HALIMAH BINTI MASDARI

Tampilkan postingan dengan label Kompetensi Guru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kompetensi Guru. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 Desember 2021

KIPRAH HALIMAH SEBAGAI PENGGERAK MOTIVASI DAN PRESTASI ANAK UNTUK MAJUKAN LITERASI MADRASAH DI MTS KHOZINATUL ULUM BLORA

 

KIPRAH HALIMAH SEBAGAI PENGGERAK MOTIVASI DAN PRESTASI ANAK UNTUK MAJUKAN LITERASI MADRASAH DI MTS KHOZINATUL ULUM BLORA

*****     

Oleh: Dewi Nur Halimah, S.Si             

Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Khozinatul Ulum Blora             

*****   


Dewi Nur Halimah atau akrab disapa dengan panggilan Halimah lahir pada 7 April 1994. Ia adalah putri sulung dari pasangan suami istri Masdari dan Mahzunah. Pemudi Blora itu adalah alumni Universitas Diponegoro (UNDIP) dari jurusan Biologi angkatan 2012 dan lulus 2016 dengan IPK 3,76. Halimah merupakan GTT di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Khozinatul Ulum Blora yang mengampu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).        

Berbincang soal literasi, sebagai duta pustaka Kabupaten Blora tentu menarik perhatian Halimah untuk turut serta mengambil peran dalam memajukan literasi daerah. Perlu diketahui bahwa budaya menulis di Indonesia masih tergolong lemah. Budaya menulis yang rendah diawali dengan minat baca yang juga rendah. Hal itu lantaran minat baca sangat berpengaruh bagi minat menulis seseorang. Orang yang senang membaca mempunyai persentase menulis lebih besar daripada yang minat bacanya rendah. Ide dari seseorang menulis umumnya bersumber dari apa yang dialami langsung dan apa yang dia baca, jika salah satunya tidak ada maka untuk menuju ke arah suka menulis itu menjadi kecil kemungkinannya, apalagi menuju menjadi penulis yang berkualitas.

Berdasarkan data UNESCO, persentase minat baca Indonesia sebesar 0,01 persen. Artinya dari 10.000 orang, hanya satu saja yang memiliki minat baca (membaca dalam keseriusan tinggi). Belum lagi data dari study “Most Littered National In The Word” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada maret 2016 yang menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat baca. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia yakni menduduki peringkat ke-3 setelah China dan India dalam hal kepadatan penduduk. Ironisnya jumlah penduduk yang padat tidak berbanding lurus dengan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia.

Kualitas SDM Indonesia masih tergolong rendah, hanya beberapa yang memiliki kapasitas mumpuni dan ahli dalam bidangnya. Kualitas SDM Indonesia juga tercermin dari jumlah minat baca penduduk Indonesia. Bila kita telusuri, minat literasi di Indonesia masih terbilang sangat rendah. Bila dibandingkan dengan negara lain di dunia, budaya membaca di Indonesia jelas tertinggal jauh. Bahkan Indonesia tidak termasuk dalam 10 besar negara yang selama ini lebih maju dalam soal melek huruf. Hal ini terbukti bahwa di Indonesia angka bermain lebih tinggi dari pada angka membaca. Berdasarkan data Programme for International Student Assessment (PISA) 2012, Indonesia juga berada di peringkat 60 dengan skor 396 dari total 65 peserta negara untuk kategori membaca. Sementara skor rata-rata internasional yang ditetapkan PISA adalah 500. Di negara Asia Tenggara, kemampuan terbaik literasi membaca dipegang Singapura yakni di peringkat ke-3 dengan skor 542. Adapun Malaysia ada di atas Indonesia dengan peringkat 59 dengan skor 398.                            

Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, salah satunya juga terjadi di wilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Berdasarkan data dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Blora (DPK), jumlah pengunjung perpustakaan mengalami kemerosotan. Jumlah pengunjung perpustakaan pada Agustus 2017 mencapai 10.624 jiwa. Pada bulan September 2017 menjadi 12.828 jiwa, dan bulan Oktober meningkat menjadi 14.557 jiwa. Namun pada bulan November 2017, jumlah pengunjung perpustakaan menurun drastis menjadi 6.247 pengunjung dan pada bulan Desember 2017 menurun menjadi 6.133 pengunjung. Rendahnya angka jumlah pengunjung perpustakaan ini menunjukkan rendahnya minat baca masyarakat Kabupaten Blora. Jumlah minat baca yang di bawah 20.000 jiwa ini cukup rendah persentasenya bila dibandingkan total jumlah penduduk kabupaten Blora sebanyak 848.369 jiwa yang terdiri dari 417.582 jiwa laki-laki dan 430.787 jiwa perempuan.

