jika tidak kujawab, semakin banyak yang tanya dan semakin membuat tidak nyaman. 

Beberapa hari lalu ada yang nemuin dan di hadapan banyak orang bertanya:

"Halimah, kog nggak ikut CPNS kenapa?. Mubadzir sekolah tinggi-tinggi, prestasi banyak, cerdas tapi nggak mau ikut seleksi CPNS terus. Kamu kuliah kan buat kerja biar sukses".

Sebuah perkataan seolah petir yang nylekit banget dan di hadapan banyak orang.

Aku mencoba santai dan tersenyum

"Ibu tidak ridho aku ikut CPNS. Ridho Allah bersama ridho ibuku. In syaAllah aku ta'at dan samikna wa athokna."

Mendengar jawabanku beliau tidak diam. Justru nerocos ngomel ngomel panjang banget.

"Ibumu itu gimana, harusnya bersyukur punya anak cerdas. Kog apa apa nggak diizinin. Masak lihat anak sukses nggak mau. Masak minta ditemanin anaknya terus. Luar kota mau luar pulau harusnya didukung. Penting sukses. Kalau sukses kan ya orangtua ikutan sukses."

Aku tersenyum... 

"Setiap orang memiliki pertimbangan masing masing Bu. Ada alasan tersendiri kenapa ibu tidak mengizinkan."



Setelah itu saya pergi. Sengaja pergi untuk menghindari debat. Seandainya saya ladeni pun mampu, tapi saya memilih pergi. Soalnya tidak untung dan tidak membawa manfaat. Alhamdulillah ada kegiatan lain yang menanti. Alhamdulillah la haula wala quwwata illa billah.

Pertimbangan ibu kenapa aku tidak boleh ikut CPNS. Karena jurusanku kalau ikut CPNS, lokasi penempatan mayoritas di Kalimantan, Sulawesi. Sementara aku belum menikah, ibu tidak melepasku jauh tanpa pengawasan makhram. Kecuali sudah nikah keputusan diberikan sepenuhnya pada suamiku, sebab aku tanggung jawabnya. Surgaku ada pada ridho suamiku. Selama aku belum nikah, ibu ingin aku kerja di lokasi dimana ibu bapak mudah mantau. Bapak berkeyakinan kalau anak perempuan itu sampai sebelum nikah itu tanggung jawabnya dunia akherat, kalau keluar rumah malam harus ditemani makhram, dalam hal ini bapak. Jadi kemana-mana saya kalau malam ya ditemani bapak, bukan karena saya takut. Sama sekali tidak, saya pemberani. Tapi saya taat bapak, samikna wa athokna soalnya ridho Allah bersama ridho orangtua. Kedua saya justru bersyukur kalau pergi malam ditemani bapak, itu artinya bapak menjaga pergaulanku agar terhindar dari ikhtilat. Ketika orangtua membiarkan pergaulan anak bebas dan ikhtilat, maka seorang ayah juga ikut menanggung dosanya. 

Aku pernah mengatakan:

"Wahai ayah, jika di dunia engkau tidak mendidikku sesuai syari'at dan benar benar menjagaku dari ikhtilat. Engkau tidak mendidikku agama dan akhlak, maka kelak jika aku di akherat, engkau akan kutuntut. Maka penuhilah tanggungjawabmu secara dzohir dan batin sebagai ayah. Bukan cuman untuk duniaku tapi juga akheratku agar putrimu selamat dunia akherat dan engkau pun selamat dari tuntutan putrimu di akherat."

Kalimat yang pernah kuucapkan ke Bapak. Itulah mengapa dari kecil sampai sekarang bapak benar benar mendidik ilmu, akhlak dan menjaga pergaulan sesuai syari'at. 

Hal yang perlu saya luruskan, tujuan tolabul ilmi adalah untuk menuntut ilmu sebagai bekal untuk beribadah, mencari ridho Allah. Jadi salah besar bagi saya pribadi kalau menuntut ilmu untuk ijazah dan pekerjaan. Saya mantab, selama kinerja bagus, kualitas bagus, pandai adaptasi kerjaan apapun bisa selama halal dan toyyib ya dimanapun bisa. Saya yakin rizki pasti cukup. Tidak hanya PNS saja yang makan, semua makhluk Allah makan.

Selain karena memang samikna wa athokna sama ibu, saya pun berpemikiran.

1. Misalkan saya ikut CPNS, lolos sampai final lalu ditempatkan di luar pulau. Lantas saya menikah, sementara suami saya dari Jawa. Otomatis akan LDR (Long Distance Relationship). Saya tidak mau LDR dengan suami, saya yang akan mengalah sebab kalau saya LDR, saya akan banyak kehilangan kesempatan memperoleh pahala melayani suami sebagaimana yang dilakukan oleh Sayyidah Muthi'ah ra. Kalau LDR an bagaimana mungkin saya bisa menyiapkan sarapan dan makan malam untuk suami setiap hari, sementara ini pahalanya besar. Kalau LDR, bagaimana mungkin saya bisa menyiapkan pakaian kerja, menyetrikakan, menyiapkan handuk dan alat mandi sedang ini pahalanya besar beserta pelayanan pelayanan lainnya seperti senyum di hadapan suami, menguatkan dia saat capek dan lelah, menemaninya dalam suka dan duka. Yang aku korbankan tidak ada apa-apanya dengan yang diteladankan Sayyidah Khodijah ra dan Sayyidah Muthi'ah ra. Sayyidah Khodijah ra rela meninggalkan karir dan memberikan seluruh harta, pikiran, tenaga untuk menemani suami berjuang di jalan Allah swt. Sayyidah Muthi'ah tidak berani memasukkan tamu ke dalam rumah tanpa izin suami sekalipun tamunya adalah sayyidah fatimah ra (anak rosulullah saw) dan Sayyidina Hasan ra serta Sayyidina Husain ra (cucu rosulullah saw) demi taatnya pada perintah rosulullah saw bahwa surga istri ada pada ridho suami. Hari-harinya untuk ibadah dan melayani suaminya. Saya tidak mau LDR, karena saya akan kehilangan banyak kesempatan meraih pahala melalui melayani suami. Suami dan anak adalah prioritas. Melayani suami dengan maksimal adalah ladang surgaku untuk mencapai puncak cinta tertinggi yakni meraih ridho Allah swt. Sedangkan urusan anak, in syaAllah aku ingin aku sendiri yang menjadi madrosah pertama yang mendidik ilmu dan akhlak sebelum anak kupondokkan.

2. Mencari nafkah atau karir adalah tanggung jawab suami, sedangkan istri tugas utamanya adalah melayani suami dan anak. Meskipun begitu, saya tidak kaku, tergantung situasi dan keadaan. Bila diperlukan, misal suami menghendaki menjadi wanita karir pun, saya akan menjadi wanita karir sekaligus IRT. Tetapi meskipun menjadi wanita karir, tetap tugas utama sebagai istri dan ibu menjadi prioritas saya. Seorang istri kerja bukan sebagai tulang punggung keluarga melainkan untuk membantu perekonomian keluarga, yang bertanggung jawab mencari nafkah tetap suami. Baik menjadi IRT maupun wanita karir atau menemani suami jualan in syaAllah siap semua. Dan semua ini sudah saya pelajari ilmunya, sudah saya praktekkan juga sebagai persiapan saya. Dimana saya menyiapkan diri bisa bisnis/dagang apa saja yang halal dari online maupun offline. Biar apa? Biar misal kemungkinan suami menghendaki saya jadi IRT. Saya tetap bisa kerja dari rumah, bisnis dari rumah baik bisnis jasa maupun jualan produk.

3. Saya mantab, bahwa rizki dijamin Allah. Kalau kualitas diri bagus, in syaAllah dimanapun akan dicari dan kesempatan akan Allah hadirkan. Bahkan burung dalam sangkar pun tetap makan, rizkinya dijamin Allah. Kecuali saya sudah nikah, sudah ikut suami dan tahu lokasi kerja suami dimana. Lantas suami mengizinkan saya ikut cpns, maka saya ikut cpns dan nyari lokasi di daerah suami barangkali ada lowongan CPNS di lokasi dimana suami saya kerja dan berdomisili. Itu pun kalau diizinkan, kembali lagi bahwa ridho Allah bersama ridho suami untuk wanita yang sudah menikah sebagaimana yang dicontohkan Sayyidah Muthi'ah ra. Alhamdulillah saya bisa kerja apa aja, jadi tidak pusing berada dimana pun. Saya pun mantab rizki pasti cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi tak akan pernah cukup untuk gaya hidup. Selama hidup penuh syukur, in syaAllah akan dicukupkan Allah. Dan prinsipku nanti jika aku sudah menjadi seorang istri, aku tidak menuntut banyaknya nafkah harta yang diberikan suami, aku akan menghormatinya jika ia sudah melaksanakan kewajibannya. Yang aku tuntut adalah kehalalan nafkah rizki yang diberikan untukku dan anak-anakku, sebab nafkah rizki yang menjadi sumber makanan (dimakan) ini menjadi rujukan atau riyadhoh untuk memiliki dzuriyah ngalim cerdas soleh solekhah serta agar dzuriyah terhindar dari maksiyat. 

Sekaligus saya jawab, kapan nikah?. In syaAllah di saat yang tepat di waktu yang tepat di jam terbang Allah, di saat saya menemukan yang mencintai saya dan saya mencintainya. Pola pikir sefrekuensi serta visi misi dunia akherat sama. In syaAllah kalau sudah menemukan yang sevisi semisi dunia akherat, ya segera. Semua kembali ke Allah. Saya tidak terlalu ambil pusing, desakan banyak pun, bullying banyak, tidak akan merubah prinsip saya. Allah yang menjamin in syaAllah. Tuhanku Ar Rohman, tak akan menyia-nyiakan pengorbananku dan persiapanku.

Sungguh...

Dalam keluarga itu harus ada yang mengalah, dan soal karir aku mau mengalah sama suami. Akulah yang menemani dimanapun ia bertugas kerja domisilinya. Betapa banyak kasus di lapangan yang atas izin Allah (biidznillah) kujumpai, dimana dalam keluarga yang tidak mau mengalah berujung cerai. Sebagaimana contohnya 2 kasus terakhir yang kujumpai, istrinya dari Jepara dan suaminya dari Blora. Istri tidak mau ngalah diajak suami ke Blora, suami juga tidak mau ngalah diajak berumah di Jepara. Alhasil cerai. Satu lagi, istrinya seorang bidan dari Blora, suaminya seorang sales marketing dari Jepara dan sama sama anak tunggal. Mereka sudah menikah dan sudah memiliki anak satu, tidak ada yang mau mengalah, qodarullah cerai. Saya tidak mau hal ini. Semuanya sudah saya pertimbangkan matang-matang dan akherat menjadi tujuan.

Menerima lelaki sebagai pasangan hidup pun tidak bisa ngawur, karena menikah bukan game. Menikah adalah ibadah paling lama, sehingga saya mau yang pola pikir sefrekuensi, visi misi dunia akherat sama sehingga nanti saya dapat mengabdikan hidupku melayaninya dengan baik layaknya Zaujati Muthi'ah ra dan Zaujati Khodijah ra. Setelah menikah, surga istri ada pada ridho suami. Maka jangan salah memilih suami, salah memilih ukuran baju saja nyesalnya sebulan dua bulan. Kalau salah memilih suami, visi misi dunia akherat tidak sejalan, menyesal selamanya dan rumah tangga layaknya neraka.

Apapun pilihanmu, pahami dimana letak surgamu. Jadikan syari'at sebagai pedoman, hakekat sebagai penyeimbang. Prioritaskan akherat, teladani ummahatul mukminin dan para orang soleh terdahulu. Semoga keberkahan untuk kita semua. Aamiin.

Untukmu yang bertanya dan aku jawab, mohon hormati keputusanku. 

Jadi, jangan salahkan orangtuaku atas pilihanku untuk taat. Orangtuaku meminta pun jika aku tidak mau ta'at sudah barang pasti tidak kulakukan. Aku memilih taat adalah keputusanku yang kupilih. Orangtuaku mendidik kebaikan dan aku memutuskan untuk samikna wa athokna. Semoga barokah taat menjadi lantaran hidupku bahagia dunia akherat dan mendapatkan ridho Allah swt. Aamiin Ya Rabb. Ya Mujib Asa'ilin.


