HALIMAH BINTI MASDARI

Minggu, 22 Januari 2017

PERAN WANITA PADA KEHIDUPAN LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF AGAMA

PENGARUH WANITA PADA LAKI-LAKI
MENENTUKAN NASIB DI AKHIR HAYATNYA  
  


Kaum muslimin dan kaum muslimat yang dirahmati Allah SWT…J
Pernahkah engkau merenung, lalu terbesit…siapakah penentu maju mundurnya suatu negara? Siapa penyumbang kemajuan dan kehancuran negara? Siapa di balik sosok lelaki yang hebat? Siapakah penyumbang utama yang membawa seorang laki-laki masuk surga ataukah neraka?. Jawabannya satu yakni wanita. Mengapa wanita?. Nah, simaklah penjelasan berikut.
Wanita menentukan maju mundurnya suatu negara karena wanita adalah pencetak generasi bangsa. Sedangkan kemajuan atau kehancuran suatu negara terletak ditangan pemuda, pemuda dilahirkan dari rahim wanita. Wanita yang baik dan berakhlak mulia (bermoral dan berkharakter) akan membawa kemajuan bagi suatu bangsa. Tahukah engkau bahwa 99% kecerdasan anak diturunkan dari genetik kecerdasan Ibu. Jika menginginkan generasi muda yang cerdas, maka didiklah wanitanya menjadi wanita yang cerdas. Wanita yang mampu menghormati dan memuliakan dirinya akan membawa kedamaian. Kelembutan sikap wanita akan membawa kesejukan dan ketentraman. Mau negaramu maju? Maka cetaklah wanita-wanita yang cerdas dan berakhlak. Mereka akan menentukan generasi emas dimasa datang.
Lalu siapakah di balik sosok laki-laki yang hebat?, jawabannya adalah perempuan hebat.
Dibalik seorang suami yang hebat dan sukses, ada seorang istri yang hebat yang mendampinginya. Seorang istri yang menemaninya dalam suka dan duka, seorang istri yang memotivasinya, seorang istri yang menginspirasinya, seorang istri yang menguatkan bahunya, seorang instri yang mencerdaskan akal dan pikirannya. Hal ini dapat anda saksikan, pada kehidupan Rosulullah SAW dengan Sayyidah Khodijah RA. Bagaimana tidak?, Sayyidah Khodijah RA rela menyumbangkan akal pikirannya untuk perjuangan Rosululullah baik pada dakwah sembunyi-bunyi maupun dakwah secara terang-terangan. Sayyidah Khodijah RA rela mengorbankan seluruh harta yang dimilikinya untuk Allah dan Rosulullah. Sayyidah Khodijah RA menguatkan dan memotivasi Rosulullah SAW kala beliau ketakutan, kedinginan saat pertama kali menerima wahyu. Kau jua dapat melihat itu pada Sete Jobs, dibalik kesuksesan karir Steve Jobs, ada istrinya yang selalu menemaninya dalam suka maupun duka, ada istrinya yang selalu memotivasi dan menginspirasinya.
Di balik seorang anak yang hebat, ada sosok Ibu yang hebat. Bila ia belum menikah, maka sosok yang menyokong dibalik hebatnya seorang lelaki adalah Ibunya. Benarkah? Iya. Mari kita tengok pada sosok Imam Syafi’i. Beliau sudah menjadi seorang Hafidz saat beliau masih berusia 7 tahun. Itu adalah peran Ibunya. Ibunya adalah sosok yang mengarahkan beliau, Ibunya adalah sosok yang mendidik beliau serta membimbing beliau. Kaupun bisa melihat hal ini pada teman-temanmu laki-laki, anak-anak Indonesia. Dibalik kejuaraan dan prestasi seorang anak, ada sosok Ibu luar biasa yang sabar mendidik dan mengarahkannya. Sebagai contohnya adalah Fahma dan Hania, dua programmer cilik asal Indonesia yang mendapatkan 30 penghargaan Internasional. Kau tahu, di balik sosok Fahma dan Hania, ada sosok Ibu yang selalu membimbingnya, ada sosok Ibu yang mendongeng tentang kisah-kisah cendekia hebat pada Fahma dan Hania saat mereka akan tidur, sehingga mereka terinspirasi. Sekali lagi, bahwa di balik sosok anak yang hebat, ada sosok Ibu yang hebat di belakangnya…J
Lalu, apa hubungannya dengan wanita bisa menyeret seorang lelaki terjurumus masuk neraka dan bisa pula menyeretnya merasakan nikmatnya surga?. Nah, inilah ulasannya. Banyak kisah-kisah terdahulu yang menjelaskan tentang pentingnya peran wanita terutama Ibu. Lelaki ditakdirkan memiliki kelebihan kekuatan secara fisik dibandingkan wanita [read: wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki (suaminya), sedangkan sifat tulang rusuk itu lemah atau mudah patah, itulah sebabnya wanita cenderung bersifat lemah kekuatannya atau lembut hatinya] supaya lelaki mampu melindungi wanita, lelaki bisa menjaga wanita, lelaki bisa memuliakan wanita. Mereka (lelaki) yang tersungkur ke neraka adalah lelaki yang durhaka pada ibunya, lelaki yang menelantarkan istrinya, menelantarkan ibunya, dan terhasut oleh istrinya untuk melakukan kejahatan. Mereka (lelaki) yang dikaruniai nikmat surga adalah lelaki yang memuliakan keluarganya terutama ibu, memuliakan istrinya, serta terkuatkan oleh istri solekhahnya yang selalu mendorongnya akan berbuat kebaikan. 
Siapakah sosok yang terseret ke dalam jurang neraka karena wanita pada kisah orang-orang terdahulu?. Mereka adalah Bal’am bin Baurah, Kiahi Barseso, dll. Lalu siapakah sosok yang terbawa masuk surga karena wanita pada kisah orang-orang terdahulu?. Mereka adalah kisah Mushab bin Umair, kisah Uwis Al-Qarni, Kisah Hiran Al Furhaidy, dll. Bailah berikut adalah kisah singkatnya.     

Contoh kisah lelaki yang terjerumus masuk neraka karena wanita:
1.      Bal’am bin Baurah
Bal’am bin Baurah adalah seorang waliyullah pada masa Nabi Musa AS. Ia dikaruniai bahwa setiap doanya makbul (diijabah Allah SWT). Tak hanya itu bahkan ia telah Allah perlihatkan surga dan neraka. Ia adalah sosok yang taat Ibadah kepada Allah SWT, selalu memujinya dan selalu menyembahNya. Setelah pasukan Fir’aun tenggelam dalam lautan mengejar nabi Musa dan Bani Isra’il. Nabi Musa dan Bani Isra’il selamat dan hampir sampailah mereka pada negeri Bal’am. Raja dan penasehat-penasehatnya ketakutan akan Nabi Musa dan Bani Isra’il. Maka mintalah sang Raja agar Bal’am dengan ilmunya (berdoa karena doanya ijabah) untuk mengalahkan Nabi Musa. Awalnya Bal’am menolak permintaan itu. Namun syetan menggoda istri Bal’am, sebagaimana Syetan menggoda Hawa dahulu hingga Adam dan Hawa dikeluarkan dari Syurga. Raja dan penasehat-penasehatnya membujuk istrinya dengan iming-iming Emas senampan.
Istri Bal’am yang tersilaukan akan kemewahan dunia itu kepincut, dibujuknya suaminya. Bal’am yang tak menerima permintaan Raja, dingambeki oleh istrinya, didiamkannya ia, ia tak dilayani. Akhirnya Bal’am menanyakan pada istrinya mengapa ia mogok dan tak mau melayaninya. Sang istri berkata, “Apa susahnya kau berdoa sesuai permintaan Raja, lalu kau akan mendapatkan hadiah Emas dari Raja.” Bal’am yang dungu itupun lantas menuruti istrinya, didoakanlah Nabi Musa AS dan Bani Israil hingga tersesat. Ketika berdoa untuk keburukan Nabi Musa AS, belum sempat ia bertaubat…Allah mencabut nyawanya, ia mati dalam keadaan kufur karena mendoakan keburukan bagi orang mukmin dengan kondisi lidah yang menjulur panjang layaknya anjing. Demikianlah kisah Bal’am Bin Baurah yang terseret masuk neraka karena istrinya. Sehebat apapun lelaki, kalau istrinya buruk…maka mudah baginyapun ikut terseret pada arus kejahatan.
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. (QS. Al-A’raf: 175-177).

