HALIMAH BINTI MASDARI

Kamis, 06 Maret 2025

JUJUR DAN TERBUKA SAMA ISTRI MEMBAWA BERKAH, SEBALIKNYA MEMBOHONGI ISTRI MEMBAWA PETAKA

 JUJUR DAN TERBUKA SAMA ISTRI MEMBAWA BERKAH, SEBALIKNYA MEMBOHONGI ISTRI MEMBAWA PETAKA


Akhir November 2024, tepat saat aku hamil 5 bulan. Suamiku ketahuan kholwat ajnabiyah dan membohongiku dengan perempuan bernama Silvi. 

1. Silvi menghubungi suamiku untuk mengaji. Bisakah mengajar mengaji, dia lihat poster iklan guru mengaji privat. Tapi di sini Silvi salah, di poster lelaki menghubungi admin lelaki. Perempuan menghubungi admin perempuan. Ternyata Silvi memilih menghubungi admin lelaki, suamiku. Fyi, Silvi ini perempuan berhijab yang hijabnya dililit dileher, payudaranya nampak besar. Nggak beda jauh sama style Bu guru salsa yang viral. Bedanya dia tidak mesum. 

2. Suamiku mengiyakan dan langsung siap mengajar Silvi. Dia izin aku tapi bohong, bukan jujur sejak awal. Suamiku bilang:
"Dek, aku dapat murid ngaji perempuan. Usia muda, tapi tua dan jelek. GPP ya aku ngajar, soalnya kan kamu murid udah banyak banget. Biar aku dapat murid"

Kujawab:
"GPP mas, asal profesional. Semoga berkah". Bahkan suamiku juga kubelikan kitab iqra sebagai bahan untuk mengajar. 

Perlu kalian tahu, aku dilarang upload foto wajah (tanpa ditutup stiker atau pakai cadar) di sosmed (FB, Instagram, Tiktok) sama suamiku, katanya dosa. Cantik istri untuk suami saja. 
Entah kenapa malam malam aku penasaran pengen buka HP suami, pengen lihat foto profil perempuan yang bernama Silvi Aprilia yang katanya wajah boros, muka tua jelek. Aku buka WA. Kulihat PP-nya, Wallahi dia bukan tua jelek, tapi perempuan muda seksi yang kerudungan dililit di leher. Padahal suamiku melarangku keras upload foto wajah di sosmed dan juga melarang keseharian kalau kegiatan jilbab dililit leher katanya payudara menonjol. Kog ini muridnya seperti ini tidak dinasehati malah semua 5 fotonya di-like. Istri dilarang upload foto dia like foto ajnabiyah seksi. 

Foto Silvi, dia kalau kerudungan dililit leher dan payudara tampak menonjol.

Di situlah aku mulai tak percaya, kucari nama fb Silvi di pertemanan suamiku, ada. Kucek beranda Silvi, kutemukan suamiku like foto Silvi jilboob ada 5. Baru diblokir dan di hapus setelah aku protes. Tapi aku ada bukti semua. Istri dilarang kerudungan dililit manut, aku taat dia. Istri dilarang upload wajah di sosmed manut. Dia malah like foto perempuan seksi. Kalau like tulisan status tanpa foto GPP, asal soal ilmu secara agama pun boleh. Kalau like wajah perempuan seksi secara agama haram. Apalagi dia melarang istri, kog melanggar sendiri diam diam. Aku cek Instagram, dia juga follow Silvi. 

FB Silvi yang diikuti dan mereka berteman sama suamiku sebelum akhirnya diblokir suamiku karena ketahuan aku. 


Bukti suamiku melike foto foto Silvi. Nama akun suamiku dulu izur Halimah, sekarang diganti izur Rahman. Dia melarang istrinya upload wajah di sosmed, tapi like foto wajah perempuan ajnabiyah. Dia melarang istrinya kerudungan dililit katanya payudara nampak bisa ngundang syahwat lelaki, dia like foto Silvi yang jilbabnya dililit. 


Bukti suamiku melike foto foto Silvi. Nama akun suamiku dulu izur Halimah, sekarang diganti izur Rahman. Dia melarang istrinya upload wajah di sosmed, tapi like foto wajah perempuan ajnabiyah. Dia melarang istrinya kerudungan dililit katanya payudara nampak bisa ngundang syahwat lelaki, dia like foto Silvi yang jilbabnya dililit. 


Bukti suamiku melike foto foto Silvi. Nama akun suamiku dulu izur Halimah, sekarang diganti izur Rahman. Dia melarang istrinya upload wajah di sosmed, tapi like foto wajah perempuan ajnabiyah. Dia melarang istrinya kerudungan dililit katanya payudara nampak bisa ngundang syahwat lelaki, dia like foto Silvi yang jilbabnya dililit. 


Bukti suamiku melike foto foto Silvi. Nama akun suamiku dulu izur Halimah, sekarang diganti izur Rahman. Dia melarang istrinya upload wajah di sosmed, tapi like foto wajah perempuan ajnabiyah. Dia melarang istrinya kerudungan dililit katanya payudara nampak bisa ngundang syahwat lelaki, dia like foto Silvi yang jilbabnya dililit. 


Bukti suamiku melike foto foto Silvi. Nama akun suamiku dulu izur Halimah, sekarang diganti izur Rahman. Dia melarang istrinya upload wajah di sosmed, tapi like foto wajah perempuan ajnabiyah. Dia melarang istrinya kerudungan dililit katanya payudara nampak bisa ngundang syahwat lelaki, dia like foto Silvi yang jilbabnya dililit. 

