HALIMAH BINTI MASDARI

Kamis, 07 Desember 2017

MUROQOBAH DAN PEMBAGIAN WAKTU



MUROQOBAH DAN PEMBAGIAN WAKTU
*****
Written by Dewi Nur Halimah, S.Si
Delivered by Gus Qoyyum (LASEM-REMBANG)
***** 
Gus Qoyyum (Lasem-Rembang).

            Seorang hamba yang taat akan merasa takut pada Allah sebab Allah selalu melihatnya. Orang yang merasa takut pada Allah baik ketika dilihat manusia atau tidak, kelak di akherat akan bisa berjabat tangan dengan malaikat. Namun sayangnya, manusia terkadang sewaktu-waktu dilalaikan oleh pekerjaan, bisnis, keluarga sehingga lupa dengan Allah swt. Akan tetapi, ketika mereka kembali mengingat Allah swt, Allah swt mengampuninya.
Berkaitan dengan waktu (managemen waktu), waktu di dalam Al Qur'an disebut sebanyak 48 kali. Sedangkan di dunia saat ini 24 jam. Jam pertama kali ditemukan Nabi Nuh AS sebanyak 12 jam, tak seperti jam saat ini yang durasinya 24 jam dalam sehari.
Adapun pembagian waktu ada 3:
1.      Ilmus Sa'ah (mengetahui waktu) ----> waktu qiyamat.
Waktu qiyamat hanya diketahui Allah swt, sementara waktu yang diketahui manusia adalah waktu sehari-hari yang dapat diatur jadwalnya untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Contoh managemen waktu yg baik:
# Sayyidina Umar, ketika beliau terlambat solat, ia merasa bersalah lantas untuk menebus dosanya beliau bersedekah.
# Imam Ibnu Thaimiyyah memanfaatkan waktunya ketika di penjara dengan menulis kitab.
# Buya Hamka mengarang menulis tafsir Al Azhar (30 juz) di dalam penjara.
# Imam Abu Hanifah khatam Al Qur'an 30 juz di dalam penjara.
# Sayyid Kutub mengarang kitab di dalam penjara.
2.      Amrus Sa'ah (memerintahkan waktu)
Allah tidak ilmus sa'ah melainkan amrus sa'ah. Waktu diperintah Allah swt bukan diketahui Allah swt. Berikut kisah hikmah tentang persiapan hamba Allah yang soleh menghadapi amrus sa'ah (qiyamat diperintahkan Allah SWT):
a.      Kisah Abdullah bin Muwadda’ah
# Abdullah bin muwadda'ah salah seorang duda, setelah duda setelah sehari wafadnya sang istri, selang sehari kematian istrinya langsung mengaji. Guru ngajinya bernama Sa'id bin Husain.
Sa'id bin Husain                 : "Mengapa ngajimu beberapa hari ini terlambat?".
Abdullah                             : "Saya terlambat krn merawat anak anak saya dulu, saya menyiapkan makan mereka, saya menyapu, dll. Saya memiliki peran sebagai ayah sekaligus ibu. Saya menggantikan posisi istri saya, istri saya baru saja meninggal dunia".
Sa'id bin Husain                 : "Apakah km ingin menikah lagi?".
Abdullah                             : "Saya tidak memikiki uang utk menikah guru. Tabungan saya hanya 3 dirham".
Sa'id: bin Husain                : "Maukah Engkau mau menjadi menantuku?"
Abdullah                             :"Jika guru berkanan saya mau".
Anak Sa'id bin Husain pernah dilamar seorang gubernur dan di tolak. Anak Sa'id bin Husain adalah wanita yang cerdas, hafidzah, ahli hadits & ulama wanita yang terkenal di jamannya. Malam pertama nikah, Abdullah dan istrinya tidak ada suasana keromantisan karena kedua-duanya sibuk beribadah (pencinta ilmu).
Suatu hari, Abdullah hendak mengaji.
Abdullah                        : "Dek, Kang mas tak ngaji dulu".
Istri                     : "Ngaji dimana mas?"
Abdullah                        : "Di bapakmu dek".
Istri                 : "Kalau begitu ngaji dg saya saja mas. Saya sudah diajarkan apa saja sama abah".
Abdullah               : "Iya dek, aku akan belajar mengaji bersamamu".
Subhanallah....seorang istri mengajar ngaji suami. Dan suaminya mau diajari mengaji istrinya tanpa merasa direndahkan. Sebuah tauladan yang hebat, berguru pada siapapun kendati pada istri jika memang istrinya lebih cerdas. Karena keluarga adalah saling melengkapi.
b.      Kisah Surin Pisuwan
Seorang sekjen ASEAN (Surin Pitsuwan) dari Thailand merupakan santri dari pondok pesantren yang merupakan tokoh Islam. Kesenangannya mengaji, dzikir, membaca al barjanji dan membaca Qur'an. Gus Surin Pitsuwan adalah seorang gus, putra dari seorang kiahi di pesantren Ban Tan (Thailand Selatan). Beliau sangat rendah hati dan beliau adalah sekretaris jenderal ASEAN yang berasal dari muslim di tengah penduduk Budha di Thailand. Sejak jabatannya sebagai sekjen ASEAN, pondok Ban Tan tempat beliau ketika masih kecil menjadi tersohor di ASEAN. Banyak orang membincangkannya disebabkan oleh ketawadhuan, kecerdasan, dan kepiawaian beliau dalam sains islam. Beliau adalah duta muslim Thailand di dunia.

