HALIMAH BINTI MASDARI

Selasa, 19 September 2017

KEUTAMAAN MENJAGA SHALAT

KEUTAMAAN MENJAGA SHALAT
*****
Kajian Kitab Majalisus Shaniyyah
Halaman 80
*****       

Kebaikan seseorang terletak pada bagaimana ia menjaga shalatnya. Orang yang bisa menjaga shalatnya dengan baik  dan menunaikannya tepat waktu, in syaallah akhlaknya juga baik. Shalat adalah amalan yang pertama kali di hisab kelak di hari kiamat. Sungguh betapa pentingnya menjaga shalat. Menunaikan shalat tepat waktu  berarti mentaati perintah Allah SWT dengan baik. Menyia-nyiakan sholat berarti membangkang atas perintah Allah SWT. Bukan hanya itu, melalaikan shalat bagi seorang yang beragama islam termasuk dzalim yakni: 1) Dzalim kepada Allah/ durhaka kepada Allah. Sebab tugas seorang hamba adalah taat pada Tuhannnya, bila melalaikan perintahNya berarti durhaka padaNya, 2). Dzalim pada diri sendiri. Sesungguhnya di dalam shalat terdapat beberapa doa untuk memohon keselamatan diri baik di kehidupan dunia maupun di akherat. Apabila seseorang melalaikan solat berarti ia tidak memohon keselamatan untuk dirinya sendiri 3). Dzalim pada orang lain sebab di dalam doa ada hak orang lain (kaum muslimin dan muslimat) untuk didoakan.    

Rosulullah SAW bersabda: “Tiap-tiap langkah kaki yang digunakan untuk menunaikan solat adalah sedekah”.  Sesungguhnya mengukuhkan di dalam menghadiri beberapa sholat jama’ah (solat berjama’ah) dan meramaikan masjid itu dapat menambah pahala daripada solat di dalam rumah. Sholat berjama’ah mendapatkan pahala 27 derajad, sementara sholat munfarid mendapatkan 1 pahala. Bila selisih 26, maka engkau pilih yang mana?. Tentu bagi orang yang beriman, lebih memilih sholat berjama’ah daripada sholat munfarid. Ketika di hari kiamat nanti, akan hadir suatu kaum yang berdiri di atas siraj (jalan), maka dikatakan kepada suatu kaum yang melewati jalan supaya takut akan (siksa) neraka.
Malaikat Jibril berkata: “Bagaimanakah caramu ketika engkau melewati lautan/ samudra?”. Lalu dijawab: “Dengan menggunakan perahu.”. Maka diumpamakan bahwa orang yang sholat berjama’ah dimasjid ketika melewati jembatan sirad seperti orang yang naik perahu menyeberangi samudra.
Diriwayatkan oleh Anas RA bahwasannya Rosulullah SAW berkata: “Akan dikumpulkan masjid-masjid di dunia. Sesungguhnya masjid-masjid di dunia itu seperti unta besar yang berwarna putih yang kakinya berbau minyak anbar (sejenis minyak dari surga), dan lehernya berbau minyak ja’far (jenis minyak dari surga), dan kepalanya berbau minyak misik.”. Adapun para muadzin (orang yang bertugas mengumandangkan adzan) akan menuntun unta (tersebut) dan para imam (sholat berjama’ah) akan menggiring unta (tersebut). Adapun orang yang menjaga sholat, akan turut serta berjalan menuju halaman kiamat. Dikatakan oleh penduduk akherat, malaikat, dan para utusan bahwasannya orang yang menjaga keistiqomahan sholat berjama’ah dengan tepat waktu, maka ia akan diakui sebagai ummat Muhammad SAW.  Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA bahwasannya Rosulullah SAW bersabda: “Semakin banyak langkah berjalan menuju masjid di waktu malam (untuk sholat), maka sesungguhnya orang tersebut menyelam ke dalam rohmat Allah SWT.
Ketika di hari kiamat nanti, akan diperintahkan orang yang menjaga shalatnya untuk masuk surga. Beberapa golongan yang masuk surga adalah:
1.      Golongan orang yang seperti matahari, maka ditanya oleh malaikat: “Siapakah engkau?”. Lalu mereka menjawab: ”Sesungguhnya kita adalah orang yang menjaga sholat”. Lantas malaikat bertanya: “Seperti apa engkau menjaga sholat?”. Mereka menjawab: “Ketika mendengarkan adzan, kita sudah berada di dalam masjid (maksudnya mereka mendengarkan adzan di dalam masjid)”.
2.      Golongan orang yang seperti bulan di malam lailatul qodar, maka ditanya oleh malaikat: “Siapakah engkau?”. Lalu mereka menjawab: “Kita adalah orang yang menjaga sholat”. Lantas malaikat bertanya kembali: “Seperti apa engkau menjaga sholat?”. Mereka menjawab: “Kita berwudhu sebelum waktu sholat tiba (waktu sebelum adzan tiba, maksudnya wudhu mendekati waktu adzan tiba). Misalnya; a). Waktu adzan sholat dzuhur pukul 12.00, maka golongan ini sudah wudhu sejak pukul 11.30, b). Waktu adzan sholat asar pukul 15.00, maka golongan ini sudah wudhu sejak 14.45, c). Waktu adzan sholat magrib pukul 17.50, maka golongan ini sudah wudhu pukul 17.30, d). Waktu sholat isya pukul 19.00, maka golongan ini sudah wudhu pukul 18.30, dan e). Waktu sholat subuh pukul 04.20, maka golongan ini sudah wudhu pukul 04.00.
3.      Golongan orang yang seperti bintang, maka ditanya oleh malaikat: “Siapakah engkau?”. Lalu mereka menjawab: “Kita adalah orang yang menjaga sholat”. Lantas malaikat bertanya kembali: “Seperti apa engkau menjaga sholat?”. Mereka menjawab: “Kita berwudhu sebelum adzan dikumandangkan”.
Allah SWT berfirman bahwasannya ada 3 (tiga) golongan:
1.      Golongan yang mendzalimi diri sendiri yakni mereka yang sholat setelah waktu sholat selesai. Contohnya: datang ke masjid untuk sholat berjama’ah ketika imam sudah hampir salam, sholat mendekati waktu sholat telah habis.
2.      Golongan tengah adalah mereka yang masuk masjid (untuk sholat berjama’ah) setelah mendengarkan adzan.
3.      Golongan awal (golongan paling mulia) adalah golongan yang masuk masjid ( untuk sholat berjama’ah) sebelum adzan dikumandangkan.
Umar bin Abdul Aziz berkata dalam firman Allah SWT bahwasannya golongan yang menyia-nyiakan sholat adalah orang-orang yang menyia-nyiakan waktu sholat. Sebagaimana contohnya orang yang menunaikan sholat menjelang waktu sholat habis. Misalnya; 1). Sholat isya’ pukul 04.00 mendekati waktu sholat subuh, 2). Sholat subuh pukul 05.50 mendekati waktu sholat dhuha, 3). Sholat dhuhur pukul 14.30 mendekati waktu sholat asar, 4). Sholat asar pukul 17.30 mendekati waktu sholat magrib, 5). Sholat magrib pukul 18.30 mendekati waktu sholat isyak dan mendekati waktu sholat magrib telah habis. Selain itu yang dimaksud orang yang menyia-nyiakan sholat adalah orang yang mendengar adzan, namun tidak segera menunaikan sholat berjama’ah.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya kita menjaga keistiqomahan sholat tepat waktu terlebih solat berjama’ah. Sebuah perumpamaan, bila engkau diperintah gurumu taat, maka gurumu akan senang padamu. Demikian pula bila engkau taat pada perintah Allah SWT seperti rajin menunaikan sholat jama’ah tepat waktu, maka Allahpun akan mencintaimu sebagaimana engkau jua mencintaiNya. Bila menunaikan sholat jama’ah tepat waktu diberikan pahala berupa surga, apakah engkau tidak mau masuk surga? Haruskan masuk surga diperintah-perintah dulu?. Terkadang manusia itu unik, bagaimana tidak? Coba kita renungkan. Tak usah jauh-jauh melihat orang lain, mari merenungkan diri sendiri untuk kita perbaiki menjadi lebih baik. Kita dengan mudah menyatakan kita takut akan siksa neraka, namun apa yang kita lakukan terkadang justru durhaka pada Allah yang menjurus pada pilihan siksa neraka. Memang kesenangan dunia dan kemaksiyatan itu terasa nikmat sehingga menggiurkan manusia, namun dampaknya berupa ahdzab atau bahkan siksa neraka. Ataukah engkau memilih mengekang nafsu dan mentaati perintah Allah walaupun sulit karena banyak godaannya, namun kita ikhlas semata-mata untuk mencari ridho Allah?. Sesungguhnya surga dan neraka adalah pilihan, tidak ada paksaan untuk memilih ke surga atau ke neraka. Mau ke surga, cukup dengan mentaati segala perintah Allah SWT, mau ke neraka cukup dengan durhaka dan membangkang pada perintah Allah SWT dan menjalankan larangan Allah SWT.
Namun pada hakekatnya, bila cintamu tulus ikhlas lilahi ta’ala yakni semata-mata mencari ridho Allah SWT. Maka sholatmu, ibadahmu engkau lakukan dengan tulus sekalipun tidak diberi hadiah berupa surga. Sebab puncak tertinggi yang engkau cari bukan surga melainkan ridho Allah SWT. Golongan yang beribadah tanpa mengharap apapun kecuali ridho Allah SWT dan mendapatkan rohmat Allah SWT adalah golongan yang beruntung. Sungguh cinta sejati adalah ketaatan dan pengorbanan, termasuk mentaati segala yang Allah perintahkan demi menggapai cinta illahi serta berkorban untk menjauhi segala larangan Allah sekalipun itu menggiurkan dan menyenangkan hati (nikmat duniawi). Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan yang mendapatkan hidayah Allah SWT, selalu dalam perlindungannya dan mendapatkan rohmat Allah SWT sehingga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung. Aamiin.    
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum. Tak lupa penulis sampaikan terimakasih pada Pak Khobir selaku guru yang mengampu dalam kajian kitab Majalisus Saniyyah. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:    
Syeh Ahmad bin Syeh Hajazi Al Fasani. Majalisus Saniyyah. Halaman 80. Surabaya: Maktabatil Hidayah.                          