2.      Kiahi Barseso
Kiahi Barseso adalah kiahi yang tersohor pada zamannya. Ia terkenal akan kengalimannya dan ketaatannya dalam beribadah bahkan muridnya ribuan. Maka datanglah tiga pemuda kepada Kiahi Barseso untuk menitipkan saudari (perempuannya) karena mereka bertiga hendak bepergian jauh untuk berdagang. Tiga pemuda tersebut yakin bahwa hanya Kiahi Barsesa lah yang bisa dipercaya untuk menjaga adek perempuannya dengan baik dan aman selama mereka pergi.
Awalnya Kiahi Barseso menolak amanah untuk menjaga saudari perempuan mereka, karena Kiahi Barseso takut jikalau ibadahnya terganggu. Namun atas bujukan (dengan alasan kemanusiaan) oleh tiga pemuda tersebut, akhirnya Kiahi Barseso menyetujui permintaan mereka untuk menjaga saudari perempuan mereka selama mereka pergi dengan satu syarat saudari perempuan mereka tinggal di gubug yang terpisah dengan Kiahi Barseso.
Bukan syetan namanya bila ia tidak cerdik. Maka dilemparkanlah umpan kebaikan untuk menyeret manusia ke api neraka jahannam. Pada mulanya, Kiahi Barshiso menaruh makanan untuk wanita tersebut di tepi jalan dekat gubugnya, biar wanita tersebut yang mengambilnya. Dengan demikian Kiahi Barseso tidak berjumpa dengannya dan tidak tergoyah imannya. Syetan merayunya melalui pikirannya, dibisikinnya Kiahi Barseso, “Kau meletakkan makanan itu di jalan, bagaimana bila dimakan anjing maka wanita tersebut tidak makan dan sakit. Letakkan saja makanan untuk wanita tersebut di depan pintu gubuknya. Bila ia sampai sakit, maka berdosalah engkau karena tak mampu menjaga amanah,” bujuk syetan.
Kiahi Barseso yang tanpa sadar bahwa pikiran itu adalah bujukan syetanpun menuruti pikiran tersebut. Keesokannya diantarkanlah makanan untuk wanita tersebut hingga sampai di depan pintu gubug wanita itu tinggal. Bukan syetan namanya bila ia tak merayu, dilemparkanlah umpan kebaikan demi kebaikan agar Kiahi Barseso tertarik tanpa disadarinya bahwa itu adalah buah dari hasutannya. “Kau letakkan makanan itu di depan pintu, kau tak pernah menengok wanita tersebut atau sekedar menanyakan kabarnya. Bagaimana bila ia sakit dan tak bisa mengambil makanan di depan pintu gubugnya? Maka semakin parahlah kondisinya. Sungguh kau telah lalai akan amanah itu,” hasut syetan kembali.
Kiahi Barseso yang dungu, tanpa sadar iapun masuk dalam perangkap syetan. Keesokan harinya, ia mengantarkan makanan itu ke gubug wanita tersebut, lalu mengetuk pintu dan menanyakan kabarnya. Sungguh, betapa terkejutnya Kiahi Barseso, ternyata wanita itu lebih cantik dari yang dibayangkannya bak bidadari turun di bumi. Tanpa disadari, karena kekagumannya, Kiahi Barseso melonglong dan menelan air ludahnya saat bertemu wanita tersebut. Lalu berkenalanlah mereka karena selama ini mereka belum pernah bertemu dan bercakap-cakap. Begitu sampai rumah, Kiahi Barseso memohon Ampunan pada Tuhannya (Allah) atas kekhilafannya bercakap-cakap dengan wanita tersebut.
Sejak bertemu wanita tersebut, hati Kiahi Barseso selalu dibayang-bayangi akan wajah wanita tersebut. Maka begitu mudahnya syetan merayu hati yang melamun, rasanya hari kian sepi tanpa pertemuan dengan wanita tersebut, hingga munculah tekad Kiahi Barseso untuk menemuinya. Syetan merasuk dalam mimpi Kiahi Barsesa, bayangan pada wanita tersebut menghantuinya. Hingga ia terperangkap akan nafsu syahwatnya, bercakap-cakap dengan wanita tersebut berduaan lantas berbuat keji (zina) hingga menghasilkan benih anak haram. Lalu hamillah wanita tersebut hingga melahirkan. Karena takut kebusukannya diketahui ketiga saudara wanita tersebut, maka dibunuhlah bayi dari perzinaan itu dan dikuburkan disamping gubug wanita tersebut. Lagi-lagi Kiahi Barseso dihantui rasa takutnya, bila wanita tersebut mengadu pada saudaranya, akhirnya dibunuhlah pula wanita tersebut dan menguburnya di samping kuburan anaknya.
Selang beberapa lama kemudian, datanglah saudara-saudara (tigga pemuda) si wanita tersebut dan mendatangi Kiahi Barseso yang berpura-pura beribadah. Kemudian mereka bertanya perihal saudari mereka yang dititipkannya pada Kiahi Barseso. Kiahi Barseso berdusta, dia menceritakan bahwa saudari perempuannya telah meninggal dan diberitahukanlah kuburannya. Merekapun percaya. Namun syetan datang ke mimpi tiga pemuda tersebut dengan mimpi yang sama. Dia datang di mimpi tiga pemuda tersebut berupa seorang lelaki yang sedang musafir. Lelaki itu mengucapkan salam pada tiga pemuda tersebut lalu berkata: “Sesungguhnya saudari kalian itu dikubur Barseso bersama anaknya hasil perzinaan mereka berdua setelah dia membunuhnya,”. Lelaki itu (yang tak lain adalah syetan) lalu menunjukkan kuburan saudari perempuannya dan kuburan anaknya.
Mereka bertiga memimpikan hal yang sama. Kemudian mereka berniat pergi ke kuburan saudarinya dan menggali kuburannya. Ditemukanlah mayat saudarinya yang mati terbunuh karena disembelih dan bersamanya ada anaknya. Mereka kemudian membawa Barsesa pada hakim untuk mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Kiahi Barseso yang dungu itupun dimasukkan dalam sel penjara untuk kemudian diberi hukuman mati karena telah membunuh.
Di saat tiang gantungan dipersiapkan untuk mengeksekusi kematian Kiahi Barseso, datanglah syetan.
“Tahukah engkau siapa aku?,” tanya syetan.
“Tidak,” jawab Kiahi Barseso.
“Aku adalah syetan yang telah menyesatkanmu dan menipumu, hingga aku menjerumuskanmu ke dalam perbuatan keji. Akulah yang membuatmu membunuh sang gadis itu dan anaknya. Aku pulalah yang menunjukkan saudara-saudaranya kan kuburan gadis itu beserta kuburan anaknya. Maka taatilah aku agar bisa menyelamatkanmu dari hukuman mati,” ungkap syetan.
“Apa yang harus aku lakukan?,”tanya Kiahi Barseso yang dungu itu.
“Sujudlah kepadaku,” pinta syetan.
Kiahi Barseso yang harusnya bertaubat dan memohon ampunan pada Allah SWT atas dosa-dosanya, justru ia sujud pada syetan. Dan pasa saat ia sujud pada syetan, tibalah ajal terakhirnya sehingga ia mati dalam keadaan bersujud pada syetan. Akhirnya Kiahi Barseso dimasukkan dalam neraka. Syetan lantas berteriak: “Sesungguhnya kau berlepas diri dari perbuatanmu (tidak bertanggungjawab atas dirimu). Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam”.
Ketahuilah bahwasannya syetan itu sangat cerdik, terkadang untuk menjerumuskan seseorang agar tergelincir pada api neraka ia gunakan umpan kebaikan demi kebaikan agar manusia itu terbujuk. Setelah terbujuk, maka tak sadarlah ia, sehingga sangat mudah baginya untuk mengajaknya pada hal kekejian (kejahatan). Berhati-hatilah, banyak lelaki tersungkur dalam api neraka karena bujukans syetan menggunakan umpan wanita.
Allah SWT berfirman:
(Bujukan orang-orang munafiq itu seperti bujukan syetan), ketika dia berkata kepada manusia: ‘kafirlah kamu’, maka tatkala manusia itu kafir, dia berkata: ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan Semesta Alam’. Maka adalah kesudahan keduanya (masuk) ke neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang lalim.” [QS. AL-Hasyr (59):  16-17 ]