Ketika qiyamat ----> amrus sa'ah dari Allah swt.
Ketika bintang berjatuhan ----> amrus sa'ah dari Allah swt.
Gunung meletus --->  amrus sa'ah dari Allah swt.
Hancurnya dunia atas perintah Allah (amrus sa'ah), sehingga bumi-bumi bertebaran bagaikan anai anai yang berhamburan. Sedangkan rusaknya daratan dan lautan disebabkan oleh tangan manusia yang tak bertangungjawab.
3.      Zalzalatas Sa'ah (guncangnya waktu).
Persiapan menghadapi qiyamat dengan doa, ibadah, tafakur, sedekah, ilmu dll.
Contoh:
a.  Doktor Zainab
Mengarang kitab innayatul Qur'an lihuqqil insan (perhatian al Qur'an thd hak hak manusia).
b.  Seorang wanita anak wardi mengarang kitab Innayatus Syari'ah Binadhofatil Fardhi (perhatian syari'ah the lingkungan).
#KISAH HIKMAH
a.      Kisah Pertama
Suatu ketika ada seorang wanita datang menghadap rosulullah.
Wanita             : "Ya Rosulullah dada saya sakit".
Rosulullah       : "Bacalah Al Qur'an, Al Qur'an dapat mengobati dada yg sakit".
Suatu saat lagi, ada seorang wanita lagi yg mengadu pada rosulullah saw.
Wanita             : "Ya rosulullah tenggorokan saya sakit".
Rosulullah       : "Bacalah Qur'an".
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Al Qur'an berkhasiyat untuk mengobati penyakit atas izin Allah SWT. Al Qur’an bukan saja berkhasiyat menentramkan hati dengan kalam-kalam Allah tetapi juga mengobati penyakit dzahir dan batin yang diderita manusia atas izin Allah swt.
b.      Kisah Kedua
Di Arab Saudi terdapat seorang dosen yang juga guru ngaji, namanya Sayyid Amir Usman. Selama 7 tahun tidak dapat bersuara karena pita suaranya tidak berfungsi. Berdasarkan diagnosa dokter, pita suaranya sudah tidak aktif (tidak berfungsi lagi). Di rumah sakit, 3 hari menjelang sebelum beliau wafad. Suatu keajaiban Allah perlihatkan, ketika beliau membaca Al Qur'an tiba-tiba terdengar suaranya, bahkan suaranya sangat merdu hingga terdengar oleh seluruh orang di RS. 
H-3 wafad membaca 10 juz Al Qur'an.
H-2 wafad membaca 10 juz Al Qur'an.
H-1 wafad membaca 10 juz Al Qur'an.
Subhanallah...Maha Suci Allah atas KebesaranNya. Tiada Tuhan selain Allah.Sehingga sebelum Sayyid Amir Usman Wafad beliau telah mengkhatamkan membaca Al Qur’an dalam 3 hari terakhir menjelang detik-detik wafadnya beliau. Sungguh, Maha Suci Allah yang telah memperlihatkan kekuasaanNya bagi hamba yang berfikir.
c.       Kisah Ketiga
Dahulu ada seorang Nabi, Nabi Hud AS (Dijelaskan dalam kitab Awwalul Ma'arif) yang dengan keberaniannya berdoa.
"Ya Allah bila nanti di akherat aku mendapatkan jatah siksa di neraka. Habiskan saja siksaku di dunia. Aku ridho engkau menyiksaku di dunia, akan tetapi berilah kenikmatan padaku di akherat".
Lantas Allah swt menjawab:
"Aku berikan kau istri yang galak, sehingga engkau dimarahi terus dan diperintah-perintah terus menerus sepanjang hari".
Kisah Nabi Hud AS tersebut sangat menginspirasi padsa kita, apabila pasangan hidup kita kog dlalah (ternyata) galak, cerewet, judes, sebaiknya kita menghadapinya dengan sabar dan penuh ketenangan sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Hud AS.
*****
Semoga kisah tersebut menginspirasi kita untuk menjadi insan yang lebih baik. Semoga Allah limpahkan rahmatNya, nikmat sehat, panjang umur dan ilmu yang manfaat kepada baginda Gus Goyyum selalu mubaligh yang menyampaikan tausiyah ini. Wabil khusus kepada KH. Muharror Ali dan para guru penulis, semoga Allah limpahkan rahmat, nikmat sehat, rizki, panjang umur. Al Fatekhah. Aaamin.
Silahkan dishare jika dirasa bermanfaat. Mohon maaf apabila ada kekurangan, saran yang membangun sangat dinantikan.

SUMBER:

CERAMAH LISAN OLEH GUS QOYYUM (LASEM-REMBANG) DALAM TABLIGH AKBAR MEMPERINGATI MAULID NABI 2017 DI PP. KHOZINATUL ULUM BLORA. 

Jumat, 20 Oktober 2017

TAFSIR QS. AL-ANBIYA 21: 78-82 (KISAH NABI DAUD AS DAN NABI SULAIMAN AS)

