UNHAS
PERKUAT KERJASAMA DENGAN ALUMNI DALAM MENGHADAPI PTN-BH
UNHAS DAN MENJAWAB TANTANGAN MASYRAKAT EKONOMI
ASEAN (MEA) DENGAN MENCETAK LULUSAN SARJANA
YANG BERKUALITAS
Pada usia ke 60 tahun, Universitas Hasanuddin atau yang lebih dikenal dengan nama UNHAS telah memasuki konsep PTN-BH
(Perguruan Tinggi Negeri-Badan Hukum). PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri-Badan
Hukum) ini berbeda halnya dengan PTN-BLU (Perguruan Tinggi Negeri-Badan Layanan
Umum). Bila PTN-BH bersatus berbadan hukum, maka lain halnya dengan PTN-BLU
yang bersatus satuan kerja kementerian teknis. PTN-BH memiliki otonomi yang
luas dalam wewenang pengelolaan akademik maupun non akademik dan kemandirian
tata kelola keuangan, sedangkan PTN-BLU masih dominan campur tangan pemerintah dalam
tata kelola dan keuangan.
Transformasi sistem perguruan
tinggi UNHAS dari PTN-BLU menjadi PTN-BH tentu memiliki banyak pola perubahan
baik dari segi status, wewenang pengelolaan, visi misi, anggaran PTN, belanja,
pendapatan, tarif, aset (Pencatatan, pengelolaan, pengalihan, dan penghapusan),
pemeriksaan dan pengawasan. Perubahan status dari PTN-BLU menjadi PTN-BH ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangannya yaitu akan muncul kekhawatiran
pada masyarakat akan biaya kuliah yang tinggi seperti pada masa BHMN dan
komersialisasi pendidikan tinggi. Namun, kendati demikian sebagai antisipasi
kekhawatiran mayarakat akan biaya kuliah yang menjadi mahal bahkan sangat
mahal, pemerintah menetapkan kebijakan uang kuliah tunggal (UKT). Dengan sistem
tersebut, pemerintahpun dapat turut serta mengawasi jumlah uang yang dibayarkan
setiap mahasiswa ke perguruan tinggi. Sistem uang kuliah tunggal (UKT)
diharapkan mampu mengontrol wewenang perguruan tinggi agar tidak otoriter dalam
menentukan uang kuliah yang harus dibayarkan para mahasiswa.
Dibalik kekurangan yang memunculkan
keresahan dan kekhawatiran masyarakat, sistem PTN-BH ini juga memiliki banyak
keunggulan. Dalam bidang akademik, PTN-BH memiliki otoritas dalam membuka dan
menutup program studi. Sedangkan dalam bidang non-akademik yang meliputi
administrasi dan keuangan, PTN-BH memiliki otonomi untuk melakukan rekrutmen
sumber daya manusia. Di bidang keuangan PTN-BH mempunyai keleluasaan untuk
mengelola sendiri keuangannya secara mandiri meskipun dilaporkan kepada
Kementerian Keuangan. Sistem PTN-BH memberikan kewenangan pada mahasiswa,
alumni, masyarakat dan stakeholder terkait untuk memiliki
keterwakilan dalam Majelis Wali Amanat. Hal ini berarti mahasiswa juga mempunyai
andil yang cukup besar dalam menentukan Rektor Perguruan Tinggi. Selain lebih
demokratis, hal ini juga memungkinkan terjadinya desentralisasi serta check
and balence dalam pengawasan dan pengelolaan PTN BH.
Transformasi UNHAS menjadi PTN-BH
akan dihadapkan pada berbagai tantangan, terlebih saat ini Indonesia telah
memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Persaingan yang datang dari berbagai
penjuru baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Ketika UNHAS telah
berstatus PTN-BH, maka UNHAS dihadapkan pada keuangan UNHAS harus stabil sebab PTN-BH sudah dianggap mandiri dan tidak dibiayai
negara. Di samping itu, intervensi pemerintah terhadap terhadap perguruan
tinggi juga berkurang dengan tujuan agar perguruan tinggi dapat bekerja secara
otonomis mengikuti mekanisme pasar. Meskipun demikian, perguruan tinggi juga
harus dipertahankan menjadi organisasi non-for-profit yang
bersaing melalui mekanisme pasar untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas
pelayanan. Otonomi yang diberikan pemerintah pada PTN-BH merupakan salah satu
bentuk dukungan pemerintah terhadap pendidikan tinggi dan pengembangan IPTEK,
tentu saja setiap perguruan tinggi memiliki kapasitas dan kapabilitas
masing-masing sehingga setiap kebijakan perlu disesuaikan dengan kondisi
masing-masing.
Sebagai PTN-BH, UNHAS memiliki
banyak tantangan dimana harus meningkatkan kualitas pelayanan dan efisiensi
kerja serta dituntut untuk mencetak generasi intelektual yang berkualitas. Dalam
meningkatkan kualitas pelayanan, UNHAS sudah seyogyanya mencetak generasi muda
yang memiliki daya saing tinggi sehingga mampu bersaing di kancah regional,
nasional, maupun internasional. UNHAS diharapkan bisa dijadikan sebagai pusat
unggulan dalam pengembangan insani, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya berbasis Benua Maritim Indonesia (BMI). UNHAS jua dituntut untuk mampuk
merealisasikan misi UNHAS. Misi UNHAS diantaranya untuk : [1] menyediakan
lingkungan belajar yang berkualitas untuk mengembangkan kapasitas pembelajar
yang adaptif-kreatif; [2] melestarikan, mengembangkan, menemukan, dan
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya; [3] menerapkan dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya berbasis dan
untuk kemaslahatan Benua Maritim Indonesia.