Suami follow akun Instagram Silvi. Nama Instagram suami @arbainman2. Hubungannya mengajar dengan nyari foto sosmed murid apa, apalagi dia melarang istri upload wajah di sosmed. Bukankah memandangi wajah ajnabiyah dan membohongi istri termasuk zina mata dan zina hati. Sungguh sangat menyakitkan. Aku tidak ridho, sesakit ini kepercayaan dibalas kebohongan. 

Pertanyaannya, apa hubungannya mengajar dengan follow akun Instagram dan add friend Instagram, Wallahi tidak ada. Apa hubungannya mengajar dengan kepo sosmed murid lalu like foto-foto seksinya padahal melarang istri upload foto wajah di sosmed dan melarang istri berjilbab dililit karena nampak payudara?. Tidak ada. Suamiku tidak profesional. Aku mengajar ratusan murid, tapi profesional tidak pernah nyari sosmed muridku, kalau VC juga ku loud speaker biar keluarga tahu aku kerja bukan neko neko. Ini suamiku neko neko. Nyeseg dibohongi, ngaku tua, jelek ternyata perempuan seksi. 3 kali dia bohong soal Silvi. Ini terjadi saat aku hamil 5 bulan, sakit banget. Masuknya ini selingkuh dan kholwat, tapi bukan selingkuh farji. Kenapa?  Karena chat dia dihapusi semua supaya aku nggak baca. Harus e terbuka. Dia melarang istri upload foto, dia like foto muridnya yang seksi. Bukan menegur menasehati bahwa itu haram, malah di-like. Di sini aku mulai sering kram dan kejang perutku, sakit banget. Hamil diperlakukan suami seperti ini. Suamiku pendiam, tapi dia suka berbohong padaku 😭😭😭. Wallahi aku tidak ridho. Aku bahkan dipisuhi Silvi "Asu" padahal dia salah, tidak minta maaf malah misuhi. Mereka berdua memang brengsek. 

Bukan hanya bohong soal perempuan, akhir November aku menemukan suamiku berbohong soal keuangan. Selama 6 Agustus 2024-30 November 2024 aku tidak pernah dikasih uang suami. Uang laba dia jualan tidak pernah kuminta, dan dia nggak memberi sebagai kewajiban. Aku belanja pakai uangku sendiri, aku wanita karir dan kebetulan aku sibuk dari pagi sampai malam. Meski sibuk, kewajibanku tetap dijalankan, suamiku meminta jatah tidak pernah kutolak, kebutuhan makanan selalu tersedia. Aku membantu belanja ibuk, adekku yg masak. Lalu matang dikirim ke rumahku sebagian buatku sebagian buat ibuk. Lauk aku belikan juga kalau sore. Qodarullah aku merasa ada yang mengganjal, kula'an sembako itu kutambah uang pribadiku terus. Anehnya, dagangan bukan tambah banyak kog tambah sedikit. Padahal bensin suami kuisikan terus, kuota kuisikan terus tiap bulan sekali. Bensin kuisikan terus sejak januri 2024 - 28 Februari 2025, oli dan service juga pakai uangku. Logikanya jualan tidak terkurangi bensin, service, kuota otomatis dagangan nambah. Ini nggak nambah, laba tidak pernah diberikan istri.  Bukan soal banyaknya, tapi bentuk kejujuran dan tanggung jawabnya meskipun aku berpenghasilan sendiri.

Akhirnya kuaudit laba 6 Agustus 2024-30 November 2024. 

Laba 6 Agustus 2024-26 Oktober 2024

Laba 2 November 2024-30 November 2024. Total 6 Agustus 2024- 30 November 2024 = 861.100 (dibulatkan 860 ribu)

Aneh kan, kebutuhan belanja sudah semua istri. Service dll dan semua kebutuhan istri. Harusnya dia ngasih 860 RB ke istri atau kalau buat kula'an, dagangan tambah banyak. 

Sampai kubuka HP-nya, ternyata diam diam suamiku bikin 2 rekening BRI. Kenapa bikin 2 yang satu gosong karena pembukaan cuman 50 ribu dan nggak pernah ditambah sehingga gosong, habis buat admin. Lalu bikin rekening dan ATM lagi dengan setoran awal 250 ribu. Oh jelas terbukti, laba tidak buat istri, disimpan sendiri ternyata buat bikin rekening. Sebenarnya GPP, kalau jujur dan bilang pinjam dulu uang laba untuk buka rekening, ini ambil langsung. Padahal 70% modal uang warung, yang investasi aku. Ibunya dia cuman ngasih 2 juta. Motor buat jualan dari aku, bensin dari aku, service aku yang biayain, istri nggak dikasih uang belanja neriman penting jujur. Aku nggak sempat minta dan audit karena waktu itu jadwal padat. Ternyata suamiku bohong. Tahu tidak kenapa dia bikin rekening padahal bukan buat jualan online, yang nyuruh ibu mertua atau ibu kandung suamiku. Mertuaku juga bikin biar kalau TF ke ATM suamiku bukan ke ATM ku. Bikin ATM hasil ambil uang warung bersama yg modalnya dari istri. Astaghfirullah. Dan itu permintaan mertuaku. 

Nomor rekening pertama yang gosong karena saldo cuman 50 ribu. Habis kemakan admin dan nggak ada kemasukan karena belum di TF ibunya sehingga bikin lagi. 

Nomor rekening kedua, karena yang pertama gosong. Dengan saldo awal pembukaan 250 rb

Ini saldo awalnya 250 ribu. 