TAFSIR AL QUR’AN
*****
QS. AL ANBIYA 21: 78-82
*****
(KISAH TAULADAN NABI DAUD AS
& NABI SULAIMAN AS)  
*****   
  
Setiap insan yang hidup di dunia tentu tak lepas dari ujian hidup. Dalam menjalani ujian hidup, sudah seyogyanya kita bersabar dan ikhlas menerimanya. Ujian hidup yang bernama masalah inilah yang akan mendewasakan kita dalam bersikap. Hadirnya suatu masalah menuntut manusia untuk tumbuh dan bersikap solutif. Tak  jarang, dalam menghadapi suatu masalah, kita dihadapkan pada beberapa pilihan. Untuk memutuskan suatu pilihan bukanlah hal mudah, pasti ada pilihan lain yang perlu dikorbankan. Kisah Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS adalah kisah tauladan dalam mengambil keputusan yang bijak untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Kisah hidup Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS termaktub dalam QS. Al-Anbiya ayat 78-82.
Allah swt berfirman dalam QS. Al-Anbiya ayat 78 yang artinya:
Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, (Al-Anbiya 21:78).”
Adapun penjelasan  QS. Al Anbiya 21: 78 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan) ingatlah (Daud dan Sulaiman) yakni kisah keduanya, dijelaskan oleh ayat selanjutnya (di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman) berupa ladang atau pohon anggur (karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya) kambing-kambing itu memakannya dan merusaknya di waktu malam hari tanpa ada penggembalanya, karena kambing-kambing itu lepas dengan sendirinya dari kandangnya. (Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu) Dhamir jamak dalam ayat ini menunjukkan makna untuk dua orang, yaitu Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Lalu Nabi Daud berkata, "Pemilik ladang itu berhak untuk memiliki kambing-kambing yang telah merusak ladangnya". Akan tetapi Nabi Sulaiman memutuskan, "Pemilik kebun hanya diperbolehkan memanfaatkan air susu, anak-anak dan bulu-bulunya, sampai tanaman ladang kembali seperti semula, diperbaiki oleh pemilik kambing, setelah itu ia diharuskan mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya". (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:78).
Berdasarkan penjelasan Tafsir Jalalain QS. Al-Anbiya 21: 78 dapat diketahui bahwasannya dalam kisah Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS terjadi konflik pada ummatnya. Pada malam hari, ada kambing dari suatu kaum yang lepas dari kandangnya, lantas memakan tanaman anggur di ladang tetangganya. Kambing itu lepas dari kandang tanpa sepengetahuan pengembalanya sehingga dalam hal ini pemilik kambing tidak mengetahui jikalau kambingnya lepas dan memakan tanaman tetangganya yang siap panen. Lalu si pemilik ladang menghadap pada Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS untuk memberikan solusi terkait permasalahan tersebut.
Terkait permasalahan tersebut, Nabi Daud AS memiliki perbedaan pendapat dengan putranya (Nabi Sulaiman AS). Dalam hal ini, menurut Nabi Daud AS, pemilik ladang berhak memiliki kambing-kambing yang merusak tanaman anggur yang siap panen sebagai ganti kerugian yang telah disebabkannya. Hal ini berbeda dengan pendapat Nabi Sulaiman AS (putra Nabi Daud AS), Nabi Sulaiman AS berpendapat bahwa sebagai ganti atas kerusakan yang disebabkan kambing tanpa sepengetahuan si pemilik kambing. Pemilik ladang berhak memanfaatkan air susu, anak-anak kambing dan bulu-bulu kambing sampai si pemilik kambing selesai memperbaiki tanaman yang dirusak hingga tumbuh seperti semula sedia kala.
Adapun kelanjutan dari kisah tersebut termaktub dalam QS. Al-Anbiya 21:: 79 yang artinya:
Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya. (Al-Anbiya 21:79).
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 79 dalam kitab tafsir jalalain yaitu:
(Maka Kami telah memberikan pengertian tentang hukum) yakni keputusan yang adil dan tepat (kepada Sulaiman) keputusan yang dilakukan oleh keduanya itu berdasarkan ijtihad masing-masing, kemudian Nabi Daud mentarjihkan atau menguatkan keputusan yang diambil oleh Nabi Sulaiman. Menurut suatu pendapat dikatakan, bahwa keputusan keduanya itu berdasarkan wahyu dari Allah dan keputusan yang kedua yaitu yang telah diambil oleh Nabi Sulaiman berfungsi memansukh hukum yang pertama, yakni hukum Nabi Daud (dan kepada masing-masing) daripada keduanya (Kami berikan) kepadanya (hikmah) kenabian (dan ilmu) tentang masalah-masalah agama (dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud) demikianlah gunung-gunung dan burung-burung itu ditundukkan untuk bertasbih bersama Nabi Daud. Nabi Daud memerintahkan gunung-gunung dan burung-burung untuk ikut bertasbih bersamanya bila ia mengalami kelesuan, hingga ia menjadi semangat lagi dalam bertasbih. (Dan Kamilah yang melakukannya) yakni Kamilah yang menundukkan keduanya dapat bertasbih bersama Daud, sekalipun hal ini menurut kalian merupakan hal yang ajaib dan aneh yaitu tunduk dan patuhnya gunung-gunung dan burung-burung kepada perintah Nabi Daud. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:79).
Dari penjelasan tafsir jalalain QS. Al-Anbiya 21: 79 menunjukkan bahwa baik keputusan Nabi Daud AS maupun keputusan Nabi Sulaiman AS berasal dari wahyu Allah swt. Keputusan Nabi Daud AS ataupun  keputusan Nabi Sulaiman AS keduanya diambil dari ijtihad masing-masing, namun Nabi Daud AS akhirnya memilih keputusan putranya (Nabi Sulaiman AS) dan beliau menguatkannya bahwasannya keputusan putranya lebih tepat dan bijak untuk menyelesaikan masalah tersebut, sehingga keputusan Nabi Sulaiman AS yang dilakukan. Keputusan Nabi Sulaiman AS berfungsi untuk menguatkan keputusan yang telah diberikan Nabi Daud AS.
Allah swt memberikan wahyu berupa kenabian dan ilmu untuk memecahkan persoalan persoalan agama pada Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS. Adapun wahyu yang Allah swt berikan pada Nabi Daud AS adalah gunung-gunung, burung-burung tunduk pada perintah Nabi Daud AS serta bertasbih bersama Nabi Daud AS untuk memuji keagungan Allah swt. Bagi pemikiran logika, mungkin hal ini aneh dan ajaib, binatang dan gunung yang notabennya benda mati dapat tunduk dengan manusia. Namun, itu tidaklah aneh menurut Allah swt. Sebab Allah swt dapat menghendaki apapun, sebab Dialah Allah…Dzat yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Tiada yang tidak mungkin bagi Allah, segalanya mungkin bagi Allah swt.