Salam,


Dewi Nur Halimah 

Selasa, 27 Juli 2021

MERAIH BIRRUL WALIDAIN, MENGGAPAI RIDHO ILAHI

MERAIH BIRRUL WALIDAIN, MENGGAPAI RIDHO ILLAHI 
*****
Oleh Dewi Nur Halimah

*****

Ditulis berdasarkan kisah nyata penulis. Didedikasikan untuk anak-anak yang pernah mengalami atau sedang mengalami beda pendapat dengan orangtua. Ingatlah, ridho orangtuamu adalah ridho RabbMu.

Assalamu'alaikum. Wr. Wb

Salam sejahtera untuk kaum muslimin yang membaca tulisan ini, semoga rahmat Allah swt untukmu.

Sebelumnya, perkenalkan  namaku adalah Dewi Nur Halimah, orang-orang biasa memanggilku dengan sebutan Halimah. Aku adalah sarjana Biologi dari Universitas Diponegoro, lulus cumlaude dengan IPK 3,76 dan menjadi Mawapres (Mahasiswa Berprestasi) utama dari Biologi 2015, dan juara 2 Mawapres Fakultas Sains dan Matematika. Menyelesaikan studi tepat 4 tahun meskipun pernah sakit 6 bulan karena kecelakaan, kendati demikian aku banyak bersyukur, alhamdulillah tidak molor lulusnya. Tepat 4 tahun, normal kelulusan mahasiswa. Meskipun seandainya tidak sakit, bisa kurang dari 4 tahun.

Dahulu...
Semasa kuliah aku sangat aktif organisasi, pendiri 3 organisasi sosial dan aktif semua hingga lulus, serta aktivis lomba berbagai bidang. Dulu, aku sangat berambisi kuliah S2 dan S3 di LN. Bagiku sesuatu yang keren jika aku bisa ke LN terutama ke Amerika. Pelatihan dan persiapan pun kupersiapkan matang sejak Januari 2016 sebelum aku lulus sekitar semester 6 mau 7. Mulai pelatihan bikin letter of acceptance, recommendation letter, motivation letter, les les persiapan IELTS, dll. Alhamdulillah bimbingan lolos, maka senyumku pun sumringah. Aku pun ikut bimbingan selama 6 bulan. Seingatku waktu itu yang daftar 800 untuk ikut kelas bimbingan, yang diterima sekitar 200 saja secara nasional, lainnya gugur. Alhamdulillah aku masuk top 200 peserta terpilih, dan lolos seleksi hingga final. Alhamdulillah aku punya networking bagus, aku dekat dengan seorang dekan ITS dan beberapa dosen berprestasi dari universitas-universitas ternama. Mereka mengetahui kegigihanku, dan mereka pun merekomendasikan beasiswa professor padaku. Alhamdulillah, kabar bahagia untukku. Beasiswa ke LN itu banyak macamnya, LPDP yang paling terkenal. Namun ada juga beasiswa profesor. Sekedar informasi bahwa beasiswa laboratorium/ profesor adalah beasiswa yang diberikan profesor yang berasal dari project grant dari instansi pemerintah. Oleh karena itu, profesor membutuhkan mahasiswa untuk membantu melaksanakan proyek. Mahasiswa yang diterima harus melakukan pekerjaan di labotarium dan sekaligus belajar di perkuliahan. Biasanya yang memiliki peluang besar di beasiswa ini adalah jurusan berkaitan dengan science dan engineering, tetapi tidak menutup kemungkinan ada jurusan lain yang membuka peluang yang sama.

Persiapan matang, belajar sungguh-sungguh, hati sumringah karena dari teman teman yang dihubungi hanya aku. Aku dari UNDIP, tapi networking luas dan kujaga silaturahmiku pada siapapun yang kutemui. Alhamdulillah dipertemukan Allah swt dengan orang orang baik lintas universitas.

Jalan masih panjang...
Masih berliku, terjal dan berbatu. Di satu sisi aku sudah persiapan matang, di satu sisi beasiswa sudah di depan mata. Qodarullah ibu bapakku tidak ridho jika aku melanjutkan kuliah ke LN, apalagi ke Amerika, Jepang atau Korea.

Spontan air mataku tumpah, kenapa di saat semua tercapai, justru orangtua tidak ridho.

"Kalau kamu nekad ke LN, tidak apa apa. Tapi ibu tidak meridhoimu," kata ibuku yang masih terpatri di benakku.

Spontan air mata basah kuyup membasahi pipiku.

"Tapi bu, bukankah menuntut ilmu hukumnya wajib. Menuntut ilmu bukankah dari lahir hingga ke liang lahat. Bukankah nabi mengatakan bahwa tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China. China kan LN sama halnya Amerika dan Jepang. Lalu kenapa engkau tidak meridhoiku bu?," kataku dengan linangan air mata yang terus membasahi pipiku. Hatiku hancur berkeping-keping, di saat kurang selangkah berangkat, justru terjegal restu orangtua.

Ibuku pun sama sama menangis, tanganku di genggam.

"Nduk, menuntut ilmu hukumnya wajib tetapi ilmu agama. Hukum menuntut ilmu itu luas. Menuntut ilmu wajib fardhu ain untuk ilmu agama seperti tajwid, tauhid, fiqih, dll. Menuntut ilmu hukumnya fardhu kifayah seperti ilmu kedokteran, sains, ipa, menjahit, dll. Menuntut ilmu hukumnya haram seperti belajar ilmu sihir dan perdukunan. Sedang ilmu  biologi yang mau kau lanjutkan itu hukumnya fardhu kifayah nduk, sudah banyak yang mewakili seandainya pun engkau mau lanjut di Indonesia in syaAllah tidak masalah. Ibu tidak melarangmu S2 ke LN. Boleh-boleh saja dan sah-sah saja asal kamu ditemani makhrammu, syaratnya kamu harus menikah dulu disana ditemani suamimu. Sekarang jawablah pertanyaan ibu:
  1. Di LN terutama Amerika mayoritas makanannya adalah makanan haram yang dicampur minyak babi. Lalu bagaimana kamu menjaga diri dari makanan haram sementara kamu dengan sengaja mau pergi ke sana?. Tidakkah kamu takut siksa neraka? 
  2. Di LN banyak yang toharoh dengan tisu. Tisu itu tidak bersih dibuat sesuci ketika habis buang air besar. Betapa banyak mayyit di siksa di alam kubur karena tidak suci ketika bertoharoh. Bagaimana kamu menjaganya sementara kamu dengan sengaja mendatangi negara itu?
  3. Di luar negeri terutama negara yang hendak kamu tuju. Lelaki perempuan pergaulan bebas, ikhtilat. Keluar bareng lelaki bukan makhram biasa, pergi ke klub biasa, runtang-runtung berduaan biasa, bahkan perzinaan bebas. Bagaimana kamu menjaga diri dari pergaulan bebas terutama ikhtiat dan terhindar dari zina sementara engkau sengaja datang ke sana?.
Jawab pertanyaan ibu nduk," kata ibu dengan linangan air mata.

"Bismillah, Halimah akan menjawab pertanyaan ibu.
  1. Soal makanan ibu tidak perlu kawatir, meskipun banyak makanan yang haram, tetapi halal food di LN pun banyak soalnya mahasiswa muslim yang kuliah di sana pun banyak. Bukankah ibu juga tahu keteguhan hati Halimah selama ini untuk menjaga diri agar makanan yang masuk ke perut Halimah dengan halal. Bukankah ibu telah mendidik itu, in syaAllah itu yang akan kuterapkan. Ibu tidak perlu kawatir.
  2. Soal toharoh, in syaAllah Halimah juga sudah belajar ini dan selama ini Halimah amalkan bukan Bu?. Iya, Halimah amalkan. Di luar negeri pun in syaAllah Halimah toharoh dengan air, bukan tisu biar bersih najisnya. Kalau tidak ada air di toiletnya, Halimah akan persiapan beli botol air untuk toharoh. Halimah yakin ketersediaan air masih ada melimpah. Kan banyak juga yang mandi. Dimanapun air dibutuhkan untuk mandi. 
  3. Putrimu bukankah tidak pernah pacaran dan selalu taat ibu. Ditembung pun tidak pacaran demi menjaga pesan ibu. Selama ini tidak pernah keluar sesama lelaki ajnabi, lalu kenapa ibu menghawatirkanku. Bukankah ibu telah mendidik tauhid untuk Halimah. Justru ini in syaAllah jadi ladang pahala Halimah buk, selain belajar sains mendalam di LN nanti Halimah akan menjadi duta Islam, Halimah akan dakwah mengajak orang masuk Islam di negara minoritas muslim itu. Bukankah ini ladang pahala. Kalau mendakwahkan Islam di negara mayoritas muslim kan wajar bu. Tapi kalau mengajak non muslim memeluk Islam di negara minoritas muslim kan luar biasa. Boleh nggeh bu, Halimah sangat ingin kesana," rayuku sembari memegang tangan ibukku.
"Ibu tidak mengizinkanmu nduk. Kecuali kamu ditemani makhram dalam hal ini suami. Selama di Indonesia, di Blora. Kemana pun ketika malam, bapakmu selalu menemanimu selepas magrib dan engkau selalu ditemani bapak. Di sana makhram yang menjagamu siapa?. Perzinaan banyak, pacaran banyak, boncengan laki laki perempuan bukan makhram banyak, dosa nduk. Akherat lebih utama. Ta'atilah ibukmu. Ibu ridho, penuhilah persyaratan ibu."

Saat itu juga air mataku tak terbendung. Aku bersimpuh, tangisku pun pecah. Aku renungi dalam-dalam pernyataan ibuku. Aku sempat mencurahkan kegalauan beratku pada kawan dekatku, qodarullah dia bukan menenangkan aku. Dia justru mengompori aku untuk kabur dari rumah dan nekad aja ke LN tanpa restu orangtua. Aku pun hampir termakan hasutan itu, terlebih kondisiku lagi galau-galaunya tak tahu arah. Baju-baju kukemasi ke koper, sudah ada yang mau menjemput dan mau nekad. Qodarullah saat aku mau pergi, ibu kaget dan sakit.  Ibu demam, ngedrop, langsung sakit. Aku tak tega, daripada kehilangan ibu lebih baik kehilangan kesempatan kuliah di LN. 

Aku mencoba menghubungi yang menyarankanku kabur. 
"Ibukku sakit saat mau nekad ke LN. Aku nggak tega. Kalau aku kabur, sebelum berangkat ke LN. Transitnya kemana?" tanyaku untuk mengetahui seberapa peduli ia. Apakah ia benar-benar peduli atau hanya menjebakku. 

Jika ia peduli otomatis ia akan menjawab:
"Kabur saja ke rumahku dulu sebelum berangkat ke LN. Sementara rawat ibumu dulu sampai sembuh baru setelah beliau sembuh, kamu nekad ke LN. Buktikan kamu bisa ke LN dan sukses belajar di sana." 

TIDAK... 
Wallahi jawabannya tidak demikian. Ia tidak peduli denganku, dan sarannya adalah saran destruktif yang menghancurkanku dengan mengambil momen saat aku galau dan dibawah alam tidak sadar. 

Dia menjawab 
"Ya pergi kemana keg, terserah kamu. Ya abaikan ibumu. Itu urusanmu bukan urusanku," jawabnya. 

"Bukankah yang nyaranin aku kabur itu kamu? Kamu kan yang nyuruh aku nekad. Kog kamu nggak peduli. Jahat kamu." 

"Lah urusanmu, ngapain aku repot-repot ngurusin kamu. Saran kan nggak harus dilakukan. Salah sendiri mau melakukan."

Sangat sakit rasanya... 
Sungguh, dia mengingatku kisah Nabi Adam AS, Siti Hawa, Iblis dan buah khuldi. Iblis merayu Siti Hawa dan Nabi adam untuk memakan buah khuldi yang dilarang Allah swt, tapi saat Allah swt murka pada Nabi Adam dan Siti Hawa sehingga mengeluarkannya dari surga. Iblis tidak membantu, tidak tanggung jawab atas rayuan dan sarannya. Ternyata justru mentertawakannya. 