Contoh kisah lelaki yang dimasukkan surga oleh Allah SWT karena memuliakan wanita:
1.      Mushab bin Umair    
Mush’ab bin Umair dilahirkan di masa jahiliyah, empat belas tahun  setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun 571 M (Mubarakfuri, 2007: 54), sehingga Mush’ab bin Umair dilahirkan pada tahun 585 M. Ia merupakan pemuda kaya keturunan Quraisy; Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdud Dar bin Qushay bin Kilab al-Abdari al-Qurasyi.
Dalam Asad al-Ghabah, Imam Ibnul Atsir mengatakan, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya. Sandal Mush’ab adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang ia lewati.” (al-Jabiri, 2014: 19).     
Dalam Asad al-Ghabah, Imam Ibnul Atsir mengatakan, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya. Sandal Mush’ab adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang ia lewati.” (al-Jabiri, 2014: 19).
Mush’ab lebih memilih memeluk islam, walau dimusihi Ibunya. Walau ia harus meninggalkan kemewahan dunia yang diberikan ibunya. Mush’ab lalu ditangkap keluarganya dan dikurung. Semua fasilitas kemewahan pakaian, makanan dan semuanya yang diberikan Ibunya dicabut.   

2.      Kisah Uwais Al Qarni
Uwais bin ‘Amir al-Qarni adalah seorang pria Yaman yang menjalankan hidupnya dalam kemiskinan, memiliki status sosial rendah, tidak dipedulikan, dan tidak pernah diperhatikan. Akan tetapi di sisi Allah ia adalah orang besar, bahkan amat besar, seandainya ia bersumpah atas nama Allah untuk melaksanakan sesuatu, pasti Allah memenuhinya. Sewaktu mendengar berita tentang Rasulullah SAW, Uwais langsung mempercayai dan membenarkannya. Sebenarnya ia berharap bisa berhijrah ke Madinah al-Munawarah untuk menjumpai Rosulullah SAW, hanya saja perhatiannya dalam berbakti kepada ibunya menahan niatnya. Ia memimilih di rumah merawat ibunya yang sakit dan membatalkan niatnya berjumpa Rosulullah. Dirawatnya sang Ibu, disuapinya, digendongnya, dimuliakannya karena ia teringan bahwa Ridho Allah bersama dengan Ridho orangtua, terutama Ibu. Bahkan ia teringat pepatang yang mengatakan “Surga di telapak kaki Ibu”.
Uwais Al Qorni rela menerima kenyatan tidak dapat membina jalinan persahabatan yang amat mulia di dunia dan tidak bisa melihat Rasulullah secara langsung, seraya berharap bisa menemani beliau disurga disebabkan berbaktinya kepada ibunya, sehingga ia mendapatkan keridhaan Allah Swt dan Allah Swt menyampaikan beritanya kepada Rasulullah saw, dan Rasul pun menyampaikan beritanya kepada sahabatnya. Uwais bin ‘Amir al-Qarni hidup ketika Rasulullah saw masih ada, hanya saja ia tidak pernah melihat beliau. Dengan demikian , secara definitif statusnya adalah seorang tabi’in bukan sahabat, akan tetapi karena Rasulullah saw memberikan kesaksian tentang kesalehannya dan ketakwaannya, dan bahwa ia adalah sebaik-baik tabi’in, maka hal itu mensejajarkannya dengan barisan para sahabat.
Sesungguhnya akan datang kepadamu seorang laki-laki dari Yaman yang biasa dipanggil dengan Uwais. Dia tinggal di Yaman bersama Ibunya. Dahulu pada kulitnya ada penyakit belang (berwarna putih). Lalu dia berdo'a kepada Allah, & Allahpun menghilangkan penyakit itu, kecuali tinggal sebesar uang dinar atau dirham saja. Barang siapa di antara kalian yang menemuinya, maka mintalah kepadanya untuk memohonkan ampun kepada Allah untuk kalian. Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb & Muhammad bin Al Mutsanna keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami 'Affan bin Muslim; Telah menceritakan kepada kami Hammad yaitu Ibnu Salamah dari Sa'id Al Jurairi melalui jalur ini dari 'Umar bin Al Khaththab dia berkata; Sungguh aku telah mendengar Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik tabi'in, adalahl seorang laki-laki yg dibiasa dipanggil Uwais, dia memiliki ibu, & dulu dia memiliki penyakit belang ditubuhnya. Carilah ia, & mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian.” [HR. Muslim No.4612]. 


Begitu besar peran wanita terhadap laki-laki, terutama peran istri terhadap suami. Sehebat apapun lelaki bila wanitanya toma’, rakus akan kenikmatan dunia, isrof maka mudahlah ia terperosok  pada keburukan layaknya Bal’am Bin Bauroh. Wanita yang baik akan meminta suaminya untuk taat pada ibunya, Ia akan menasehati suaminya bila suaminya keliru (melakukan kejahatan/ kekejian) dengan kelembutan sehingga hati suaminya luluh atas kelembutan dan kecerdasannya lalu kembalilah pada jalan Allah. Sebagaimana ketegaran istri Nabi Ibrahim yang kukuh pendiriannya, tak tergoyah oleh bujukan syetan untuk menghalangi Nabi Ibrahim menyembelih Nabi isma’il sebagai wujud bahaktinya kepada Allah. Istri Nabi Ibrahim justru mendukung suaminya taat dan berbhakti pada perintah Allah. Lelaki bahkan tekad melakukan korupsi, itu tak lain karena ia menuruti nafsu duniawi, jua bisa pula disebabkan untuk memenuhi hasutan istri yang meuntutnya hidup dalam kemewahan bergelimang harta tanpa memikirkan jalan yang ditempuhnya, halal ataukah tidak. Pilihlah wanitamu yang sekiranya kamu halal bersanding dengannya, makin makin dekatlah engkau dengan Tuhanmu. Memandangnya membawamu semakin ingat akan hari kematian, mendengarkan katanya menyejukkan kalbumu mengingatkanmu akan kehidupan abadi di akherat serta ia yang mau menguatkanmu dikala engkau lemah, menasehatimu kala engkau salah. Layaknya keteguhan hati ibunda Nabi Ismail yang teguh imannya, layaknya siti Khodijah yang taat Rosulullah SAW.