Minat baca yang rendah pun juga dapat dilihat di lingkungan Madrasah Tsanawiyah Khozinatul Ulum Blora. Hanya segelintir anak (sekitar 10-20 anak dari ratusan anak) yang memiliki motivasi tinggi untuk membaca. Kendati demikian, masih ada beberapa anak yang rutin menyambangi perpustakaan sekedar untuk memperluas wawasan. Rendahnya minat baca anak di MTs Khozinatul Ulum Blora disebabkan oleh fasilitas sekolah yang kurang memadai dikarenakan oleh keterbatasan dana Yayasan. Sehingga sekolah MTs (Madrasah Tsanawiyyah) dan MA (Madrasah Aliyah) yang satu atap dan seharusnya memiliki perpustakaan sendiri-sendiri, perpustakaannya hanya satu dan digabung. Jadi antara anak MTs dan MA Khozinatul Ulum Blora apabila ke perpustakaan harus bergantian. Padahal waktu istirahat sangat singkat, sekitar 15 menit. Terkadang hal ini membuat anak enggan pergi ke perpustakaan  karena untuk meminjam buku antrinya sangat lama.   

Selain faktor rasa malas yang menjadi penyebab rendahnya minat baca anak, faktor sarana dan prasarana juga sangat penting untuk diperhatikan. Perlu adanya peran serta pemerintah untuk membantu meningkatkan minat baca anak, khususnya anak-anak di lingkungan Yayasan Khozinatul Ulum Blora termasuk di MTs Khozinatul Ulum Blora, dengan memfasilitasi buku-buku dan sarana yang diperlukan anak agar tertarik untuk membaca. Beberapa faktor yang mendorong anak enggan membaca di perpustakaan diantaranya; kondisi fasilitas perpustakaan yang belum memadai dengan buku-buku yang tersedia di perputakaan belum lengkap, ruangan perputakaan MTs - MA yang masih digabung, sistem pelayanan perpustakaan yang belum mampu menarik minat baca anak, dan juga kesempatan anak membaca masih terbatas. Perlu diketahui bahwasannya anak-anak pondok yang juga sekolah pagi (baik di Madrasah Tsanawiyyah maupun di Madrasah Aliyyah), mayoritas menghabiskan waktunya untuk mengaji, jadi ketika ada waktu senggang sedikit mereka akan lebih tergiur untuk bermain dalam rangka menghibur diri (refreshing) daripada membaca. Jadwal anak-anak pondok sangatlah padat, dari pagi hingga siang mereka sekolah pagi, siang hingga sore mereka sekolah madrasah diniyyah sore, malamnya mengaji hingga larut malam, bahkan waktu belajar pun sangat minim, tergantung pandai-pandainya anak menyempatkan waktu senggangnya yang singkat untuk belajar.

Bukan hanya itu, untuk mandi dan makan, anak-anak harus antri bahkan ada beberapa anak yang tak sempat sarapan langsung sekolah. Alhasil, ketika istirahat mereka memanfaatkan waktunya untuk jajan dan membeli sarapan sehingga mereka tidak sempat berkunjung ke perpustakaan untuk membaca. Hal ini sangat maklum, mengingat padatnya jadwal sekolah dan jadwal pondok. Meskipun demikian, berdasarkan pengalaman Halimah selama mengajar sekitar 4 tahun hingga saat ini di Khozinatul Ulum Blora, masih ada beberapa anak yang semangatnya tinggi untuk belajar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Halimah yang juga merupakan guru di MTs Khozinatul Ulum mendorong anak untuk memiliki minat baca dan tulis yang tinggi. Pada hakekatnya, gerakan persuasif budaya literasi yang Halimah lakukan tiada lain dilatarbelakangi oleh rendahnya angka minat baca dan tulis anak-anak di  MTs Khozinatul Ulum Blora. Halimah turut prihatin akan kondisi tersebut dan mengambil andil untuk memajukan minat baca dan tulis anak-anak di  MTs Khozinatul Ulum Blora melalui “Gerakan Literasi Madrasah (GELISAH)”. Strategi Halimah untuk menarik anggota agar anak-anak MTs (Madrasah Tsanawiyah) Khozinatul Ulum Blora tertarik untuk bergabung mengikuti bimbingan menulis adalah dengan memberikan teladan pada siswa-siswi bahwa gurunya yang mendirikan bimbingan menulis juga memiliki minat baca dan tulis yang tinggi.

