HALIMAH BINTI MASDARI

Rabu, 08 April 2020

ASSALAMUALAIKUM CALON AYAH MERTUA

ASSALAMUALAIKUM CALON AYAH MERTUA
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah, S. Si

Gambar 1. Surat Untuk Calon Ayah Mertua
(Picture's created by Dewi Nur Halimah) 

Assalamualaikum. Wr. Wb

Wahai calon ayah mertuaku, bagaimana kabarnya ayah? Semoga ayah senantiasa sehat selalu. Semoga ayah sekeluarga selalu dalam lindungan Allah swt. Semoga rahmat Allah tercurah untuk ayah sekeluarga hingga selamat dunia akherat. Aamiin. 

Untukmu calon ayah mertuaku, terimakasih dariku untukmu. Engkau adalah sosok lelaki hebat yang telah mendidik lelaki hebat yang sangat aku cintai.

Ayah...
Putramu adalah lelaki yang hebat. Ia tulus cintanya terhadapku, mandiri, penyayang, dan berjiwa sosial. Ia rajin mengaji dan solat, ia pekerja keras, ia lemah lembut dan juga berpikiran dewasa yang solutif terhadap masalah. Semua tidak lain karena peran ayah dalam mendidik karakter putra ayah sejak kecil. 

Ayah...
Putramu telah mencintaiku dan akupun mencintai putramu. Ayah, restui cinta kami agar berlabuh di cinta yang suci terikat dalam tali pernikahan. Jangan khawatir ayah, in syaAllah pilihan putramu adalah wanita solekhah yang kelak akan memuliakan putramu juga sangat menghormatimu dan memuliakanmu.

Ayah... 
Calon menantumu ini adalah sosok gadis desa yang teramat sederhana penampilannya. Ia bersahaja, kuharap ayah bisa menerimanya apa adanya sebagaimana ia menganggap ayah layaknya ayah kandungnya.

Ayah... 
Jangan khawatir tentangku, apakah nanti aku bisa merawat putramu atau tidak, calon menantumu in syaAllah telah mempersiapkannya matang-matang. Yang kami butuhkan hanyalah ridho dan restu ayah dan ibu mertua.

Ayah... 
Calon menantumu in syaAllah adalah wanita solekhah yang cerdas. Mengapa ia selalu rajin belajar? Sebab ia sangat ingin kelak melahirkan generasi (in syaAllah cucu ayah) yang cerdas-cerdas pula. Calon menantumu sadar bahwa kecerdasan seorang anak menurun dari kecerdasan sang Ibu, maka ia berlatih keras untuk menjadi wanita yang cerdas lagi berakhlak mulia agar kelak bisa menjadi tauladan mulia saat menjadi madrosah utama untuk cucu-cucumu nanti. Tidakkah ayah menginginkan demikian?

Ustadz guru pernah berkata...
"Mengapa ketika rosulullah ditanya, siapa orang yang paling engkau hormati?. Lantas rosulullah menjawab ibu sebanyak 3 kali dan ayah sekali. Sebab kecerdasan anak 75% - 80% diwariskan dari kecerdasan genetik ibu, sedangkan  20% - 25% diwariskan dari kecerdasan ayah".

Ayah...
Aku telah banyak melakukan riyadhoh agar kelak dzuriyahku, termasuk juga cucu-cucu ayah nanti adalah cucu yang soleh solekhah cerdas. Aku teringat kisah Imam Syafi'i dimana Imam Syafi'i yang cerdas tiada lain karena riyadhoh ibunya yang kuat. Ibunya sosok yang solekhah, bukan hubbud dunya sehingga tidak menuntut Imam Syafi'i untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya melainkan menuntut Imam Syafi'i agar bersungguh-sungguh menuntut ilmu hingga menjadi ulama besar. Qodarullah riyadhoh sifat zuhud, wara' (menjaga makanan dan minuman yang masuk ke perut agar pasti halal, bukan syubhat apalagi haram) menjadi cahaya penerang yang membawa Imam Syafi'i menjadi sosok yang soleh cerdas hingga menjadi Imam besar bahkan panutan ummat, mahzab syafi'i yah.