Dari sini aku kecewa berat. Alhamdulillah Indri, sahabatku memotivasiku. Ia pun memintaku kembali ke Ibu. Aku rawat ibu hingga sembuh. 

"Nduk, Ibu bukan nggak boleh kamu kuliah di LN. Boleh nduk, tapi ditemani makhram, nikah dulu biar disana ditemani suamimu. Ibu tenang, kehormatanmu ibu pasrahkan pada lelaki halal yang akan menjagamu," kata Ibu sembari merangkulku. 

Aku pun berwudhu, dalam sembab bengkak air mataku, aku mengadu ke Rabbku.

"Duhai Allah, aku nikah gimana. Aku belum siap nikah. Aku siap nikah minimal usia 24 sedang usiaku baru 22. Lelaki yang cerdas sama sama mau kuliah di LN dengan Universitas tujuan sama susah ya Rabb. Adakah 😭. Haruskah aku mengurungkan mimpiku."

Beberapa hari aku mengurung diri, tiada hari tanpa nangis. Aku pun berjalan sambil berpikir tiba-tiba Allah berikan hidayah lewat kisah Juret, Tsalabah dan Uwais Al Qorni.

Aku pun merenung.
"Ta'at orangtua hukumnya wajib bila orangtua meminta untuk taat ke Allah dan melakukan kebaikan. Duhai Allah, bila kupikir-pikir. Permintaan ibu semua tentang akherat. Beliau memintaku memakan makanan halal, wira' dan juga ingat siksa neraka. Beliau memintaku menjaga toharoh agar sampai benar-benar suci dari najis. Beliau memintaku untuk menjaga diri dari pergaulan dengan lelaki bukan makhram, menjaga diri agar terhindar dari zina, dan apabila keluar ditemani makhram. Masya Allah, semua itu tentang akherat. Aduhai rabbku, maafkan aku. Astaghfirulloh min kulli dzanbi."

Aku pun berlari, kembali menuju ibuku dan bersimpuh memohon maaf. Karena aku tak menemukan pasangan yang bisa menemaniku di LN waktu itu. Akhirnya ambisiku ke LN ku cancel. Kesempatan itu kulepas, akherat lebih kuutamakan. Ibuku, sosok wanita teguh pendirian, yang keras kepala namun teguh prinsip mengutamakan akherat dari kenikmatan duniawi. Sungguh inilah esensi cinta sejati ibukku padaku, ibuku menjagaku agar terhindar dari maksiyat dan selamat dari fitnah zaman. Esensi cinta adalah menjaga yang dicintai agar terhindar dari murka Allah. Begitu aku sadar ini, masya Allah hati terharu. Justru cintaku pada ibuku semakin besar sebab beliau teguh pendirian memikirkan akheratku.

Kawanku, jika engkau berselisih pendapat dengan orangtua, jangan menceritakan masalahmu pada orang yang dekat denganmu sekalipun sahabatmu kecuali sahabat husnul khuluq yang mengingatkanmu akan akherat. Alangkah lebih baiknya konsultasi masalah sama ulama, banyak curhat ke Allah setelah solat, in syaAllah kebaikan untukmu. Tak jarang orang yang perhatian denganmu belum tentu baik, ambilah hikmah dari kisahku di atas, temanku memanfaatkan momen galauku untuk menghancurkan diriku dengan kabur. Kenapa aku percaya dia? Selama ini sebelum kejadian itu, ia tampak selalu perhatian dan baik padaku selama sekitar 1,5 tahun sebelumnya. Memang dia pernah mencintaiku, tapi cintanya tidak kubalas dan aku hanya menganggapnya sebagai sahabat. Qodarullah dendam, padahal tampak dzohir seolah tidak ada apa-apa saat kutolak dan dia tahu aku mencintai orang lain. Saat aku berselisih pendapat dengan orangtuaku, di sinilah dia dendam. Menyetirku dengan pola pikir untuk durhaka ke orangtua, alhamdulillah ada indri (sahabat sejak 2012 di Pesantren Kilat dulu) dan nasehat para ulama. Iya aku itu manteb rasanya, kalau konsultasi masalahku ke ulama. Kalau aku hidup di zaman rosulullah saw, mungkin aku langsung sowan mengkonsultasikan masalahku pada rosulullah saw layaknya Sayyidah Khaulah binti Tsalabah dan Sayyidah Atsma binti Yazid. Namun karena aku hidup di zaman akhir saat ini, maka konsultasiku adalah ke ulama seperti syarifah, habib, atau kiahi yang ahli fiqih dan ahli hikmah untuk kumintai solusi dan arahan terkait masalahku. Sejak kejadian ini, aku tidak gegabah cerita ke orang sekalipun tampak dzohir sahabatku atau orang dekatku. Apa apa ke Allah dan ulama. 

Gagal lanjut S2 di LN,  aku pun memutuskan meniti karir untuk membantu perekonomian keluargaku. Inilah perjalanan karirku yang penuh lika liku, menembus keterbatasan, dan penuh ujian yang berbatu. Aku pun mendaftar kerja sebagai staff BD (Business Development) ke perusahaan design interior cafe. Berkas pun kukirim, alhamdulillah selected dan aku dapat panggilan wawancara. Serangkaian wawancara pun kulakukan. Usai wawancara, aku diajak diskusi sama owner perusahaannya. Kami pun bertukar pola pikir, qodarullah di sinilah aku tahu bahwa beliau adalah wahabi. Melihat potensi dan skill yang kumiliki dari CV dan hasil wawancara, alhamdulillah aku langsung accepted dan ditanya siap kerja kapan, mess sudah disiapkan dan ditawari gaji besar di atas rata-rata. Hatiku berbunga-bunga, tapi di lain sisi aku juga sedih. Owner perusahaan yang menjadi bosku nanti adalah wahabi. Pertanyaan mengepul di otakku, pulang wawancara ketika sudah sampai rumah, akankah ibu mengizinkan?.

Setelah perjalanan sekitar 3,5 jam, alhamdulillah aku pun sampai rumah. Ibuku menyambutku dengan menjawab salam begitu aku sampai rumah. Ibu pun mulai bertanya padaku.

"Nduk gimana hasil wawancaranya?," tanya ibukku.

"Alhamdulillah diterima buk. Bakal digaji bos di atas rata-rata. Beliau bilang skillku dibutuhkan perusahaan dan bagus," jawabku sembari senyum.

"Bagaimana lingkungan kerjamu, gimana bosmu nanti?" tanya Bapak.

"Alhamdulillah lingkungan islam pak, bosku juga muslim tetapi menganut aliran yang berbeda dengan kita. Jika kita ahli sunah wal jama'ah, beliau menganut aliran wahabi. Tapi bapak ibu ndak usah khawatir, Halimah teguh prinsip dan teguh pendirian. Soal kerja ya kerja secara profesional aku jual jasa ke perusahaan, soal aqidah aku tetap aswaja," paparku pada bapak ibukku.

"Bapak tidak ridho kamu kerja di perusahaan milik orang wahabi. Mereka itu radikal, sedikit sedikit dibid'ahkan. Tahlilan, yasinan, berjanjen bahkan solawatan dibilang bid'ah. Bapak ibu tidak mau kamu seperti itu. Orang itu taat sama atasan yang mbayar. Kalau kamu kerja untuk mereka, perlahan otakmu pun dicuci mereka. Ya awalnya dirayu digaji diatas rata-rata, kesukaanmu diberikan semua, tapi nanti kamu dicuci pola pikirnya harus mengikuti mereka. Bapak tidak ridho dunia akherat kalau kamu kerja di sana," kata Bapakku tegas. 

"Ibu juga tidak ridho dunia akherat. Kita ini aswaja nduk, jangan gegara hubbud dunya menjual aqidah kita. Ibuk percaya kamu teguh prinsip, teguh pendirian. Namanya orang, dirayu terus pasti ada lemahnya apalagi kesukaanmu diiming-imingi semua. Pilih akherat nduk, belajar dari kisah ulama dan kisah wahabi di Timur Tengah. Ibu tidak ridho kamu disana. Tugas ibu mengarahkan akheratmu. Ibu tidak gila harta, hidup kalau penuh syukur pasti dicukupkan Allah. Daripada engkau beri uang dari kerja di sana yang berdampak aqidahmu rawan tergadaikan, lebih baik ibu tidak engkau beri. Prioritaskan akheratmu. Ibu gagal mendidikmu kalau kamu nekad ke sana. Cintai sholawat, yasinan, tahlilan, ahlul bait, dzuriyah rosulullah. Jangan seperti wahabi yang sedikit sedikit membid'ahkan. Toleransi tapi tetap menjaga aqidah dan syari'at," kata ibuku. 

"Nggeh Pak, Buk. In syaAllah Halimah akan mengirimkan surat resign. Karena Halimah minta waktu 3 hari sebelum menandatangani kontrak kerja, Halimah izin meminta ridho bapak ibu dulu," jawabku. 

Aku pun memutuskan untuk birrul walidain dengan taat orangtua, toh orangtuaku memintaku kebaikan yakni mengutamakan akherat, mereka tidak menuntut kekayaan harta dariku tapi menuntutku taat syari'at dan hakikat serta menjalankan kebaikan. Berdasarkan pertimbangan matang, surat resign pun kukirimkan CEO. Mencoba bangkit dan tak berputus asa, aku pun melamar pekerjaan lain. Sambil apply-apply dan menunggu pengumuman panggilan kerja, aku mendirikan bimbingan belajar di rumah. Alhamdulillah ala kulli hal, ramai anak-anak les tiap hari hampir 20 - 50 anak yang datang ke rumah untuk meminta les.

Pada Januari 2017, aku pun pergi ke Pare, Kediri, Jawa Timur untuk bekerja di Yayasan Lembaga Bimbingan Masuk Perguruan Tinggi. Di tempat ini aku mengajar soal-soal SBMPTN tulis agar para siswa lolos SBMPTN. Alhamdulillah ala kulli hal, atas nikmat yang Allah berikan, di Pare Kediri, aku banyak belajar hal-hal baru. Selain berbaur dengan anak-anak, aku juga mencoba memahami adat setempat. Kehidupan di Pare yang tersohor sebagai kampung Inggris terlihat sangat damai dan rukun. Kepedulian masyarakat terhadap pendidikan juga sangat tinggi. Anak-anak dari berbagai penjuru seperti dari pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan lain-lainnya datang ke Pare untuk mengikuti bimbingan les bahasa Inggris. Antusiasme anak-anak yang kuajar di yayasan juga sangat tinggi. Saat kusodori soal-soal pemanasan untuk menjajaki seberapa jauh kemampuan mereka sebelum kuberikan materi, mereka sangat bersemangat menjawab. Setelah 10 hari di sana, aku izin resign karena aku harus ikut seleksi Indonesia Mengajar. Alhamdulillah aku lolos tahap administrasi seleksi Indonesia Mengajar. Tahap wawancara, psikotes, dan sebagainya lolos. Tetapi gagal di tes kesehatan, dimana aku memiliki riwayat atsma. Sementara nanti aku ditempatkan di daerah terpelosok, terdalam, dan terluar. Akhirnya aku gagal di sini, kenapa tidak diterima?. Karena tahun sebelumnya aku daftar, ada juga volunteer Indonesia Mengajar yang meninggal karena riwayat atsma. Atas pertimbangan itu di final gagal. Keselamatanku jadi pertimbangan. 

Aku mencoba tegar meskipun kenyataan pahit. Aku yakin ini adalah jalan terbaik Allah, ketika lolos semua tapi gagal di kesehatan sebab riwayat atsma. Padahal aku juga hobi muncak dan mantai, cuman dari panitia khawatir. Selanjutnya aku mendaftar sebagai Representative Delegate Trainee di PT. Nestle. Alhamdulillah lolos tahap administrasi, gagal di tahap wawancara. Tepatnya saat ditanya persyaratan bisa menyetir mobil atau tidak. Bisa menyetir mobil adalah persyaratan utama Representative Delegate Trainee karena nantinya akan diberikan fasilitas mobil untuk kerja dan karenanya wajib bisa nyetir. Sedangkan aku belum bisa menyerir mobil. Aku mencoba bangkit lagi dan tidak putus asa. Aku sadar dan menerima ini dengan lapang dada, karena memang persyaratan utama bisa nyetir mobil. 