REFERENSI:
al-Jabiri, Adnan bin Sulaiman. 2014. Shirah ash-Shahabi al-Jali: Mush’ab bin Umair. Jeddah: Dar al-Waraq al-Tsaqafah.
Mubarakfury, Shafiyurrahman. 2007. ar-Rahiq al-Makhtum. Qatar: Wizarah al-Awqaf wa asy-Syu-un al-Islamiyah.  
  
 


Kamis, 22 Desember 2016

ASH-HAABUL UKHDUUD

ASH-HAABUL UKHDUUD
*****

            Di sebuah istana kerajaan, hiduplah seorang raja yang dzalim lagi kafir yang mengaku dirinya sebagai Tuhan. Sang raja melakukan tipu daya agar rakyatnya menyembahnya dengan bantuan sihir si penyihir kerajaan. Suatu hari, terjadilah diskusi antara sang raja dan penyihir tua kerajaan. Penyihir kerajaan merasa usianya telah tua, dan tibalah ia menanti hari kematiannya dari waktu ke waktu.
            “Usiaku telah tua, dan aku sudah dekat akan kematian,” kata penyihir tua kerajaan.
            “Lalu apa yang harus aku lakukan, wahai penyihir? Aku tak bisa melakukan tipu daya tanpamu. Sesungguhnya di negeri ini para manusia itu menyembahku karena jasa sihirmu,” tanya Sang Raja.
            “Paduka, sesungguhnya aku telah menginjak akhir usia dan kesehatanku melemah. Menurut pendapatku, engkau harus memilihkan seorang anak kecil untukku, dan aku akan  mengajarkan sihir kepadanya, sehingga dia bisa menjadi penyihirmu. Jika aku mati, sihirku tidak akan mati dan orang-orang tetap akan menjadi budakmu,” jawab penyihir kerajaan.
            Raja menyetujui itu, kemudian memerintah para kaki tangannya untuk memilihkan anak terpintar di kerajaannya untuk menjadi penyihir barunya. Merekapun memilih “Abdullah bin Tamir”, seorang anak yang paling cerdas di kota itu.
            Abdullah berangkat ke rumah sang penyihir pada hari pertama dengan penuh keceriaan dan kebahagiaan, karena dia telah mendapatkan karunia itu. Sekarang pakaiannya baru dan hartanyapun banyak. Dia akan menjadi penyihir raja, Tuhan yang ditakuti oleh manusia, dan diapun akan menjadi orang yang paling terkenal di kerajaan itu setelah raja, bahkan orang yang terkaya setelah raja. Dia akan dapat mewujudkan semua yang dia inginkan. Pelajaran sihir pun kemudian dimulai.  
*****
            Perjalanan dari rumah Abdullah ke rumah penyihir cukup jauh dan memakan waktu lama, sehingga terkadang dia duduk untuk beristirahat karena kelelahan menempuh perjalanan. Setiap kali perjalanan menuju rumah penyihir, Abdullah selalu melewati sebuah gua kecil di perjalanan. Setiap kali pula, ia mendengar suara syaikh tua yang menyeru: “Wahai Dzat Yang Hidup Kekal, wahai dzat yang terus menerus mengurus makhluk-Nya, wahai Dzat yang menciptakan langit dan bumi.”
            Abdullah kecil tak berani masuk ke dalam gua karena takut kepada penghuninya, yaitu syeikh tua. Namun demikian, gema dari ucapan itu terus terngiang di telingannya, “Wahai Dzat yang hidup kekal, wahai Dzat yang terus menerus mengurus makhlukNya”.
            Abdullah kemudian sampai di rumah penyihir, dan penyihir  pun mulai memberikan pelajaran sihir kepadanya. Namun penyihir mengetahui bahwa anak itu tersibukkan oleh sesuatu.
            “Apa yang terjadi padamu, wahai penyihir kecil?,” tanya penyihir tua kerajaan.
            “Tuan, sesungguhnya hari ini aku mendengar beberapa kalimat yang menyibukkan aku dari segala sesuatu,” jawab Abdullah bin Tamir.
`           “Kalimat apa itu,” tanya penyihir tua.
         “Siapakah Dzat yang kekal dan terus menerus mengurusi makhluk-Nya? Siapa Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi?,” tanya Abdullah.
            “Berhati-hatilah mengucapkan perkataan itu, sebab kita semua adalah hamba bagi sang raja. Sesungguhnya kamu adalah seorang penyihir raja, maka pelajarilah sihir yang dapat membuat semua manusia menjadi pembantumu dan kamu akan menjadi orang terkaya di kerajaan ini, bahkan di seluruh dunia,” kata Penyihir tua kerajaan.
            Abdullah terdiam dan kembali mempelajari sihir lagi. Namun kali ini dia mencermati bahwa sihir yang dia pelajari tak lain hanyalah sulap dan tipuan mata, hanya sebuah tipuan yang mengelabui pandangan mata tanpa ada kenyataannya. Bahkan apa yang diterimanya hanyalah halusinasi dan ilusi belaka.
            Sementara itu, suara syeikh tua masih terus terngiang di telinganya: “Wahai Dzat yang hidup kekal, wahai Dzat yang terus menerus mengurus makhluk-Nya”.
                                                                         *****                                            
       Telur yang ia sembunyikan di balik salah satu lengan baju atau saku “Abdullah”, dia keluarkan dari lengan baju atau saku lainnya, lalu ia menyemburkan api dari mulut, kemudian memadamkannya kembali: dan ada pula yang berupa mantera-mantera yang tidak mengandung hal yang bermanfaat sama sekali.
            Itulah yang diajarkan sang penyihir raja kepada “Abdullah”, sehingga dia merasa dirinya tak lebih dari seorang pelayan raja, sedang raja itu sendiri tak lebih dari manusia lemah yang tidak memiliki kemanfaatan atau kemudharatan apa pun terhadap siapapun. Bahkan dia adalah orang yang selalu memerlukan makanan ketika lapar, memerlukan air ketika haus, dan memerlukan obat ketika sakit. Oh, alangkah besar ketertipuan yang telah dijalani penduduk kerajaan tersebut.
            Ketika Abdullah dalam perjalanan menuju rumah sang penyihir, tiba-tiba dia mendengar suara itu lagi: “Wahai Dzat yang hidup kekal, wahai Dzat yang terus menerus mengurus makhluk-Nya”.
         Abdullah kecil kemudian memaksakan diri masuk ke dalam gua, hingga dia berada di dalamnya dan menemukan seorang kakek tua yang sedang berdoa sambil mengangkat kedua tangannya seraya mengatakan: “Wahai Tuhanku, Dzat yang hidup kekal dan terus menerus mengurus makhluk-Nya….Tuhan langit dan bumi. Engkaulah yang patut disembah, tidak ada Tuhan selain-Mu, Engkaulah Tuhan pemilik alam semesta, tidak ada tuhan selain-Mu. Maha Suci Engkau dan Engkau Mahatinggi. Arsy-Mu di atas langit, wahai Dzat yang Maha Penyayang. Maka ampunilah aku dan kasihanilah aku”.  
            Abdullah tidak menyadari dirinya, kecuali saat air matanya menetes di kedua pipinya bak mutiara yang berjatuhan. Tiba-tiba tanpa sadar, lidahnya mengatakan: “Aku beriman kepada Dzat yang hidup kekal dan terus menerus mengurus makhluk-Nya”. 
            Ketika itulah syeikh tua itu tersadar seraya bertanya: “Siapa kamu, wahai anak kecil?”
            “Aku Abdullah bin Tamir, penyihir kecil Raja”.
            “Bagaimana engkau bisa masuk ke sini?”.
        “Aku mendengarmu memanggil Tuhanmu yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, dan ucapanmu itu mengejutkanku”.
            “Duhai anakkku, sesungguhnya Allah adalah penciptaku, penciptamu, dan pencipta raja yang mengklaim dan mengaku secara bohong bahwa dirinya adalah tuhan selain Allah.”