Sabtu, 16 September 2017

ANJURAN MEMERANGI BANGSA YAHUDI (KAFIR)

ANJURAN MEMERANGI BANGSA YAHUDI (KAFIR)
*****
KAJIAN KITAB TAJRIDUS SHOREH
*****
Diampu oleh Gus Dr. H.A, Muhammad Nur Ihsan, Lc. MA



Segala puji bagi Rabb Semesta alam. Tiada Tuhan melainkan Dia. Sesungguhnya agama yang mulia disisi Allah SWT adalah islam. Islam adalah agama yang hak, agama yang rahmatan lil alamin. Agama yang mengajarkan tentang yang haq dan melarang yang batil. Islam hadir untuk memuliakan kehormatan manusia dari jaman kebodohan (jahiliah) yang penuh dengan kemaksiyatan dan tindakan amoral atau tindakan asusila menuju pada kedamaian yang dihiasi dengan tindakan beretika (susila). Sesungguhnya apa yang Allah perintahkan mengandung banyak manfaat bagi hambanya, baik manfaat untuk dirinya dari segi kesehatan, agama, maupun kemaslahatan ataupun keselamatan. Demikian jua sebaliknya, atas segala yang dilarang oleh Allah SWT mengandung kemadharatan yang buruk untuk kesehatan manusia maupun untuk diri manusia itu sendiri.
Kaum muslimin muslimat yang dirahmati Allah SWT…J
Bangsa yahudi adalah musuh kaum muslimin sejak zaman Rosulullah SAW. Bangsa yahudi membenci islam dan membenci dakwah Rosulullah serta memusuhi kaum muslimin. Itulah sebabnya, dalam sebuah sejarah dikatakan bahwasannya tidak akan terjadi kiamat hingga kaum muslimin memerangi bangsa yahudi dan menaklukkan bangsa yahudi. Diceritakan pula bahwasannya di akhir zaman nanti, bangsa Yahudi akan mati dibawah taklukan kaum muslimin.  Rosulullah SAW bersabda: “Awal mula pasukanku (pasukan Nabi Muhammad SAW) perang di lautan. Tetapi sebagian pula ada yang berawal dari perang di Kota Kaisar”.   
Diriwayatkan oleh Abdillah dari Umar RA bahwa Rosulullah SAW berkata: “Hai ummatku (ummat Nabi Muhammad SAW) semua, perangilah bangsa Yahudi hingga mereka bersembunyi di bawah batu.” Lantas Rosulullah SAW berkata: “Hai Abdilah, bangsa Yahudi berada di belakangku, maka bunuhlah. Di dalam sejarah, tidak terjadi kiamat hingga engkau membunuh bangsa yahudi sebagaimana itu tertera dalam hadits-haditsku”.
Diriwayatkan oleh Abi Hurairah RA, Rosulullah SAW berkata: “ Tidak terjadi kiamat hingga kalian memerangi bangsa Turki (yang dimaksud bangsa Turki yang kafir/ bangsa yahudi) dengan tanda-tanda matanya sipit, wajahnya merah, hidungnya pesek, dan sandalnya terbuat dari bulu”.
Berdasarkan hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa adanya anjuran bagi kaum muslimin untuk senantiasa memerangi hingga menaklukkan kaum yahudi kafir, sebab kaum yahudi membenci islam dan memusuhi islam. Adapun ciri bangsa yahudi diantaranya; matanya sipit, wajahnya merah, hidungnya pesek dan suka mengenakan sandal yang terbuat dari bulu (sandal berbulu). Sungguh begitu utamanya memerangi bangsa yahudi hingga termaktub dalam hadits bahwasannya tidak akan terjadi kiamat hingga kaum muslimim membunuh dan memerangi bangsa yahudi. Hal ini menunjukkan tentang keutamaan kaum muslimin untuk memerangi dan menaklukan bangsa yahudi yang menandakan kemenangan kaum muslimin atas bangsa yahudi. Dengan kemenangan kaum muslimin atas bangsa yahudi menunjukkan kebesaran Allah SWT dan kejayaan islam.
Pada perang Khoibar, semua pasukan perang berharap diberikan bendera oleh Rosulullah SAW. Ketika semua kaum muslimin sudah kumpul semua, tidak ada yang dicari Rosulullah SAW, melainkan Rosulullah SAW justru mencari Sayyidina Ali. Tetapi Sayyidina Ali sakit mata dan tidak bisa hadir. Lantas Sayyidina Ali diludahi kedua matanya oleh Rosulullah SAW, lalu kedua matanya sembuh seperti sedia kala.
Diriwayatkan oleh Sahal bin Sa’ad RA bahwasannya Rosulullah SAW berkata: “Aku (Nabi Muhammad SAW) akan memberikan bendera pada seorang laki-laki di dalam perang Khoibar yang berhasil membuka kemenangan perang (atas izin Allah) melalui tangannya”. Lantas para kaum laki-laki berharap agar menerima bendera dari Rosulullah SAW. Maka dari itu, mereka (kaum laki-laki) datang lebih awal agar mendapatkan bendera dari Rosulullah SAW. Begitu Rosulullah SAW sampai di medan perang, Rosulullah SAW mencari Sayyidina Ali RA. Rosulullah berkata: “Dimanakah Ali?”. Maka dijawab oleh seorang laki-laki bahwasannya Sayyidina Ali RA sedang menderita sakit pada kedua matanya. Rosulullah SAW pun memerintahkan agar Rosulullah SAW dipertemukan dengan Sayyidina Ali. Rosulullah SAW mengobati penyakit mata Sayyidina Ali dengan meludahi kedua matanya yang sakit, seketika itu juga kedua mata Sayyidina Ali sembuh seperti sedia kala.
Rosulullah SAW pun bersabda: “Berangkatlah ke medan perang hingga tiba di medan pertempuran perang Khoibar, lalu perangilah kaum kafir di perang Khoibar, taklukkanlah mereka dan ajaklah mereka memeluk agama islam. Sesungguhnya Allah SWT memberikan hidayah pada laki-laki (yang memeluk agama islam setelah ditaklukkan dalam perang khoibar) serta kemuliaan yang lebih daripada merahnya binatang ternak (rojo koyo)”. Diriwayatkan oleh Ka’ab bin Malik RA bahwasannya Rosulullah SAW bersabda: ”Tidaklah aku (Nabi Muhammad SAW) bepergian melainkan pada hari Kamis”.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwasannya Rosulullah SAW berkata kepada utusan para Nabi “Apabila engkau (para utusan Nabi/ kaum muslimin) bertemu dengan Fulan dan si Fulan kepada 2 lelaki kafir quraish, maka bakarlah kedua lelaki kafir quraish tersebut dengan api.”Demikianlah kata beliau (baginda Nabi Besar Muhammad SAW) ketika akan keluar berpisah dengan kaum muslimin.
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA bahwasannya Rosulullah SAW bersabda: “Dengarkanlah dan taatlah apabila engkau diperintah pada bukan kemaksiyatan dan apabila diperintahkan pada kemaksiyatan, maka janganlah engkau mendengarkan ((perintah maksiyat it) dan janganlah engkau mentaatinya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwasannya Rosulullah SAW berkata: “Barangsiapa taat padaku (Rosulullah SAW), maka ia jua taat Allah SWT. Barangsiapa membangkang padaku (Rosulullah), maka ia juga membangkang (maksiyat) pada Allah SWT. Barangsiapa taat pada pemimpinnya (selama pemimpinnya adil dan mengajak pada kebaikan), maka ia juga taat padaku (rosulullah). Barangsiapa membangkang (maksiyat) pada pemimpinnya, maka ia juga membangkang padaku”.
*****
UCAPAN TERIMAKASIH                
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum. Tak lupa penulis sampaikan terimakasih pada Gus Ihsan (Gus Dr. H. A, Muhammad Nur Ihsan, Lc. MA) selaku guru yang mengampu dalam kajian kitab Tajridus Soreh. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:    
Abi Al Abas Zainudin Ahmad bin Abdul Latif. Tajridus Soreh. Surabaya: Darul Ilmi. Halaman 30-31.       


Sabtu, 09 September 2017

KEUTAMAAN BERBUAT KEBAJIKAN

KEUTAMAAN BERBUAT KEBAJIKAN
*****
Ringkasan Kajian Kitab Majalisus Saniyyah   
(Halaman 79-80)
*****