Pulang seleksi aku naik kereta menuju Blora. Iya, dari Bandung - Blora. Di kereta, orang yang duduk disampingku ngobrol lama sama aku. Kami diskusi soal pendidikan, sosial, dan karir. Tak kusangka, di akhir diskusi beliau tertarik dengan pola pikirku dan CV-ku yang kuperlihatkan padanya dan karya-karyaku, spontan beliau memberi kontak nomor HP-nya dan memberi kartu nama. Aku pun mengucapkan terima kasih. Setelah itu aku diam, menoleh samping jendela kaca kereta sambil melihat pemandangan gelapnya malam dan kerlap-kerlip lampu mewarnai kota. Kupegang kartu nama, kulihat namanya, lalu ku searching di Google. Kalau orang terkenal, atau punya track record jejak biasanya banyak muncul di berita dan di sosmed. Kulacak semua dengan lincah sebagaimana biasanya aku intel networking. Subahanallah, ternyata keren. Beliau adalah founder sekaligus pemilik jabatan tertinggi di salah satu PT. Asuransi di Indonesia. Tak lama kemudian melihat kelincahanku, beliau melirik dan berkata. 

"Kamu cerdas ya, dapat kartu nama langsung searching track record jejak. Iya, aku owner perusahaan. Aku suka pola pikir, kelincahanmu, dan karya-karyamu. Kalau kamu mau, kamu boleh gabung ke perusahaan dan langsung accepted," katanya. 

"Benar Pak?. Alhamdulillah, saya minta waktu 3 hari untuk menjawab, ya Pak. Saya mau minta izin orangtua dulu. Diizinkan tidak. Terimakasih, senang mendengar informasi ini dari Bapak." 

Begitu aku sampai rumah, aku pun memberikan kabar gembiraku terkait aku bertemu CEO asuransi dan ditawarin kerja langsung accepted di job position yang bagus. Begitu mendengar kata asuransi. Bapak langsung menjelaskan secara fiqih hukum kerja di asuransi. 

"Nduk. Kerja di asuransi konvensional itu hukumnya haram karena ghoror (untung-untungan). Contohnya gini, kamu sebagai konsumen/client asuransi kan bayar asuransi tiap bulan, tapi uangmu tidak bisa dicairkan. Bisa digunakannya kalau sakit aja atau kecelakaan. Lah kalau sehat sehat aja ya nggak bisa manfaatin. Ini  namanya akalan, dosa. Kecuali asuransi syari'ah yang benar-benar menjalankan prinsip syari'ah ya halal. Prinsip syari'ah yang dihalalkan apa saja, ini nduk: 
  1. Tidak memasukkan unsur riba dalam perhitungan premi.
  2. Menggunakan akad asuransi yang diperbolehkan dalam Islam.
  3. Investasi yang terdapat dalam asuransi tidak mengandung unsur riba, judi, penipuan, dll.
  4. Perusahaan asuransi harus menerapkan prinsip syari'ah dalam menyelenggarakan asuransi syari'ah.
  5. Pengelolaan asuransi hanya dilakukan oleh satu lembaga saja.
  6. Besarnya premi dihitung berdasarkan rujukan tabel mortalita untuk asuransi jiwa serta morbidita untuk asuransi umum.
  7. Perusahaan asuransi diperbolehkan menerima ujrah dari pengelolaan dana tabarru’ yang disetor nasabah.
Bahkan nduk, sekalipun asuransi namanya syari'ah tapi kalau tidak benar benar menjalankan prinsip syari'ah ya haram. Nah pastikan dulu perusahaan asuransi yang nawarin kamu kerja itu sistem e konvensional atau syari'ah. Kalau konvensional, nggak usah diterima. Kalau sistem e syari'ah dan benar-benar menjalankan prinsip syari'ah tanpa riba dan ghoror, diambil tidak masalah," papar bapakku.

Setelah kupertimbangkan matang-matang penjelasan bapak, aku pun msmilih menolak tawaran itu. Aku khawatir ghoror apalagi sudah tahu sistemnya. Aku mau rizki yang kuperoleh halal, tidak riba juga tidak ghoror.  

Sebulan kemudian aku mendaftar sebagai pegawai bank. Serangkaian seleksi kulalui mulai dari dari seleksi berkas dan wawancara. Alhamdulillah ala kuli hal aku lolos diterima sebagai bank. Aku pulang dengan raut berbunga-bunga, wajah sumringah dan mata berbinar-binar. Kusampaikan kabar gembira aku diterima kerja di bank kepada orangtuaku. Sayang, kehendak Allah berkata lain. Orangtuaku tak meridhoiku bekerja di bank. Iya, aku jarang cerita soal planning, barulah kalau sudah hasil aku cerita dan minta izin. Aku lebih suka hasil bicara, masalah direstuin ya lanjut, tidak direstuin ya mundur. Biasanya diam-diam aku ikut seleksi, barulah kalau mau final berhasil aku minta restu ibu sama bapak. Ini kata orangtuaku tatkala aku minta izin kerja di bank. 

"Bapak ibu ndak ridho kamu kerja dibank. Memang ada dua ulama, ada yang membolehkan kerja di bank, ada juga yang mengharamkan. Tapi mayoritas mengharamkan. Kita ambil hukum yang hati-hati saja, wira'. Kerja di bank itu rawan riba nduk, sedang riba hukumnya haram. Memang orang nabung di bank, transfer di bank, bahkan naik haji lewat bank, tapi kan kepepet karena sistemnya begitu. Mereka tidak meminta bunga, diberi sendiri berarti kan hibah. Lah kalau sengaja kerja, gajinya dari riba orang yang hutang lak harom. Kalau masih ada kerjaan lain yang aman, pasti halalnya. Cari yang lain nduk. Ibu nggak mau makan uang riba, riba haram bukumnya, pedih siksanya. Jika kamu tetap kerja di bank ya silahkan, itu keputusanmu, itu pilihanmu. Tapi uangnya tidak usah kamu berikan kami, kami tidak mau diberi uang hasil riba, kamu makan sendiri."

Kebahagiaanku seketika pudar, wajah berseri mendadak berubah mendung bak langit yang hendak memuntahkan hujan deras. Mataku berkaca-kaca hendak memuntahkan lahar dingin di pipiku, namun sesekali aku menyekanya. Bagaimana mungkin aku bekerja untuk diriku sendiri tanpa kuberikan orangtuaku?. Tidak. Aku kerja untuk membahagiakan orangtuaku di samping diriku. Aku tak mau kerja di tempat dimana ibuku tidak mau menerima uang dariku. Bagaimana mungkin aku tega melukai hati orangtuaku terlebih ibu yang melahirkanku dan  membesarkanku. 

Dengan linangan air mata kuputuskan resign dari bekerja di bank sebelum menandatangani kontrak kerjasama. Alhamdulillah, ridho ibu adalah ladang surgaku maka entah ibu setuju atau tidak, aku selalu meminta restu dan doa darinya. Jika direstui aku maju, jika tidak direstui maka aku mundur. Anak wajib taat orangtua selama yang diperintahkan orangtua bukan kemaksiyatan, kedzoliman, dan menyekutukan Allah swt.

Bersamaan dengan aku resign dari kerja di bank, aku mendapatkan surat panggilan kerja di perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit di Kalimantan. Qodarullah, ibuku tidak merestui putrinya merantau di luar Jawa. Ibu menghawatirkan keselamatanku, terlebih aku anak perempuan. Aku pun menaati ibu sebagai bentuk birrul walidain.

Pada bulan April 2017, setelah resign dari kontrak kerjasama di bank dan tidak mengambil kesempatan kerja di perusahaan kelapa sawit, aku mendaftar di PT. Bimbing Island Indonesia dan diterima sebagai staff RnD (Research and Development). CEO perusahaan ini sangat baik dan sayang kepadaku, memperlakukanku layaknya anak sendiri. Aku bertemu CEO perusahaan saat aku presentasi lomba di pameran, dan beliau tertarik dengan produk inovasiku. Dari situ, aku direkrut jadi pegawainya tanpa seleksi karena beliau sudah mengetahui potensi dan kemampuanku saat presentasi lomba. Ketika berangkat ke Jakarta, sampai di stasiun pasar Senen aku dijemput supir bos untuk diantar di mess. Sebelum ke mess, saya diajak makan malam dulu di restaurant bersama keluarga bos. Suatu kebahagiaan bagiku, karyawan diperlakukan baik oleh CEO perusahaan ketika pertama kali datang.

Meski pegawai baru, alhamdulillah aku sering dipercaya untuk memimpin meeting dan diajak meeting ke luar kantor, bertemu partner bisnis. Bukan hanya itu, aku juga dipercaya untuk mempresentasikan pemaparan produk dalam rangka menyambut kunjungan kerja Menteri Keuangan (Menkeu) serta Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), menyambut kunjungan kerja dari salah satu Universitas di Australia, serta presentasi produk kepada client. Alhamdulillah ala kulli hal, Allah berikan nikmat yang tak terduga nan indah.

Kedekatan bos dan keluarga bos kepadaku serta kepercayaannya kepadaku yang sering kali memuji kinerjaku rupanya memicu rasa iri karyawan lain. Tak jarang mereka mengerjaiku, memfitnah hingga membuatku menangis. Pernah suatu ketika, aku dipaksa belanja ke pasar. Pekerjaan yang seharusnya tugas office boy dilempar keladaku dengan ancaman dan bentakan dari karyawan-karyawan lain. Belum fitnah lain yang membuatku menangis. Sikap karyawan yang membully dan mengerjaiku gegara iri karena aku diberi kepercayaan bos tidaklah kubalas dengan keburukan serupa. Aku tetap menyapa mereka dengan ramah ketika bertemu dan tetap kuberlakukan dengan baik. 

Sepulang kerja dari perusahaan, setiap habis magrib aku mengadakan bakti sosial yakni sepekan 3 kali. Aku mengajar ngaji anak-anak buruh di sekitar kawasan pabrik. Antusiasme anak-anak yang ikut mengaji alhamdulillah cukup banyak, sekitar 20-an anak. Suatu kebahagiaan bagiku bisa mengajar ngaji anak-anak buruh pabrik dan warga sekitar kompleks pabrik. Tiga kali seminggu yakni hari Senin, Rabu, dan Jum'at, aku mengajar anak-anak.  Pada hari Senin mengajar fiqih, Rabu mengajar Siroh atau kisah islami, dan Jum'at mengajar Al Qur’an dan tajwid.

Pada bulan Juni 2017, tepat bulan ramadan, karena bullying dan fitnah teman-temanku kian kejam, aku memutuskan resign dari perusahaan. Sebelum pulang, aku pamitan dengan bosku (CEO Perusahaan) dan anak-anak yang kuajar ngaji. Anak-anak yang kuajar ngaji pun melepas kepergianku dengan hati sedih sebab mereka sudah nyaman kuajar ngaji, paham, dan semangat. Pun demikian dengan bosku. Bosku mengerti kejadian yang menimpaku atas laporan dari HRD, tapi beliau telat mengetahuinya. Beliau menahanku untuk tidak resign, dan hendak memberi hukuman pada karyawan yang membullyku. Tapi aku menahannya, lebih baik aku yang mengalah, in syaAllah rizki dari Allah luas untukku. Aku memikirkan nasib yang membullyku jika dia dipecat. Meskipun jahat, aku kasihan. Dia posisinya ayahnya sudah meninggal, tinggal ibu saja, sudah menikah, masih nyicil rumah, anaknya masih balita. Kalau dipecat, gimana dia bayar cicilan rumahnya, gimana dia nafkahi anaknya, gimana keluarganya. Dengan berat hati, dalam raut wajah dan mata yang berkaca kaca, bos menerima keputusanku untuk resign walau sebelumnya ditahan dan benar-benar tidak mengizinkan resign. Tapi keputusanku bulat, daripada kerja penuh dengan bullying, penuh tekanan batin, tidak nyaman, lebih baik mengalah resign dan mencari pekerjaan lain. Toh kalau memang kualitas diriku baik, in syaAllah aku akan mendapatkan pekerjaan lain dengan mudah. Mengalah bukan berarti kalah, seandainya aku meminta bos memecatnya dan membuka kedzolimannya pun bisa, tapi aku tak tega karena mengetahui keluarga yang mendzolimiku butuh dinafkahi. Mengalah bukan berarti kalah, mengalah adalah jalan kedamaian yang kupilih in syaAllah diganti Allah dengan rizki halal yang lebih baik.

