HALIMAH BINTI MASDARI

Senin, 26 Juli 2021

SURAT CINTA UNTUK MADRASAH PERTAMAKU

SURAT CINTA UNTUK MADRASAH PERTAMAKU

*****

Dariku...

Putri kecil yang sangat kau cintai

*****



Assalamu'alaikum. Wr. Wb

Salam takdzimku untuk wanita paling mulia dalam hidupku, wanita yang bertaruh nyawa untuk kelahiranku ke dunia. Semoga limpahan rahmat dari Allah swt senantiasa tercurah untuk ibuku tercinta. Jantung hatiku, buah kebahagiaanku, sumber inspirasiku, dan sumber motivasiku untuk mencapai ridho rabb ilahi.

Ummi...

Kutulis surat ini di hari spesialmu yang ke 48. Semoga hari-hari tuamu diselimuti kebahagiaan. Bahagiamu adalah sumber bahagiaku.

Ummi...

Ya qurrotul ain...

Bila kukenang jasamu, samudra tinta pun tak akan habis untuk memujimu. Kutulis jasamu untuk mengingatkanku untuk senantiasa memuliakanmu dalam bingkai birul walidain sebagai jalan menggapai ridho Tuhanku.

Ummiku sayang...

Engkau adalah wanita terhebat dalam hidupku. Demi menanti kelahiranku, 9 bulan engkau mengandungku. Tidurmu tak nyenyak, karena janin yang kau kandung harus kau jaga, tengkurap pun tak bisa. Kesana-kemari menggendong janinmu, tapi engkau tak pernah mengeluh bahkan dengan senang hati kau menerimanya. Bahkan tubuhmu yang langsing menjadi gendut saat engkau mengandungku. Semua itu tak kau keluhkan, engkau menerimanya dengan ikhlas, hati berbunga-bunga demi menyambut bayi mungilku waktu itu. Masya Allah, la haula wala quwwata illa billah. Seribu takjubku untukmu wahai ibuku, mentari hidupku.

Umiku sayang...

Ya madrosatil ula, ya sayyidatun nisa, ya habibal qolbi...

Bila kukenang, kasihmu tiada tara bagai mentari menyinari dunia. Betapa sabar dan penyayangnya engkau, kau berikan ASI-mu selama 2 tahun tanpa sedikitpun keluhan.

Kala kecilku... 

Saat aku tak bisa memakan makanan, dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, engkau suapiku pelan-pelan. Sungguh, betapa mulianya engkau wahai ibuku. Kelak ini jadi hikmah bagiku, masa tuamu adalah ladang pahala bagi putrimu untuk memuliakanmu. Menyuapimu kala engkau sakit, merawatmu dengan penuh kasih sayang, mencukupi segala kebutuhanmu dengan baik.

Kala kecilku...

Seringkali suaraku seperti kaleng rombeng, kaset bobrok yang diulang-ulang. Tapi engkau tak pernah mengeluh, justru engkau semakin gemas melihatku giat berlatih berbicara. Kelak, di usiamu senja saat manula menyapa, pendengaranmu melemah. In syaAllah aku tak akan bosan mendengarkanmu mengulang-ulang perkatanmu. Akan kudengarkan semua perkataanmu sebagaimana engkau tak pernah marah mendengar ocehanku di kala kecil.

Kala kecilku...

Wahai ummi... 

Saat jalanku tertatih-tatih, dari merangkak, berdiri, dituntun berjalan, hingga berlari. Dengan sabarmu menggendongku sebelum aku bisa berjalan. Lalu dengan penuh kasih sayang kau menatihku, menuntunku hingga aku bisa berjalan bahkan bisa berlari bermain kesana-kemari. Kelak, di senja usiamu. Saat engkau kesusahan berjalan, semoga aku sabar menuntunmu, merawatmu sebagaimana kesabaranmu dulu menggendongku, menatihku, hingga menuntunku bisa berjalan dan berlari.

Ummi...