Segala puji bagi Rabb Semesta Alam yang menciptakan tiap-tiap persedian pada setiap hambanya. Dialah Rabb yang menjalankan planet-planet pada orbitnya (sehingga tidak saling bertabrakan) dengan sinarnya yang benderang. Dialah yang Maha Menghidupkan lagi Mematikan. Dialah Tuhan yang mematikan makhluk yang bernyawa dan Dialah Tuhan yang menghidupkan tulang belulang (dari alam kubur) setelah kematian di hari kebangkitan.
Solawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang mana dengan mukjizatnya memberikan syafaatnya (atas izin Allah memberikan syafaat) di hari kiamat nanti. Tak lupa jua, solawat dan salam semoga tercurahkan pada keluarga Nabi Muhammad SAW beserta para sohabatnya yang dimuliakan derajatnya oleh Allah SWT. Semoga di hari akhir nanti, kita dapat tergolong sebagai bagian dari orang-orang yang beruntung yakni orang beriman dan bertaqwa yang senantiasa dicintai oleh Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Duhai insan yang mulia, selalulah engkau berbuat kebajikan. Baik itu kebajikan pada dirimu sendiri maupun kebajikan pada orang lain. Sesungguhnya baikmu akan kembali pada dirimu sendiri. Allah SWT memerintahkan engkau supaya berbuat kebajikan itu tiada lain kemanfaatannya untuk dirimu sendiri. Sesungguhnya apapun yang Allah perintahkan itu mengandung kemanfaatan yang besar dan apapun yang Allah larang mengandung kemudharatan yang besar hingga tak baik untuk kesehatanmu. Maka dari itu, sudah selayaknya sebagai seorang hamba kita taat pada Allah SWT.
Diriwayatkan oleh Abi Hurairah RA bahwasannya Rosulullah SAW berkata “Tiap-tiap persendian manusia bisa menjadi sedekah setiap harinya sejak terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari. Sebagaimana ketika engkau mendamaikan 2 (dua) orang yang berselisih merupakan sedekah, sebagaimana seorang laki-laki yang menggunakan hartanya di jalan Allah (bersedekah) merupakan sedekah, dan sebagaimana perkataan yang bagus adalah sedekah. Dan tiap-tiap kaki yang digunakan untuk melangkah solat adalah sedekah serta menyingkirkan segala sesuatu yang berbahaya dari jalan jua merupakan sedekah” (tersirat dalam Kitab Majalisus Saniyyah halaman 79).
Hadist tersebut menunjukkan bahwasannya setiap kebaikan yang engkau lakukan itu bernilai sedekah dan mendapatkan pahala. Barang siapa berlaku baik, maka ia mendapatkan pahala sebanyak jumlah persendian dalam tubuhnya yakni 360 pahala (sebagaimana jumlah persendian tubuh ada 360 sendi). Maka dari itu, gunakanlah hatimu senantiasa untuk merenungkan hal-hal yang baik dan janganlah engkau membayangkan hal-hal yang dilarang/ yang diharamkan. Gunakanlah bibirmu untuk senantiasa mengingat Allah SWT (berdzikir) sehingga bernilai sedekah dan janganlah engkau gunakan bibirmu untuk hal sia-sia seperti ghibah (ngrumpi/ menggosip), adu domba, fitnah, dll. Hiasilah matamu dengan hanya memandang yang halal. Dengarkanlah olehmu segala perkataan dan pembicaraan yang baik lagi tidak maksiyat. Pergunakanlah kaki dan tanganmu untuk beramal kebaikan sehingga semua yang dilakukan tubuhmu bernilai ibadah layaknya sedekah.
Jumlah persendian pada manusia ada 360 sendi. Hal ini dijelaskan dalam kitab Majalisus Saniyyah halaman 79. Dan tatkala engkau berbuat kebaikan, maka engkau diumpakan telah bersedekah sebanyak 360 kali (sebagaimana jumlah sendi dalam tubuh). Betapa banyak cara untuk mendekatkan diri pada kebajikan. Sebagaimana contohnya; 1). Mencegah diri dari berbuat maksiyat merupakan sedekah, 2). Menjalankan hal-hal yang diperintahkan Allah SWT dengan penuh ketaatan merupakan sedekah, 3). Meninggalkan hal-hal yang dilarang/ diharamkan merupakan sedekah, 4). Berbohong untuk mendamaikan dua pihak yang berselisih agar berdamai dan rukun merupakan sedekah. Tetapi dalam hal ini bukan berarti menghalalkan segala yang haram dan mengharamkan segala yang halal melainkan berbohong karena dhorurot (tiada jalan lain yang bisa ditempuh untuk mendamaikan kedua pihak kecuali dengan berbohong). Artinya berbohong adalah jalan terakhir setelah jalan yang lain ditempuh untuk mendamaikan kedua pihak tidak berhasil.
Duhai muslim-muslimat yang dirahmati Allah SWT. Dalam kitab Majalisus Saniyyah halaman 79 jua dijelaskan bahwasannya apabila malaikat jibril diturunkan di muka bumi, malaikat Jibril berharap bisa mendamaikan perselisihan antara dua pihak kaum muslimin sebagaimana menyiramkan air pada tanaman yang layu. Perlu kita ketahui, begitu mulianya mendamaikan dua pihak yang berselisih bahkan sampai malaikat Jibril pun berharap seumpama diturunkan dimuka bumi bisa mendamaikan kedua pihak yang berselisih. Sudah seyogyanya, sebagai kaum muslimin, apabila melihat saudara kita yang lain berselisih alangkah baiknya kita membantunya melerainya, mendamaikannya sehingga mereka yang berselisih dapat berdamai. Bukan justru sebaliknya, tatkala ada yang berselisih lantas engkau mengomporinya dan mengadu domba. Sunggu adu domba adalah perbuatan yang tidak baik, maka dari itu hindarilah. Semua ummat muslim adalah saudara, sudah menjadi kewajiban kita apabila ada yang beselisih untuk mendamaikannya.
Contoh lain dari sedekah adalah; 1). Ketika engkau mengucapkan salam dan menjawab salam merupakan sedekah. Mengucapkan salam apabila bertemu sesama saudara muslim sangat dianjurkan sebagaimana termaktub dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib, bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sudah mencukupi untuk suatu rombongan jika melewati seseorang, salah satu darinya mengucapkan salam.” (HR. Ahmad dan Baihaqi). Hadits tersebut diperkuat kembali dengan sabda Rosulullah SAW: “Apabila di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka hendaklah mengucapkan salam kepadanya. Apabila terhalang oleh pohon, dinding, atau batu (besar), kemudian dia berjumpa lagi, maka hendaklah dia mengucapkan salam (lagi).” (HR. Abu Dawud: 4200, dishohihkan oleh Al-Albani dalam Misykat al-Mashobih: 4650, dan lihat Silsilah Shohihah: 186). Dan keutamaan menjawab salam juga sangat dianjurkan sebagaimana tertera dalam hadits yang berbunyi “Apabila kalian diberi salam/penghormatan, maka balaslah dengan yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa.” (QS. An-Nisa’: 86), 2). Akhlak yang mulia merupakan sedekah, 3). Bertemu orang dengan wajah tersenyum adalah sedekah sebagaimana termaktub dalam hadits yang berbunyi: “Senyummu di depan saudaramu, adalah sedekah bagimu (Sahih, H.R. Tirmidzi no 1956)” . Hadits tersebut diperkuat lagi dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi “Kamu tidak akan mampu berbuat baik kepada semua manusia denga hartamu, maka hendaknya kebaikanmu sampai kepada mereka dengan keceriaan (pada) wajahmu (H.R. al-Hakim (1/212)”  

*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum. Tak lupa penulis sampaikan terimakasih pada Pak Khobir selaku guru yang mengampu dalam kajian kitab Majalisus Saniyyah. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:    

Syeh Ahmad bin Syeh Hajazi Al Fasani. Majalisus Saniyyah. Halaman 79-80. Surabaya: Maktabatil Hidayah.         

Jumat, 01 September 2017

TAFSIR AL-QUR'AN QS.AL-ANBIYA 41-45 (BESERTA PENJELASANNYA)