Selanjutnya, aku melamar pekerjaan di salah satu International school di Tangerang. Mayoritas guru dan murid di sini beretnis Tionghoa. Kebanyakan dari mereka menganut agama Kristen, Katholik, dan Khong Hu Chu. Pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi. Seleksi menjadi guru di sini sangat ketat mulai dari seleksi berkas atau administrasi, seleksi wawancara menggunakan bahasa Indonesia, seleksi wawancara menggunakan bahasa Inggris, dan microteaching. Alhamdulillah aku lolos semuanya. Seleksi berkas, skorku paling bagus ditunjang prestasiku terbanyak dari pelamar lain. Seleksi wawancara lancar semua dan microteaching dengan standing applause dari Kepala Sekolah. Hal itu lantaran anak anak paham, bisa menjawab kuis kuisku, kelas asyik dan menyenangkan. 

Selesai microteaching, aku istirahat. Selama istirahat dijamu dengan beberapa hidangan oleh Kepsek. Beliau juga langsung memeluk dan menjabat tanganku. Lalu aku ditanya:

"Miss halimah, pulangnya udah pesan tiket belum?" 

"Sudah Bu. Tiket berangkat dan pulang sudah semua. Yang belum pesen, ya grab dari lokasi sini ke stasiun bu," jawabku sembari senyum. 

Tanpa pikir panjang beliau langsung buka aplikasi grab dan langsung memesankan grab untukku pulang nanti dan dibayari. Padahal jarak sekolah ke stasiun lumayan jauh. Setelah memesankan grab, beliau mengajakku keliling sekolah dan menyatakan aku diterima jadi guru di International school yang beliau pimpin. Aku ditunjukkan messku nanti selama ngajar. Aku juga diberikan fasilitas khusus untuk riset dan membimbing lomba. Di sini tidak ada satupun yang berhijab, awalnya aku dilarang berhijab. Tapi aku kekeh dan tegas kalau tidak boleh berhijab mundur. Sementara mereka sudah takjub dengan hasil seleksiku, sehingga diperbolehkan memakai hijab sendiri jika nanti aku sudah fiks mengajar di sini. Kami pun tawar menawar gaji, dan aku pun minta gaji diatas standar umumnya. Alhamdulillah di ACC. Kata kepala sekolah karena ini sesuai dengan kualitasku dan akan disampaikan ke pemilik yayasan sekolah swasta bertaraf International yang menggunakan sistem bilingual itu. Bahkan jika sudah siap, aku bisa segera TTD Kontrak dan SK Guru yang dikeluarkan oleh yayasan. Senang rasanya hatiku, karena sebelumnya pelamar lain belum dinyatakan lolos, sementara diriku langsung di ACC lolos paska microteaching. Alhamdulillah ala nikmatilah. 

Sebelum mengambil keputusan TTD kontrak, aku meminta waktu 2 hari guna meminta izin bapak ibu. Ternyata ibuku tidak mengizinkanku bekerja di lingkungan minoritas muslim meskipun aku digaji di atas rata-rata. 

"Buk, Halimah ketrima kerja di International School. Alhamdulillah bakal digaji di atas rata rata guru di sana, diberi fasilitas mimpin lab buat riset dan membimbing siswa siswa untuk lomba. Mess sudah disiapkan dan fasilitas diberikan," kataku pada ibu bapak. 

"Alhamdulillah ibu ikutan seneng. Itu di International school ya nduk. Mayoritas di sana gimana lingkungannya?" 

"Mayoritas non muslim semua. Tapi toleransi kog bu. Aku dibolehkan tetap pakai hijabku dan boleh menjalankan ibadahku serta tidak mengikuti acara ibadah mereka yang diadakan sekolah. In syaAllah ini tantangan bagiku pak bu, aku pengen jadi duta Islam disana, ini ladang dakwahku buat ngajak orang masuk islam lewat akhlak dan pola pikirku," jawabku. 

"Ibu tidak mau gegabah. Ibu mau hati hati. Tetangga kita ada yang kerja di lingkungan non muslim, sekarang malah murtad dan menjadi non muslim. Ibu khawatir demikian, bukan kamu yang ngajak orang-orang masuk Islam, justru kamu yang kegeret masuk non Islam meninggalkan Islam. Ibu tidak mau itu, ibu tidak tergila-gila iming iming gaji besar. Betapa ruginya bapak ibu kalau punya anak murtad. Wallahi ibu tidak merestuimu kerja di sana," kata ibuku tegas.

"Keputusan ada di kamu. Kalau nekad ya silahkan. Uang dari kerja di sana tidak usah diberikan kami. Kami kehilangan kamu tidak apa apa daripada tidak bisa dinasehati. Kamu kerja di non muslim, tidak kami akui sebagai anak. Kami lebih takut kalau anak kami meninggalkan Islam daripada memiliki anak tapi tidak ta'at Allah. Hidup mati tidak apa apa kalau dalam kondisi islam, kalau dalam kondisi tidak Islam. Ini yang rugi. Harta pasti cukup kalau kita penuh syukur. Tujuanmu bagus, tapi kami khawatir akan itu. Kamu sendiri, mereka ratusan. Pertama memang kamu dirayu dengan iming iming gaji gedhe, lalu memfasilitasi kesukaanmu, setelah itu mereka pun mau feed back balasan dari semua itu. Ibu tidak mau kamu seperti tetangga kita yang murtad, " kata bapak tegas.

Air mata meluncur deras membasahi pipiku dan hijabku. Aku diam terpaku, tidak menjawab sepatah katapun. Lalu aku solat, sujud lama kutumpahkan perasaanku. Selain itu, aku curahkan masalahku pada ulama yang aku percaya yang in syaAllah ngalim lagi bijaksana. Alhamdulillah aku diarahkan untuk ta'at orangtua. Aku pun merenung, jika kupikir-pikir permintaan Bapak Ibukku baik, mereka memintaku menjaga keislamanku, memprioritaskan akheratku. Maka wajib bagiku menta'atinya sebab perintahnya baik, sesuai syari'at dan menjalankan perintah Allah. Kecuali jikalau orangtua meminta menyekutukan Allah, bermaksiyat, berbuat dzolim maka wajib ditolak, tetapi menolak pun harus dengan jalan halus.

Selanjutnya ibuku memintaku untuk aku mengajar di Yayasan Pesantren, mengajar di madrasah setingkat dengan SMP dan SMA. Memang bisyaroh mengajar di pesantren tidak sebesar di International school, tidak sebesar di Perusahaan atau instansi di kota besar, bahkan 30% dari salary sebelumnya saja tidak ada, masih jauh. Tetapi demi ta'at ibu in syaAllah berkah dunia akherat. Ibuku bilang bahwa bila aku mengajar di yayasan milik pesantren itu artinya aku turut serta memajukan pendidikan pesantren dan berkontribusi untuk kemajuan Islam di bidang pendidikan. Ibuku pun meyakinkanku bahwa dunia hanya sementara sedangkan akherat abadi. Masalah harta pasti cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup tapi tak akan pernah cukup untuk memenuhi gaya hidup. Selama hidup penuh syukur, sederhana, dan tidak neko-neko in syaAllah dicukupkan Allah dan malah masih bisa berbagi. Aku pun ta'at ibu. Bagiku ibuku adalah ladang surgaku hingga aku menikah. Setelah menikah ladang surgaku adalah ridho suamiku. Apapun yang kulakukan wajib izin bapak ibu.

Mengapa aku ta'at ibu? Karena ridho Allah bersama ridho ibuku, apalagi ibuku memintaku selalu mengutamakan akherat dan Islam. Aku selalu teringat kisah juret, Al Qomah, Tsalabah, dan Uwais Al Qorni. Ta'at ibu dalam kebaikan dan syari'at in syaAllah berkah dunia akherat. Semoga tulisan ini bermanfaat bisa menjadi inspirasi terutama bagi pemuda atau anak yang mengalami hal yang sama, keinginannya berbeda dengan orangtua dan bagaimana cara mensikapinya yang bijaksana.

Senin, 26 Juli 2021

SURAT CINTA UNTUK MADRASAH PERTAMAKU

SURAT CINTA UNTUK MADRASAH PERTAMAKU

*****

Dariku...

Putri kecil yang sangat kau cintai

*****



Assalamu'alaikum. Wr. Wb

Salam takdzimku untuk wanita paling mulia dalam hidupku, wanita yang bertaruh nyawa untuk kelahiranku ke dunia. Semoga limpahan rahmat dari Allah swt senantiasa tercurah untuk ibuku tercinta. Jantung hatiku, buah kebahagiaanku, sumber inspirasiku, dan sumber motivasiku untuk mencapai ridho rabb ilahi.

Ummi...

Kutulis surat ini di hari spesialmu yang ke 48. Semoga hari-hari tuamu diselimuti kebahagiaan. Bahagiamu adalah sumber bahagiaku.

Ummi...

Ya qurrotul ain...

Bila kukenang jasamu, samudra tinta pun tak akan habis untuk memujimu. Kutulis jasamu untuk mengingatkanku untuk senantiasa memuliakanmu dalam bingkai birul walidain sebagai jalan menggapai ridho Tuhanku.

Ummiku sayang...

Engkau adalah wanita terhebat dalam hidupku. Demi menanti kelahiranku, 9 bulan engkau mengandungku. Tidurmu tak nyenyak, karena janin yang kau kandung harus kau jaga, tengkurap pun tak bisa. Kesana-kemari menggendong janinmu, tapi engkau tak pernah mengeluh bahkan dengan senang hati kau menerimanya. Bahkan tubuhmu yang langsing menjadi gendut saat engkau mengandungku. Semua itu tak kau keluhkan, engkau menerimanya dengan ikhlas, hati berbunga-bunga demi menyambut bayi mungilku waktu itu. Masya Allah, la haula wala quwwata illa billah. Seribu takjubku untukmu wahai ibuku, mentari hidupku.

Umiku sayang...

Ya madrosatil ula, ya sayyidatun nisa, ya habibal qolbi...

Bila kukenang, kasihmu tiada tara bagai mentari menyinari dunia. Betapa sabar dan penyayangnya engkau, kau berikan ASI-mu selama 2 tahun tanpa sedikitpun keluhan.

Kala kecilku... 

Saat aku tak bisa memakan makanan, dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, engkau suapiku pelan-pelan. Sungguh, betapa mulianya engkau wahai ibuku. Kelak ini jadi hikmah bagiku, masa tuamu adalah ladang pahala bagi putrimu untuk memuliakanmu. Menyuapimu kala engkau sakit, merawatmu dengan penuh kasih sayang, mencukupi segala kebutuhanmu dengan baik.

Kala kecilku...

Seringkali suaraku seperti kaleng rombeng, kaset bobrok yang diulang-ulang. Tapi engkau tak pernah mengeluh, justru engkau semakin gemas melihatku giat berlatih berbicara. Kelak, di usiamu senja saat manula menyapa, pendengaranmu melemah. In syaAllah aku tak akan bosan mendengarkanmu mengulang-ulang perkatanmu. Akan kudengarkan semua perkataanmu sebagaimana engkau tak pernah marah mendengar ocehanku di kala kecil.

Kala kecilku...

Wahai ummi... 

Saat jalanku tertatih-tatih, dari merangkak, berdiri, dituntun berjalan, hingga berlari. Dengan sabarmu menggendongku sebelum aku bisa berjalan. Lalu dengan penuh kasih sayang kau menatihku, menuntunku hingga aku bisa berjalan bahkan bisa berlari bermain kesana-kemari. Kelak, di senja usiamu. Saat engkau kesusahan berjalan, semoga aku sabar menuntunmu, merawatmu sebagaimana kesabaranmu dulu menggendongku, menatihku, hingga menuntunku bisa berjalan dan berlari.

Ummi...