Ummi dan abah adalah ladang surgaku. Aku selalu teringat bagaimana gigihnya ummi mendidikku. Dulu, tiap sore dan malam ketika SD, ibu yang mengajariku baca tulis al Qur’an, ngaji fiqih, tauhid, tajwid hingga mengajari baca tulis hitung serta wajib di hafalkan. Ibu mengajarkan putri ibu disiplin, jam belajar tepat waktu tidak molor. Bahkan nonton TV pun dijadwal selama masa sekolah, nonton TV khusus malam minggu. Selebihnya tidak boleh dan harus belajar. Selama belajar, ibu duduk di samping putri kecilmu menemaninya sampai bisa.

Ya Ummi...

Aku teringat bagaimana ibu mendidik Halimah menjadi pribadi yang jujur, menepati janji dan amanah. Bagaimana tegasnya ibu dan menghukum dengan hukuman edukatif di saat putri ibu membuat kesalahan. Ibu selalu mengajarkan jangan terbiasa berbuat salah meskipun kesalahan kecil. Kesalahan kecil yang disepelekan lama-lama akan menjadi kesalahan besar.

Ya ummi...

Kenangan kerja keras umi mendidik ilmu dan mendidik akhlak sangat terpatri di memoriku. Bukan hanya itu, tapi gigihnya ibu bekerja keras turut banting tulang membantu bapak untuk membahagiakan putri ibu menjadi pelecut semangat Halimah belajar, berkarya, dan bekerja. Ibu, tak ada cinta yang pengorbanannya melebihi pengorbanan jasa ibu.

Ya Ummi... 

Duhai kekasih hatiku, samudra cintaku, ibuku tercinta. Engkaulah wanita yang mengajarkanku sifat penyayang, kepedulian sosial lagi dermawan. Aku masih teringat tahun 2015 silam, dimana saat engkau merawatku sakit setelah kecelakaan. Dari bilik kosku, engkau pulang membawa makanan yang baru saja engkau beli dari warung makan. Makanan hangat, enak, lengkap dengan sayur dan lauk itu lantas kau bungkus di kresek dan kau buang ke tempat sampah. Waktu itu aku protes "Ibu, jangan buang-buang makanan. Apalagi makanan itu masih anget, enak. Betapa banyak di luaran sana yang kelaparan sementara ibu membuang makanan," protesku. Ibu tak menjawab sepatah kata pun. Tiba tiba ibu mengajakku berada dibalik jendela, mengintip dari balik tirai. Ternyata tiap hari di tempat sampah depan kos, tempat ibu buang sampah, ada ibu-ibu pemulung yang mungutin sampah sambil leles-leles makanan. Nah ibu melihat itu, beliau tak tega. Lantas beliau berpikir bagaimana memberi tapi yang diberi tidak malu menerimanya dan tidak merasa diberi, sodaqoh siri. Itulah mengapa ibu membuang nasi hangat biar dikira sampah, tapi diletakkan paling atas. Kalau diambil, beliau tidak malu, tidak merasa diberi karena nemu. Masya Allah, saat itu juga mataku berkaca-kaca, betapa dzolimku mengira ibuku membuang-buang nasi. Aku banyak belajar dari ibu. Sodaqoh tanpa mempermalukan yang menerimanya. Suatu ketika aku menjumpai pengemis datang ke rumah kami, ibu yang waktu itu sedang masak, pengemis itu diajak masuk, diajak makan, disuguhi banyak makanan layaknya menjamu tamu. Dari sini aku belajar, berempati. Sodaqoh ada 2, sodaqoh terang-terangan dan sodaqoh tersembunyi, semuanya baik yang tidak baik adalah bakhil (pelit) bersedekah. Tapi yang paling utama adalab sodaqoh sirri (sodaqoh sembunyi untuk menjaga kehormatan si penerima). Jika sumber sodaqohmu adalah uang pribadimu sendiri, maka alangkah baiknya sodaqoh sirri tanpa orang lain tahu. Namun jika sodaqohmu bersumber dari donasi orang-orang, atau kamu mengelola bantuan sosial pemerintah maka wajib bagimu transparan, jujur, dan amanah. Semoga rohmat Allah untuk ummi yang melatihku penyayang dan peduli. 

Sungguh... 