TAFSIR QUR’AN
*****
QS. AL-ANBIYA 41-50
***** 
KETIKA KESOMBONGAN BERTASBIH, KEHANCURAN MENANTI                 
*****

Duhai kaum muslimin muslimat yang dirahmati Allah SWT…J                    
Salah satu penyakit hati adalah sombong. Duhai insan yang mulia, sebagai makhluk sudah selayaknya kita bersikap rendah hati (tawadhu’) dan janganlah engkau bersikap sombong, sebab sombong adalah pakaian Tuhan (hanya Allahlah yang berhak sombong). Janganlah engkau berlaku sombong dan mencaci maki makhluk Allah yang lain, sebab Allah tidaklah mencintai hamba yang sombong. Perlu engkau ketahui bahwasannya sombong akan mendatangkan kebencian dan perseteruan. Bahkan dengan adanya sikap sombong yang diiringi dengan sikap ujub (membanggakan diri), dapat menjadikan Allah murka sehingga menimpakan ahzab kehancuran/ malapetaka pada kaum yang sombong. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Anbiya ayat 41:
وَلَقَدِ ٱسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّن قَبْلِكَ فَحَاقَ بِٱلَّذِينَ سَخِرُوا۟ مِنْهُم مَّا كَانُوا۟ بِهِۦ يَسْتَهْزِءُونَ
Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebelum kamu, maka turunlah (kepada orang yang mencemohkan rasul-rasul itu) azab yang selalu mereka perolok-olokkan. (Al-Anbiya 21:41)
Berdasarkan ayat tersebut (QS. Al-Anbiya ayat 41) menunjukkan bahwasannya beberapa rosul sebelum Nabi Muhammad SAW telah diperolok-olokkan oleh kaumnya ketika berdakwah mengajak pada yang haq (kebenaran) dan meninggalkan yang batil (kemaksiyatan). Mereka menantang Nabi agar Allah segera mendatangkan ahzabnya karena mereka tidak percaya akan adanya ahzab Allah SWT yang disampaikan oleh para nabi. Karena kesombongan kaum yang durhaka pada nabi-nabi terdahulu, maka Allah timpakan ahzab atas mereka.                              
Sebagaimana kaum Madyan (kaum Nabi Syu’aib AS) yang mendapatkan ahzab karena tidak jujur dalam berniaga, mereka berasumsi bahwa mengurangi timbangan adalah bentuk kelihaian dan kepandaian dalam berdagang. Nabi Syu’aib AS mengingatkan mereka agar senantiasa jujur dan adil dalam melakukan timbangan, tetapi mereka menentang Nabi Syu’aib AS. Maka Allah SWT turunkan ahzab pada kaum Madyan berupa petir (suara) yang menggelegar dan merekapun (kaum Madyan) binasa dengan bergelimpangan dalam rumahnya. Contoh lain adalah kaum Nabi Nuh AS yang dibinasakan oleh Allah SWT karena kedurhakaannya pada Allah dan Nabi Nuh AS. Saat Nabi Nuh AS mengajak kaumnya untuk menyembah Allah SWT dan tidak menyembah berhala, pemuda-pemuda kaum kafir menentang Nabi Nuh AS dan memperolok-olokkan Nabi Nuh AS. Maka Allah SWT turunkan Ahzab berupa banjir bandang yang melampaui gunung hingga kaum kafir nabi Nuh AS binasa semua termasuk Kan’an (putra Nabi Nuh) jua binasa karena kedurhakaannya pada Allah SWT dan ayahnya (Nabi Nuh AS).
Selain itu, jua bisa kita tengok pada kaum Saba’ yaitu kaumnya Nabi Sulaiman AS. Kaum Saba’ terkenal dengan kelihaiannya dalam bidang penghijauan termasuk mereka sudah menerapkan sistem irigasi untuk pertaniannya, kawasannya subur dan penduduknya makmur. Namun ada hal buruk dari mereka, kaum Saba’ menyembah matahari selain Allah, sebelum mengikuti Nabi Sulaiman AS. Pada kaum Saba’ yang dzalim (kafir), Allah timpakan bencana berupa banjir arim atau “Sail Al Arim” yang menghancurkan lahan pertanian kaum Saba’ (yang merupakan sumber pendapatan kaum Saba’) dan jua runtuhnya bendungan untuk irigasi mereka, sehingga lahan pertanian mereka menjadi gersang dan tandus sebab berupa padang pasir.
Di samping itu, Allah SWT jua menurunkan ahzab pada kaum Aad. Kaum Aad adalah kaum Nabi Hud AS. Kaum Aad tersohor dengan kemampuan mereka dalam berteknologi di bidang arsitektur dan teknik sipil. Mereka (kaum Aad) membangun gedung-gedung besar bertingkat yang menjulang tinggi sebagai pertanda kelihaian dan kecerdasan mereka dalam berteknologi. Sayangnya kecerdasan dan keistimewaan yang mereka (kaum Aad) miliki menjadikan mereka berlaku sombong, bengis, dan dzalim, sehingga mereka mengingkari seruan dakwah Nabi Hud AS. Karena kedurhakaannya pada Allah SWT dan Nabi Hud AS, Allah SWT turunkan ahzab (siksa) pada kaum Aad berupa angin kencang (angin putting beliung) yang dingin dan sangat dahsyat selama 7 (tujuh) malam dan 8 (delapan) hari sehingga memporak-porandakan kaum Aad yang ingkar hingga mereka binasa dengan terkubur dalam pasir setebal sekitar 12 meter dari tanah.
Selain itu, renungkanlah ahzab Allah SWT yang ditimpakan pada kaum Tsamut. Kaum Tsamut adalah kaum Nabi Shaleh AS. Kaum Tsamut mengingkari ajakan Nabi Shaleh AS yang mengajaknya untuk hanya menyembah Allah SWT dan meninggalkan maksiyat. Namun kaum Tsamut menentang Nabi Shaleh AS dan memperolok-olokkannya serta menganggapnya gila. Maka atas kedurhakaan mereka (kaum Tsamut itu), Allah binasakan semua kaum Tsamut hingga tak ada yang tersiksa kecuali Nabi Shaleh AS beserta orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Ahzab yang Allah SWT berikan pada kaum Tsamut berupa petir dan halilintar yang menyambar semua kaum Tsamut yang durhaka. Namun ada keanehan yang luar biasa yang menunjukkan “Kekuasaan Allah SWT” yakni Allah SWT membinasakan semua kaum Tsamut yang durhaka dengan bencana, namun Allah SWT membiarkan bangunan-bangunan yang mereka bangun tetap kokoh berdiri tidak hancur bersama kaum Tsamut. Maha Suci Allah, sungguh Dialah Allah yang Maha Menyelamatkan pada siapa saja yang Dia (Allah) kehendaki dan membinasakan pada siapa saja yang Dia (Allah) kehendaki.
Demikian pula dengan kaum kafir Makkah yang memperolok-olok Nabi Muhammad SAW, maka Allah timpakan ahzab pada mereka sebagaimana Allah menimpakan ahzab pada kaum nabi-nabi terdahulu yang durhaka (kaum Aad, kaum saba, kaum madyan, kaum Nabi Nuh, kaum nabi Luth, dan kaum nabi yang lain yang durhaka). Oleh karena itu, marilah kita senantiasa mentaati segala yang Allah SWT perintahkan dan menjauhi larangan yang Allah SWT perintahkan. Sungguh, ahzab Allah SWT teramat pedih, semoga Allah memberikan hidayah dan pertolongannya pada kita sehingga kita termasuk golongan orang yang selamat. Aamiin.
قُلْ مَن يَكْلَؤُكُم بِٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ مِنَ ٱلرَّحْمَٰنِ ۗ بَلْ هُمْ عَن ذِكْرِ رَبِّهِم مُّعْرِضُونَ
Katakanlah: "Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari dari (azab Allah) Yang Maha Pemurah?" Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari mengingati Tuhan mereka. (Al-Anbiya 21:42)
Ayat tersebut (QS. Al-Anbiya 42) menjelaskan bahwasannya tiada yang dapat menyelamatkan seorang makhluk dari ahzab yang Allah SWT turunkan kecuali hanya Allah. Sesungguhnya Allah SWT menurunkan ahzab pada orang-orang yang dzalim, sombong, lagi bertingkah maksiyat. Maka jangan sekali-kali engkau menyembah pada selain Allah SWT seperti menyembah berhala. Bahkan ketika ahzab Allah diturunkan, berhala yang disembah manusia yang inkar pun turut hancur pada bencana Allah. Hal ini membuktikan bahwa berhala tidak dapat menyelamatkan manusia. Terlebih berhala (seperti patung) yang diciptakan oleh manusia. Mana mungkin Tuhan diciptakan oleh manusia? Seorang yang berfikir (menggunakan akalnya) pasti akan merenung bahwasannya “Tuhan itu yang menciptakan bukan yang diciptakan”, sehingga ia tidak mau menyembah berhala yang notabennya dibuat oleh manusia (makhluk). Maha Suci Allah, Dialah Dzat yang Maha Menciptakan, Maha Menghidupkan lagi Maha Mematikan.                 

