HALIMAH BINTI MASDARI

Tampilkan postingan dengan label Agrobisnis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agrobisnis. Tampilkan semua postingan

Kamis, 18 Juni 2020

PROSPEK AGROBISNIS SAYURAN DAN BUAH ORGANIK BAGI PEMUDA

PROSPEK AGROBISNIS SAYURAN DAN BUAH ORGANIK BAGI PEMUDA
*****
Oleh: Dewi Nur Halimah


Gambar 1. Sayuran dan Buah Organik
(Sumber: https://www.sembago.com/supplier-sayuran-dan-buah-organik-segar/). 

Berbincang soal pemuda milenial, mayoritas pemuda bermimpi menjadi pegawai kantoran, PNS (Pegawai Negeri Sipil), atau karyawan BUMN. Tampak necis, berdasi, kerja di bawah atap, terhindar panas terik matahari terlebih bila ruangan ber-AC. Idealisme pemuda yang enggan berpanas-panasan, terjun lapangan menjadikannya enggan bekerja menjadi petani. Bayangan pemuda milenial, menjadi petani itu menyusahkan, harus panas-panasan di sawah,  capek, hitam, dekil, dan kotor. Hal inilah yang menjadi pemicu mayoritas pemuda enggan untuk bertani atau berbisnis pertanian.

Beberapa faktor yang menyebabkan generasi milenial enggan bergerak di bidang pertanian diantaranya:
  • Prospek petani rendah. Hasil pertanian tidak sebanding dengan banting tulang (kerja keras mulai penyebaran benih, penanaman, pemupukan dan biaya perawatan hingga pemanenan). Mengutip data Sakernas pada Agustus 2019, upah buruh di sektor pertanian per bulan rata-rata Rp 2.031.206 jauh lebih rendah dibanding upah buruh di sektor lainnya. Masalah upah juga membuat sektor pertanian menjadi tidak dilirik.
Gambar 2. Rata-Rata Gaji Tenaga Kerja Menurut
Jenis Pekerjaan Utama 2016 (Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/
01/30/2016-gaji-pekerja-pertanian-masih-rendah). 

Gambar 3. Perkembangan Upah Buruh Nasional
2019 (Sumber: https://bisnisnews.id/detail/berita/upah-buruh-nasional-november-2019-naik-tipis). 

Gambar 4. Rata-Rata Upah Buruh Berdasarkan Jenis Lapangan Pekerjaan Utama (Sumber: Sakernas 2019).
  • Teknologi yang digunakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia masih konvensional.
  • Kebijakan pemerintah masih tahap uji coba dimana selalu membuat petak percontohan di setiap desa terhadap komoditas pertanian. Sehingga hal ini berdampak pada kurangnya kepercayaan pemuda pada prospek pertanian.
  • Urbanisasi ke kota lebih menjanjikan. Banyak pemuda milenial lebih tergiur kerja menjadi karyawan di perusahaan atau PNS (Pegawai Negeri Sipil) dibandingkan bekerja sebagai petani atau bisnis pertanian. 
Gambar 5. Tingkat Urbanisasi di Indonesia
(Sumber: BPS 1990-2010).

Gambar 6. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035
(Sumber: BPS 2010-2035).
  • Alih fungsi lahan pertanian menjadi rumah pemukiman yang berdampak kurangnya lahan untuk bertani.  Data Kementerian ATR/BPN menunjukkan pada 2018 luas baku sawah di Indonesia tinggal 7,1 juta hektar (ha) atau turun dibandingkan 2013 yang masih 7,75 juta ha. Pada sisi lain, upaya pemerintah melalui Kementerian Pertanian untuk program cetak sawah hanya mampu menghasilkan sekitar 60 ribu ha sawah tiap tahunnya. Dengan begitu, Indonesia mengalami defisit sawah hampir sekitar 350 ribu ha selama 5 tahun terakhir.
Jumlah penduduk yang bekerja di bidang pertanian kian tahun semakin berkurang. Bukan hanya itu, rata-rata usia produktif petani Indonesia adalah 45 tahun ke atas sehingga Indonesia terancam krisis pertanian. Jumlah pemuda yang mau bertani atau menggeluti bisnis pertanian kian langka.

Gambar 7. Jumlah Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2003 dan 2010 (Sumber: https://www.kompasiana.com/jokoade/
54f3f6277455137c2b6c83f7/sektor-pertanian-indonesia-lumpuh). 

Sektor pertanian Indonesia terancam terkontraksi karena krisis petani. Indonesia diprediksi mengalami krisis jumlah petani dalam kurun waktu 10-15 tahun mendatang. Alih generasi sektor pertanian kepada kaum milenial menjadi perhatian serius. Saat ini, Indonesia menghadapi ancaman besar yang bernama krisis pertanian. Penyebabnya yaitu krisis jumlah petani, alih fungsi lahan pertanian, dan urbanisasi yang tinggi.

Data BPS menunjukkan, jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan terus menurun jumlahnya. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir saja jumlah pekerja di sektor pertanian turun dari 33% menjadi 29%.