Kisah tersebut bersambung pada QS. Al-Anbiya 21: 80 yang artinya:
Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). (Al-Anbiya 21:80).
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 80 dalam kitab tafsir jalalain yaitu:
(Dan Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi) yaitu baju yang terbuat dari besi, dialah orang pertama yang menciptakannya dan sebelumnya hanyalah berupa lempengan-lempengan besi saja (untuk kalian) yakni untuk segolongan manusia (guna melindungi diri kalian) jika dibaca Linuhshinakum, maka Dhamirnya kembali kepada Allah, maksudnya, supaya Kami melindungi kalian. Dan jika ia dibaca Lituhshinahum, maka Dhamirnya kembali kepada baju besi, maksudnya, supaya baju besi itu melindungi diri kalian. Jika dibaca Liyuhshinakum, maka Dhamirnya kembali kepada Nabi Daud, maksudnya, supaya dia melindungi kalian (dalam peperangan kalian) melawan musuh-musuh kalian. (Maka hendaklah kalian) hai penduduk Mekah (bersyukur) atas nikmat karunia-Ku itu, yaitu dengan percaya kepada Rasulullah. Maksudnya bersyukurlah kalian atas hal tersebut kepada-Ku. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:80).
Tafsir Al-Jalalain QS. Al-Anbiya 21: 80 menjelaskan bahwasannya wahyu Nabi Daud AS adalah dapat membuat baju besi untuk perang. Atas izin Allah, baju besi ini berfungsi untuk melindungi diri dari serangan musuh (panah musuh) tatkala perang. Nabi Daud AS adalah orang pertama yang mengajarkan cara pembuatan baju dari besi, pada masa sebelumnya belum ada baju besi, besi hanya berupa lempengan-lempengan saja. Pembuatan baju besi dibuat dengan cara dipandai, dipanaskan di atas bara api hingga berwarna merah lantas dibentuk-bentuk sesuai bentuk yang dikehendaki. Ini adalah inspirasi pertama yang diterapkan hingga saat ini terutama oleh para TNI tatkala tank TNI perang. Pada hekekatnya, baju besi adalah perantara untuk mendapatkan keselamatan, sedangkan yang memberikan keselamatan dalam peperangan adalah Allah SWT.
QS. Al-Anbiya 21: 81 merupakan kelanjutan dari kisah Nabi Sulaiman AS yang artinya:
Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Anbiya 21:81).
Adapun penjelasan dari QS. Al-Anbiya 21: 81 dari tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan) telah Kami tundukkan (untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya) dan pada ayat yang lain disebutkan Rukha-an, artinya angin yang sangat kencang dan pelan tiupannya, kesemuanya itu sesuai dengan kehendak Nabi Sulaiman (yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya) yakni negeri Syam. (Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu) antara lain ilmu Allah yang telah diberikan kepada Sulaiman itu akan mendorongnya tunduk patuh kepada Rabbnya. Allah melakukan hal itu sesuai dengan ilmu-Nya yang maha mengetahui segala sesuatu. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:81).
Berdasarkan penjelasan dari Tafsir Al Jalalain pada QS. Al-Anbiya 21: 81 tersebut menunjukkan bahwa Allah swt memberikan wahyu pada Nabi Sulaiman AS berupa Nabi Sulaiman AS dapat menundukkan tiupan angin sesuai perintahnya, baik angin yang berhembus kencang maupun angin yang berhembus pelan. Sesungguhnya, Dialah Allah…Dzat yang Maha Berkehendak dengan ilmuNya. Wahyu Nabi Sulaiman AS merupakan bukti kekuasaan Allah atas segala sesuatu termasuk memerintahkan angin untuk tunduk pada perintah Nabi Sulaiman AS.
Kelanjutan dari kisah Nabi Sulaiman AS terdapat pada QS. Al-Anbiya 21: 82 yang artinya:
Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu, (Al-Anbiya 21:82).
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 82 dalam tafsir Al-Jalalain adalah:
(Dan) telah Kami tundukkan pula kepadanya (segolongan setan-setan yang menyelam untuknya) mereka menyelam ke dalam laut, lalu mereka mengeluarkan batu-batu permata dari dalamnya untuk Nabi Sulaiman (dan mereka mengerjakan pekerjaan selain daripada itu) selain menyelam, yaitu seperti membangun bangunan dan pekerjaan-pekerjaan berat lainnya (dan adalah Kami memelihara mereka) supaya mereka jangan merusak lagi pekerjaan-pekerjaan yang telah mereka perbuat. Karena watak setan itu bilamana selesai dari suatu pekerjaan sebelum malam tiba, mereka merusaknya kembali, jika mereka tidak disuruh mengerjakan pekerjaan yang lain. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:82).
Dari penjelasan tafsir Al-Jalalain QS. Al-Anbiya 21: 82 memaparkan bahwa wahyu Nabi Sulaiman AS diantaranya:
1.      Syetan-syetan tunduk pada perintah Nabi Sulaiman AS untuk menyelam ke dasar lautan dan mengambilkan batu-batu permata dan mutiara untuk diberikan dan dipersembahkan pada Nabi Sulaiman AS.
2.      Syetan-syetan memngerjakan pembuatan bangunan dan pekerjaan-pekerjaan berat lainnya namun tidak merusak lagi pekerjaan yang telah mereka (syetan-syetan lakukan). Sebab watak syetan adalah apabila pekerjaan syetan telah sebesai sebelum malam tiba, lantas syetan tidak memiliki pekerjaan yang lain maka ia merusak kembali pekerjaan yang telah selesai dilakukannya. Namun ajaibnya dari wahyu Nabi Sulaiman AS adalah Nabi Sulaiman AS dapat menyuruh syetan membuat bangunan namun bangunan itu kokoh dan tidak dirusak kembali oleh syetan.
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum (Blora) sekaligus guru yang mengampu dalam kajian kitab Tafsir Qur’an. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang yang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.                 
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email: halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:  
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahali. Tafsir Qur’anul Adhim. Bab 2. Lil Imam Abi Abdullah bin Hazem. Surat Al Anbiya ayat 78-82. Halaman 33. 
       