Sakitnya dibohongi. Oh ya laba kan 860 ribuan tuh. Nah baru kepakai 300 ribu buat buka rekening atas suruhan ibunya. Masih 560 ribu belum dikasih aku sampai sekarang. Entah itu disimpan pribadi atau buat tambahan kula'an nggak tahu. Kuharamkan jika disimpan pribadi tanpa jujur ke istri. Kalau buat tambahan dagangan harusnya dagangan nambah, kenapa nggak. Dulu kucecar nggak ngaku, kucecar terus sumpah atas nama Allah dan rosul-Nya baru dia ngaku ambil laba warung. Dan dikembalikan baru 100 RB. Katanya cuman ambil 100 RB dan dikembalikan aku, lah faktanya laba 860 ribu an. Berarti masih 760 ribu yang dibawa dia. 

Katanya buka rekening pakai uang dari umi (ibu mertuaku, ibunya dia) pas dikirim paket mangga, ada uang di kardus. Lah paket pas dibuka kog nggak ada uangnya, wong aku juga lihat pas paket dibuka. Akhirnya ngaku ambil uang warung, cuman ngakunya 100 ribu. Tapi faktanya uang warung nggak ada 860 ribu. Entahlah. Capek dibohongi suami. 

Mertuaku katanya nganggap aku anak sendiri. Kenapa nggak TF ke aku yang jelas udah punya ATM. Nyatanya selama ini dia juga nggak pernah bantu belanjaku kan. Nafkah kewajiban suami, ketika suami tidak mampu harusnya orangtua suami jika mampu wajib membantu anaknya karena itu kewajiban pihak lelaki. Faktanya belanja dll yang bantu ibukku, pihak perempuan. Kecuali mertua miskin ya tidak wajib bantu dan kalau perlu anak yang bantu kalau rizki lebih. Kalau nggak lebih ya nggak usah. BTW mertuaku bukan miskin, mertuaku petani tapi lahannya banyak. Suamiku pernah cerita sekitar 15 lahan yakni kampung + sawah. Tetangga suamiku juga cerita kalau sawah mertuaku banyak, mereka juga ada mobil, dua duanya daftar haji. Tapi pelit tidak peduli anak yang belum mampu menafkahi istrinya. 

Bahkan mertuaku perempuan saat aku silaturahmi ke Brebes pernah terang terangan di hadapan suamiku dan hadapanku. 
"Zur (nama suamiku), besok serahan adekmu pas nikah bantu ya. Kamu nikah kemarin habis 50 juta"
Lah suamiku aja nafkahi aku belum bisa, dibilang gitu. Bilang gitu kalau suamiku sukses GPP. Selama 2 tahun loh, belanja tiap hari aku sendiri semua, suami belum bisa kasih. Teganya bilang itu, kog nggak malu mertuaku. Ya serahan semampunya lah, mampu besar ya mewah, nggak mampu mewah ya sederhana. Sedzolim itu memang, harusnya dia bantu anaknya nafkahi istrinya. Ini belum kerja belum apa apa sudah dibebani seperti itu. Harusnya malu. Pengen kuceplosin tapi masih kutahan. Ternyata lama lama juga emang watak, kalau ngomong suka nggak mikir, ini logis nggak. Kalau orangtua baik mah nggak gitu. Anak dibantu, bukan banyak tapi semampunya rutin. Wong dia nggak miskin. Ini ngasih nggak seberapa, ungkitan nggak kira kira. Harusnya malu loh, anak belum bisa nafkahi istri bahkan istri yang nanggung semua, udah dibebani gitu. 


Ini bukti bahwa suamiku nekad bikin ATM dan rekening di November 2024 yang nyuruh ibunya. Karena suamiku nggak punya rekening, sampai nekad nyolong uang warung demi buka ini dan nggak jujur ke istri. Padahal kalau jujur barokah. Btw mertuaku dulunya nggak pernah tuh punya rekening. Kalau kirim anaknya, lewat BRI Link atau nyuruh mbak Khusnul. Saya punya buktinya, wong dulu pas nikah kan biaya KUA jg ditransfer lewat BRI Link. Kalau nggak gitu kan yang urusin mb Khusnul (ponakannya). Bagus mertua bikin rekening sendiri. Bagus suami bikin sendiri. Tapi caranya nyolong itu yang salah, tidak jujur sama istri. Mertua jg salah, katanya ngaku menantu dianggap anak. Faktanya anaknya main perempuan dibela, nyuruh anak bikin ATM hasil ambil uang warung tanpa bilang jujur ke istri. 

Btw uang satu juta itu dikirim mertua buat pegangan suami ya, bukan buat aku. Kalau buat aku, pasti aku diberi. Faktanya nggak. Pantes anaknya suruh bikin ATM sendiri. Selama aku hamil, tidak pernah ditanya kabar sekalipun. Bahkan saat kukabari anaknya kholwat dan bohongi istri dengan Silvi, dia nggak negur anaknya. Banca'an 4 bulan habis sekitar 1,5 juta, syukuran 7 bulan kecil kecilan sekitar 1 juta, banca'an 9 bulan habis sekitar 1,5 juta. Total 4 juta uangku sendiri semua dan ibuku, bukan dibantu mertua, tapi dibantuin ibukku 2 juta. Perlengkapan bayi habis sekitar 8 juta juga uangku sendiri semua, bukan uang suamiku, bukan dibantu mertuaku. Kambing buat aqiqah juga uangku sendiri, tidak dibantu mertua. Jadi semua aku sendiri. Aku tulang punggung menafkahi diri sendiri. 