Penurunan pekerja sektor pertanian ini berpotensi memengaruhi produksi komoditas pangan nasional. Kesenjangan antara jumlah produksi dengan jumlah permintaan inilah salah satunya yang menyebabkan tingginya harga komoditas pangan. Padahal, konsumsi buah dan sayuran tiap masyarakat Indonesia mengacu data BPS 2016 mencapai 173 gram per hari, lebih kecil dari angka kecukupan gizi Badan Kesehatan Dunia (WHO), 400 gram per hari.

Tingginya kebutuhan akan sayuran dan buah tiap hari ini merupakan peluang bisnis bagi pemuda milenial. Selain menjanjikan juga memiliki prospek masa depan yang cerah. Seiring dengan kemajuan zaman, kesadaran manusia akan kesehatan semakin meningkat. Permintaan sayur dan buah organik semakin meningkat. Sebagian orang sudah mulai memiliki kesadaran bahwa memgonsumsi sayur dan buah bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan lapar, lebih dari itu untuk menjaga kesehatan tubuh dan mencukupi kebutuhan gizi.

Sayur dan buah menjadi kebutuhan yang wajib disiapkan dalam menu makan keluarga karena memiliki banyak sekali kandungan gizi didalamnya dan tentunya baik untuk kesehatan tubuh. Inilah mengapa bisnis sayuran dan buah-buahan dapat menjadi sebuah peluang usaha yang menguntungkan. Keuntungan lainnya adalah  bisnis ini bisa dimulai dengan modal kecil. Apalagi jika memiliki lahan sendiri untuk menanam sayur, akan lebih menguntungkan. Agrobisnis sayuran dan buah ini juga merupakan bisnis jangka panjang yang memiliki prospek bagus karena bisnis ini tidak kenal musim, setiap hari sayuran dan buah akan selalu dibutuhkan oleh setiap orang.

Beberapa tips untuk menjaga agar agrobisnis sayuran dan buah lancar diantaranya:
  1. Sortir sayuran dan buah berdasarkan ukuran, kualitas bagus buruk, dan warna buah.
  2. Kemas buah dengan plastik yang diberikan lubang agar sayuran dan buah awet segar dan tidak mudah busuk.
  3. Jaga kualitas kebersihan dan kerapian produk sayuran dan buah untuk menarik pelanggan.
  4. Berikan harga yang bersaing dengan kompetitor produk serupa. Tidak terlalu mahal juga tidak terlalu murah, sesuai harga di pasaran. 
  5. Berikan pelayanan terbaik ke konsumen (ramah, jujur, amanah, kualitas produk bagus).
Proses penanaman, pemeliharaan, pemanenan hingga pengemasan sayur dan buah organik yang baik perlu diimbangi dengan pemasaran (marketing) dan distribusi yang baik agar bisnis berjalan dengan lancar. Berikut adalah tips untuk memasarkan produk sayur dan buah organik:
  1. Kerjasama dengan mendatangi hotel-hotel, rumah makan, dan restaurant dengan menawarkan kerjasama dengan juru masak dan owner untuk menjadi supplier tetap sayur dan buah untuk konsumsi di hotel, rumah makan, dan restaurant tersebut. 
  2. Tawarkan juga produk lain, misalnya starter kit hidroponik untuk meyakinkan bahwa produk yang dijual adalah sayuran dan buah organik. 
  3. Bekerjasama dengan pegawai dan pimpinan agrowisata agar penjualan tiket masuk agrowisata sekaligus sepaket dengan starter kit hidroponik atau sayuran dan buah organik.
  4. Menjalin hubungan baik dengan petugas toko langganan dengan bertatap muka secara langsung untuk menjaga kehangatan saat ngobrol dengan konsumen. 
  5. Bekerjasama untuk menjadi pemasok tetap di toko sayuran di pasar swalayan dan di supermarket. 
  6. Memantau pesaing dengan mengamati produk-produknya. Bila ada produk baru, maka segeralah menelusuri peluang pasar dan cara mendapatkan bibitnya.  Rekomendasikan produk baru itu ke bagian produksi agar segera dibudidayakan. 
  7. Kemasan didesain dengan cantik agar konsumen langsung jatuh hati pada pandangan pertama.
  8. Untuk menghindari kerugian dalam bisnis pertanian yang disebabkan karena produk yang tidak terjual, maka survei kebutuhan pasar terlebih dahulu dilakukan. Jangan menanam dulu baru memikirkan pasarnya, tetapi mengamati kondisi pasar, volume permintaan, baru mulai menanam produk-produk yang dibutuhkan. 
  9. Bekerjasama dengan BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) untuk menyediakan starter kit hidroponik serta mengikuti pameran pertanian yang diadakan BPTP bersama Kementan.
Nah setelah membaca ulasan di atas, sekarang sudah tahu bukan bahwa agrobisnis sayuran dan buah organik sangat prospektif. Dengan stragegi yang matang, peluang pasar dapat diperoleh omset yang besar berkali-kali lipat 😊