           


Jumat, 22 September 2017

TAFSIR QUR'AN QS. AL-ANBIYA AYAT 71-75 (BESERTA PENJELASANNYA)

TAFSIR QUR’AN
*****
QS. AL-ANBIYA 71-75 
***** 
KISAH TELADAN NABI IBRAHIM AS
DAN NABI LUTH AS  
*****

QS. Al-Anbiya ayat 71-75

Segala puji bagi Rabb Semesta Alam yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Dialah Allah, Tuhan yang menghidupkan lagi mematikan makhlukNya. Sesungguhnya hanyalah Allah yang dapat menyelamatkan seorang hamba dari suatu bencana dan Allah jua yang mengizinkan suatu bencana bisa terjadi. Sudah selayaknya ketika kita memohon pertolongan kepada Allah SWT, sebab Dialah Allah, Dzat yang Maha menyelamatkan lagi memusnahkan makhlukNya. Perlu kita ketahui bahwasannya sebaik-baiknya tempat untuk memohon perlindungan dan pertolongan adalah Allah SWT. Hal ini bisa kita lihat dari kisah-kisah orang terdahulu yakni kisah para nabi dan para kaum mukminin yang diselamatkan Allah SWT dari bencana dan marabahaya serta kisah kisah kaum yang durhaka lantas dimusnakan oleh Allah SWT dari muka bumi. Salah satunya kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Luth, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Anbiya ayat 71 yang artinya:
“Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia”. (QS. Al-Anbiya ayat 71).
Adapun penjelasan  QS. Al Anbiya 21: 71 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth) anak saudara Nabi Ibrahim yang bernama Haran yang tinggal di negeri Iraq (ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia) dengan menjadikan sungai-sungai dan pohon-pohon yang banyak padanya, yaitu negeri Syam. Nabi Ibrahim tinggal di negeri Palestina sedangkan Nabi Luth di Mu'tafikah; jarak antara kedua negeri itu dapat ditempuh dalam sehari. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:71)
Berdasarkan penjelasan QS. Al Anbiya 21: 71 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain tersebut dapat diketahui bahwasannya Allah SWT menyelamatkan Nabi Luth AS dan Nabi Ibrahim AS yang merupakan anak dari saudaranya Nabi Ibrahim yang bernama Haran. Haran tinggal di negara Iraq. Lantas Allah SWT menyelamatkan mereka (Nabi Luth dan Nabi Ibrahim)  dari negaranya (Mu’tafikah dan Palestina) ke negara Syam (negara yang diberkahi dengan kenikmatan berupa sungai-sungai yang mengalir serta pohon-pohonan yang tumbuh subur). Sebelum pindah ke Syam, Nabi Ibrahim tinggal di negara Palestina dan Nabi Luth tinggal di negara Mu’tafikah (terletak di sebelah timur laut mati). Jarak antara negara Palestine dan Mu’tafikah apabila ditempuh dengan unta (kendaraan zaman dahulu) memakan waktu sekitar satu hari.  
Adapun kelanjutan dari kisah Nabi Ibrahim dijelaskan dalam QS. Al Anbiya ayat 72 yang artinya:
“Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh.” (Al-Anbiya 21:72)
Penjelasan  QS. Al Anbiya 21: 72 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan Kami telah memberikan kepadanya) kepada Ibrahim, yang sebelumnya selalu mendambakan mempunyai seorang anak, sebagaimana yang disebutkan di dalam surah Ash-Shaffat (Ishak dan Yakub sebagai suatu anugerah) dari Kami, yaitu anugerah yang lebih daripada apa yang dimintanya. Atau yang dimaksud dengan Naafilah adalah cucu (Dan masing-masingnya) Nabi Ibrahim dan kedua anaknya itu (Kami jadikan orang-orang yang saleh) yakni menjadi nabi semuanya. (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:72).   
Maksud dan penjelasan dari QS. Al Anbiya 21: 72 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain adalah Nabi Ibrahim AS mendambakan memiliki seorang anak. Namun usia Nabi Ibrahim AS sudah tua, sedangkan istrinya yang pertama (Siti Sarah) pun jua berusia manula sehingga sudah mengalami menopause (sudah tidak mengalami haid lagi). Sehingga dalam hal ini, menurut pandangan manusia, memiliki anak di usia yang sudah tua adalah suatu kemustahilan (ketidakmungkinan). Namun Allah SWT menunjukkan kebesaran dan kekuasaanNya dengan mengabulkan doa Nabi Ibrahim AS. Allah memberikan anak pada Nabi Ibrahim AS dengan Siti Sarah yang hamil meskipun di usianya yang sudah tua. Bahkan Siti Sarah pun sempat tidak percaya, namun fakta menunjukkan bahwa ia benar-benar hamil. Sungguh, Dialah Allah Dzat Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Maha Suci Allah, Dzat yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Bahkan Alllah SWT tidak hanya memberikan Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah seorang anak melainkan juga cucu. Dari Siti Sarah, Allah memberikan keturunan kepada Nabi Ibrahim AS seorang anak laki-laki bernama Ishak yang kemudian diangkat menjadi seorang Nabi sehingga disebut Nabi Ishak AS. Nabi Ishak AS memiliki anak yaitu Nabi Ya’kub AS. Sungguh, Allah adalah Dzat Yang Maha Baik. Bagaimana tidak? Bayangkan saja. Nabi Ibrahim meminta seorang anak, namun Allah berikan seorang anak sekaligus cucu yang kesemuanya orang soleh dan jua diangkat menjadi Nabi. Nabi Ibrahim AS dengan Siti Sarah (istri pertama) melahirkan seorang putra yakni Nabi Ishak AS. Nabi Ibrahim AS dengan Siti Hajar (istri kedua) melahirkan seorang putra yakni Nabi Isma’il AS.
Kisah tersebut bersambung dengan QS. Al-Anbiya ayat 73 yang artinya:
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, (Al-Anbiya 21:73).
Penjelasan  QS. Al Anbiya 21: 73 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Kami telah menjadikan mereka itu sebagian pemimpin-pemimpin) dapat dibaca A-immatan atau Ayimmatan, yakni pemimpin yang menjadi teladan dalam kebaikan (yang memberi petunjuk) kepada manusia (dengan perintah Kami) memberi petunjuk kepada mereka untuk memeluk agama Kami (dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menunaikan zakat) hendaknya mereka dan orang-orang yang mengikuti mereka mengerjakan semuanya itu. Huruf Ha dari lafal Iqaamah dibuang demi untuk meringankan bunyi, sehingga menjadi Iqaamash Shalaati bukan Iqaamatish Shalaati (dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah). (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:73).