Dalam upaya mewujudkan visi dan
misi UNHAS, perlu adanya kerjasama antara beberapa pihak diantaranya stakeholder UNHAS, dosen, alumni,
mahasiswa, karyawan dan masyarakat. Hal utama yang perlu diperkuat adalah
kerjasama antara alumni dan UNHAS dalam mencetak lulusan sarjana UNHAS yang
berkualitas. Dalam upaya menjaga eksistensi UNHAS dimata masyarakat, UNHAS
perlu meningkatkan kualitas terutama mencetak generasi yang berdaya saing
tinggi. Dalam hal ini, UNHAS memiliki andil yang besar dengan menyatukan para
civitas akademika untuk bersatu dan bekerjasama mewujudkan visi dan misi UNHAS.
Civitas akademika yang mencakup para dosen, karyawan, mahasiswa, dan stakeholder terkait diharapkan mampu
menciptakan situasi yang kondusif. Selain itu, untuk menunjang keberhasilan
PTN-BH dalam mengelola keuangan, perlu diterapkannya prinsip akuntabilitas dan
kehati-hatian dalam mengelola keuangan serta perlu disiapkan auditor eksternal
untuk mengaudit sirkulasi keuangan.
UNHAS jua perlu memperkuat jalinan
kerjasama dengan alumni dalam upaya meningkatkan kualitas UNHAS menjadi lebih
baik yakni universitas yang menjadi pusat unggulan IPTEK, seni, dan budaya yang
berbasis kemaritiman. Dalam upaya mencetak lulusan yang berkualitas, UNHAS dan
alumni bekerja sama dalam mempersiapkan lulusan sarjana UNHAS yang siap kerja
dengan memberikan bebrapa pelatihan. UNHAS sebagai mediator yang melakukan
seleksi pada lulusan sarjana untuk nantinya diberi pelatihan sebelum memasuki
dunia kerja, sementara alumni berkontribusi besar sebagai fasilitator yang
menjembatani para lulusan sarjana UNHAS dalam memperoleh pekerjaan. Selain itu,
alumni juga berperan sebagai donatur bagi mahasiswa berprestasi UNHAS yang
lolos sebagai finalis dalam ajang perlombaan di luar negeri. Lulusan sarjana
UNHAS harus mampu bersaing dikancah dunia. Dengan kata lain lulusan sarjana
UNHAS mampu bersaing dengan kompetitor dari berbagai negara. Persiapan SDM
unggul lulusan sarjana UNHAS dilakukan dengan memberikan pelatihan soft skills pada lulusan sarjana UNHAS
yang mencakup 3 hal yakni:
1. Pelatihan
TOEFL (TOEFL Training)
Lulusan
sarjana UNHAS harus memiliki kemampuan berbahasa inggris dengan baik. Hal ini
mengingat bahwa bahasa inggris merupakan bahasa Internasional yang digunakan
sebagai bahasa pemersatu antar berbagai negara. Tak hanya itu, kemampuan
berbahasa inggris yang baik juga perlu mengingat pesaing lulusan sarjana UNHAS
dalam dunia kerja bukan hanya dari kalangan kampus UNHAS saja melainkan dari
berbagai kampus ternama di Indonesia seperti UI, ITB, IPB, ITS, UGM, UNPAD,
UNAIR, UNDIP, dan lain-lain bahkan pesaing dari negara lain. Sehingga, dalam
hal ini bahasa inggris merupakan keterampilan mutlak yang harus dimiliki
lulusan sarjana UNHAS.
2. Pelatihan
Psikotes (Psychological Training)
Pelatihan psikotes penting diberikan pada lulusan
sarjana UNHAS. Hal ini karena tes psikotes merupakan seleksi awal dalam dunia
kerja yang jua menentukan apakah pelamar layak diterima sebagai karyawan atau
bagian dari perusahaan ataukah tidak. Selain itu, tes psikotes juga digunakan
sebagai bagian dari seleksi beasiswa LPDP ataupun beasiswa yang lain bagi lulusan
sarjana yang hendak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
3. Pelatihan
Wawancara dan Leaderless Group Discussion
(Leaderless Group Discussion and Interview Training).
Pelatihan wawancara dan Leaderless Group Discussion sangat penting dilakukan karena baik
dalam seleksi beasiswa studi lanjut maupun seleksi kerja, tahap wawancara dan Leaderless Group Discussion ini
memberikan sumbangan yang besar yang menentukan apakah pelamar dinyatakan lolos
ataukah tidak. Tahap wawancara dan Leaderless
Group Discussion ini memberikan kontribusi sebanyak 60% yang menentukan
keberhasilan atau kegagalan pelamar. Sehingga dengan adanya pelatihan wawancara
dan Leaderless Group Discussion ini
dapat membentuk lulusan sarjana UNHAS yang unggul dan berprestasi.
Dengan kerjasama yang baik antara beberapa
pihak terutama kerjasama antara UNHAS dan alumni, diharapkan UNHAS mampu
menjawab tantangan global sebagai universitas yang unggul, mandiri, dan
berbasis kemaritiman. Perubahan status UNHAS menjadi PTN-BH nantinya diharapkan
agar mendorong UNHAS semakin jaya karena semakin memiliki keleluasaan wewenang.
UNHAS mampu mencetak generasi muda yang kompetitif dan berdaya saing tinggi. Di
usia yang semakin bertambah, UNHAS semakin berdikari seiring perkembangan
kemajuan zaman…!!!...:)
#60tahunUNHAS
#UNHASjaya
Tidak ada komentar :
Posting Komentar