Sebelum mengubah minsed anak-anak agar memiliki minat baca dan tulis yang tinggi, Halimah telah menyusun beberapa strategi:

1.      Memberikan teladan rajin membaca

Ada istilah Jawa yang berbunyi:

Guru iku digugu lan ditiru

(Guru itu didengarkan perintahnya dan diteladani sikapnya)

Pepatah Jawa tersebut bukanlah sembarang kata melainkan mengandung sebuah filosiofi yang dalam tentang guru bahwasannya apa yang dilakukan guru berpengaruh pada anak didiknya. Hal ini mengingat guru adalah teladan bagi anak yang dicontoh sikap dan tutur katanya. Oleh karena itu, di keseharian Halimah yang berprofesi sebagai guru juga rajin membaca baik membaca artikel, buku, kitab maupun bacaan lainnya.   

2.      Memberikan teladan gemar menulis

Untuk mengajak anak-anak agar mau mengikuti dan melakukan ajakan kita, strategi terbaik adalah dengan memberikan bukti nyata berupa teladan sikap maupun karya. Kata tanpa bukti (teladan) adalah omong kosong sebab orang akan lebih percaya pada bukti daripada sekedar perkataan. Maka dari itu, sebelum mengajak dan mensosialisasikan bimbingan menulis, Halimah telah memberikan teladan berupa:

  1. Dewi Nur Halimah yang merupakan pembimbing “Gerakan Literasi Madrasah (GELISAH) memberikan teladan pada siswa dengan berhasil menerbitkan 15 buku ber-ISBN.












b. Halimah merupakan duta pustaka Kabupaten Blora yang juga duta Rumah Baca Alky

Selain menjadi guru di MTs Khozinatul Ulum Blora, Halimah adalah duta pustaka di Kabupaten Blora yang menggerakkan pemuda untuk membaca di lingkungan wilayah Kabupaten Blora. Selain itu, ia juga didapuk sebagai duta baca di Rumah Baca Alky. Ini bisa menjadi inspirasi bagi anak didik untuk rajin membaca dan menulis agar bisa meniru jejak gurunya.

3.      Memberikan teladan prestasi

Prestasi Halimah dari SD hingga SMA adalah ia selalu mendapatkan peringkat pertama di kelas. Saat SD, ia terpilih sebagai siswa teladan yang mewakili sekolahnya, menjuarai lomba pidato, dan cerdas cermat. Saat SMP, Halimah mendapatkan peringkat 3 paralel. Saat SMA ia pernah menjuarai lomba pidato dan lomba  cerdas cermat. Ia juga dinobatkan sebagai juara paralel II jurusan IPA di SMA N 1 Tunjungan. Prestasi itu pun kian berlanjut hingga di bangku perkuliahan. Prestasi yang Halimah raih saat menjadi mahasiswa diantaranya; juara 1 lomba Tilawah Loketa Tingkat UNDIP 2013, Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional SIPPI “Semarak Inovasi Perkembangan Pertanian Indonesia” 2013 di IPB, Juara 2 Lomba Tutorial Hijab 2013 dalam “International Hijab Day” di UNDIP, Juara 2 Lomba Tilawah 2014 Tingkat UNDIP, Juara 1 Lomba Sociopreneur Tingkat Nasional Healt in Campus di UI pada tahun 2014, Lolos PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan) 2013 didanai tahun 2014,  Juara 3 Lomba Teknik Terapan RRI Semarang 20154, Delegasi UNDIP dalam FORBIMINAS (Forum Bidikmisi Nasional) 2014 sebagai delegasi UNDIP, Mendapatkan Gold Medal dalam IYIA (International Young Inventors Award) 2015, Lolos PKM-P (Program Kreativitas Mahasiswa- Penelitian) 2014 didanai tahun 2015, Lolos PKM-M (Program Kreativitas Mahasiswa- Pengabdian) 2014 didanai tahun 2015, Lolos Lomba Hibah Penelitian Mahasiswa 2015, Lolos pendanaan lomba PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) 2015, dan sederet prestasi-prestasi lainnya pada saat kuliah. Lalu prestasi yang ia raih saat menjadi guru sejak 2017 adalah ia dinobatkan sebagai “Best Inspiring Woman 2018” versi Tabloid Pendidikan Indonesia Edisi Februari-Maret 2018, juara 1 lomba Autobiografi Nasional 2018, juara 2 Best Inspiring Women 2018 versi JMF (Jama’ah Muslim FISIPOL) UGM, dan didaulat sebagai duta baca Kabupaten Blora 2018-2019, Finalis Lomba Karya Ilmiah Santri dalam HSN 2019, delegasi satu-satunya guru dalam Guru Menulis Buku Keliling Nusantara 2019, Juara Harapan 1 Lomba Karya Ilmiah Guru Madrasah Teladan Nasional oleh LP Ma’arif NU Jateng 2019, menerbitkan 10 ISBN buku selama 2020-2021. Dengan prestasi-prestasi tersebut menjadi kekuatan Halimah untuk mengajak anak-anak agar tertarik bergabung mengikuti bimbingan menulis untuk meniru jejak gurunya.