أَمْ لَهُمْ ءَالِهَةٌ تَمْنَعُهُم مِّن دُونِنَا ۚ لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَ أَنفُسِهِمْ وَلَا هُم مِّنَّا يُصْحَبُونَ
Atau adakah mereka mempunyai tuhan-tuhan yang dapat memelihara mereka dari (azab) Kami. Tuhan-tuhan itu tidak sanggup menolong diri mereka sendiri dan tidak (pula) mereka dilindungi dari (azab) Kami itu? (Al-Anbiya 21:43)
Berdasarkan QS. Al Anbiya ayat 43 menunjukkan bahwa Tuhan-Tuhan yang disembah selain Allah (seperti berhala, patung) itu tidak dapat menolong manusia yang menyembahnya dari ahzab (bencana) yang Allah SWT timpakan pada mereka atas kedurhakaannya. Duhai insan yang sempurna, diciptakan dengan akal. Gunakanlah akalmu untuk merenung, mana mungkin Tuhan jua hancur saat bencana ada? Bukankah Tuhan seharusnya yang bisa menyelamatkan hambanya dari bencana?. Sungguh suatu kebodohan yang teramat nyata bila engkau menyembah berhala. Sebab saat banjir bandang, patung pun turut hancur. Saat Angin topan, patung pun turut hancur. Saat malapetaka datang, tidak sedikitpun berhala dapat menyelamatkanmu. Maha Suci Allah, Dialah Rabb Semesta Alam. Tiada Tuhan kecuali Allah, Dialah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.

بَلْ مَتَّعْنَا هَٰٓؤُلَآءِ وَءَابَآءَهُمْ حَتَّىٰ طَالَ عَلَيْهِمُ ٱلْعُمُرُ ۗ أَفَلَا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِى ٱلْأَرْضَ نَنقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَآ ۚ أَفَهُمُ ٱلْغَٰلِبُونَ
Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga panjanglah umur mereka. Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya. Maka apakah mereka yang menang? (Al-Anbiya 21:44)
Ayat QS. Al Anbiya ayat 44 menunjukkan bahwasannya dengan kemurahanNya, Allah SWT memberikan anugerahnya berupa kenikmatan dunia dan umur panjang pada bapak-bapak mereka dan mereka, namun sayangnya mereka (yang dianugerahkan kenikmatan dunia) lalai akan kenikmatan yang Allah berikan dan mereka mengingkarinya serta durhaka pada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Negeri yang mayoritas pendudukkanya kafir itu dianugerahi tanah yang luas, namun karena kedurhakaannya, Allah kurangi luas negerinya melalui penaklukan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para Sohabat. Lalu apakah mereka mengira bahwa mereka akan menang?. Tidak, kemenangan Allah anugerahkan pada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan kaum muslimin yang beriman. Demikianlah cara Allah SWT mengurangi luas tanah yang dimiliki kaum kafir, yakni melalui penaklukan atas orang-orang muslim.

قُلْ إِنَّمَآ أُنذِرُكُم بِٱلْوَحْىِ ۚ وَلَا يَسْمَعُ ٱلصُّمُّ ٱلدُّعَآءَ إِذَا مَا يُنذَرُونَ
Katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan" (Al-Anbiya 21:45)  
Ayat tersebut (QS. Al Anbiya 45) mengkaji bahwasannya Nabi Muhammad SAW adalah seorang utusan yang tugasnya menyampaikan wahyu yang ia terima untuk disampaikan pada ummatnya. Wahyu itu dari Allah SWT, bukan dari diri Nabi Muhammad SAW. Dikarenakan kaum kafir Makah tidak mengindahkan seruan ajakan dari Nabi Muhammad SAW, maka mereka disamakan dengan orang-orang yang tuli (orang yang tidak mendengarkan peringatan-peringatan yang Rosulullah SAW sampaikan).
*****
Kaum muslimin-muslimat yang dirahmati Allah SWT…J
Berdasarkan penjelasan tafsir QS. Al Anbiya ayat 41-45 di atas memberikan hikmah pada kita agar kita senantiasa bersikap rendah hati, tidak menyombongkan diri dan senantiasa taat pada perintah Allah SAW serta menjauhi segala larangan Allah SWT. Janganlah kita mendurhakai peringatan yang disampaikan oleh utusan Allah (Nabi Muhammad SAW) sehingga mendatangkan murkanya Allah SWT yang mengakibatkan Allah SWT menurunkan ahzabnya (siksanya) pada kaum yang durhaka. Begitu banyak pelajaran yang dapat kita petik dari kisah-kisah ummat terdahulu yang binasa karena mendurhakai para utusan Allah SWT seperti kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Luth, kaum Madyan, dan kaum nabi lainnya yang mendurhakai Nabi. Sungguh, janganlah kita berlaku sombong, sebab tatkala kesombongan bertasbih maka kehancuranpun menanti. Allah tidak menyukai hamba yang sombong. Dan janganlah kita berpura-pura tuli (tidak mengindahkan ajakan/ seruan para Rosul).  
*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum sekaligus guru yang mengampu dalam kajian kitab Tafsir Qur’an. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.                  
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:   
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahali. Tafsir Qur’anul Adhim. Bab 2. Lil Imam Abi Abdullah bin Hazem. Surat Al Anbiya ayat 41-45. Halaman 31.                                    