            “Allah?. Oh, itu Tuhan yang Agung. Aku pernah mendengar kata-katamu itu. Tunjukkanlah kepadaku bagaimana cara agar aku dapat menyembah Allah?,” kata Abdullah.
            Syeikh tua itu kemudian mengajari Abdullah bagaimana cara menyembah Allah dan bertasbih kepad Tuhannya. Maka menangislah mata si Abdullah kecil karena keimanannya, yang mengungguli keimanan orang-orang dewasa yang kafir terhadap Allah.
       Ketika itulah syeikh tua itu berkata: “Wahai Abdullah, janganlah kamu menunjukkan keberadaanku kepada orang lain dan sembunyikanlah keimananmu dari mereka, sebab jika raja mengetahui keadaanmu, niscaya dia akan membunuhku dan membunuhmu. Sehingga keimanan di muka bumi ini akan lenyap”.
            “Aku mematuhimu Syeikh, engkau telah menunjukkanku pada Allah, Dzat yang Maha Esa lagi Tunggal,” kata Abdullah kemudian pergi.
*****
            Abdullah tidak lagi peduli terhadap pelajaran sihir yang dia pelajari dari sang penyihir, sebab dia tahu bahwa penyihir itu adalah orang yang banyak berdusta, sedangkan segala sesuatu yang dusta akan segera terbuka di hadapan orang lain, sekalipun pelakunya seorang anak kecil atau orang fakir seperti dirinya.
            Sejak Abdullah beriman kepada Allah, yang terpenting dalam kehidupannya adalah pergi ke gua tempat syeikh tua itu, untuk mendengarkan tasbih dan alunan suara pujiannya, juga belajar kepadanya tentang bagaimana dia mendendangkan tasbih di waktu malam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itulah, Abdullah sering terlambat datang ke rumah penyihir.
            Jika Abdullah pergi ke rumah sang penyihir, maka penyihir itu memukulnya karena terlambat, dan jika ia kembali ke rumahnya, maka keluarganya memukulnya karena terlambat. Dengan demikian, si kecil itu berada di antara dua hal, dimana yang paling manis di antara keduanya adalah yang paling pahit akibatnya.
       Abdullah kemudian menceritakan persoalannya, syeikh berkata memberinya nasehat: “Apabila penyihir bertanya kepadamu mengapa kamu terlambat, jawablah bahwa keluargaku menahanku. Jika keluargamu bertanya, jawablah bahwa penyihir menahanku.” 
            Karena jarak antara rumah penyihir dan rumah Abdullah jauh. Sang penyihirpun percaya atas apa yang abdullah katakan dan tidak menanyakan kepada keluarganya. Keluarga Abdullah juga percaya atas apa yang Abdullah katakan dan tidak menanyakan kepada sang penyihir. Dengan demikian, Abdullah terlepas dari kekejaman sang penyihir, juga siksaan keluarganya.
            Ketika Abdullah sedang menyusuri perjalanannya pada suatu hari, tiba-tiba dia melihat desak-desakan manusia. Dia kemudian mendekat, ternyata dia melihat monster menutupi jalan, sehingga tidak ada seorangpun  yang bisa melompat atau melewatinya. Abdullahpun memungut sebutir kerikil dari tanah, lantas berkata: “Sekarang aku dapat mengetahui, apakah syeikh tua yang lebih Allah cintai ataukah penyihir raja”. Dia kemudian berkata: “Ya Allah, jika syeikh tua yang lebih engkau cintai daripada penyihir, maka jauhkanlah hewan ini dari jalan”.  
        Abdullah kemudian melemparkan kerikil itu, dan ternyata monster itu pergi dan tidak lagi menutupi jalan. Abdullah kemudian meneruskan perjalanannya menuju syeikh tua, sedang keimanan telah memenuhi relung hatinya. Dia kemudian menceritakan kejadian yang menimpanya kepada sang syeikh tua.
            Syeikh tua berkata: “Duhai anakku, sekarang kamu lebih baik daripada aku dan sesungguhnya Allah akan memberikan cobaan kepadamu. Jika kamu mendapat cobaan, janganlah engkau tunjukkan tentang keberadaanku kepada pihak yang menyiksamu.”
            Kedua orang itu kemudian larut dalam shalat yang panjang dan do’a kepada Allah.
*****
            Raja memiliki saudara sepupu yang buta sejak kecil. Oleh karena itulah, dia sangat sedih atas nasib yang dialaminya. Dia selalu mencari dokter yang bisa mengembalikan penglihatan yang telah hilang itu, agar sepupunya dapat melihat seperti manusia yang lain.
          Para tabib telah didatangkan, namun tidak seorangpun mampu mengembalikan penglihatannya. Meskipun si buta ini memiliki kekayaan, namun harta itu tidak dapat membahagiakannya dan tidak pula dapat mengembalikan penglihatannya.
            Selanjutnya sepupu raja kedatangan seseorang yang menyampaikan kabar baik kepadanya, bahwa ada seorang tabib di suatu kota yang telah dikunjungi banyak orang, kemudian setiap orang yang berpenyakit itu sembuh, sehingga semua orang mengira bahwa sang tabib memiliki kemampuan untuk menyembuhkan segala macam penyakit. Si buta kemudian menyiapkan berbagai hadiah dan harta, lalu berangkatlah ia menemui sang tabib yang mujarab itu, yang mampu membuat sesuatu yang tidak dapat dilakukan tabib-tabib yang lain.
        Sampailah si buta dan orang-orang yang bersamanya di rumah sang tabib, dan mereka mendapati antrean pasien yang cukup panjang yang berdiri di depan pintu rumahnya. Mereka kemudian meminta izin untuk menemui sang tabib, ternyata mereka dikejutkan dengan sebuah kejutan. Ternyata tabib tersebut adalah Abdullah bin Tamir sendiri, penyihir raja yang kini telah menjadi sosok yang lebih terkenal daripada semua orang, bahkan dari raja itu sendiri.
            Si buta kemudian menawarkan harta dan hadiah kepada Abdullah bin Tamir agar dia mau mengembalikan penglihatannya. Namun Abdullah berkata: “Aku tidak mengambil upah dan aku tidak memerlukan harta. Aku hanya perlu kamu beriman kepada Allah semata.”
             Si buta bertanya: “Siapa itu Allah?”.
            Abdullah menjawab: “Allah adalah Dzat yang akan menyembuhkanmu dari penyakitmu jika aku berdoa kepada-Nya untukmu.”
            “Bagaimana dengan raja, bukankah raja itu Tuhan?.”
          “Apakah raja dapat menyembuhkanmu? Dia adalah hamba, aku adalah hamba, kamu adalah hamba, dan kita semua adalah hamba.”
     Abdullah kemudian mengusap mata si buta dengan kedua tangannya, kemudian Allah menyembuhkannya dan mengembalikan penglihatannya.
            Si buta pun berkata: “Aku beriman kepada Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah.”
         Abdullah kecil yang tumbuh dewasa dan telah menjadi tabib itu pun berkata: “Janganlah kamu memberitahukan perihalku kepada sang raja, karena dia pasti akan membunuhku dan juga kamu.”
            Si buta kemudian keluar dalam keadaaan sehat, dapat melihat, dan dapat berjalan tanpa perlu orang lain untuk menuntunnya. Dia telah beriman kepada Allah setelah kafir kepada-Nya. Dia menyembunyikan keimanannya, meskipun terhadap anak-anak dan istrinya.
*****
            Salah seorang pengawal datang menemui sepupu sang raja. Pengawal itu kemudian berkata: “Raja ingin bertemu denganmu!”