Mengubah kebiasaan anak-anak yang malas membaca menjadi rajin membaca tentu bukanlah hal mudah. Apalagi bila mengajak anak-anak agar bisa menggulirkan karya sastra dan ilmiah, tentu bukanlah hal mudah sehingga dibutuhkan kinerja yang ekstra dan strategi yang bagus untuk memicu anak agar terangsang membaca dan menulis. Maka dari itu, sebelum mengadakan bimbingan dan pelatihan penulisan karya sastra dan ilmiah, Halimah memberikan motivasi berupa video atau menceritakan  kisah-kisah kesuksesan seorang tokoh pada anak-anak MTs (Madrasah Tsanawiyah) Khozinatul Ulum Blora. Beberapa langkah yang Halimah lakukan sebelum melakukan bimbingan diantaranya:   

1.      Memberikan motivasi berupa video motivasi kisah sukses para pejuang dan menceritakan kisah-kisah sukses orang yang rajin membaca dan menulis, selalu berusaha, dan pantang menyerah termasuk juga mencontohkan kisah Halimah agar mereka lebih percaya serta terpicu untuk meraih mimpi-mimpinya seperti para pejuang sukses yang dilihatnya di video serta yang didengarnya dari cerita Halimah.

2.      Memberikan trik-trik agar menjadi sang juara yang prestatif dan berakhlak. 

3.      Melatih dan membimbing anak rutin tiap sepekan sekali  .

4.      Mengikutsertakan karya anak dalam ajang perlombaan tingkat pelajar dan mendorong anak untuk menulis buku.

Banyak anak yang menyambut baik hadirnya bimbingan menulis. Hal tersebut mulai terlihat dari tanggapan positif anak-anak yang mendaftar mengikuti kegiatan tersebut dan antusiasme anak mengikuti bimbingan. Satu persatu anak-anak mulai berdatangan, dan dari tiga orang, lalu pesertanya menjadi 12 orang hingga pesertanya kini telah lebih 30 orang.  Perubahan sikap dari anak-anak melalui proses yang cukup lama dari yang acuh terhadap belajar hingga menjadi anak yang kreatif dan berprestasi.

Sembari bimbingan, untuk menjalin kedekatan dengan anak biasanya Halimah selingi dengan memutar musik kesukaan anak agar anak tidak merasa jenuh. Selain itu, kegiatan yang dilakukan untuk memacu semangat anak dalam meningkatkan budaya literasi baca tulis adalah memotivasi anak untuk aktif mengikuti lomba. Terlebih sekarang hampir tiap bulan selalu ada lomba, baik lomba yang berkaitan dengan akademik (seperti lomba karya tulis, lomba cerpen, lomba puisi, lomba esai, dll). Selain itu, Halimah juga memaparkan beberapa keuntungan bila anak mengikuti lomba seperti:                           

1.      Dengan mengikuti lomba akan melatih kita rajin membaca sehingga wawasan kita semakin luas.

2.      Mendapatkan jaringan yang luas dengan teman-teman baru yang ditemui di perlombaan.

3.      Membanggakan kedua orangtua serta membawa nama baik sekolah.

4.      Mendapatkan hadiah kalau menang sehingga bisa ditabung ataupun untuk membeli hal-hal yang kita sukai secara mandiri tanpa meminta orangtua.