Tafsir Al-Jalalain tentang QS. Al-Anbiya 21: 73 tersebut menjelaskan bahwasannya Allah SWT mengangkat Nabi Ibrahim AS sebagai utusan yakni sebagai pemimpin ummat di zamannya. Pemimpin (Nabi Ibrahim AS) memiliki kewajiban untuk memberikan teladan kebaikan berupa akhlakul karimah (perilaku yang baik) dan berkewajiban untuk berdakwah kepada ummatnya supaya memeluk agama yang haq (agama yang Allah SWT wahyukan kepada Nabi Ibrahim AS) yakni agama yang mengajarkan untuk mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Maka hendaklah orang-orang yang beriman melaksanakan itu semua (mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat). Seyogyanya hanya kepada Allahlah seorang hamba menyembah, sebab tiada yang berhak untuk disembah selain Allah SWT. Dialah Allah SWT, Rabb Semesta Alam.
QS. Al-Anbiya ayat 74 menjelaskan tentang kisah Nabi Luth AS yang artinya:
Dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik, (Al-Anbiya 21:74).
Adapun penjelasan  QS. Al-Anbiya 21: 74 dalam kitab Tafsir Al-Jalalain yaitu:
 (Dan kepada Luth, Kami telah berikan hukum) yang memutuskan di antara orang-orang yang bersengketa (dan ilmu dan telah Kami selamatkan dia dari azab yang telah menimpa kota yang penduduknya mengerjakan) perbuatan-perbuatan (keji) yaitu seperti liwath atau homosex, main dadu, menebak nasib dengan burung dan lain sebagainya. (Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat) lafal Sau-in adalah bentuk Mashdar dari lafal Saa-a lawan kata dari Sarra, artinya jahat atau buruk (lagi fasik). (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:74).
QS. Al-Anbiya ayat 74 dalam Tafsir Al-Jalalain menerangkan tentang kisah Nabi Luth AS. Allah SWT memberikan kelebihan kepada Nabi Luth AS berupa hikmah dan ilmu yang dapat digunakan untuk menangani permasalahan orang-orang yang bersengketa sehingga dapat memutuskan kebijakan yang adil untuk menyelesaikannya. Kedurhakaan kaum Nabi Luth AS diantaranya melakukan homosex (hubungan seksual antara laki-laki dan laki-laki) dan lesbi (hubungan seksual antara perempuan dan perempuan), main dadu (judi), dan menebak nasib seseorang menggunakan burung (meramalkan nasib), dan lain sebagainya. Karena kedurhakaan kaum Nabi Luth AS kepada Allah SWT dan Nabi Luth AS, maka Allah turunkan azab pada seluruh penduduk kota kaum Nabi Luth, termasuk juga pada istri Nabi Luth AS yang turut binasa bersama kaum Nabi Luth AS yang durhaka lagi jahat. Namun pada Nabi Luth AS beserta orang-orang yang beriman, Allah SWT menyelamatkannya dari azab tersebut. Sungguh kaum Nabi Luth AS adalah kaum yang jahat lagi fasiq. Demikianlah Allah SWT membinasakan kaum yang durhaka pada Allah dan rosulNya.  
QS. Al-Anbiya ayat 75 merupakan kelanjutan kisah Nabi Luth AS yang diceritakan pada QS. Al Anbiya ayat 74, yang artinya:
Dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh. (Al-Anbiya 21:75)
Penjelasan QS. Al-Anbiya 21: 75 dalam Tafsir Al-Jalalain yaitu:
(Dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami) yang antara lain dia Kami selamatkan dari kaumnya. (Karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh). (Tafsir Al-Jalalain, Al-Anbiya 21:75)
Maksud dari QS. Al-Anbiya ayat 75 dalam Tafsir Al-Jalalain tersebut adalah Allah SWT menyelamatkan Nabi Luth AS beserta pengikutnya dari azab yang menimpa kaumnya (yang durhaka pada Allah SWT dan Nabi Luth AS). Sesungguhnya Nabi Luth (beserta pengikutnya) termasuk ke dalam golongan orang-orang yang soleh.  
*****
AMANAT PENULIS
Berdasarkan kisah Nabi Ibrahim AS dan kisah Nabi Luth AS di atas, semoga kita dapat memetik hikmah (pelajaran) dari kisah yang tersirat di atas. Hendaklah kita yakin bahwasannya Allah berkuasa atas segala sesuatu sebagaimana Allah berkuasa memberikan anak pada Siti Sarah sekalipun usianya sudah tua (manula) dan sudah mengalami menopause (tidak haid). Tiada kekuatan melainkan dari Allah SWT, oleh karena itu sebagai makhluk seyogyanya kita bersikap tawadhu’ (rendah hati) sebab tiada makhluk yang bersifat abadi, hanya Allah-lah yang abadi, semua makhluk pasti akan mati (fana’). Selain itu, marilah kita mengambil hikmah dari kisah Nabi Luth AS yakni dengan menjalankan perintah Allah SWT (seperti melakukan kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dsb) dan menjauhi segala larangan Allah SWT (tidak berjudi, tidak berzina, tidak sirik, dll). Semoga dengan mentaati segala apa yang Allah perintahkan menjadikan kita selamat dari dunia hingga akherat. Sungguh ahzab Allah sangatlah pedih, semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang takut akan siksa Allah SWT sehingga kita menjauhi segala apa yang Allah larang.
“Duhai Rabb Semesta Alam, ampunilah segala dosa kami. Jauhkanlah hati kami dari rasa iri, sombong, ujub, dan riya’. Jagalah pandangan kami dari hal yang engkau haramkan untuk dilihat, Jagalah telinga kami dari hal yang tak boleh didengar karena maksiyat. Jagalah lisan kami agar tidak ghibah atau berkata ingkar yang menjadikannya sumber fitnah. Jagalah tangan dan kaki kami dari bergerak melakukan kemaksiyatan. Jagalah farji kami dan jauhkanlah kami dari perbuatan zina. Sesungguhnya tiada yang dapat menyelamatkan kami kecuali Engkau, ya Rabb. Engkaulah Dzat yang Maha Memberikan Hidayah (Petunjuk) bagi siapapun yang Engkau kehendaki. Maka dari itu, berikanlah petunjukMu pada kami. Tanpa hidayahMu, sesungguhnya kami termasuk dalam golongan orang yang rugi. Maka dari itu selamatkanlah kami dengan sifat Rahman dan Rakhim-Mu. Aamiin”.
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum (Blora) sekaligus guru yang mengampu dalam kajian kitab Tafsir Qur’an. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang yang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.                  
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email: halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:   
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahali. Tafsir Qur’anul Adhim. Bab 2. Lil Imam Abi Abdullah bin Hazem. Surat Al Anbiya ayat 71-75. Halaman 32-33.          

