HALIMAH BINTI MASDARI

Sabtu, 26 Maret 2016

UNHAS PERKUAT KERJASAMA DENGAN ALUMNI DALAM MENGHADAPI PTN-BH UNHAS

UNHAS PERKUAT KERJASAMA DENGAN ALUMNI DALAM MENGHADAPI PTN-BH UNHAS DAN MENJAWAB TANTANGAN MASYRAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DENGAN MENCETAK LULUSAN SARJANA YANG BERKUALITAS         

Pada usia ke 60 tahun, Universitas Hasanuddin atau yang lebih dikenal dengan nama UNHAS telah memasuki konsep PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri-Badan Hukum). PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri-Badan Hukum) ini berbeda halnya dengan PTN-BLU (Perguruan Tinggi Negeri-Badan Layanan Umum). Bila PTN-BH bersatus berbadan hukum, maka lain halnya dengan PTN-BLU yang bersatus satuan kerja kementerian teknis. PTN-BH memiliki otonomi yang luas dalam wewenang pengelolaan akademik maupun non akademik dan kemandirian tata kelola keuangan, sedangkan PTN-BLU masih dominan campur tangan pemerintah dalam tata kelola dan keuangan.
Transformasi sistem perguruan tinggi UNHAS dari PTN-BLU menjadi PTN-BH tentu memiliki banyak pola perubahan baik dari segi status, wewenang pengelolaan, visi misi, anggaran PTN, belanja, pendapatan, tarif, aset (Pencatatan, pengelolaan, pengalihan, dan penghapusan), pemeriksaan dan pengawasan. Perubahan status dari PTN-BLU menjadi PTN-BH ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangannya yaitu akan muncul kekhawatiran pada masyarakat akan biaya kuliah yang tinggi seperti pada masa BHMN dan komersialisasi pendidikan tinggi. Namun, kendati demikian sebagai antisipasi kekhawatiran mayarakat akan biaya kuliah yang menjadi mahal bahkan sangat mahal, pemerintah menetapkan kebijakan uang kuliah tunggal (UKT). Dengan sistem tersebut, pemerintahpun dapat turut serta mengawasi jumlah uang yang dibayarkan setiap mahasiswa ke perguruan tinggi. Sistem uang kuliah tunggal (UKT) diharapkan mampu mengontrol wewenang perguruan tinggi agar tidak otoriter dalam menentukan uang kuliah yang harus dibayarkan para mahasiswa.
Dibalik kekurangan yang memunculkan keresahan dan kekhawatiran masyarakat, sistem PTN-BH ini juga memiliki banyak keunggulan. Dalam bidang akademik, PTN-BH memiliki otoritas dalam membuka dan menutup program studi. Sedangkan dalam bidang non-akademik yang meliputi administrasi dan keuangan, PTN-BH memiliki otonomi untuk melakukan rekrutmen sumber daya manusia. Di bidang keuangan PTN-BH mempunyai keleluasaan untuk mengelola sendiri keuangannya secara mandiri meskipun dilaporkan kepada Kementerian Keuangan. Sistem PTN-BH memberikan kewenangan pada mahasiswa, alumni, masyarakat dan stakeholder terkait untuk memiliki keterwakilan dalam Majelis Wali Amanat. Hal ini berarti mahasiswa juga mempunyai andil yang cukup besar dalam menentukan Rektor Perguruan Tinggi. Selain lebih demokratis, hal ini juga memungkinkan terjadinya desentralisasi serta check and balence dalam pengawasan dan pengelolaan PTN BH.
Transformasi UNHAS menjadi PTN-BH akan dihadapkan pada berbagai tantangan, terlebih saat ini Indonesia telah memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Persaingan yang datang dari berbagai penjuru baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Ketika UNHAS telah berstatus PTN-BH, maka UNHAS dihadapkan pada keuangan UNHAS harus stabil sebab PTN-BH  sudah dianggap mandiri dan tidak dibiayai negara. Di samping itu, intervensi pemerintah terhadap  terhadap perguruan tinggi juga berkurang dengan tujuan agar perguruan tinggi dapat bekerja secara otonomis mengikuti mekanisme pasar. Meskipun demikian, perguruan tinggi juga harus dipertahankan menjadi organisasi non-for-profit yang bersaing melalui mekanisme pasar untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan. Otonomi yang diberikan pemerintah pada PTN-BH merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap pendidikan tinggi dan pengembangan IPTEK, tentu saja setiap perguruan tinggi memiliki kapasitas dan kapabilitas masing-masing sehingga setiap kebijakan perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
Sebagai PTN-BH, UNHAS memiliki banyak tantangan dimana harus meningkatkan kualitas pelayanan dan efisiensi kerja serta dituntut untuk mencetak generasi intelektual yang berkualitas. Dalam meningkatkan kualitas pelayanan, UNHAS sudah seyogyanya mencetak generasi muda yang memiliki daya saing tinggi sehingga mampu bersaing di kancah regional, nasional, maupun internasional. UNHAS diharapkan bisa dijadikan sebagai pusat unggulan dalam pengembangan insani, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya berbasis Benua Maritim Indonesia (BMI). UNHAS jua dituntut untuk mampuk merealisasikan misi UNHAS. Misi UNHAS diantaranya untuk : [1] menyediakan lingkungan belajar  yang berkualitas untuk mengembangkan kapasitas pembelajar yang adaptif-kreatif; [2] melestarikan, mengembangkan, menemukan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya; [3] menerapkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya berbasis dan untuk kemaslahatan Benua Maritim Indonesia.