5.      Lebih dekat dengan guru terutama pembina dan pembimbing lomba.

Halimah terinspirasi untuk mengembangkan dan meningkatkan minat baca tulis anak-anak di MTs Khozinatul Ulum Blora karena Halimah melihat adanya potensi yang besar dari anak-anak, hanya saja sebagian besar dari mereka dikalahkan oleh rasa malas. Halimah berani mengatakan demikian karena saat ia menghadiri “Pengajian Akbar Peringatan Maulid Nabi”, ia melihat adanya bakat-bakat cemerlang anak apabila dikembangkan, mulai dari pidato bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, rebana semua ada di sini, tinggal mengembangkan dan merubah kebiasaan anak yang malas menjadi lebih giat dalam berlatih dan membaca. Halimah yakin, ke depan anak-anak yang turut bergabung dalam bimbingan menulis dapat mewujudkan mimpi demi mimpinya dengan ikhtiar mereka yang luar biasa pantang menyerah dan terus mencoba. Memulai memanglah sulit, begitulah yang terlintas dibenak Halimah saat pertama kali merintis bimbingan menulis. Namun ketika sudah berjalan, semua berjalan dengan lancar dan baik.

Alhamdulillah, bimbingan menulis yang Halimah rintis atas persetujuan Kepala Madrasah MTs Khozinatul Ulum Blora semakin hari semakin banyak peminatnya, anak-anak yang tertarik untuk mengikuti bimbingan pun semakin bertambah jumlahnya. Kendala yang penulis temui selama membimbing anak-anak diantaranya; a) Keterbatasan jumlah komputer yang tersedia untuk browshing materi yang diperlukan dalam pembuatan esai dan karya tulis, sehingga untuk penulisannya anak harus bergantian antara satu dan yang lainnya. b) Buku-buku pendukung materi anak masih belum memadai dan kurang, perlu adanya tambahan  buku yang sesuai dengan materi yang diperlukan anak. c) Kenyamanan ruang yang tidak gaduh agar anak bisa konsentrasi berkarya. Namun semua kendala tersebut dapat Halimah siasati dengan memberikan motivasi pada anak agar anak tetap memiliki minat baca dan tulis yang tinggi serta semangat mengukir prestasi meskipun di tengah keterbatasan sarana dan prasarana madrasah. Keterbatasan komputer, penulis siasati dengan pembuatan jadwal gantian penggunaan komputer. Buku-buku referensi yang tidak lengkap, penulis substitusi dengan mengajarkan anak agar mendownload sumber referensi dari jurnal melalui browshing.      

Alhamdulillah bimbingan menulis memberikan hasil yang cukup memuaskan pada anak-anak yang mengikuti bimbingan. Prestasi-prestasi anak-anak bimbingan diantaranya:

1.      Membuat buku Antologi Puisi karya anak kelas VIII (Delapan) MTs Khozinatul Ulum Blora.







 

2.      Diliput Wartawan dalam musikalisasi puisi sosialisasi buku karya anak MTs 2018.

3.      Buku Antologi ditulis 4 siswa (Mauladi Pratama, Nur Salam, Luhtfia Nisfi Mahabbah, dan Rohmatul Mar’ati Hidayah.




Antusiasme anak mengikuti bimbingan kian bertambah seiring dengan prestasi anak yang semakin meningkat sehingga mendorong anak yang belum mengikuti bimbingan tertarik untuk mengikuti bimbingan. Prestasi demi prestasi diraih oleh anak binaan, hingga proses yang telah dilalui, diharapkan dapat berkelanjutan. Tidak hanya berbasis small change, namun mampu membawa perubahan yang lebih baik dan signifikan bagi dunia pendidikan. Bukti kecil ini tidak hanya untuk memberikan semangat dan melibatkan diri dalam program “Memajukan Pendidikan Indonesia”. Namun lebih bagaimana  mengisnpirasi anak untuk lebih giat membaca dan menulis sehingga menjadi anak yang unggul dan prestastif serta berdaya saing tinggi. Halimah sadar bahwa salah satu kompetensi guru bukanlah hanya menjadi guru berprestasi saja tetapi juga mencetak generasi yang berprestasi (memberdayakan murid untuk berkarya). Guru abad 21 harus kreatif, inovatif, dan solutif dalam memecahkan masalah-masalah yang dijumpai di lapangan saat mengajar. Jadikan masalah dan keterbatasan sebagai langkah inovatif untuk menemukan solusi. Bergerak bersama majukan dunia pendidikan Indonesia.