Uang belanja tiap bulan 3 juta-5 juta per bulan di luar biaya banca'an, perlengkapan bayi, kambing aqiqah. Aku patungan sama ibuk, dibantu ibukku biar aku nggak keberatan. Gantian, ibuk kubantu bayar listrik, PAM, pupuk, biaya pertanian. Sama mertua, blas. Jadi kalau bilang aku dianggap kayak anak, itu hoaks. Wong selama hamil aja di silent treatment kog, tidak pernah dipedulikan, tidak pernah ditanya kabar sejak November 2024 sampai Maret 2025, padahal punya nomor HP/WA-ku. Senyeseg ini ternyata, suami main perempuan iya. Suami bohong soal keuangan juga iya. Astaghfirullah min kulli dzanbi. Mertua KDRT psikis + emosional (silent treatment+ pelit + nylekit iya). Ya Allah nyesegnya. Semoga luka demi luka diganti kenikmatan oleh Allah SWT. 













Minggu, 02 Maret 2025

SAWANG SINAWANG, APA YANG TAMPAK INDAH TIDAK SEMUANYA INDAH

 SAWANG SINAWANG, APA YANG TAMPAK INDAH TIDAK SEMUANYA INDAH


Catatan: Dewi Nur Halimah 

Lumayan banyak orang menilai aku itu enak hidupnya. Sudah cantik, tinggi, mandiri, punya segudang prestasi. Itu hanya yang tampak dhohir di permukaan, manusia itu sawang sinawang. Kamu tidak tahu beban mental yang kualami. Aku mengalaminya, mulai dari bapak kandung yang suka kekerasan verbal dan fisik ke aku, adek yang selalu dibela meski salah, suami yang sempat tergoda ajnabiyah dan main perempuan, mertua yang pelit dan minim empati (julid). Kalau kamu membaca tulisan tulisanku, akan tahu seberapa dalam lukaku dari suami, mertua, bapak, adek. 

Sejak kecil aku hidup dalam kemiskinan makanya aku nekad harga mati harus berprestasi karena prestasi dan pendidikan adalah pemutus mata rantai kemiskinan. Saat masih balita, tengah malah bapakku, emakku, aku diusir dari rumah mbahku (Almarhum Mbah Jafar dan Almarhumah Mbah Mu'anah, mereka adalah orangtua bapakku alias Mbah dari bapak), tanpa iba karena cucunya masih kecil. Baju dibuangin di halaman, dagangan garam bapak di taruh di halaman disuruh bawa pergi. Mbah Nik yang nolong, nggak tega ikutan dilabrak, nggak boleh ada yang nolong aku dan emakku. 

Dari kecil hidupku sudah keras ...
Dulu sebelum diusir dari rumah mbahku, emakku bagaikan babu. Hamil aku 9 bulan disuruh gendong gabah 50 kg jalan kaki melewati Kedung (setara bukit kecil) terpeleset dan glundung ke sungai Kedung. Dulu 1994 belum ada jembatan. Itu saat hamil aku. Dhe parni juga ngasih minuman merica saat emakku hamil aku, tujuannya apa buat gugurin bayi lah kan merica panas. Tapi karena emakku polos ya mau mau aja. Alhamdulillah kandungan masih kuat sampai aku lahir. 

Aku pernah BAB (Buang Air Besar/Eek) waktu balita, mau dicebokin ke kamar mandi rumah Simbah nggak boleh. Akhirnya dikasih air sama Mbah Nik, samping rumah Simbah. Mbah Nik dilabrak orangtua bapak, entah hatinya seperti iblis apa gimana sama cucu sendiri sejahat itu. Bukan hanya itu, Wallahi ini jujur dan aku sangat benci, luka itu masih menganga sampai sekarang. Kejadian sejak aku usia 2 tahun sampai 30 tahun aku masih ingat detail kronologi, daya ingatku kuat. Makanya aku mengontrol diri supaya nggak dendam, dengan menjauh dari orang orang yang pernah menyakitiku. 

Bukan hanya itu, tiap tahun selama hidup. Tiap kirimdungo (adat Jawa masak masak Ruwahan) atau saat banca'an, emak bantu bantu simbahku disuruh suruh kayak babu sementara anak yang lain dipuja puja. Semua cucunya dikasih makan enak dulu seperti anak lek imroatun: dek lis, Anam, nadhir (yang waktu itu sudah lahir), anak lek nur (Misbah, mudah), anak lek Sri (konik, ana) itu dikasih makan semua sama Sempol, daging sementara aku nonton paling belakang diiming imingi. Kalau dikasih ya ceker atau suwiwi itupun belakang. Dan mataku berkaca kaca. Aku ini cucunya kenapa diberlakukan beda. 

Aku kabur dari rumah Simbah pulang ke rumah. Nangis di belakang rumah sambil bersumpah: " demi Allah mbahku dzolim, sampai mbahku wafat, aku tidak akan dolan". Bapakku dengar dan aku dimarahi. Aku membela diri karena faktanya benar aku didzolimi, tiap tahun tiap banca'an dan kirimdungo aku selalu diiming iming, kalau aku tidak mau ketemu mbahku ya gpp, orang pelit sama aku juga jahat ke aku. . Akhirnya sumpah kucabut, karena dimarahin bapak. Sejahat-jahatnya dia tetap mbahmu, maafkan. Iya ibunya dia, makanya dibela meskipun bosok sementara aku darah dagingnya selalu disuruh ngalah, belum dikasari bapak sendiri. Sampai mbahku meninggal dunia, semasa hidupnya tidak ada kata maaf padaku secara terang-terangan bahwa beliau pernah menyakitiku ini, ini, dan itu yang pernah dilakukan. Maaf glondongan itu pun pantesan kayak pengumuman, tolong si fulanah dimaafkan semasa hidupnya. Sampai sekarang, aku belum bisa memaafkan. Karena aku disiksa luar biasa, bapakku juga tidak membelaku dia diam saja. Di rumah pun aku selalu dipilih kasih. 