   













Kamis, 24 Agustus 2017

KEUTAMAAN MEMBACA AYAT KURSI PART III

KEUTAMAAN MEMBACA AYAT KURSI
*****
PART III
*****
Diambil dari Kajian Kitab Khozinatul Asror Hal 127-128
*****



            Keutamaan selanjutnya apabila engkau membaca ayat kursi adalah:
1.      Ayat kursi merupakan lebih mulia-mulianya ayat di dalam Al Qur’an.
2.      Apabila engkau membaca ayat kursi, maka engkau akan turut serta mendapatkan keagungan dari ayat kursi.
3.      Barangsiapa menjaga keistiqomahan membaca ayat kursi sebanyak 50 kali atau 170 kali, maka orang yang membaca tersebut akan mendapatkan 2 kemuliaan yakni kemuliaan di sisi Allah swt dan kemuliaan di sisi manusia.
4.  Barangsiapa membaca ayat kursi, maka ia dapat lebih unggul daripada yang lainnya atas berkahnya ayat kursi.
5.      Barangsiapa membaca ayat kursi, maka ia akan mendapatkan keluhuran dan kedudukan diantara kaum baik diantara kaum laki-laki maupun kaum perempuan.
6.      Puncak tertinggi ayat di dalam Al Qur’an adalah ayat kursi.
7.    Barangsiapa membaca ayat kursi, maka Allah swt akan memudahkan segala urusannya baik urusannya ketika di dunia maupun di akherat.
8.      Barangsiapa membaca ayat kursi sebanyak 50 kali atau 170 kali secara istiqomah setiap hari, maka Allah swt akan membukakan 8 pintu surga dan engkau boleh memasuki pintu surga manapun yang engkau kehendaki.
9.   Barangsiapa membaca ayat kursi, maka ia akan mendapatkan keberkahan dari membaca ayat kursi sehingga ia merasa kecukupan.
*****
Duhai kaum muslimin yang dirahmati Alah swt…J
            Sebelum penulis memaparkan tentang keutamaan membaca ayat kursi, izinkanlah penulis menuangkan beberapa pesan pada sekalian pembaca yang budiman. Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT, sebelum engkau mengamalkan segala sesuatu, yang pertama engkau lakukan adalah meluruskan niat “lilahi ta’ala” yakni meluruskan niat semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah SWT. Sebagaimana ketika engkau lapar, maka engkau lantas memakan nasi dan engkaupun kenyang. Perlu engkau ketahui bahwasannya yang membuatmu merasa kenyang adalah Tuhan (Rabb Semesta Alam), sedangkan nasi yang engkau makan adalah perantara yang menjadikanmu kenyang. Sebagaimana engkau ketika bepergian ke suatu tempat menggunakan motor. Yang menjadikanmu sampai ke tempat tujuan dengan selamat pada hakekatnya adalah Allah SWT, sedangkan motormu adalah alatnya. Demikian pula ayat kursi, ayat kursi adalah alat sedangkan yang memberimu keberkahan, kemuliaan, dan kedudukan adalah Allah SWT.
Jadi sekali lagi, membaca ayat kursi hanyalah perantara, jangan sampai engkau salah pemahaman bahwa “ayat kursilah yang membuatmu memperoleh kedudukan dan keluhuran”. Demi Rabb Semesta Alam, sesungguhnya Allah-lah yang memberikan kedudukan dan keluhuran pada hambanya, membaca ayat kursi hanyalah perantaranya. Maka dari itu, luruskanlah niat, sebab ternilainya semua amal berawal dari niatnya. Niatkan segala sesuatu untuk semata-mata mencari ridho Allah swt dan untuk menghilangi kebodohan, dengan menghilangi kebodohan maka akan membawa kemajuan pada islam.
Baiklah, karena sedari awal sudah penulis jelaskan tentang pentingnya meluruskan niat. Oleh karena itu, dengan memuji Rabb Semesra Alam, tiada Tuhan yang berhak di sembah kecuali hanya Dia, perkenankanlah penulis untuk mengulas kajian selanjutnya pada kitab Khozinatul Asror. Sebagaimana telah penulis jelaskan sebelumnya di artikel “Keutamaan Membaca Ayat Kursi”, sesungguhnya ayat kursi memiliki beberapa keutamaan. Melanjutkan halaman kemarin, yakni kajian dari kitab Khozinatul Asror halaman 127-128. Ayat kursi merupakan pimpinan ayat dalam ayat suci Al-Qur’an. Pada Bab ini akan dijelaskan bahwasanya keutaman membaca ayat kursi adalah memperoleh kedudukan, keluhuran, dibukakan 8 pintu surga dan memperoleh keberkahan.  
Kaum muslimin-muslimat yang dirahmati Allah swt, mengapa engkau sangat dianjurkan untuk membaca ayat kursi?. Itu tiada lain karena  ayat kursi merupakan lebih mulia-mulianya ayat di dalam Al Qur’an. Bila engkau membaca sesuatu yang mulia, maka engkaupun akan turut serta merasakan kemuliaan dari yang engkau baca. Hal ini tak jauh berbeda bila engkau diundang untuk menemani kiahimu ke acara/ hajatan, sehingga  engkau berbaur dengan orang-orang besar nan ngalim. Maka engkaupun turut merasakan kenikmatan hidangan yang disuguhkan untuk kiahimu, saat kiahimu menyantap makanan yang disuguhkan, kaupun jua sama (menyantap makanan yang disuguhkan). Inilah namanya barokahnya memuliakan yang mulia, sehingga engkau turut merasakan kenikmatan itu.
Diriwayatkan oleh Muhammad bin Nasir dan Ibnu Abbas RA bahwa Rosulullah SAW berkata “Lebih mulia-mulianya surat di dalam Al Qur’an adalah surat Al Baqoroh. Dan lebih mulia-mulianya ayat di dalam Al Qur’an adalah ayat kursi, sebagaimana termaktub dalam kitab Duril Mansur”.
Abu Dar Al Ghifari RA berkata “Wahai Rosulullah, ayat manakah di dalam al qur’an yang lebih mulia?”. Rosulullah saw menjawab, “Lebih mulia-mulianya ayat di dalam Al Qur’an adalah ayat kursi. Beberapa langit, bumi, dan kursi bagaikan lingkaran yang dilemparkan ke bumi. Dan apabila langit dan bumi itu ditimbang menggunakan neraca dengan ayat kursi, maka ayat kursi lebih berat (dari langit dan bumi) sebagaimana tertera dalam kitab Taisir”.
Ibnu Abbas RA berkata bahwa lebih mulia-mulianya ayat di dalam Al Qur’an adalah ayat kursi sebagaimana termaktub dalam kitab Tafsir Kurtubi.