      Dia kemudian berangkat bersama sang pengawal, tanpa memerlukan seorangpun yang menuntunnya membimbingnya berjalan. Ketika dia telah menemui raja, raja sangat terkejut melihat keadaaanya dan dia berkata: “Selamat buat sepupuku yang sudah dapat melihat kembali.”
            Keponakan raja pun menjawab: “Segala puji bagi Allah atas segala hal itu.” 
         Raja langsung marah dan berkata: “Allah, apakah kamu memuji Allah di kerajaan dan istanaku? Apakah kamu percaya kepada Allah?.”
       “Ya, aku percaya kepada Allah yang telah menyembuhkanku dan mengembalikan penglihatanku, wahai raja.”
            “Apakah ada Tuhan selain diriku yang disembah di kerajaanku ini, selain diriku?.”
            “Bahkan semua orang adalah hamba di kerajaan Allah, wahai Raja.’
       Raja kemudian marah dan memanggil para pengawal. Mereka (raja dan para pengawal) kemudian menyiksa sepupu raja hingga dia menunjukkan kepada mereka keberadaan Abdullah. Mereka pun mendatangkan Abdullah dan menyiksanya hingga Abdullah menunjukkan keberadaan syeikh tua. Ketiga orang itu kemudian dihadapkan kepada raja yang lalim itu. Raja kemudian mengikat ketiga orang itu dengan rantai besi.
            Raja berkata: “Ingkarilah Allah!, jika tidak, aku akan membunuh kalian.”
           Sepupu raja yang pernah buta itu menjawab: “Aku tidak akan pernah menyembah selain Allah, dan aku tidak akan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”
        Para prajurit kemudian membunuh sepupu raja, yaitu dengan cara menggergajinya dengan sebuah gergaji hingga tubuhnya menjadi dua bagian. Mereka kemudian berkata kepada syeikh tua: “Ingkarilah Allah. Jika tidak, kami akan melakukan apa yang telah kami lakukan kepada si buta itu.’
            Namun steikh tua itu tetap teguh atas keimanannya sehingga mereka membelah tubuhnya dengan gergaji sampai menjadi dua bagian.
            Sekarang tiba giliran “Abdullah”. Mereka berkata kepadanya: “Ingkarilah Allah! Jika tidak, kamu akan jadi seperti mereka.”
            Abdullah menjawab: “Allah adalah Tuhanku, dan aku tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu pun”.
            Mereka kemudian meletakkan gergaji di atas kepala Abdullah dan hendak membunuhnya. Merekapun mencoba membunuhnya dengan pedang, namun Abdullah tak jua dapat dibunuh, kemudian mereka mencoba membunuhnya dengan panah, anak panah, dan pisau, namun mereka tetap tidak berhasil. Raja tertegun bingung di hadapan Abdullah. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan.
*****
“Ya Allah, hindarkanlah mereka dariku dengan sesuatu yang Engkau kehendaki.”
            Demikianlah do’a si anak kecil itu saat dia berada di puncak bukit yang tinggi bersama kedua orang pengawal yang akan melemparkannya dari atas bukit supaya dia mati, setelah semua cara dan upaya untuk membunuhnya gagal.
            Allah kemudian mengabulkan do’a Abdullah itu, lalu mendadak  bukit itu berguncang dan para pengawal itu terjatuh dari ketinggiannya dan mati seketika itu juga, sedang Abdullah masih tetap hidup.
            Selanjutnya ia (Abdullah) kembali kepada raja untuk menyerunya kepada Allah, sehingga raja pun menjadi semakin berang. Raja memerintahkan para tentaranya untuk meletakkan Abdullah di sampan dan membawanya ke laut, kemudian dilemparkan di sana agar mati tenggelam. Di tengah gelombang yang dahsyat, suara Abdullah melengking memanggil Tuhannya.  
              “Ya Allah, hindarkanlah mereka dariku dengan sesuatu yang Engkau kehendaki”.
            Sampan itu kemudian terbalik dan Abdullah selamat dari tenggelam, kemudian dia kembali kepada raja dan berkata kepadanya: “Sesungguhnya kamu tidak akan pernah dapat membunuhku, kecuali jika kamu melakukan apa yang aku perintahkan kepadamu.’
              Raja berkata: “Apa yang kamu perintahkan kepadaku?.”
            Abdullah menjawab: “Kumpulkanlah semua orang di lapangan yang luas, kemudian ikatlah aku di atas batang pohon, lalu ambillah anak panah dari tabung anak panahku dan letakkanlah ia di busurnya, kemudian katakanlah: “Dengan menyebut nama Allah, Tuhan anak ini. Jika kamu melepaskan anak panah itu, niscaya kamu dapat membunuhku”.
            Raja pun setuju dengan apa yang dikatakan oleh Abdullah agar dia dapat menghabisinya.
            Tak lama penduduk kerajaan itu pun berkumpul di sebuah dataran tinggi, kemudian mereka melihat Abdullah terikat di sebuah pohon. Ternyata raja memegang tabung anak panah Abdullah, kemudian mengeluarkan satu anak panah darinya. Semua orang terdiam dan suara raja terdengar keras mengatakan: “Dengan menyebut nama Allah, Tuhan anak ini”.
        Seketika dia melepaskan anak panah itu hingga mengenai kening “Abdullah”, maka Abdullahpun mati secara Syahid. Penduduk kerajaan kemudian sadar bahwa raja mereka tidak dapat membunuh anak itu, kecuali setelah dia mengatakan: “Dengan menyebut nama Allah, Tuhan anak ini”. Mereka semua kemudian berteriak: “Kami beriman kepada Allah, Tuhan anak itu.”
            Tubuh Abdullah memang telah mati, namun do’a dan keimanannya tetap kekal. Rajapun menjadi bingung, sebab semua orang di kerajaannya telah menjadi penyembah Allah, bukan penyembah dirinya seperti dahulu. Dia (raja) kemudian memerintahkan untuk menggali parit yang besar. Setelah itu, dia (raja) memerintahkan para pengawal untuk menyalakan api, maka api yang besarpun dinyalakan. Satu demi satu, kemudian mereka membawa orang-orang mukmin itu. Para tentara pun menyeru: “Apakah kamu akan mengingkari Allah ataukah kami akan melemparkanmu ke dalam parit berapi?”.  
            Tidak ada seorangpun dari orang-orang mukmin itu, kecuali mereka dibakarnya di dalam parit tersebut, hingga yang tersisa hanyalah seorang wanita yang menggendong bayi di kedua tangannya. Mereka mengambil bayi itu dan berkata: “Apakah kamu memilih untuk mengingkari dari beriman kepada Allah? Jika tidak, kami akan membakar bayi kecilmu ini.” 
            Sang Ibu kemudian menatap bayinya dan ingin mengatakan perkataan kafir, namun Allah menghendaki dia tidak menjadi kafir sehingga bayi itu dapat berkata: “Ibu bersabarlah, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran yang nyata.”
            Sang ibu pun menolak kekafiran dan hanya meridhoi keimanan. Maka bayi itu dilemparkan ke parit berapi, setelah itu sang ibu dari bayi tersebut pun dilemparkan ke dalam parit berapi itu. Setelah itu, araja dan para tentaranya akan mendapatkan siksaan yang amat pedih di hari kiamat nanti.   
            “Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu, melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji, yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka ahdzab Jahannam dan bagi mereka ahdzab (neraka) yang membakar.” (QS. Al-Buruj (85): 4-10).