Tanpa ridho ummi, putrimu tak akan bisa mendirikan dan membangun kegiatan sosial. Karena ridho ibu adalah surgaku. Terimakasih untuk selalu mendukungku meraih kebahagiaan akheratku. Terimakasih selalu melarangku tatkala aku hampir terjatuh dalam lembah dosa. Ibuku adalah guruku syari'at dan hakikat yang memberiku teladan sikap. Terimakasih ummi. 

Semoga doaku diijabah ya ummi...

Di kala usiamu senja nanti. Semoga engkau tidak bersusah payah banting tulang, kalau pun bekerja bukan bekerja untuk nafkah hidup, tapi bekerja sebagai hobi dan hiburan sembari solawatan. Semoga di waktu senja dan usia semakin menua, bapak ibu bisa fokus ngaji dan akherat. Gantian putri-putri ibu yang merawat dan membiayai ibu bapak, memuliakan ibu bapak sebagaimana ibu bapak merawat dan membiayai kami sewaktu kecil.

Ya ummi...

Ya hubabati, ya sayyidati, ya qurrotul aini.

Doaku selalu mengalir untukmu, sedalam samudra cinta, seluas angkasa membentang, dan sedalam lautan kasih kupanjatkan terus doaku. Semoga barokah memuliakanmu menjadi ladang surgaku untuk mencapai ridho Rabb Ilahhi.

Ya Ummi...

Semoga rahmat Allah swt senantiasa tercurah untukmu. Semoga pinaringan panjang umur, kelak bisa melihat dan menyaksikan cucu-cucumu belajar hingga baligh. Semoga hidayah Allah swt senantiasa tercurah untukmu sehingga engkau tetap dalam cahaya Islam, tetap iman dan kelak akhir hayatmu husnul khotimah. Semoga engkau menjadi bagian dari para kekasih Allah, wahai wanita mulia yang bertaruh nyawa melahirkanku ke dunia.

Duhai ummiku sayang...

Engkau dan bapak yang merawatku sedari kecil, engkau yang mendidik akhlakku sedari kecil. Kelak saat aku menyempurnakan separuh agamaku, surgaku berpindah tangan dari ridhomu menjadi ridho zauj-ku. Bila pengabdianku dulu sebelum zuad adalah padamu sebab engkau ladang surgaku. Kelak aku harus meninggalkanmu dan memgabdikan hidupku pada zaujku demi meraih ridho rabbku. Ummi, ketika pemgabdianku berubah ke zauji, bukan berarti aku tidak taat padamu, bukan berarti aku mengabaikanmu, tapi aku menjalankan perintah Rabb dan rosulku. In syaAllah itu adalah bentuk keberhasilanmu mendidikku yang mana surga seorang istri adalah taat suaminya dalam kebaikan dan taat ke Allah swt. Kelak taatku pada zuadku in syaAllah pahalanya aku hadiahkan untuk ummi pula, sebab ummi-lah yang mendidik akhlakku untuk taat syari'at agama, in syaAllah ini akan jadi amal jariyah ummi. Terimakasih ummi untuk selalu mengingat akheratku. Semoga hadiah surga, Allah limpahkan atas kemuliaanmu. Salam takdzimku untukmu, seribu doa kulangitkan untuk kebahagiaan dunia akheratmu ya hubabati. 

Duhai ummiku sayang...

Ridhomu adalah ladang surgaku. Restumu adalah jembatanku meraih ridho Rabb Alam Semesta. Doa yang paling ijabah bahkan lebih ijabah dari doa 1000 wali adalah doamu. Doakan putrimu ini menjadi mar'atus solekhah, lantas kelak ketika zuad memiliki zauj soleh yang penyayang lagi kelak putrimu menjadi zaujati solekhah yang meneladani zaujati muthi'ah dan memiliki dzuriyah soleh solekhah cerdas yang senantiasa mendoakan orangtuanya, eyang-eyangnya, guru-gurunya dan para ulama hingga rosulullah saw. Semoga kelak kita semua termasuk kekasihnya Allah, dikumpulkan bersama kekasih Allah, dan Pasti kebahagiaan hakiki di negeri akherat. Aamiin.

Wassalamu'alaikum. Wr. Wb. 

Salam takdzimku,


Dewi Nur Halimah

(Putri kecil yang engkau sayang dan kini beranjak dewasa).

Tidak ada komentar :