Duhai insan yang dimuliakan Allah swt, apabila engkau berdzikir dan mengerti keagungan ayat kursi, maka engkaupun akan turut serta mendapatkan keagungan dan kemuliaan sebagaimana mulia dan agungnya ayat kursi yang engkau baca. Tiada perkara yang lebih mulia dan agung dari memuji Rabb Yang Maha Luhur yakni dengan membaca ayat kursi dalam berdzikir. Hal ini disebabkan karena ayat kursi merupakan lebih mulia-mulianya ayat dan lebih agung-agungnya ayat di dalam Al Qur’an sebagaimana termaktub dalam kitab Tafsir Kudsi.
Barangsiapa menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi setiap hari sebanyak 50 kali (sebagaimana jumlah kalimah dalam ayat kursi ada 50 kalimat) atau sebanyak 170 kali (sebagaimana jumlah huruf dalam ayat kursi ada 170 huruf), niscaya orang tersebut akan mendapatkan 2 kemuliaan yakni kemuliaan di sisi Allah swy dan kemuliaan di sisi manusia”.
Sesungguhnya keutamaan lain dari membaca ayat kursi yaitu menjadikan orang yang membaca ayat kursi memiliki keunggulan lebih daripada yang lainnya dengan ia menjadi tuan (sayyidat) atau pemimpin sebagaimana termaktub dalam kitab Khowas. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Khoso’isil Qudsi bahwa puncaknya ayat-ayat di dalam Al Qur’an adalah ayat kursi. Barangsiapa menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi sebanyak 50 kali (sebagaimana jumlah kalimah dalam ayat kursi ada 50 kalimat) atau sebanyak 170 kali (sebagaimana jumlah huruf dalam ayat kursi ada 170 huruf), maka orang tersebut akan mendapatkan kedudukan dan keluhuran dan memiliki puncak jabatan (pemimpin) diantara kaum laki-laki dan perempuan, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Khoso’is.
Diriwayatkan oleh Ma’kul bin Yasuri bahwa Rosulullah SAW berkata “Al Baqoroh adalah puncaknya surat di dalam Al Qur’an dan ayat kursi adalah puncak tertinggi dari ayat ayat di dalam Al Qur’an”.
Ibnu Sahal dan lainnya dari hadits Sahal bin Sa’ad RA bahwa Rosulullah SAW berkata “Setiap sesuatu memiliki puncak dan puncak dari Al Qur’an adalah surat Al Baqoroh sebagaimana termaktub dalam kitab Itqon”.
Barangsiapa menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi, maka Allah swt akan membukakan pintu segala urusannya baik di dunia dan di akherat sebagaimana Allah memenangkan kekasihNya (Rosulullah SAW) dalam perang badar.
Rosulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah swt menciptakan mutiara yang putih dan menciptakan minyak anbar dari mutiara putih, dan menuliskan ayat kursi pada minyak anbar tersebut, dan Allah menciptakan (semua itu) dengan keluhuran dan keagunganNya. Barangsiapa mempelajari (membaca) ayat kursi dan memuliakan ayat kursi secara hak, maka Allah akan membukakan 8 ( delapan) pintu surga dan engkau boleh memasuki pintu manapun yang engkau kehendaki sebagaimana tertera dalam kitab Tafsir Mujirul Ulum”.
Rosulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah swt menciptakan mutiara yang putih dan menciptakan minyak anbar dari mutiara putih, dan menuliskan ayat kursi pada minyak anbar tersebut dengan 2 asma Allah (Ya Hayyu dan Ya Qoyum) dengan keluhuran. Barangsiapa membaca ayat kursi setiap bakda solat, maka akan dibukakan 8 pintu surga dan engkau boleh memasuki pintu manapun yang engkau kehendaki sebagaimana tertera dalam kitab Samsul Ma’arif”.
Barangsiapa menjaga keistiqomahan dalam membaca ayat kursi setiap hari sebanyak 50 kali (sebagaimana jumlah kalimat dalam ayat kursi yakni ada 50 kalimat) atau sebanyak 170 kali (sebagaimana jumlah huruf dalam ayat kursi ada 170 huruf), maka Allah swt akan membukakan pintu rizki, pintu kebagusan, dan pintu kebaikan sebagaimana Allah swt membukakan 8 pintu surga pada orang yang membaca ayat kursi sebagaimana termaktub dalam kitab Tafsir Ayat Kursi.
Diriwayatkan oleh Imam Hasan dan Sam’un dari Aisyah RA bahwasannya ada seorang laki-laki yang datang ke Rosulullah SAW lantas mengadukan permasalahan rumah tangganya yang jauh dari keberkahan (selalu merasa kurang). Rosulullah SAW bertanya: “Apakah kamu membaca ayat kursi?”. Laki-laki tersebut menjawab, “Tidak”. Lalu Rosulullah SAW berakata: “Apabila engkau tidak membaca ayt kursi sebelum makan makanan dan lauk pauk, maka Allah SWT tidak memberikan keberkahan pada makanan dan lauk pauk tersebut sehingga engkau tidak merasa cukup (kenyang). Allah swt memberikan keberkahan pada tiap barang (termasuk makanan dan lauk pauk) yang dibacakan ayat kursi sehingga dengannya engkau merasakan keberkahan dan berkembang/ pertambahan nikmat, sebagaimana termaktub dalam kitab Duril Mansur”.
Ahli Khowas (orang yang dikaruniai keistimewaan) berkata “Hasil ayng berkah dan berkembang itu tiada lain karena engkau membacakan ayat kursi pada makanan tersebut (walau sedikit) atau gandum atau jagung atau beras atau selain makanan tersebut”.
Berdasarkan hadits-hadits di atas yang tertera dalam kitab Khozinatul Asror, dapat diketahui bahwasannya sungguh mulia keutamaan dari membaca Ayat Kursi. Maka hendaklah bagi kaum muslimin terlebih yang sudah mengetahui keutamaan membaca ayat kursi, untuk senantiasa mengamalkan membaca ayat kursi dengan niatan yang lurus bahwasannya segala sesuatu terjadi atas kehendak Alllah SWT melalui perantara salah satunya dengan membaca ayat kursi secara istiqomah setiap hari sebanyak 50 kali atau 170 kali. Semoga dengan menjaga keistiqomahan dalam mengamalkan membaca ayat kursi, Allah swt senantiasa memberikan kemudahan dalam segala urusan kita, keberkahan, kedudukan serta kemuliaan baik kemuliaan di hadapan Allah maupun kemuliaan di hadapan manusia. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.