Ummi dan abah adalah ladang surgaku. Aku selalu teringat bagaimana gigihnya ummi mendidikku. Dulu, tiap sore dan malam ketika SD, ibu yang mengajariku baca tulis al Qur’an, ngaji fiqih, tauhid, tajwid hingga mengajari baca tulis hitung serta wajib di hafalkan. Ibu mengajarkan putri ibu disiplin, jam belajar tepat waktu tidak molor. Bahkan nonton TV pun dijadwal selama masa sekolah, nonton TV khusus malam minggu. Selebihnya tidak boleh dan harus belajar. Selama belajar, ibu duduk di samping putri kecilmu menemaninya sampai bisa.

Ya Ummi...

Aku teringat bagaimana ibu mendidik Halimah menjadi pribadi yang jujur, menepati janji dan amanah. Bagaimana tegasnya ibu dan menghukum dengan hukuman edukatif di saat putri ibu membuat kesalahan. Ibu selalu mengajarkan jangan terbiasa berbuat salah meskipun kesalahan kecil. Kesalahan kecil yang disepelekan lama-lama akan menjadi kesalahan besar.

Ya ummi...

Kenangan kerja keras umi mendidik ilmu dan mendidik akhlak sangat terpatri di memoriku. Bukan hanya itu, tapi gigihnya ibu bekerja keras turut banting tulang membantu bapak untuk membahagiakan putri ibu menjadi pelecut semangat Halimah belajar, berkarya, dan bekerja. Ibu, tak ada cinta yang pengorbanannya melebihi pengorbanan jasa ibu.

Ya Ummi... 

Duhai kekasih hatiku, samudra cintaku, ibuku tercinta. Engkaulah wanita yang mengajarkanku sifat penyayang, kepedulian sosial lagi dermawan. Aku masih teringat tahun 2015 silam, dimana saat engkau merawatku sakit setelah kecelakaan. Dari bilik kosku, engkau pulang membawa makanan yang baru saja engkau beli dari warung makan. Makanan hangat, enak, lengkap dengan sayur dan lauk itu lantas kau bungkus di kresek dan kau buang ke tempat sampah. Waktu itu aku protes "Ibu, jangan buang-buang makanan. Apalagi makanan itu masih anget, enak. Betapa banyak di luaran sana yang kelaparan sementara ibu membuang makanan," protesku. Ibu tak menjawab sepatah kata pun. Tiba tiba ibu mengajakku berada dibalik jendela, mengintip dari balik tirai. Ternyata tiap hari di tempat sampah depan kos, tempat ibu buang sampah, ada ibu-ibu pemulung yang mungutin sampah sambil leles-leles makanan. Nah ibu melihat itu, beliau tak tega. Lantas beliau berpikir bagaimana memberi tapi yang diberi tidak malu menerimanya dan tidak merasa diberi, sodaqoh siri. Itulah mengapa ibu membuang nasi hangat biar dikira sampah, tapi diletakkan paling atas. Kalau diambil, beliau tidak malu, tidak merasa diberi karena nemu. Masya Allah, saat itu juga mataku berkaca-kaca, betapa dzolimku mengira ibuku membuang-buang nasi. Aku banyak belajar dari ibu. Sodaqoh tanpa mempermalukan yang menerimanya. Suatu ketika aku menjumpai pengemis datang ke rumah kami, ibu yang waktu itu sedang masak, pengemis itu diajak masuk, diajak makan, disuguhi banyak makanan layaknya menjamu tamu. Dari sini aku belajar, berempati. Sodaqoh ada 2, sodaqoh terang-terangan dan sodaqoh tersembunyi, semuanya baik yang tidak baik adalah bakhil (pelit) bersedekah. Tapi yang paling utama adalab sodaqoh sirri (sodaqoh sembunyi untuk menjaga kehormatan si penerima). Jika sumber sodaqohmu adalah uang pribadimu sendiri, maka alangkah baiknya sodaqoh sirri tanpa orang lain tahu. Namun jika sodaqohmu bersumber dari donasi orang-orang, atau kamu mengelola bantuan sosial pemerintah maka wajib bagimu transparan, jujur, dan amanah. Semoga rohmat Allah untuk ummi yang melatihku penyayang dan peduli. 

Sungguh... 

Tanpa ridho ummi, putrimu tak akan bisa mendirikan dan membangun kegiatan sosial. Karena ridho ibu adalah surgaku. Terimakasih untuk selalu mendukungku meraih kebahagiaan akheratku. Terimakasih selalu melarangku tatkala aku hampir terjatuh dalam lembah dosa. Ibuku adalah guruku syari'at dan hakikat yang memberiku teladan sikap. Terimakasih ummi. 

Semoga doaku diijabah ya ummi...

Di kala usiamu senja nanti. Semoga engkau tidak bersusah payah banting tulang, kalau pun bekerja bukan bekerja untuk nafkah hidup, tapi bekerja sebagai hobi dan hiburan sembari solawatan. Semoga di waktu senja dan usia semakin menua, bapak ibu bisa fokus ngaji dan akherat. Gantian putri-putri ibu yang merawat dan membiayai ibu bapak, memuliakan ibu bapak sebagaimana ibu bapak merawat dan membiayai kami sewaktu kecil.

Ya ummi...

Ya hubabati, ya sayyidati, ya qurrotul aini.

Doaku selalu mengalir untukmu, sedalam samudra cinta, seluas angkasa membentang, dan sedalam lautan kasih kupanjatkan terus doaku. Semoga barokah memuliakanmu menjadi ladang surgaku untuk mencapai ridho Rabb Ilahhi.

Ya Ummi...

Semoga rahmat Allah swt senantiasa tercurah untukmu. Semoga pinaringan panjang umur, kelak bisa melihat dan menyaksikan cucu-cucumu belajar hingga baligh. Semoga hidayah Allah swt senantiasa tercurah untukmu sehingga engkau tetap dalam cahaya Islam, tetap iman dan kelak akhir hayatmu husnul khotimah. Semoga engkau menjadi bagian dari para kekasih Allah, wahai wanita mulia yang bertaruh nyawa melahirkanku ke dunia.

Duhai ummiku sayang...

Engkau dan bapak yang merawatku sedari kecil, engkau yang mendidik akhlakku sedari kecil. Kelak saat aku menyempurnakan separuh agamaku, surgaku berpindah tangan dari ridhomu menjadi ridho zauj-ku. Bila pengabdianku dulu sebelum zuad adalah padamu sebab engkau ladang surgaku. Kelak aku harus meninggalkanmu dan memgabdikan hidupku pada zaujku demi meraih ridho rabbku. Ummi, ketika pemgabdianku berubah ke zauji, bukan berarti aku tidak taat padamu, bukan berarti aku mengabaikanmu, tapi aku menjalankan perintah Rabb dan rosulku. In syaAllah itu adalah bentuk keberhasilanmu mendidikku yang mana surga seorang istri adalah taat suaminya dalam kebaikan dan taat ke Allah swt. Kelak taatku pada zuadku in syaAllah pahalanya aku hadiahkan untuk ummi pula, sebab ummi-lah yang mendidik akhlakku untuk taat syari'at agama, in syaAllah ini akan jadi amal jariyah ummi. Terimakasih ummi untuk selalu mengingat akheratku. Semoga hadiah surga, Allah limpahkan atas kemuliaanmu. Salam takdzimku untukmu, seribu doa kulangitkan untuk kebahagiaan dunia akheratmu ya hubabati. 

Duhai ummiku sayang...

Ridhomu adalah ladang surgaku. Restumu adalah jembatanku meraih ridho Rabb Alam Semesta. Doa yang paling ijabah bahkan lebih ijabah dari doa 1000 wali adalah doamu. Doakan putrimu ini menjadi mar'atus solekhah, lantas kelak ketika zuad memiliki zauj soleh yang penyayang lagi kelak putrimu menjadi zaujati solekhah yang meneladani zaujati muthi'ah dan memiliki dzuriyah soleh solekhah cerdas yang senantiasa mendoakan orangtuanya, eyang-eyangnya, guru-gurunya dan para ulama hingga rosulullah saw. Semoga kelak kita semua termasuk kekasihnya Allah, dikumpulkan bersama kekasih Allah, dan Pasti kebahagiaan hakiki di negeri akherat. Aamiin.

Wassalamu'alaikum. Wr. Wb. 

Salam takdzimku,


Dewi Nur Halimah

(Putri kecil yang engkau sayang dan kini beranjak dewasa).

Sabtu, 24 Juli 2021

UMMU SYURAIK GHAZIYAH BINTI JABIR AD DAUSIAH, PELOPOR EMANSIPASI WANITA DALAM MENYATAKAN CINTA

UMMU SYURAIK GHAZIYAH BINTI JABIR AD DAUSIAH, PELOPOR EMANSIPASI WANITA DALAM MENYATAKAN CINTA

*****

Oleh: Dewi Nur Halimah

*****



BIOGRAFI UMMU SYURAIK GHAZIYAH

Ummu Syuraik Ghaziyah binti Jabir Ad Dausiyah adalah istri dari Abul Akr. Ketika islam tiba, Ummu Syuraik dan suaminya masuk Islam dan memilih Islam sebagai agama yang dipeluknya. Namun pilihan Ummu Syuraik Ghaziyah dan suaminya ditentang keluarga sang suami.

Bila sekarang, memeluk agama adalah suatu kebebasan sebagai kepercayaan masing-masing tiap individu yang dijamin oleh undang-undang, sehingga wajib saling toleransi. Lain halnya dengan dulu dimana saat Islam baru pertama kali datang. Begitu seseorang memilih memeluk Islam, maka akan disiksa dengan penyiksaan yang berat oleh kaum kafir agar si pemeluk Islam murtad lantas kembali pada agama nenek moyang. Sungguh, perjuangan Islam saat pertama kali itu luar biasa penuh pengorbanan baik pengorbanan tenaga, harta, pikiran, jiwa, raga, bahkan nyawa.

Hal serupa pun dialami oleh Ummu Syuraik Ghaziyah. Dimana saat ia memutuskan memeluk Islam, ia disiksa oleh kaum kafir dari keluarga suaminya. Bahkan ia dijemur dibawah terik matahari selama 3 hari tanpa sedikitpun diberi minum. Penyiksaan dengan tujuan agar iman Ummu Syuraik melemah lantas menyerah dan meninggalkan Islam untuk kembali memeluk agama si kafir. Pada hari ketiga penyiksaan, dimana kondisi Ummu Syuraik sangat lemah karena dehidrasi tanpa diberi minum, kaum kafirin memaksa Ummu Syuraik Ghaziyah meninggalkan Islam, namun Ummu Syuraik Ghaziyah memilih tetap berpegang teguh pada Islam.

Di saat Ummu Syuraik Ghaziyah sangat letih, penyiksaan demi penyiksaan ia terima. Tiba-tiba datang pertolongan dari Allah swt berupa datangnya timba yang berisi air yang dapat Ummu Syuraik minum dan beliau percikkan ke kepala, wajah, dan pakaian beliau. Ya, air dari Allah swt yang bergantung antara langit dan bumi. Timba air dari Allah swt yang terletak di antara langit dan bumi itu mendekati Ummu Syuraik sebanyak 3 kali hingga beliau dapat meminumnya dan merasa segar. Kemudian Ummu Syuraik juga memercikkan air dari timba itu ke kepala, wajah, dan pakaian beliau.

Melihat Ummu Syuraik Ghoziyah tampak segar, tidak letih dan pucat serta wajahnya basah, bajunya penuh percikan air, maka kaum kafirin pun menuduhnya telah mengambil air mereka.

"Wahai Ummu Syuraik Al Ghaziyah, wahai musuh Allah, darimanakah kamu memperoleh air ini?" tanya seorang dari kaum kafirin.

Ummu Syuraik Al Ghoziyah menjawab, "Sesungguhnya musuh Allah adalah orang yang menentang agama-Nya, bukan aku melainkan kalian. Adapun air ini adalah dari Allah. Dia menganugerahkannya kepadaku."

Mereka pun tidak percaya dengan jawaban Ummu Syuraik Ghaziyah bahwa itu air kiriman dari Allah swt. Lantas mereka mengecek seluruh tempat air mereka, mereka menjumpai tak ada sedikitpun tempat air mereka yang berkurang dan masih utuh.