   

Rabu, 20 September 2017

KEUTAMAAN MEMBACA AYAT KURSI PART IV

KEUTAMAAN MEMBACA AYAT KURSI
*****
PART IV
*****
Diambil dari Kajian Kitab Khozinatul Asror Hal 128-129
*****



Ø  Keutamaan ayat kursi yang nomor 9 adalah ayat kursi merupakan ayat yang disucikan.
Diriwayatkan oleh Rosulullah SAW bahwasannya Rosulullah SAW bersabda: “Demi dzat yang menciptakan diriku dengan kekuasaanNya (kekuasaan Allah), sesungguhnya orang yang membaca ayat kursi dengan satu lisannya dan kedua bibirnya. Maka Allah akan mensucikannya seperti mensucikan tulang betis seorang raja sebagaimana termaktub dalam hadits at tirmidzi dan hadits-hadits lainnya”.
Dan barangsiapa menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi sebanyak jumlah fasilah ayat kursi atau sebanyak jumlah kalimat dalam ayat kursi (50 kalimat) atau sebanyak jumlah huruf di dalam ayat kursi (170 huruf, maka dipantulkanlah sifat Allah SWT yang suci pada orang yang membaca ayat kursi tersebut. Dan Allah SWT akan mengampuni segala dosa orang yang menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi serta memberikan keberkahan pada orang yang membaca ayat kursi yang suci (secara istiqomah) sebagaimana tertera di dalam kitab Al Kudtsi”.

Ø  Keutamaan ayat kursi yang ke 10 adalah di dalam ayat kursi terdapat kalimat yang berisi (menerangkan) tentang sifat-sifat Allah SWT.
Allah SWT menceritakan suatu hal pada Rosulullah SAW (dengan memperlihatkan beberapa peristiwa) di malam mi’raj, maka Rosulullah SAW pun berkata: “Aku melihat di lauh mahfudz ada 3 tempat bercahaya”. Maka aku (Nabi Muhammad SAW) pun bertanya (pada Allah SWT) : “Duhai Rabbku, mengapa 3 tempat itu bercahaya?”. Lantas Allah SWT menjawab: “3 tempat iu adalah tempat (untuk para pembaca) ayat kursi, yasin, dan surat al ikhlas”. Maka aku (Nabi Muhammad SAW) pun bertanya (kembali) : “Ya Rabbi, bagaimanakah pahalanya orang yang membaca ayat kursi?”. Allah punmenjawab: “Sesungguhnya (di dalam) ayat kursi (terdapat) sifatku. Dan barangsiapa membaca ayat kursi (secara istiqomah) dengan beberapa ambalan (sebanyak fasilah ayat kursi atau sebanyak kalimat dalam ayat kursi atau sebanyak huruf di dalam ayat kursi), maka ia akan dapat melihat dzat-Ku (dzat Allah SWT) di hari kiamat”.
Allah SWT berfirman: “Adapun wajah orang yang menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi akan terlihat bercahaya di hari kiamat dan ia (jua) akan dapat melihat dzat-Ku (dzat Allah SWT) kelak di hari kiamat sebagaimana termaktub dalam kitab tafsir Imam Hnafi”.
Diceritakan oleh saudara laki-laki yang dimuliakan Allah SWT bahwasannya Allah SWT akan memuliakan orang-orang yang menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi di hari kiamat dan Allah SWT akan memberikan pertolonganNya pada orang-orang yang menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi di malam hari dan di siang hari dengan beberapa ambalan (sebanyak fasilah ayat kursi atau sebanyak jumlah kalimat dalam ayat kursi atau sebanyak jumlah huruf di dalam ayat kursi). Maka orang yang menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi (tersebut) akan dapat melihat Dzat Allah SWT di hari kiamat. Adapun orang yang menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi di malam hari dan di siang hari, maka sesungguhnya ia berada pada puncak derajat orang agung, lebih awal dan memiliki kedekatan yang sempurna dengan Allah SWT.