*****
UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai rasa takdim penulis, penulis ucapkan terimakasih pada Abah KH. Muharor Ali selaku pengasuh PP. Khozinatul Ulum sekaligus guru yang mengampu dalam kajian kitab Khozinatul Asror. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmadNya kepada beliau, memberikan nikmat panjang umur, melimpahkan rizkinya, dan memuliakannya sebagai golongan orang-orang beruntung. Semoga Allah swt senantiasa memuliakan para guru penulis, memberikan rahmad dan kasihNya sebab melalui perantara gurulah seorang murid dapat memahami suatu ilmu hingga dapat mengamalkannya. Mohon doanya semoga penulis senantiasa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya, dapat bermanfaat di sepanjang hayatnya, dan dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan semoga akhir hayat kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.
   Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, silahkan dishare. Semoga dengan membagikan tulisan ini dapat menjadi amal jariyah penulis jua guru penulis serta orang yang membagikan tulisan ini. Mohon doanya semoga penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan senantiasa bermanfaat, serta menjadi santri yang berhasil dalam menimba ilmu serta tawadhu’. Tulisan ini tidaklah sempurna, sebab penulispun jua manusia yang tak luput dari dosa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulis pertimbangkan pada penulisan selanjutnya. Saran dan kritik: WA 085725784395/ email. halimahundip@gmail.com. Semoga bermanfaat.  
Tiada yang lebih utama dari sebuah ilmu yakni ilmu yang diamalkan dan dibagikan pada kaum muslimin lainnya. Maka atas setiap ilmu yang kau dapatkan, ajarkan pula pada yang lainnya sebagai jalan dakwahmu akan kebaikan sembari engkau amalkan.   

REFERENSI:     
Syeh Muhammad Haqi An Nadzili. Kitab Khozinatul Asror. Bab Sebab Turunnya Ayat Kursi. Halaman 127-128.