Mbahku juga pernah ke Jakarta, dia pulang bawa oleh oleh roti banyak. Aku nggak dikasih justru diiming iming, bahkan pernah Yuni (anak tetangga) dikasih roti suruh makan di depanku buat iming iming aku. The fucked of this. Aku menyelidiki makanya tahu. Jujur hatiku sakit banget. Adek adek bapakku, kakak kakak bapakku juga sama jahatnya. Dulu saat kami miskin banget, sangat miskin. Bu Dhe kah (gedhebeg) dapat daging sapi kurban tiap tahun saat idul adha, lek Muslih (adek bapak yang sedesa) dan lek duki (adek bapak yang sedesa) dikasih daging semua masing masing 1 kg/2 kg. Cuman bapak yang nggak dikasih karena kere atau miskin. Dan anehnya bapak, ketika aku benci keluarga dia malah dia memarahiku, memukulku. Lah jelas jelas jahat, dibenci ya wajar. 

Lek duki aja nyembelih kambing ada 10 kali, daging nggak nyiprat, aku nggak disuruh ke rumahnya (Aqiqah konik, Aqiqah ana, Aqiqah ulum 2 kambing, Aqiqah Ulfa 1 kambing, reuni 2 kali keluarga besar dua tahun dari keluarga Bu lek dan keluarga pak lek, KKN Ana nyembelih kambing di masjid) lah dan 2 acara lagi aku lupa). Makan makan aja ponakan nggak dikasih, boroh boroh diundang. Sedesa KKN Ana sewa tratak nyembelih kambing, sedesa diundang semua kecuali aku, bapakku, emakku padahal aku sepupu, bapakku saudara kandung bapaknya dan Bu dhenya. Bukan hanya itu, tiap lebaran pasti waktu kecil pada dikasih sangu, siapa yang nggak pernah dikasih?. Hanya aku. Aku adalah ponakan yang tersisihkan. Wallahi aku bicara fakta bahkan saat masih kecil, saat SMA, kuliah. Adekku dikasih, semua ponakan dikasih, anak tetangga dikasih. Aku tidak dikasih karena katanya aku mandiri biasa juara bisa cari uang sendiri. Sama sama kecilnya, tapi beda perlakuannya. 

Lek Nur juga pernah nyiksa aku, saat 3 tahun, aku masih ingat di emper (halaman) rumah Mbah, dipojokan dekat rumah Mbah Nik. Kursi kecil ditaruh di atas kepalaku yang kecil, lalu diduduki pantatnya dan aku nangis delak delak (nangis histeris). Tetanggaku juga sama, Nanik waktu kecil suka iming iming aku. Semua teman seusiaku yang dekat rumah dipanggil dikasih balon kecuali aku dan aku diiming iming. Makanya sekarang aku jadi wanita mandiri. Kehidupanku sejak kecil penuh luka. 

Itu tekanan dari luar....
Sekarang tekanan dari dalam. Bapakku suka melakukan kekerasan verbal dan fisik ke aku hanya karena kesalahan kecil (dipukul, ditampar, ditendang). Sementara adekku salah pun tidak akan diperlakukan bengis seperti aku. Sudah biasa aku menahan luka, kumodif diriku menjadi perempuan kuat. Aku suka nangis sendirian saat di masjid, saat di bawah pohon. Dimana tidak dilihat bapakku, bapaku benci aku nangis katanya perempuan lemah. Anehnya kalau adekku nangis tidak ditampar, tidak diludahi, tidak dimarahi seperti aku, justru iba. Emang aku harus kuat. Masjid masjid, bawah pohon adalah tempat saat aku nangis ketika suasana sepi. 

Saat menikah pun ujian sama...
Sekitar 17 kali suamiku bohong. 5 kali kholwat sama ajnabiyah (perempuan lawan jenis) dan membohongiku dan ketahuan. 4 kali membohongiku soal keuangan dan lainnya, 8 kali tertutup tidak transparan kalau telpon keluarganya nunggu saat aku kerja, padahal kuota aku yang mengisikan tapi kuota itu dipakai untuk melukaiku mulai dari main perempuan (tidak zina farji, kholwat dan menjurus ke perselingkuhan karena diawali dengan banyak kebohongan. Bermain perempuan lewat bohongi istri dengan chat dan VC perempuan lain saat istri hamil 5 bulan), tidak terbuka, keuangan tidak jujur. Alhamdulillah sekarang taubat. Kurang sayang apa aku mas, Nerima kamu dari nol belum kerja kubantu modal buat jualan. Aku belanja tiap hari nyari sendiri. Mas juga kubelikan baju sendal sarung celana dll buat Gonta ganti ada 10 lebih. Kuota kuisikan, kog sampai hati bohongi istri. Sesakit itu. 