Mereka takjub akan peristiwa Ummu Syuraik Ghaziyah, dari sinilah hidayah Allah swt berikan. Para kaum kafirin yang memusuhi Ummu Syuraik Ghaziyah bersaksi dan bersedia saat itu juga memeluk Islam sebagai agamanya. Akhirnya mereka semua memeluk Islam dan bergabung dengan Rosulullah saw. 

Mereka pun mengatakan: "Kami bersaksi bahwa Tuhanmu adalah Tuhan kami juga dan sesungguhnya Dzat Yang Memberimu Rizki  di tempat ini setelah kami siksa adalah Dzat yang telah mensyari'atkan Islam."


ASAL MUASAL TURUNNYA QS. AL AHZAB: 50

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ إِنَّآ أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَٰجَكَ ٱلَّٰتِىٓ ءَاتَيْتَ أُجُورَهُنَّ وَمَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ مِمَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَيْكَ وَبَنَاتِ عَمِّكَ وَبَنَاتِ عَمَّٰتِكَ وَبَنَاتِ خَالِكَ وَبَنَاتِ خَٰلَٰتِكَ ٱلَّٰتِى هَاجَرْنَ مَعَكَ وَٱمْرَأَةً مُّؤْمِنَةً إِن وَهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِىِّ إِنْ أَرَادَ ٱلنَّبِىُّ أَن يَسْتَنكِحَهَا خَالِصَةً لَّكَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۗ قَدْ عَلِمْنَا مَا فَرَضْنَا عَلَيْهِمْ فِىٓ أَزْوَٰجِهِمْ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُهُمْ لِكَيْلَا يَكُونَ عَلَيْكَ حَرَجٌ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا  

"Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al - Ahzab Ayat 50)

Ayat di atas turun berkenaan dengan seorang wanita yang menyerahkan dirinya untuk dinikah/diperistri Nabi Muhammad saw. Beberapa ahli tafsir, hadits, dan biografi seperti Imam Ibnu Katsir, Imam Al Wahidy, dan Imam Al Suyuthi sepakat bahwa wanita yang dimaksud dalam surat Al Ahzab ayat 50 adalah Ummu Syuraik Ghaziyah binti Jabir Ad Dausiyah. Seorang mufasir, Ibnu 'Asyur menyebutkan bahwa wanita yang menyerahkan diri untuk dinikah Nabi Muhammad saw ada 4 jumlahnya yakni Maimunah binti Al Harits, Zainab binti Khuzaimah, Khaulah binti Hakim Al Sulamiyyah, dan Ummu Syuraik Ghaziyah binti Jabir Ad Dausiyah. Dua orang pertama yakni Maimunah binti Al Harits, dan Zainab binti Khuzaimah dinikah nabi dan menjadi bagian dari istri Nabi Muhammad saw. Sedangkan dua lainnya yakni Khaulah binti Hakim Al Sulamiyyah dan Ummu Syuraik Ghaziyah binti Jabir Ad Dausiyah tidak dinikah Nabi Muhammad saw. Perlu diketahui sebagai catatan bahwa Ummu Syuraik Ghaziyah binti Jabir Ad Dausiyah menawarkan diri untuk dinikah Nabi Muhammad saw ketika beliau dalam kondisi janda, suaminya sudah wafat. 

Dari sini kita, khususnya para muslimah belajar bahwa emansipasi wanita sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw. Dimana pada waktu itu, budaya arab adalah lelaki yang menyatakan hendak menikahi wanita dulu, tetapi oleh lima perempuan yakni Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, Sayyidah Maimunah binti Al Harits, Sayyidah Zainab binti Khuzaimah, Sayyidah Khaulah binti Hakim Al Sulamiyyah, dan Sayyidah Ummu Syuraik Ghaziyah binti Jabir Ad Dausiyah, mereka menyatakan cintanya terlebih dahulu pada Nabi Muhammad saw dan bersedia untuk dinikah. Di sini terdapat kesetaraan, bukan hanya lelaki saja yang boleh menawarkan diri untuk menikahi wanita, tetapi seorang wanita pun boleh menawarkan diri untuk dinikahi lelaki yang dicintainya tanpa menunggu lelaki itu terlebih dahulu menyatakan hendak menikahinya.

Dari sini kita belajar, sebagai perempuan yang meneladani ummul mukminin. Jika kau jumpai lelaki soleh, berilmu, berakhlakul karimah yang bertanggung jawab yang in syaAllah siap menjadi imam yang menafkahi dzahir batin, engkau diperbolehkan untuk menawarkan diri untuk dinikahinya jika ia berkenan. Tapi perlu diingat, meminta untuk dinikah bukan menyatakan cinta untuk berpacaran. Menikah adalah ibadah yang diridhoi Allah swt, sedangkan pacaran adalah perbuatan mendekati zina yang diharamkan Allah swt. Cinta sejati ditempuh dengan jalan halal bukan dengan maksiyat pada Allah swt. Jangan mengajak pacaran, tapi ajaklah menikah jika sudah siap ilmu, mental, dan ekonomi untuk menikah. Jadi kalian para wanita, ketika engkau sudah siap umur menikah, mencintai lelaki soleh cerdas berkhlakul karimah, kalian boleh menyatakan cinta dahulu dan memintanya untuk dinikahinya apabila berkenan. Dan ketika menikah, niatkan menikah untuk beribadah semata-mata meraih ridho Allah swt. Dapat disimpulkan bahwa meminta lelaki yang kita cintai untuk menikahi kita bukanlah hal tabu, hal memalukan yang norak karena para ummul mukminin pun telah memberikan teladan. Hal yang memalukan, tabu, dan norak adalah bangga maksiyat tanpa malu justru dipertontonkan seperti pacaran bahkan zina hingga hamil dan melahirkan anak hasil perzinaan. Semoga rahmat Allah swt untuk para muslimah yang menjaga muru'ahnya dengan menjaga keteguhan hati untuk menta'ati syari'at Islam yang ditetapkan Allah swt. Aamiin.


SUMBER REFERENSI:

Ibnu 'Asyur, Thahir. At-Tahrir wa At-Tanwir, Al Maktabah Asy Syamilah.

Thabaqat Ibnu Sa'ad, VIII: 154-155.

Umairah, Abdurrahman. 2021. Tokoh - Tokoh yang Diabadikan dalam Al Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press. 


CATATAN:

Semoga tulisan ini menginspirasi. Tulisan ini penulis hadiahkan pada orangtua penulis wabil khusus ibunda tercinta yakni ibu Mahzunah dan ayahanda tercinta Bapak Masdari beserta para guru madrasah penulis maupun ustads, ustadzah, dan kiahi penulis. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam tulisan ini, semua kekurangan karena kurangnya ilmu al faqir Halimah binti Masdari. Dan segala kebenaran datangnya dari Allah swt. Semoga kisah kisah tauladan ini semakin dikenal dan dicintai masyarakat terlebih Umat Muslim di dunia. Besar harapan penulis agar cinta ummat muslim pada ummahatul mukminin melebihi gandrungnya para pemuda pada budaya barat maupun korea. Sebab kelak saat di yaumil qiyamah yang kita harapkan adalah syafaat dari rosulullah saw dan khusus wanita, kita akan sangat mengharap syafa't dari ummul mukminin kita yakni Sayyidah Fatimah Az Zahra Wal Batul. Berhati-hatilah dalam mencintai (gandrung) sebab para pecinta kelak di akherat akan dikumpulkan dengan yang dicintainya. Bila mencintai ahli maksiyat, naudzubillah bila dikumpulkan dengan ahli maksiyat yang disiksa, sedangkan kita tidak ikut maksiyatnya hanya karena cinta. Maka cintailah orang orang soleh, ulama, sohabat Nabi, dan Nabi beserta ahlul bait. Semoga keberkahan menyelimuti hari-hari kita dari dunia hingga akherat.


Salam,


Dewi Nur Halimah

(Halimah Az Zahra)

Rabu, 21 Juli 2021

BAROKAH CERDASNYA SAYYIDAH KHAULAH BINTI TSALABAH

BAROKAH CERDASNYA SAYYIDAH KHAULAH BINTI TSALABAH

*****

Oleh: Dewi Nur Halimah

*****



BIOGRAFI SAYYIDAH KHAULAH 

Sayyidah Khoulah binti Tsalabah bin ashram adalah wanita solekhah dari golongan Anshar. Suaminya bernama Sayyidina Aus bin Shamit ra (saudara lelaki dari Sayyidina Ubaidah bin Shamit ra). Sayyidina Aus memeluk Islam sejak awal ketika Islam dibawa rosulullah saw.  Sayyidina Aus ra turut serta berperang salam perang badar, perang uhud, perang khandaq dan peristiwa perang lainnya bersama rosulullah saw. 


KEMULIAAN SAYYIDAH KHAULAH BINTI TSALABAH RA DI HADAPAN SAYYIDINA UMAR BIN KHATTAB.

Pada suatu hari di masa kepemimpinan Kholifah Umar bin Khattab ra, beliau sedang menunggang kuda dan diiringi banyak orang prajurit istana. Tiba-tiba di pertengahan perjalanan, Sayyidina Umar bin Khattab dihentikan oleh seorang wanita tua bernama Sayyidah Khaulah binti Tsalabah ra dan Sayyidina Umar bin Khattab pun berhenti.

Sayyidah Khaulah binti Tsalabah berkata: "Wahai Umar, dahulu engkau dipanggil Umar Kecil (ketika engkau masih kecil), lantas engkau dipanggil Umar (ketika dewasa). Sekarang engkau dipanggil amirul mukminin, maka bertakwalah engkau. Wahai Umar, barangsiapa meyakini adanya kematian, maka ia akan takut kehilangan kesempatan. Dan barangsiapa meyakini adanya hari perhitungan amal, maka ia pasti takut akan siksa."

Sayyidina Umar bin Khattab ra pun menyimak nasehat Sayyidah Khaulah ra dengan seksama dengan berdiri. Orang-orang pun terheran bagaimana mungkin seorang khalifah yang setara dengan presiden mau berhenti hanya untuk mendengarkan nasehat perempuan biasa lagi tua.

Seorang pun bertanya pada Sayyidina Umar bin Khattab ra: "Wahai amirul mukminin, mengapa engkau mau berdiri untuk mendengarkan nasehat wanita tua renta itu?."

Sayyidina Umar bin Khattab ra pun menjawab: "Demi Allah, seandainya beliau (Sayyidah Khaulah ra) menahanku dari permulaan siang hingga akhir siang, aku tidak akan bergeser kecuali untuk sholat fardhu. Tahukah kalian siapa wanita tua renta itu?. Dia adalah Khaulah binti Tsalabah. Allah swt mendengar perkataannya dari atas tujuh langit. Jika Allah swt mendengar ucapan beliau (Sayyidah Khaulah ra), lantas aku yang sebagai makhluknya Allah swt, pantaskah aku tidak mendengarkannya?."

Masya Allah begitu mulianya Sayyidah Khaulah ra hingga Sayyidina Umar ra pun memuliakannya. Bahkan Allah swt pun jua memuliakan beliau, berkat kesolihatannya dan kecerdasannya. Wanita yang mencintai rabbnya dengan ilmu.


SEBAB TURUNNYA QS. AL MUJADALAH AYAT 1-4. 

Pada suatu ketika, Sayyidina Aus bin Shamit ra (suami Sayyidah Khaulah ra) yang sudah tua renta (manula) meminta Sayyidah Khaulah untuk berhubungan suami istri dengannya, namun Sayyidah Khaulah menolak. Sayyidina Aus ra pun berkata:

"Bagiku engkau seperti punggung ibuku."

Perlu diketahui bahwa budaya Indonesia berbeda dengan budaya arab. Jika di Indonesia seorang lelaki mengatakan:

"Engkau mirip ibuku"

Itu artinya perempuan itu istimewa dan bersifat penyayang sehingga membuat lelaki itu mencintainya.

Lain halnya di Indonesia, di arab ketika seorang lelaki mengatakan:

"Engkau seperti ibuku". Artinya seorang wanita sudah haram untuk digaulinya sebab seperti ibunya sendiri.

Maka saat itu juga Sayyidina Aus ra pun telah mengucapkan dzihar. Jika seorang suami mengucapkan dzihar, maka sama halnya ia mengucapkan cerai.

