HALIMAH BINTI MASDARI

Kamis, 06 Maret 2025

JUJUR DAN TERBUKA SAMA ISTRI MEMBAWA BERKAH, SEBALIKNYA MEMBOHONGI ISTRI MEMBAWA PETAKA

 JUJUR DAN TERBUKA SAMA ISTRI MEMBAWA BERKAH, SEBALIKNYA MEMBOHONGI ISTRI MEMBAWA PETAKA


Akhir November 2024, tepat saat aku hamil 5 bulan. Suamiku ketahuan kholwat ajnabiyah dan membohongiku dengan perempuan bernama Silvi. 

1. Silvi menghubungi suamiku untuk mengaji. Bisakah mengajar mengaji, dia lihat poster iklan guru mengaji privat. Tapi di sini Silvi salah, di poster lelaki menghubungi admin lelaki. Perempuan menghubungi admin perempuan. Ternyata Silvi memilih menghubungi admin lelaki, suamiku. Fyi, Silvi ini perempuan berhijab yang hijabnya dililit dileher, payudaranya nampak besar. Nggak beda jauh sama style Bu guru salsa yang viral. Bedanya dia tidak mesum. 

2. Suamiku mengiyakan dan langsung siap mengajar Silvi. Dia izin aku tapi bohong, bukan jujur sejak awal. Suamiku bilang:
"Dek, aku dapat murid ngaji perempuan. Usia muda, tapi tua dan jelek. GPP ya aku ngajar, soalnya kan kamu murid udah banyak banget. Biar aku dapat murid"

Kujawab:
"GPP mas, asal profesional. Semoga berkah". Bahkan suamiku juga kubelikan kitab iqra sebagai bahan untuk mengajar. 

Perlu kalian tahu, aku dilarang upload foto wajah (tanpa ditutup stiker atau pakai cadar) di sosmed (FB, Instagram, Tiktok) sama suamiku, katanya dosa. Cantik istri untuk suami saja. 
Entah kenapa malam malam aku penasaran pengen buka HP suami, pengen lihat foto profil perempuan yang bernama Silvi Aprilia yang katanya wajah boros, muka tua jelek. Aku buka WA. Kulihat PP-nya, Wallahi dia bukan tua jelek, tapi perempuan muda seksi yang kerudungan dililit di leher. Padahal suamiku melarangku keras upload foto wajah di sosmed dan juga melarang keseharian kalau kegiatan jilbab dililit leher katanya payudara menonjol. Kog ini muridnya seperti ini tidak dinasehati malah semua 5 fotonya di-like. Istri dilarang upload foto dia like foto ajnabiyah seksi. 

Foto Silvi, dia kalau kerudungan dililit leher dan payudara tampak menonjol.

Di situlah aku mulai tak percaya, kucari nama fb Silvi di pertemanan suamiku, ada. Kucek beranda Silvi, kutemukan suamiku like foto Silvi jilboob ada 5. Baru diblokir dan di hapus setelah aku protes. Tapi aku ada bukti semua. Istri dilarang kerudungan dililit manut, aku taat dia. Istri dilarang upload wajah di sosmed manut. Dia malah like foto perempuan seksi. Kalau like tulisan status tanpa foto GPP, asal soal ilmu secara agama pun boleh. Kalau like wajah perempuan seksi secara agama haram. Apalagi dia melarang istri, kog melanggar sendiri diam diam. Aku cek Instagram, dia juga follow Silvi. 

FB Silvi yang diikuti dan mereka berteman sama suamiku sebelum akhirnya diblokir suamiku karena ketahuan aku. 


Bukti suamiku melike foto foto Silvi. Nama akun suamiku dulu izur Halimah, sekarang diganti izur Rahman. Dia melarang istrinya upload wajah di sosmed, tapi like foto wajah perempuan ajnabiyah. Dia melarang istrinya kerudungan dililit katanya payudara nampak bisa ngundang syahwat lelaki, dia like foto Silvi yang jilbabnya dililit. 


Bukti suamiku melike foto foto Silvi. Nama akun suamiku dulu izur Halimah, sekarang diganti izur Rahman. Dia melarang istrinya upload wajah di sosmed, tapi like foto wajah perempuan ajnabiyah. Dia melarang istrinya kerudungan dililit katanya payudara nampak bisa ngundang syahwat lelaki, dia like foto Silvi yang jilbabnya dililit. 


Bukti suamiku melike foto foto Silvi. Nama akun suamiku dulu izur Halimah, sekarang diganti izur Rahman. Dia melarang istrinya upload wajah di sosmed, tapi like foto wajah perempuan ajnabiyah. Dia melarang istrinya kerudungan dililit katanya payudara nampak bisa ngundang syahwat lelaki, dia like foto Silvi yang jilbabnya dililit. 


Bukti suamiku melike foto foto Silvi. Nama akun suamiku dulu izur Halimah, sekarang diganti izur Rahman. Dia melarang istrinya upload wajah di sosmed, tapi like foto wajah perempuan ajnabiyah. Dia melarang istrinya kerudungan dililit katanya payudara nampak bisa ngundang syahwat lelaki, dia like foto Silvi yang jilbabnya dililit. 


Bukti suamiku melike foto foto Silvi. Nama akun suamiku dulu izur Halimah, sekarang diganti izur Rahman. Dia melarang istrinya upload wajah di sosmed, tapi like foto wajah perempuan ajnabiyah. Dia melarang istrinya kerudungan dililit katanya payudara nampak bisa ngundang syahwat lelaki, dia like foto Silvi yang jilbabnya dililit. 