Mertuaku juga pelit, tidak ada kepedulian. Selama hamil, tidak pernah aku dichat atau ditelpon nomorku tanya kabarku langsung padahal punya kontakku. Suamiku belum bisa nafkahi aku, tapi dituntut nabung buat bantu adeknya kalau nikahan buat serahan, apa pantes wong nafkahi istrinya aja belum bisa. Selama suamiku belum bisa nafkahi aku, tidak pernah mertuaku tanya anaknya keuangan dan membantunya, belanjaku dibantu emakku patungan padahal kewajiban nafkah itu kewajiban suami dan jika tak mampu sementara orangtuanya ada ya wajib membantu anak lelakinya menafkahi istrinya. Faktanya tidak, semua emakku. Banca'an 4 bulan dan 9 bulan emakku, 7 bulan aku shodaqoh yatim. Aku minta suamiku bilang ortunya buat banca'an 7 bulan cucunya, blas tidak ada. 

Dibalik prestasi seabrek yang kualami, tak seindah apa yang kalian lihat, kehidupanku ujian mentalnya besar cuman aku berusaha tegar dan enjoy menjalaninya walau aku nyeseg. Karena tekanan mental itu bukan dari luar saja tapi juga dari dalam. Aku tegar karena aku punya Allah. Aku tegar karena aku yakin, semua ada hikmahnya. Fokusku sekarang ke diriku sendiri agar hidupku bermanfaat untuk lingkungan dalam menegakkan HAM, mengkampanyekan peduli lingkungan tidak buang sampah sembarangan, peduli binatang liar. Mereka sahabatku, kegiatan sosial hiburanku. Biasanya kalau aku stress, aku larinya ke rumah sakit, melihat orang orang sakit kritis para penderita kanker, diabetes dll. Biar aku bersyukur bahwa ujianku tak seberat mereka. Kalau ada uang, aku ke yatim piatu, itu rutin dari 2013 sampai sekarang. Kalau nggak TF ya langsung. Sesuai penghasilanku kalau pas penghasilanku cuman 30 RB ya aku ngasih 10 RB. Pas penghasilanku 100 RB ya aku ngasih 20 RB an. Pas 200-300 RB aku ngasih 50 RB, pas jutaan menang lomba biasanya 500-600 RB. Entahlah hiburanku ya itu. Terlalu banyak tekanan, tapi saat aku menyemangati anak yatim piatu, mengajar anak jalanan, menyemangati anak autis dan anak anak berkebutuhan khusus sebagai volunteer organisasi sosial sekaligus ketuanya, hatiku adem. Di sana aku menemukan kedamaian di balik diskriminasi, bullying, dan kekerasan yang aku terima maupun penghianatan demi penghianatan yang aku alami. 

Jika orang orang self awarding-nya mungkin shoping, aku larinya tiap sedih atau tiap bahagia ada Rizki ke tempat tempat sosial. Ini sudah sejak 2013. Kadang ke panti jompo juga, motoran sendiri. Kadang ya sama teman. Tuhanku, izinkan aku kelak mati dalam kondisi tetap iman, Islam, Husnul khotimah dan terimalah nadzarku agar anakku kuhadiahkan untuk Islam meneladani Sayyidina Solahudin Al Ayubi dan Muhammad Fatih sebagai penerus kalimat tauhid. Kuatkan imanku dibalik cobaanku, tegarkan bahuku di balik tekanan yang menghimpitku. Aku punya engkau Allah, Tuhanku yang penyayang ke aku.

KARENA AKU SELALU SALAH DI MATAMU

 KARENA AKU SELALU SALAH DI MATAMU


Sebaik apapun kamu, kalau orang benci kamu pasti dimatanya kamu selalu salah. Itulah yang kuterima sejak kecil dari bapakku. Orang luar mengira aku selalu ceria, senyum, bahagia, semangat, dimana banyak yang iri karena aku terlihat seolah perfect di luar dengan segudang prestasi, meraih puluhan kejuaraan nasional dan beberapa kejuaraan internasional. Tapi orangtuaku sendiri terutama bapak tidak pernah bangga. 

Inilah kisahku...
Waktu itu aku hamil 8 bulan 2 Minggu, Februari 2024. Aku dolan ke rumah ibuk/ emakku buat pinjam hp adekku untuk hotspot agar aku bisa beli kuota dari shopee lewat HP ku. HP ku ini buat kerja. Aku dengan tertatih tatih perut besar datang ke rumah emak. Qodarullah sore itu bukan kebahagiaan yang kudapat ternyata ada insiden yang membuat mentalku hancur. 

Bapak teriak teriak padahal dia lagi ngasih pakan kambing dimana disampingnya ada pediang itu. Kenapa tidak dicandak sendiri gercep disiram air atau dirapikan perapian dari pediang itu. Nah bersamaan itu, aku tanpa sengaja juga bilang:
"Dek pinjam HP mu buat hotspot beli kuota.". Tahukah apa yang terjadi, saking gugupnya dek Ida lari nabrak tanganku yang meminta HP dalam kondisi tanganku lurus ditendang hingga nekuk, karena sakit spontan aku negur dia. 

"Aaa sakiiit," teriakku. 
Kukira kalau nggak sengaja itu minta maaf. Ternyata Wallahi tidak, justru adekku menyalahkanku kenapa tanganku di jalan rumah minta HP. Bapak juga kenapa, dia sendiri di kandang kalau pediang mburap mburap kan bisa diurus, dimatikan, disiram air atau apa, wong bapak di dekatnya. Kebiasaan tidak cekatan dan teriak teriak suka nyuruh emak, makanya gitu kebawa terus. 