Ketika tidak dikuasai amarah, Sayyidina Aus ra pun menyesal telah mengucapkan itu pada istrinya. Sayyidina Aus ra pun mengira bahwa istrinya sudah tidak halal baginya. Maka Sayyidina Aus ra pun mengatakan pada Sayyidah Khaulah ra:

"Tidaklah aku melihatmu melainkan engkau haram bagiku."

Sayyidah Khaulah ra pun sedih, kecewa dan menangis. Namun, beliau adalah sosok yang cerdas. Sayyidah Khaulah ra pun mendatangi rosulullah saw dan mengadukan permasalahannya.

"Ya rosulullah saw, Sayyidina Aus ra telah memakan masa mudaku. Aku pun sudah melahirkan banyak anak untuknya. Tetapi ketika aku sudah tua dan aku tidak bisa melahirkan anak lagi untuk dia, dia mengucapkan dzihar padaku. Sungguh ini tidak adil bagiku. Demi Allah, sungguh aku mengadu kepadamu."

Sayyidah Khaulah ra tidak henti-hentinya mengadu ke rosulullah saw perihal dzihar yang diucapkan Sayyidina Aus ra, hingga Jibril membawa QS. Al Mujadalah ayat 1 - 4:

AYAT 1

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ قَدْ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوْلَ ٱلَّتِى تُجَٰدِلُكَ فِى زَوْجِهَا وَتَشْتَكِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَآ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌۢ بَصِيرٌ

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

«قد سمع الله قول التي تجادلك» تراجعك أيها النبي «في زوجها» المظاهر منها وكان قال لها: أنت عليَّ كظهر أمي، وقد سألت النبي صلى الله عليه وسلم عن ذلك فأجابها بأنها حرمت عليه على ما هو المعهود عندهم من أن الظهار موجبه فرقة مؤبدة وهي خولة بنت ثعلبة، وهو أوس بن الصامت «وتشتكي إلى الله» وحدتها وفاقتها وصبية صغارا إن ضمتهم إليه ضاعوا أو إليها جاعوا «والله يسمع تحاوركما» تراجعكما «إن الله سميع بصير» عالم.

(Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu) yakni seorang wanita yang melapor kepadamu, hai nabi (tentang suaminya) yang telah mengucapkan kata-kata dzihar kepadanya. Suami wanita itu berkata kepadanya, "Kamu menurutku bagaikan punggung ibuku." Lalu wanita itu menanyakan hal tersebut kepada Nabi saw., maka beliau menjawab bahwa dia haram atas suaminya. Hal ini sesuai dengan tradisi yang berlaku di kalangan mereka, bahwa dzihar itu akibatnya adalah perpisahan untuk selama-lamanya. Wanita yang dimaksud bernama Khaulah binti Tsa'labah, sedangkan suaminya bernama Aus bin Shamit (dan mengadukan halnya kepada Allah) yakni tentang keadaannya yang tidak mempunyai orang tua dan famili yang terdekat, serta keadaan ekonominya yang serba kekurangan, di samping itu ia menanggung beban anak-anaknya yang masih kecil-kecil; apabila anak-anaknya dibawa oleh suaminya, niscaya mereka akan tersia-sia dan tak terurus lagi keadaannya tetapi apabila anak-anak itu di bawah pemeliharaannya, niscaya mereka akan kelaparan. (Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua) dialog kamu berdua. (Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat) artinya Maha Mengetahui.


AYAT 2

ٱلَّذِينَ يُظَٰهِرُونَ مِنكُم مِّن نِّسَآئِهِم مَّا هُنَّ أُمَّهَٰتِهِمْ ۖ إِنْ أُمَّهَٰتُهُمْ إِلَّا ٱلَّٰٓـِٔى وَلَدْنَهُمْ ۚ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنكَرًا مِّنَ ٱلْقَوْلِ وَزُورًا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ

Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

«الذين يظَّهَّرون» أصله يتظهرون أدغمت التاء في الظاء، وفي قراءة بألف بين الظاء والهاء الخفيفة وفي أخرى كيقاتلون والموضع الثاني كذلك «منكم من نسائهم ما هن أمهاتهم إن أمهاتهم إلا اللأئي» بهمزة وياء وبلا ياء «ولدنهم وإنهم ْ» بالظهار «ليقولن منكرا من القول وزورا» كذبا «وإن الله لعفو غفور».

(Orang-orang yang menzihar) asal kata yazhzhahharuuna adalah yatazhahharuuna, kemudian huruf ta diidgamkan ke dalam huruf zha sehingga jadilah yazhzhahharuuna. Akan tetapi menurut suatu qiraat dibaca dengan memakai huruf alif di antara huruf zha dan ha, sehingga bacaannya menjadi yazhaaharuuna. Menurut qiraat lainnya dibaca seperti wazan yuqaatiluuna, yakni menjadi yuzhaahiruuna. Lafal yang sama pada ayat berikutnya berlaku pula ketentuan ini (istrinya di antara kalian, padahal tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita-wanita) lafal allaaiy dapat dibaca dengan memakai huruf ya dan dapat pula dibaca tanpa ya (yang melahirkan mereka. Sesungguhnya mereka) dengan melakukan zihar itu (sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta). (Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun) kepada orang yang melakukan zihar dengan pembayaran kifarat.


AYAT 3

وَٱلَّذِينَ يُظَٰهِرُونَ مِن نِّسَآئِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا۟ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِّن قَبْلِ أَن يَتَمَآسَّا ۚ ذَٰلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِۦ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Orang-orang yang mendzihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

«والذين يظاهرون من نسائهم ثم يعودوا لما قالوا» أي فيه بأن يخالفوه بإمساك المظاهر منها الذي هو خلاف مقصود الظهار من وصف المرأة بالتحريم «فتحرير رقبة» أي إعتاقها عليه «من قبل أن يتماسا» بالوطء «ذلكم توعظون به والله بما تعملون خبير».

(Dan orang-orang yang mendzihar istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan) tentang dzihar ini, seumpama dia bersikap berbeda dengan apa yang telah dikatakannya itu, yaitu dengan cara tetap memegang istri yang didziharnya. Sedangkan perbuatan ini jelas bertentangan dengan maksud tujuan daripada perkataan dzihar, yaitu menggambarkan istri dengan sifat yang menjadikannya haram bagi dia (maka memerdekakan seorang budak) maksudnya wajib atasnya memerdekakan seorang budak (sebelum kedua suami istri itu bercampur) bersetubuh. (Demikianlah yang diajarkan kepada kalian, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan).


AYAT 4

فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِن قَبْلِ أَن يَتَمَآسَّا ۖ فَمَن لَّمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا ۚ ذَٰلِكَ لِتُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ۚ وَتِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ ۗ وَلِلْكَٰفِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.

«فمن لم يجد» رقبة «فصيام شهرين متتابعين من قبل أن يتماسا فمن لم يستطع» أي الصيام «فإطعام ستين مسكينا» عليه: أي من قبل أن يتماسا حملا للمطلق عل المقيد لكل مسكين مد من غالب قوت البلد «ذلك» أي التخفيف في الكفارة «لتؤمنوا بالله ورسوله وتلك» أي الأحكام المذكورة «حدود الله وللكافرين» بها «عذاب أليم» مؤلم.

(Maka barang siapa yang tidak mendapatkan) budak (maka wajib atasnya berpuasa dua bulan berturut-turut, sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak mampu) melakukan puasa (memberi makan enam puluh orang miskin) diwajibkan atasnya, yakni sebelum keduanya bercampur kembali sebagai suami istri; untuk tiap-tiap orang miskin satu mudd makanan pokok negeri orang yang bersangkutan. Kesimpulan hukum ini berdasarkan pemahaman menyamakan pengertian yang mutlak dengan yang muqayyad. (Demikianlah) keringanan ini dengan memakai kifarat (supaya kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah) yakni hukum-hukum tersebut (batasan-batasan Allah, dan bagi orang-orang yang ingkar) kepada batasan-batasan atau hukum-hukum Allah itu (azab yang sangat pedih) atau siksaan yang amat menyakitkan.


Setelah ayat-ayat itu turun, Rosulullah saw pun memerintahkan Aus membayar kaffarat sesuai dengan ketentuan dalam ayat-ayat tersebut sebagai konsekuensi atas dziharnya.

Rosulullah saw bersabda: "Merdekakan seorang budak!"

Sayyidina Aus ra menjawab: "Saya tidak mampu."

Rosulullah saw pun berkata: "Maka berpuasalah 2 bulan berturut-turut."

Sayyidina Aus ra menjawab: "Saya ini kalau dalam sehari tidak makan 3 kali, maka penglihatan mataku akan suram."

Rosulullah saw pun berkata: "Kalau begitu, berilah makan 60 orang miskin."

Sayyidina Aus ra menjawab: "Saya tidak mampu memberikan makan 60 fakir miskin, kecuali jika engkau membantuku."

Akhirnya Rosulullah saw pun membantu Sayyidina Aus ra dengan memberi makanan pada 60 fakir miskin sebanyak 16 sha' (sekitar 400 kg).


Masya Allah, barokah cerdasnya Sayyidah Khaulah binti Tsalabah yang mengadukan kekecewaanya pada rosulullah saw dan terus mengadu menggugat keadilan bagi perempuan. Keluhannya dijawab Allah swt lewat ayat-ayat Qur’an yang dibawakan malaikat Jibril untuk diturunkan pada Rosulullah saw. Wanita cerdas menanyakan permasalahannya pada rosulullah di zaman rosulullah saw. Wanita cerdas pada zaman keholifahan sohabat Nabi, menanyakan permasalahan hukum dan fiqih pada sohabat. Wanita cerdas pada zaman ini, menanyakan hukum fiqih dan permasalahannya pada Allah swt melalui ulama yang ahli hukum. Dari sini kita belajar, ketika ada permasalahan maka adukan pada Allah melalui menyampaikan permasalahan kita pada ulama untuk diberikan tawaran solusi yang bijaksana lagi maslahah.


SUMBER REFERENSI:

At Thabary, Abu Ja'far. Jami' al Bayan fi Ta'wil al Qur’an. Al Maktabah Asy Syamilah. 

Al Baghawiy, Abu Muhammad. Ma'alim al Tanzil. Al Maktabah Asy Syamilah.

Al Qurtubiy, Syamsuddin. Tafsir Al Qurtubiy. Al Maktabah Asy Syamilah.

Katsir, Ibnu. Tafsir Al Qur’an Al Azhim. Al Maktabah Asy Syamilah.

Umairah, Abdurrahman. 2001. Tokoh-Tokoh yang Diabadikan Al Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.


CATATAN:

Semoga tulisan ini menginspirasi. Tulisan ini penulis hadiahkan pada orangtua penulis wabil khusus ibunda tercinta yakni ibu Mahzunah dan ayahanda tercinta Bapak Masdari beserta para guru madrasah penulis maupun ustads, ustadzah, dan kiahi penulis. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam tulisan ini, semua kekurangan karena kurangnya ilmu al faqir Halimah binti Masdari. Dan segala kebenaran datangnya dari Allah swt. Semoga kisah kisah tauladan ini semakin dikenal dan dicintai masyarakat terlebih Umat Muslim di dunia. Besar harapan penulis agar cinta ummat muslim pada ummahatul mukminin melebihi gandrungnya para pemuda pada budaya barat maupun korea. Sebab kelak saat di yaumil qiyamah yang kita harapkan adalah syafaat dari rosulullah saw dan khusus wanita, kita akan sangat mengharap syafa't dari ummul mukminin kita yakni Sayyidah Fatimah Az Zahra Wal Batul. Berhati-hatilah dalam mencintai (gandrung) sebab para pecinta kelak di akherat akan dikumpulkan dengan yang dicintainya. Bila mencintai ahli maksiyat, naudzubillah bila dikumpulkan dengan ahli maksiyat yang disiksa, sedangkan kita tidak ikut maksiyatnya hanya karena cinta. Maka cintailah orang orang soleh, ulama, sohabat Nabi, dan Nabi beserta ahlul bait. Semoga keberkahan menyelimuti hari-hari kita dari dunia hingga akherat.


Salam,



Dewi Nur Halimah

(Halimah Az Zahra)