Ø  Keutamaan ayat kursi yang ke 11 adalah ayat kursi berisi kalimat tauhid
Sesungguhnya ayat kursi mengandung kalimat tauhid. Ibnu Arobi berkata: “Semoga Allah SWT mensucikan sifat Allah SWT di dalam ayat kursi yang agung. Karena sesungguhnya ayat kursi adalah lebih agung-agungnya ayat yang menjadi gantungan (tempat bergantungnya) segala sesuatu (atas izin Allah SWT). Karena mulianya Dzat Allah, maka bergantunglah beberapa hal pada Dzat Yang Maha Mulia (Dzat Allah SWT). Ayat kursi adalah ayat yang paling mulia di dalam Al Qur’an sebagaimana paling mulianya surat Al Ikhlas diantara surat-surat di dalam Al Qur’an”.    
Surat Al Ikhlas memiliki 2 sisi keunggulan yaitu: 1). Di dalam surat Al Ikhlas berisi kalimat-kalimat tauhid sebagaimana ayat kursi yang jua berisikan kalimat tauhid, 2). Turunnya surat Al Ikhlas dilatarbelakangi oleh adanya tantangan dari orang-orang kafir. Sedangkan turunnya ayat kursi tidak harus dilatarbelakangi dengan adanya tantangan dari orang-orang kafir.
Sesungguhnya Surat Al Ikhlas mengukuhkan kalimat tauhid di dalam 15 huruf, sedangkan ayat kursi mengukuhkan kalimat tauhid di dalam 50 huruf. Maka lihatlah kekuasaan Allah SWT di dalam memuliakan sifat-sifat-Nya (sifat-sifat Allah SWT) dengan meminjamkan makna yang dijabarkan dari 50 huruf (di dalam ayat kursi) dan dikatakan bahwa makna 15 huruf (di dalam surat Al Ilkhlas) menerangkan keagungan kekuasaan Allah SWT dan mengukuhkan sifat wahdaniyah Allah SWT sebagaimana tertera di dalam kitab Al Itqon.
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA bahwa Rosulullah SAW berkata: “Tidaklah ada ahli (membaca) la illa ha illallah yang merasa gelisah terhadap kematian dan hari kebangkitan dari alam kubur, karena pada waktu shoikhah (waktu ditiupnya terompet oleh malaikat isrofil), para ahli (membaca) La illa ha illallah mengipat-ngipatkan rambutnya dari debu seraya berkata: “Segala puji bagi Allah SWT yang telah menyelamatkan kita dari rasa susah”.
Diriwayatkan oleh Nisaburi RA dari ayahnya. Ayah Nisaburi dari kakeknya. Kakeknya dari Rosulullah SAW. Rosulullah SAW dari malaikat Jibril AS. Malaikat Jibril AS dari Allah SWT. Dan Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya kalimat La illa ha Illallah adalah bentengku (benteng Allah SWT). Barangsiapa masuk ke dalam bentengku (benteng Allah SWT), maka ia selamatdari siksaku (siksa Allah SWT)”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA dari Rosulullah SAW bahwasannya Allah SWT membuka pintu surga dan sesungguhnya surga mengundang (para ahli La illa ha illallah) dari bawah Arsy. Dan sesungguhnya surga adalah tempat berbagai kenikmatan. Lantas surga ditanya: “Sesungguhnya engkau (surga) itu milik siapa?”. Dan surga pun menjawab: “Sesungguhnya aku (surga) adalah tempat bagi para ahli La illa ha illallah dan aku (surga) rindu pada ahli dzikir La illa ha illallah. Dan tidaklah aku (surga) mencari melainkan pada ahli dzikir La illa ha illallah. Dan tidaklah masuk padaku (pada surga) kecuali ahli dzikir La illa ha illallah. Dan aku (surga) tertutup bagi orang yang tidak mau mengucapkan dzikir La illa ha illallah dan orang yang tidak beriman dengan kalimat La illa ha illallah. Dan neraka pun berkata: “Aku (neraka) adalah tempat segala siksa. Tidaklah masuk padaku (pada neraka) kecuali orang yang ingkar pada kalimat La illa ha illallah. Dan tidaklah aku (neraka) mencari melainkan pada orang yang mengingkari kalimat La illa ha illallah. Dan aku (neraka) haram untuk orang yang mengucapkan La illa ha illallah (ahli La illa ha illallah).  Dan tidaklah aku (neraka) mengikat kecuali pada orang yang sombong terhadap kalimat La illa ha illallah. Dan tidaklah aku (neraka) marah kecuali pada orang yang mengingkari kalimat La illa ha illallah.
Dikatakan oleh seorang perawi bahwasannya rohmat dan magfiroh (ampunan) Allah untuk orang yang ahli La illa ha illallah. Rohmat dan magfiroh (ampunan) Allah memberi pertolongan pada orang yang mengucapkan La illa ha illallah. Rohmat dan magfiroh (ampunan) Allah  mencintai orang yang mengucapkan La illa ha illallah. Rohmat dan magfiroh (ampunan) Allah dapat mengunggulkan pada orang yang mengucapkan La illa ha illallah. Dan tidaklah terhalang rohmat dan magfiroh (ampunan) Allah atas orang yang mengucapkan La illa ha illallah. Dan tidaklah diperintahkan aku (rohmat dan magfiroh Allah) kecuali pada ahli La illa ha illallah. Maka janganlah engkau mencampurkan kalimat La illa ha illallah kecuali dengan iman yang mengukuhkan (iman yang istiqomah) sebagaimana tertera dalam kitab tafsir asrori tanzil.


*****
PESAN PENULIS
Dalam mengamalkan segala sesuatu, langkah pertama yang kita lakukan adalah menata niat. Alangkah baiknya niat kita lurus yakni semata-mata mencari ridho Allah SWT dan kita mengukuhkan (memantabkan) keyakinan tauhid kita bahwa segala kekuatan itu datangnya dari Allah SWT. Mengamalkan membaca ayat kursi adalah perantara sedangkan pemberi kekuatan, kedudukan, kemuliaan, keberkahan, keselamatan, dan kenikmatan adalah Allah SWT. Sebagaimana suatu perumpamaan engkau makan, yang memberimu rasa kenyang pada hakekatnya adalah Allah SWT sedangkan nasi adalah perantaranya. Sekalipun engkau makan 5 piring, kalau Allah SWT tidak memberimu kenyang, maka engkau tidaklah merasa kenyang.  Sekalipun engkau hanya makan sedikit, namun jika Allah SWT menghendaki engkau kenyang maka engkaupun merasa kenyang. Maka dari itu, marilah kita luruskan keyakinan bahwasannya tiada kekuatan melainkan dari Allah SWT (La haula wala quwwata illa billah). Sesungguhlah Dialah Allah, Dzat yang Maha Kuat, dialah yang berhak memberikah krkuatan ataupun melemahkan makhluk. Sesungguhnya tiada sesuatu yang terjadi melainkan atas izin Allah SWT. Bahkan daun jatuhpun tidaklah kebetulan melainkan Allah sudah mengatur waktunya sedemikian rupa sehingga daun jatuhpun atas izin Allah SWT.
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum Blora sekaligus guru yang mengampu dalam kajian kitab Khozinatul Asror. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:    
Syeh Muhammad Haqi An Nadzili. Kitab Khozinatul Asror. Bab Sebab Turunnya Ayat Kursi. Halaman 128-129.