Hatiku sakit banget saat itu, jalan kaki ke rumah emak buat hotspot. Begitu sampai baru bilang pinjam tangan nggak sengaja ditendang dalam kondisi aku hamil, bukan minta maaf kalau memang nggak sengaja. Malah pembelaan. Lalu dia nangis, kau tahu apa yang terjadi?. Aku diumpat bapakku nggak karuan, dioneni ra karuan Parak e. Karena sakit hati, kubantah umpatan itu imbang. Memang aku selalu salah, meskipun aku yang ditendang tetap aku yang salah. Dari dulu kan aku yang selalu salah, maaf pun tidak sampai sekarang. Dibilang sakit, sangat sakit apalagi bapak, emak, semua bela adekku. Dari kecil emang dia dimanja, makanya salah pun ya tidak minta maaf. Apa susahnya bilang, maaf aku nggak sengaja nabrak karena gugup, maaf kalau sakit. Ini pembelaan, nangis, lalu semua memarahiku. 

FYI, dari februari 2024 sampai Februari 2025 kuota dia yang mengisikan tiap bulan aku. Aku juga yang biayain dia dari 2017-2024 lulus mondok. Obat adekku kalau sakit juga aku yang stok sejak 2018 sampai Februari 2025 sekarang ini. Obatnya lumayan mahal, 200 RB an sekali Nebus tiap habis. Aku juga pernah kuotaku habis, mau hotspot dia buat beli kuota sendiri lewat shopee, sama adekku tidak dihotspot-in. Sama ibukku suruh beli kuota sendiri ke konter. Jarak konter ke rumah itu 10 km an, yang dekat 3 km an. Masak hotspot sebentar buat beli di shopee tidak boleh, wong kuota dia juga yang ngisi aku. Dan dia juga dibela ibuk bapak, katanya HP dia rahasia soale ada chat sama calon suaminya, kiahi, guru dll. Lah siapa yang mau bukain chat, kan di akad jelas. Hotspot mau buka shopee di HP-ku buat beli kuota. Mereka gaptek, tapi tetep dibela emak bapak. Aku yang salah lagi. Capek sejak kecil selalu salah. Entahlah, aku anak kandung atau anak tiri sebenarnya kenapa dari kecil perlakuannya sangat beda. Aku nangis langsung ditampar bapak, diludahi, dimarahin, dibentak. Nggak boleh aku nangis, padahal aku juga manusia. Kalau adekku nangis langsung dibela siapa yang bikin dia nangis meskipun adek yang salah pun, yang bikin dia nangis bakal kena marah.

Kemarin, Minggu 2 Maret 2025. Bapakku jual 6/7 karung gabah. Spontan aku kaget, buat apa jual gabah kan urea sudah kubelikan semua, sudah kubayar, irigasi juga kubantu iuran bensin-nya, biaya tandur juga kukasih baik sawah kidul maupun sawah lor. Gabah buat stok makan kog dijual. Jawab bapak: "Mau kujual buat beli HP, buat lihat berita dan YouTube.". 

Kutantang, kubilang jangan. Gabah itu kebutuhan primer, buat stok pangan. HP kan kebutuhan sekunder wong tani, toh nggak dipakai kerja ngasilin uang. Cuman boros aja, nanti kuota tiap bulan. Lah uang bensin aja bapak sering minta emak, emak belanja tidak pernah dikasih uang bapak, kerja banting tulang sendiri buat belanja, udah gitu kalau masakan kurang enak kadang bapak marah (maido) padahal tidak ngasih uang. Emak kayak gitu diam aja, nangis. Aku yang nggak terima, akhirnya debat sama bapak. Bapakku emang kerja keras bertani, sregep nyawah tapi pola pikirnya ada yang salah. Tani saja tanpa mikir biaya belanja, kasihan istri pontang panting nyari belanja, bensin dia, dll. Apalagi bukan petani besar yang sawahnya luas, sawah sederhana sekedar cukup buat makan. Sementara emak jualan di pasar dan keliling pakai tombong buat Menuhin kebutuhan sehari hari dengan beban garam + kain sekitar 1 kwintal. Sakit kalau lihat, perempuan kerja otot bawa beban berat untuk belanja sehari hari. Lah belanjakan istri aja tidak bisa, mau beli HP cuman buat nonton YouTube. Nanti kuotanya gimana tiap bulan. Kalau aku yang ngisikan semua ya berat. Listrik rumah emak dan rumahku aku yang bayar, PAM aku yang bayar 2 rumah, pupuk semua aku, aku ngisikan kuota HP-ku, HP adekku, HP suamiku. Aku ini hamil, menanggung beban banyak, belum beli belanja, buah, nyidam, perlengkapan bayi. Makanya aku sering sakit saking stressnya. 

Kau tahu apa yang sebenarnya terjadi?. Ternyata bapak bohong. HP itu bukan buat dia nonton berita dan YouTube biar update, tapi HP baru untuk adekku. Adekku HP nya second bekas HP ku, sementara HP ku Infinix dari menang Give Away lazada 25 November 2022. Nah adekku minta HP baru karena dia merasa selama setahun di rumah sering bantuin masak, jemur gabah, tandur, matun makanya dia mau HP baru. Seharusnya dia dewasa, HP baru lalu HP lama buat apa?. Ngisi kuota dua HP dikira nggak berat, apalagi dia nggak kerja yang ngasilin duit cuman bantu masak, nyawah. Anak emas minta apapun pasti diturutin. Kalau aku ya, beli apapun mikir manfaat dan maslahah. Sampai aku sama bapak debat, ternyata bohong demi buat dek Ida. Sesakit itu dibohongi. Bapak didik aku supaya jujur, kalau nggak jujur ditampar kanan kiri. Makanya aku selalu berusaha jujur sejak usia 9 tahun sampai dewasa ini. Sekarang jujur bagiku integritas, kalau waktu kecil jujur supaya tidak ditampar Bapak. Ternyata yang kasar mendidikku jujur, dia sendiri bohong padaku demi anak emasnya. Sesakit itu dibohongi. 