Hikmah yang dapat dipetik:
  1. Berimanlah kepada Allah SWT kapanpun dan  dimanapun kau berada, baik dalam kondisi lapang maupun susah. Sesungguhnya iman kepada Allah itu lebih kuat dari segala sesuatu. Allah akan senantiasa menolong hamba yang mencintaiNya, beriman padaNya, dan rela berkorban demi agamaNya.
  2. Sihir atau sulap adalah salah satu tipu muslihat yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan dan kemudharatan melainkan hanyalah tipu belaka.
  3. Penyihir adalah manusia yang mempersekutukan Allah dan patuh terhadap syetan. Maka jangan sekali-kali engkau persekutukan Allah dengan sesuatu apapun, sebab tiada Tuhan kecuali Allah. Dialah Allah, Dzat Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluknya, Dzat yang bisa menyembuhkanmu ketika sakit, Dzat yang menghidupkan lagi mematikan.
  4. Allah akan senantiasa memelihara hamba-hambaNya yang beriman.  

TUJUAN PENULISAN KISAH ASH-HABUL UKHDUD
Kisah ini ditulis agar menginspirasi para pembaca untuk senantiasa beriman, tetap menjaga imannya baik dalam kondisi susah maupun lapang. Semoga kisah ini bermanfaat dan semakin memperteguh iman dan keyakinan kita kepada Allah SWT. Tiada kekuatan kecuali dari Allah, tiada Tuhan kecuali Allah. Dialah Tuhan seluruh alam yang menciptakan langit dan bumi, yang terus menerus mengurusi makhluk-makhlukNya.    

REFERENSI:
Ath-Thahir, Hamid A. 2006. Kisah-Kisah dalam Al Qur’an untuk Anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam.               
           
           
           



Senin, 19 Desember 2016

KHADIJAH BINTI KHUWAILID, PEMIMPIN WANITA SYURGA

KHADIJAH BINTI KHUWAILID, PEMIMPIN WANITA SYURGA
*****
Berteladan pada Ummul Mukminin, Sayyidah Khodijah RA.