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi UNHAS, perlu adanya kerjasama antara beberapa pihak diantaranya stakeholder UNHAS, dosen, alumni, mahasiswa, karyawan dan masyarakat. Hal utama yang perlu diperkuat adalah kerjasama antara alumni dan UNHAS dalam mencetak lulusan sarjana UNHAS yang berkualitas. Dalam upaya menjaga eksistensi UNHAS dimata masyarakat, UNHAS perlu meningkatkan kualitas terutama mencetak generasi yang berdaya saing tinggi. Dalam hal ini, UNHAS memiliki andil yang besar dengan menyatukan para civitas akademika untuk bersatu dan bekerjasama mewujudkan visi dan misi UNHAS. Civitas akademika yang mencakup para dosen, karyawan, mahasiswa, dan stakeholder terkait diharapkan mampu menciptakan situasi yang kondusif. Selain itu, untuk menunjang keberhasilan PTN-BH dalam mengelola keuangan, perlu diterapkannya prinsip akuntabilitas dan kehati-hatian dalam mengelola keuangan serta perlu disiapkan auditor eksternal untuk mengaudit sirkulasi keuangan.  
UNHAS jua perlu memperkuat jalinan kerjasama dengan alumni dalam upaya meningkatkan kualitas UNHAS menjadi lebih baik yakni universitas yang menjadi pusat unggulan IPTEK, seni, dan budaya yang berbasis kemaritiman. Dalam upaya mencetak lulusan yang berkualitas, UNHAS dan alumni bekerja sama dalam mempersiapkan lulusan sarjana UNHAS yang siap kerja dengan memberikan bebrapa pelatihan. UNHAS sebagai mediator yang melakukan seleksi pada lulusan sarjana untuk nantinya diberi pelatihan sebelum memasuki dunia kerja, sementara alumni berkontribusi besar sebagai fasilitator yang menjembatani para lulusan sarjana UNHAS dalam memperoleh pekerjaan. Selain itu, alumni juga berperan sebagai donatur bagi mahasiswa berprestasi UNHAS yang lolos sebagai finalis dalam ajang perlombaan di luar negeri. Lulusan sarjana UNHAS harus mampu bersaing dikancah dunia. Dengan kata lain lulusan sarjana UNHAS mampu bersaing dengan kompetitor dari berbagai negara. Persiapan SDM unggul lulusan sarjana UNHAS dilakukan dengan memberikan pelatihan soft skills pada lulusan sarjana UNHAS yang mencakup 3 hal yakni:
1.      Pelatihan TOEFL (TOEFL Training)
Lulusan sarjana UNHAS harus memiliki kemampuan berbahasa inggris dengan baik. Hal ini mengingat bahwa bahasa inggris merupakan bahasa Internasional yang digunakan sebagai bahasa pemersatu antar berbagai negara. Tak hanya itu, kemampuan berbahasa inggris yang baik juga perlu mengingat pesaing lulusan sarjana UNHAS dalam dunia kerja bukan hanya dari kalangan kampus UNHAS saja melainkan dari berbagai kampus ternama di Indonesia seperti UI, ITB, IPB, ITS, UGM, UNPAD, UNAIR, UNDIP, dan lain-lain bahkan pesaing dari negara lain. Sehingga, dalam hal ini bahasa inggris merupakan keterampilan mutlak yang harus dimiliki lulusan sarjana UNHAS.
2.      Pelatihan Psikotes (Psychological Training)
Pelatihan psikotes penting diberikan pada lulusan sarjana UNHAS. Hal ini karena tes psikotes merupakan seleksi awal dalam dunia kerja yang jua menentukan apakah pelamar layak diterima sebagai karyawan atau bagian dari perusahaan ataukah tidak. Selain itu, tes psikotes juga digunakan sebagai bagian dari seleksi beasiswa LPDP ataupun beasiswa yang lain bagi lulusan sarjana yang hendak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
3.      Pelatihan Wawancara dan Leaderless Group Discussion (Leaderless Group Discussion and Interview Training).
Pelatihan wawancara dan Leaderless Group Discussion sangat penting dilakukan karena baik dalam seleksi beasiswa studi lanjut maupun seleksi kerja, tahap wawancara dan Leaderless Group Discussion ini memberikan sumbangan yang besar yang menentukan apakah pelamar dinyatakan lolos ataukah tidak. Tahap wawancara dan Leaderless Group Discussion ini memberikan kontribusi sebanyak 60% yang menentukan keberhasilan atau kegagalan pelamar. Sehingga dengan adanya pelatihan wawancara dan Leaderless Group Discussion ini dapat membentuk lulusan sarjana UNHAS yang unggul dan berprestasi.
   Dengan kerjasama yang baik antara beberapa pihak terutama kerjasama antara UNHAS dan alumni, diharapkan UNHAS mampu menjawab tantangan global sebagai universitas yang unggul, mandiri, dan berbasis kemaritiman. Perubahan status UNHAS menjadi PTN-BH nantinya diharapkan agar mendorong UNHAS semakin jaya karena semakin memiliki keleluasaan wewenang. UNHAS mampu mencetak generasi muda yang kompetitif dan berdaya saing tinggi. Di usia yang semakin bertambah, UNHAS semakin berdikari seiring perkembangan kemajuan zaman…!!!...:)                        
#60tahunUNHAS
#UNHASjaya
#UNHASberdikari        


Tautan terkait:





Tidak ada komentar :