Ayah...
Aku telah melakukan banyak riyadhoh semaksimal yang aku mampu karena aku sangat menginginkan memiliki dzuriyah soleh solekhah cerdas layaknya Imam Syafi'i. Ayah, in syaAllah cucu yang soleh solekhah lagi cerdas adalah investasi akherat yang baik untuk kita. Yang akan mendoakan kita ketika kita wafat nanti. Sikapnya meneduhkan yang menjadi penerang di alam barzah. Tidakkah ayah menginginkan dzuriyah soleh solekhah yang cerdas, multi talented ilmu duniawi juga ilmu ukhrowi yang menjadi investasi akherat kita?. Ayah in syaAllah aku akan menjadi zaujati solekhah untuk putra ayah, menjadi umi solekhah yang cerdas untuk cucu-cucu ayah. Ridhoi putramu untuk menikahiku, ayah.

Ayah... 
Restui putramu untuk menikahiku, kami berdua saling mencintai. In syaAllah cinta kami tulus lilahi ta'ala, kami saling mencintai atas dasar agama dan akhlak. Landasan kami adalah agama. Bukan kecantikan, bukan ketampanan, bukan kekayaan semata, melainkan agama. Agama adalah nasehat tertinggi landasan pernikahan sebagaimana landasan Sayyidina Ali RA menikahi Sayyidah Fatimah RA. Sebagaimana pondasi cinta Sayyidah Muthi'ah ra dengan suaminya. Sebagaimana cinta Sayyidina Abdurrahman bin Abu Bakar pada Sayyidah Atikah. Sebagaimana kesucian cinta Sayyidah Khodijah ra pada rosulullah saw.

Ayah... 
Jangan khawatir bila putramu menikahiku, aku tak memuliakannya. Demi Rabb Alam Semesta yang tiada Tuhan kecuali Allah, sejak putra ayah mengatakan cinta dan hendak menikahiku, telah kupersiapkan bekal yang matang untuk menjadi zaujati solekhah untuknya, ayah. 

Ayah... 
Calon menantumu telah mempersiapkan itu sangat matang sebab calon menantumu ingin menjadi istri solekhah untuk putra ayah. Jangan khawatir ayah, in syaAllah calon menantumu ini kelak saat menjadi istri putramu akan membahagiakan dan sangat memuliakan putramu, ayah.

Ayah... 
Tahukah engkau bahwa untuk mempersiapkan menjadi zaujati solekhah layaknya zaujati Fatimah (putri rosulullah), Zaujati Khodijah (istri rosulullah saw), dan zaujati muthi'ah, calon menantumu ini mempersiapkan banyak hal terkait itu, yah. Calon menantumu rela menabung dan menyisihkan uangnya hampir tiap bulan untuk membeli buku-buku serta kitab kitab tentang kiat membangun keluarga madani secara islami sesuai syariat dan ilmu parenting seperti kitab fatkhul mu'in bab nikah, uqudillujen, qurrotul uyun, al ghoyah wat taqrib, ayuhal Walad, akhalakul Lil banat, bidayatul hidayah, dll. Dipelajari istiqomah rutin pelan pelan di sela waktu luangnya agar kelak ia bisa meniru kisah wanita solekhah dalam mengabdi melayani suaminya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. 

Bukan hanya itu ayah... 
Calon menantumu juga mempraktekannya dengan mengajar sibyan-sibyan, mengajar akhlak, kisah religi, dongeng islami, fiqih, dan ilmu sains. Calon menantumu sangat menyayangi orangtua, jadi ayah tak perlu khawatir di hari tua. Calon menantumu juga sangat sayang pada anak-anak serta sayang pada fakir miskin, yatim, dan dhuafa. In syaAllah calon menantumu sangat penyayang, ia selalu mendukung kebaikan dan menolak kemungkaran (kemaksiatan) dengan tegas. In syaAllah bersama calon menantumu ini, putramu akan lebih kuat dalam menjalankan perintah agama. Semoga kelak kita semua wafat khusnul khotimah dan kelak putramu bersamaku dapat selalu bersama saling menguatkan berjuang menuju surga Allah.