            Siapakah sosok Khadijah binti Khuwailid (Sayyidah Khadijah RA)?. Khadijah binti Khuwailid adalah istri pertama Rosulullah SAW. Rosulullah SAW menikah dengan Sayyidah Khodijah RA pada usia 25 tahun, sedangkan Sayyidah Khodijah RA saat itu berusia 40 tahun. Pernikahan antara Rosulullah SAW dengan Sayyidah Khadijah RA, Sayyidah Khodijah RA melahirkan 6 orang anak (2 laki-laki dan 4 perempuan). Anak Rosulullah SAW bersama Sayyidah Khodijah RA yaitu: Qosim, Abdullah, Fatimah, Ummu Kultsum, Zainab, dan Ruqaiyah. Semua anak laki-laki beliau (Rosulullah SAW) meninggal dunia saat mereka masih kecil. Sementara anak-anak perempuan beliau, mereka menjumpai islam, masuk islam dan berhijrah. Semua anak-anak Rosulullah SAW meninggal dunia ketika beliau masih hidup, kecuali Fatimah. Fatimah meninggal dunia setelah enam bulan wafadnya Rosulullah SAW.
            Sayyidah Khodijah RA adalah ummul mukminin, pemimpin kaum wanita seluruh alam pada masanya. Ibu anak-anak Rosulullah SAW. Sayyidah Khodijah RA adalah orang pertama yang beriman dan percaya kepada Rosulullah SAW sebelum siapapun juga mempercayainya. Beliau (Sayyidah Khodijah RA) memiliki banyak keutamaan, dan termasuk di antara wanita sempurna. Ia wanita berakal, mulia, patuh perintah agama, terjaga dan mulia, termasuk salah satu penghuni surga. Beberapa keutamaan besar Sayyidah Khodijah RA diantaranya:
1.      Orang pertama yang shalat bersama Rosulullah SAW.
*****
Wanita pertama yang dinikahi Rosulullah SAW adalah Khadijah, dan orang pertama yang beriman kepada beliau adalah Khodijah”. (Al-Fushul. Hlm, 243).
*****
Imam Az Zuhri RA menuturkan, “Khadijah RA adalah orang pertama yang beriman kepada Allah. Rosul menerima risalah Rabb lalu pulang ke rumah, setiap kali melewati pohon ataupun batu, semuanya mengucapkan salam kepada beliau. Saat masuk menemui Khodijah, beliau berkata, “Tahukah kamu sosok yang aku ceritakan kepadamu yang aku lihat dalam mimpi, dia itu Jibril. Ia memberitahukan kepadaku bahwa ia diutus Rabbku kepadaku.” Beliau memberitahukan wahyu pertamanya. Khadijah berkata, “Bergembiralah, demi Allah, Allah akan selalu memberlakukan padamu dengan baik. Maka dari itu terimalah apa yang datang kepadamu dari Allah, karena itu adalah kebenaran.” [Tarikh Al-Islam, Adz-Dzahabi (I/128)].
*****
2.      Orang pertama yang memberi anak-anak untuk Rosulullah SAW. Sayyidah Khodijah RA adalah istri pertama Rosulullah SAW. Pernikahan antara Rosulullah SAW dengan Sayyidah Khadijah RA dikaruniai 6 orang anak (2 laki-laki dan 4 perempuan). Anak Rosulullah SAW bersama Sayyidah Khodijah RA yaitu: Qosim, Abdullah, Fatimah, Ummu Kultsum, Zainab, dan Ruqaiyah.
3.      Orang pertama di antara istri-istri Rosulullah SAW yang diberi kabar gembira surga.
4.      Orang pertama yang diberi salam Rabb
*****
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Jibril datang kepada Rosulullah SAW, lalu berkata, “Wahai Rosulullah, Khadijah akan datang membawa wadah berisi makanan, atau lauk, atau minuman. Jika dia sudah tiba nanti, sampaikan salam Rabbnya kepadanya, juga dariku. Dan sampaikan kabar gembira kepadanya sebuah rumah di surga dari mutiara cekung, tiada kegaduhan dan keletihan di dalamnya.” [Muttafaq “Alaih”. HR. Bukhari (3820), kitab: Keutamaan-keutamaan. HR. Muslim (2432), kitab: Keutamaan Para Sahabat].
*****
5.      Wanita shiddiq pertama di antara para mukminin wanita.
6.      Istri Nabi Muhammad SAW yang lebih dulu meninggal dunia.
7.      Kuburan yang pertama kali disinggahi Nabi Muhammad SAW adalah kuburannya di Mekah.
8.      Pemimpin wanita penghuni surga
*****
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, “Rosulullah SAW bersabda, “Para pemimpin wanita penghuni surga adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Muhammad, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah istri Fir’aun.” [HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir (12179), sanad hadits ini Hasan].
*****
Demikianlah beberapa keutamaan yang dimiliki oleh Sayyidah Khodijah RA. Sayyidah Khodijah RA adalah sosok wanita yang mulia nan lembut budi pekertinya, penyayang dan murah hati. Wahai muslimah nan solikhah, marilah berteladan pada akhlak Sayyidah Khodijah RA. Keteladanan sikap mulia Sayyidah Khodijah RA diantaranya:
1.      Khadijah binti Khuwailid (Sayyidah Khodijah RA) adalah sosok yang dermawan.
Sayyidah Khadijah RA rela memberikan seluruh hartanya untuk mendukung perjuangan Rosulullah SAW, rela mengorbankan harta dan pikirannya untuk  Allah dan Rosulnya.
Diriwayatkan dalam perbincangan hangat antara Rosulullah SAW dan Khodijah RA, datanglah Halimah As Sa’diyah (Ibu susuan yang menyusui Rosulullah SAW). Dalam pertemuan hangat antara Rosulullah SAW dengan Halimah As Sa’diyah, beliau (Rosulullah SAW) menanyakan kondisinya (kondisi Halimah). Halimah As Sa’diyah mengeluhkan kerasnya kehidupan dan kekeringan yang melanda padang luas Bani Sa’ad. Ia (Halimah As Sa’diyah) mengeluhkan kesulitan hidup, dan getirnya kemiskinan. Rosulullah SAW lantas mencurahkan kemuliaan beliau pada Khodijah RA. Khadijah RA tersentuh oleh kondisi Halimah As Sa’diyah, ibunda susuan Nabi Muhammad SAW, konsisi sulit yang menimpanya dan juga kaumnya. Kalbu Khadijah pun menuangkan kasih sayang dan cinta. Dengan rela hati, Khadijah memberi 40 ekor kambing, juga seekor unta yang membawa air. Khadijah juga memberikan bekal seperlunya untuk nanti Halimah As Sa’diyah bawa pulang ke padang luas kampung halamannya”. (Nisa’, Ahlil Bait, hal: 31, 32).
Selain itu, Sayyidah Khodijah RA gemar membagikan hartanya pada fakir atau miskin, Sayyidah Khodijah juga sangat memuliakan tamu dan gemar membantu orang dalam kesusahan.
2.      Sifat mulia dan Mementingkan Orang lain
Khadijah RA sangat mulia dan murah hati. Ia menyukai apa saja yang disukai sang suami, mengorbankan apa pun yang ia miliki demi membahagiakan sang suami. Tatkala Rosulullah SAW merawat putra paman beliau, Ali bin Abi Thalib, Ali menemukan hati penuh kasih dan Ibu yang sangat penyayang di rumah Khadijah, wanita suci nan penuh kasih. Inilah yang membuat Ali merasa tinggal bersama Ibu kandung sendiri. Khadijah memperlakukan Ali dengan sangat baik.  
Demikian halnya ketika Khadijah RA merasa bahwa Rosulullah SAW mencintai Zaid bin Haritsah. Khadijah menghibahkan Zaid kepada beliau, sehingga kedudukan Khadijah kian meningkat di dalam jiwa Nabi Muhammad SAW.
3.       Setia pada Suami, Menemaninya dalam Suka dan Duka
Dear shalihah, sudah selayaknya sebagai wanita kita meneladani sikap sayyidah Khodijah RA yang setia pada suaminya (Nabi Muhammad SAW). Sayyidah Khodijah RA dengan kerelaan hati memberikan seluruh hartanya untuk perjuangan Rosululklah. Sayyidah Khodijah menemani Rosulullah dalam suka maupun duka. Sayyidah Khodijah menguatkan Rosulullah ketika beliau ketakutan, kedinginan setelah ditemui Jibril dan menerima wahyu, Sayyidah Khodijah memotivasinya dan menyelimutinya. Sayyidah Khodijah RA menemani Rosulullah baik dalam dakwah islam baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sayyidah Khodijah turut merasakan pedihnya diboikot kaum kafir quraisy menemani Rosulullah SAW. Sungguh betapa mulia nan murah hati Sayyidah Khodijah RA.
Sudah selayaknya kita meniru ummah kita (Sayyidah Khodijah RA) yang begitu setia pada sang suami.
Jadilah wanita…
Yang kala suamimu memandangnya, maka sejuklah hatinya
Yang kala suamimu berduka, maka engkau menguatkan pundaknya
Yang kala suamimu lemah, maka kau pun memotivasinya
Yang kala suamimu mendengarkan katamu, maka tentramlah batinnya
Yang kala bersamamu, maka semakin besar cintanya pada Rabbnya
Yang kala memandangmu mengingatkannya akan kehidupan akherat
Yang kala memandangmu mengingatkannya akan hari kematian
Jadilah wanita…
Yang kala suamimu di sampingmu, menginspirasinya untuk berbuat kebajikan
Yang kala bersamamu, mendorongnya dalam ketaatan pada Rabb dan RosulNya
Yang mana kalian berdua saling bahu membahu dalam kebaikan
Saling mengasihi dan saling mencintai dalam ketaatan
Membangun keluarga yang madani
4.      Khadijah RA adalah sosok yang Rajin Beribadah
Sayyidah Khodijah adalah orang yang pertama beriman pada Allah dan RosulNya. Sayyidah Khodijah orang pertama yang mempecayai Rosulullah SAW. Sayyidah Khodijah RA selalu mendampingi Rosulullah SAW hampir seperempat abad lamanya. Selama itu, ia meminum  dari sumber mata air jernih secara langsung. Meniru perilaku, akhlak, dan kasih sayang beliau (Rosulullah SAW) secara langsung. Sayyidah Khodijah RA senantiasa menjalankan shalat bersama Nabi SAW. Shalat kala itu adalah dua rokaat pada pagi hari dan dua rokaat pada petang hari, sebelum shalat lima waktu ditetapkan pada masa Isra’.
Diriwayatkan dari Urwah bin Zubair, dari Aisyah RA, Ia berkata, “Shalat pertama yang diwajibkan adalah dua rokaat, lalu shalat dalam perjalanan ditetapkan, dan shalat saat bermukim disempurnakan”. (Muttafaq Alaih. HR. Bukhari (1090), kitab: Jum’at. Muslim (685), Kitab; Shalat para Musafir dan Qasharnya).
5.      Sayyidah Khodijah RA adalah sosok yang Penyabar dan Pandai Bersyukur
Sayyidah Khodijah RA adalah sosok yang sabar dalam menemani Rosululklah SAW dalam berdakwah baik dakwah secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Beliau (Sayyidah Khodijah RA) menemani dan menguatkan Rosulullah SAW dengan kesabaran ketika sedang diboikot kaum kafir quraisy, dilanda kelaparan dan kemiskinan dan tetap menegakkan islam di jalan Allah. Sayyidah Khodijah RA adalah sosok yang penyabar menerima ujian dari Allah SWT.
Sayyidah Khodijah RA adalah sosok yang pandai bersyukur atas nikmat yang Allah SWT limpahkan padanya. Beliau (Sayyidah Khodijah RA) gemar menyedekahkan hartanya untuk fakir atau miskin sebagai wujud rasa syukurnya atas nikmat yang Allah berikan padanya. Sayyidah Khodijah RA selalu bersyukur atas nikmat keberkahan pernikahan yang dijalaninya bersama Nabi Muhammad SAW. Ia selalu melakukan apapun untuk semata-mata mencari ridho Allah SWT dan RosulNya.
*****
Demikianlah sekilas tentang keutamaan dan keteladanan akhlak mulia Sayyidah Khodijah RA. Semoga kita dapat meneladaninya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan beliau sosok cerminan tauladan dalam berperilaku dan berakhlak. Semoga tulisan ini bermanfaat. Terimakasih.