Prinsip dasar finansial yang harus diingat:

✅ Aset = Sesuatu yang menambah nilai atau menghasilkan pendapatan (misalnya properti yang disewakan, bisnis yang berkembang, atau investasi yang bertumbuh).

❌ Liabilitas = Sesuatu yang mengurangi nilai atau hanya menjadi beban biaya (mobil yang terus turun harga, tas branded yang cuma dipakai buat pamer, cicilan yang membebani cash flow, elektronik yang nilai jualnya semakin murah).

Padahal hal terpenting dalam finansial itu cash flow dan aset produktif. Bukan sekadar gengsi, menuruti keinginan. Itulah mengapa aku menentang bapak beli HP baru, soalnya yang kerja dapat uang ibuk. Belanja aja ibuk/ emakku bertahun tahun nggak dikasih bapak. Ini mau beli hp, kuotanya gimana. Kog nggak mikir kesana, apalagi HP bukan buat kerja tapi cuman buat WA-an aja. Bukan produktif tapi konsumtif. 

Aku aja mikir kalau HP bukan buat kerja, mending nggak usah pakai HP. Nggak produktif menghasilkan uang. Pun motor kalau bukan buat transportasi dan akomodasi kerja lebih baik grab/ ojek misal keluar rumah jarang. Ternyata kan aku beli buat Wira Wiri kerja, produktif menghasilkan uang jadi ya beli walau SECOND GPP, penting fungsinya bukan gayanya. 

Entahlah pikiranku selalu salah. Kalau pikiran adek ya pengen apa dituruti. Dibandingkan aku, kuliah aja habis sekitar 150 JT an buat kos, biaya hidup, tugas tugas dari semester 1-lulus wisuda selama 4 tahun. Semua kubiayai sendiri dengan kerja serabutan, jadi babu operator laundry pernah, jadi babu pelayan restoran pernah, jadi pedagang snack buat anak kampus pernah, ikut proyek dosen, ngelesin privat, dll kulaui semua demi bisa kuliah sampai lulus. Soalnya biaya kos, biaya makan sehari hari 100% sendiri bukan dikirim orangtua. Kehidupanku keras sejak kuliah, saksinya teman temanku Biologi UNDIP angkatan 2012. Aku kayak robot, ya kuliah, ya kerja sampai jam 10 malem, ya ikut beberapa organisasi dan jadi ketua tingkat Jateng dan nasional, ya ikut lomba sehingga jarang tidur demi bisa cumlaude, berprestasi walau serabutan apa aja. 

Entahlah emang aku anak yang selalu salah. Sebaik apapun niatku, memikirkan masa depan. Aku yang tak pernah gengsian, nggak peduli pantas atau tidak dilihat orang, penting yang kulakukan halal, bukan MAKSIYAT, perut kenyang, nggak ngerepotin orang selalu salah di mata orangtuaku. Kalau adekku selalu benar. Bukan aku iri, bukan buat apa iri. Aku mikir masa depan. Wong beli HP bukan buat kerja, ngisi kuotanya kasihan emak. Emakku sudah 52 tahun kerja kasar bawa garam 100 kg ke pasar kadang keliling. Nyelep gabah kalau beras habis juga sendiri tidak pernah dibantu bapak, dibantu kalau ada kemauan kayak kemarin jual gabah demi belikan HP adekku. Jemur gabah meski mau hujan, nyereti layar juga sendiri tidak dibantuin bapak. Bapak selalu nuntut emak bantuin bapak bertani, emak pulang jualan ngarit, nyawah, sampai sore. Tapi bapak tidak bantuin pekerjaan emak, semua emak sendiri. Apa nggak kasihan. Aku jelas nggak terima. Aku juga udah bayarin banyak, keberatan aku apalagi posisiku sekarang hamil besar, mau resign kerja offline. Udah 9 bulan. Emak aja kadang kebingungan buat belanja dan sejak 2019 aku bantu terus tiap hari. Semampuku. Gitu mau HP, gimana kuotanya. Kalau beli HP nya mudah, jual gabah kelar. Lah tiap bulannya gimana kuotanya, belanja saja ibuk sering ngeluh keberatan. Sering kubantu. 

Apalah aku...
Sebaik apapun aku niatku pasti salah. Dan menyakitkannya lagi, emak juga bela adek kemarin. Mbok ya apa apa itu mikir fungsi, ke depan e gimana, nggak egois menuruti gengsi, kepentingan sesaat. Kecuali adek nggak ada HP, wong ada HP walau second masih bisa dipakai, penting fungsinya. Hanya gegara aku minta hotspot langsung minta HP baru. Dia nggak bakal mikir belanja dll. Karena dia nggak ngasilin uang, selama ini tiap emak ngeluh aku yang dengarin, biasanya kukasih uang kalau aku kebetulan ada Rizki banyak. Sekarang aku mau resign entahlah nasibku seperti apa. Biasa bantuin finansial aja aku nggak dianggap. Apalagi nanti saat resign mungkin aku nggak bisa bantu finansial seperti Januari 2019- Februari 2025, mungkin aku adalah anak yang nggak guna, hidup nggak ada manfaatnya.