Ayah...
In syaAllah menantumu ini kelak akan menjadi istri yang qona'ah (neriman) terhadap apa yang diberikan suamiku (nafkah harta). In syaAllah aku tak menuntut banyaknya harta yang ia beri melainkan akan kutuntut kehalalan sumber dan cara ia menafkahiku dan menafkahi anak-anakku. Karena dzuriyah soleh solekhah cerdas hanya bisa diraih lantaran dinafkahi rizki yang halal. Maka kupinta kepastian kehalalannya, tiada lain untuk kebahagiaan suamiku dan diriku di akherat bila memiliki dzuriyah yang soleh solekhah cerdas. 

Ayah... 
Calon menantumu juga mengikuti beauty class agar gadis desa yang lugu itu minimal bisa berdandan cantik natural saat nanti di hadapan suaminya (putramu), sebab menyenangkan hati suami juga pahala. Ia yang awalnya lugu, menjadi bisa berdandan untuk bisa melayani putramu dengan baik secara dzohir batin sebagaimana yang diteladankan Sayyidah muthi'ah yakni menyambut suami pulang kerja dengan dandan cantik di hadapan suami, selalu cantik di hadapan suami agar suami tak bosan memandang dan bertambah rasa cinta, menyiapkan air hangat dan handuk untuk mandi, serta menyiapkan makanan setiap pulang kerja, dll. 

Ayah... 
Calon menantumu juga telah belajar memasak agar kelak bisa memasakkan makanan kesukaan putramu (suaminya). Sebab orangtuaku telah berpesan bahwa jadi wanita harus bisa masak, ya kalau suami mampu memberikan PRT kalau tidak. Tak hanya itu, lelaki juga kadang bosan dengan masakan beli yang rasanya itu-itu saja. Kalau masak sendiri kan bisa variasi sesuai selera. Masakan istri juga memberikan kenangan kesan tersendiri bagi suami. Jadi selalu sedia payung sebelum hujan. In syaAllah akan aku aplikasikan untuk putramu nanti, yah. In syaAllah aku siap melayani putramu dzahir batin. 

Ayah... 
In syaAllah calon menantumu siap menemani putramu berjuang dari nol. Menemaninya bukan saat suka (bahagia) saja tapi juga saat duka (sedih). In syaAllah calon menantumu akan meneladani zaujati Khodijah ra yang setia menemani rosulullah saw dalam suka dan duka. Saat aku memutuskan menerima putramu, berarti aku juga siap menjadi istri putramu. Maka aku harus siap untuk taat dan diatur putramu serta siap mengabdikan seluruh jiwa, raga, dan milikku untuk suamiku di jalan Allah dan kebaikan. Terlebih surga seorang istri pada ridho seorang suami. 

Ayah... 
In syaAllah dengan kecerdasan yang Allah swt limpahkan padaku, akan aku gunakan untuk mendidik cucu-cucumu nanti. Dan dengan kecerdasanku pula, aku akan menjadi penasehat yang baik lagi penuh kasih sayang bila suamiku sedang down, sedih, atau di saat dia butuh dukungan. Aku akan selalu mendukung suamiku dalam kebaikan di jalan Allah. Ayah, restui putramu menghalalkan cintanya untukku. Ayah, sangat banyak persiapan yang aku lakukan untuk putramu. Yang tertera di atas adalah sebagian kecil saja. Itu semua tiada lain karena besar cintaku pada putramu layaknya besar cinta Sayyidah Khodijah ra untuk rosulullah saw. 

Ayah... 
Cinta kami tiadalah sempurna tanpa restu dari kedua belah pihak orangtua. Izinkan dua hati yang saling mencintai atas dasar ilmu dan akhlak untuk bersatu dalam tali cinta suci yang bernama pernikahan. Salam takdzimku untukmu ayah, calon ayahku kelak saat aku menjadi permaisuri dari putramu. Kasihku untukmu sama besarnya kasihku untuk ayahku. Terimakasih telah menyempatkan membaca secuil surat cinta dari mentari desa (calon menantumu). Semoga rahmat Allah senantiasa tercurah untukmu. 

Wassalamualaikum. Wr. Wb


Salam, 


Gadis Desa yang Dicintai Putramu

Tidak ada komentar :