Suami follow akun Instagram Silvi. Nama Instagram suami @arbainman2. Hubungannya mengajar dengan nyari foto sosmed murid apa, apalagi dia melarang istri upload wajah di sosmed. Bukankah memandangi wajah ajnabiyah dan membohongi istri termasuk zina mata dan zina hati. Sungguh sangat menyakitkan. Aku tidak ridho, sesakit ini kepercayaan dibalas kebohongan. 

Pertanyaannya, apa hubungannya mengajar dengan follow akun Instagram dan add friend Instagram, Wallahi tidak ada. Apa hubungannya mengajar dengan kepo sosmed murid lalu like foto-foto seksinya padahal melarang istri upload foto wajah di sosmed dan melarang istri berjilbab dililit karena nampak payudara?. Tidak ada. Suamiku tidak profesional. Aku mengajar ratusan murid, tapi profesional tidak pernah nyari sosmed muridku, kalau VC juga ku loud speaker biar keluarga tahu aku kerja bukan neko neko. Ini suamiku neko neko. Nyeseg dibohongi, ngaku tua, jelek ternyata perempuan seksi. 3 kali dia bohong soal Silvi. Ini terjadi saat aku hamil 5 bulan, sakit banget. Masuknya ini selingkuh dan kholwat, tapi bukan selingkuh farji. Kenapa?  Karena chat dia dihapusi semua supaya aku nggak baca. Harus e terbuka. Dia melarang istri upload foto, dia like foto muridnya yang seksi. Bukan menegur menasehati bahwa itu haram, malah di-like. Di sini aku mulai sering kram dan kejang perutku, sakit banget. Hamil diperlakukan suami seperti ini. Suamiku pendiam, tapi dia suka berbohong padaku 😭😭😭. Wallahi aku tidak ridho. Aku bahkan dipisuhi Silvi "Asu" padahal dia salah, tidak minta maaf malah misuhi. Mereka berdua memang brengsek. 

Bukan hanya bohong soal perempuan, akhir November aku menemukan suamiku berbohong soal keuangan. Selama 6 Agustus 2024-30 November 2024 aku tidak pernah dikasih uang suami. Uang laba dia jualan tidak pernah kuminta, dan dia nggak memberi sebagai kewajiban. Aku belanja pakai uangku sendiri, aku wanita karir dan kebetulan aku sibuk dari pagi sampai malam. Meski sibuk, kewajibanku tetap dijalankan, suamiku meminta jatah tidak pernah kutolak, kebutuhan makanan selalu tersedia. Aku membantu belanja ibuk, adekku yg masak. Lalu matang dikirim ke rumahku sebagian buatku sebagian buat ibuk. Lauk aku belikan juga kalau sore. Qodarullah aku merasa ada yang mengganjal, kula'an sembako itu kutambah uang pribadiku terus. Anehnya, dagangan bukan tambah banyak kog tambah sedikit. Padahal bensin suami kuisikan terus, kuota kuisikan terus tiap bulan sekali. Bensin kuisikan terus sejak januri 2024 - 28 Februari 2025, oli dan service juga pakai uangku. Logikanya jualan tidak terkurangi bensin, service, kuota otomatis dagangan nambah. Ini nggak nambah, laba tidak pernah diberikan istri.  Bukan soal banyaknya, tapi bentuk kejujuran dan tanggung jawabnya meskipun aku berpenghasilan sendiri.

Akhirnya kuaudit laba 6 Agustus 2024-30 November 2024. 

Laba 6 Agustus 2024-26 Oktober 2024

Laba 2 November 2024-30 November 2024. Total 6 Agustus 2024- 30 November 2024 = 861.100 (dibulatkan 860 ribu)

Aneh kan, kebutuhan belanja sudah semua istri. Service dll dan semua kebutuhan istri. Harusnya dia ngasih 860 RB ke istri atau kalau buat kula'an, dagangan tambah banyak. 

Sampai kubuka HP-nya, ternyata diam diam suamiku bikin 2 rekening BRI. Kenapa bikin 2 yang satu gosong karena pembukaan cuman 50 ribu dan nggak pernah ditambah sehingga gosong, habis buat admin. Lalu bikin rekening dan ATM lagi dengan setoran awal 250 ribu. Oh jelas terbukti, laba tidak buat istri, disimpan sendiri ternyata buat bikin rekening. Sebenarnya GPP, kalau jujur dan bilang pinjam dulu uang laba untuk buka rekening, ini ambil langsung. Padahal 70% modal uang warung, yang investasi aku. Ibunya dia cuman ngasih 2 juta. Motor buat jualan dari aku, bensin dari aku, service aku yang biayain, istri nggak dikasih uang belanja neriman penting jujur. Aku nggak sempat minta dan audit karena waktu itu jadwal padat. Ternyata suamiku bohong. Tahu tidak kenapa dia bikin rekening padahal bukan buat jualan online, yang nyuruh ibu mertua atau ibu kandung suamiku. Mertuaku juga bikin biar kalau TF ke ATM suamiku bukan ke ATM ku. Bikin ATM hasil ambil uang warung bersama yg modalnya dari istri. Astaghfirullah. Dan itu permintaan mertuaku. 

Nomor rekening pertama yang gosong karena saldo cuman 50 ribu. Habis kemakan admin dan nggak ada kemasukan karena belum di TF ibunya sehingga bikin lagi. 

Nomor rekening kedua, karena yang pertama gosong. Dengan saldo awal pembukaan 250 rb

Ini saldo awalnya 250 ribu. 

Sakitnya dibohongi. Oh ya laba kan 860 ribuan tuh. Nah baru kepakai 300 ribu buat buka rekening atas suruhan ibunya. Masih 560 ribu belum dikasih aku sampai sekarang. Entah itu disimpan pribadi atau buat tambahan kula'an nggak tahu. Kuharamkan jika disimpan pribadi tanpa jujur ke istri. Kalau buat tambahan dagangan harusnya dagangan nambah, kenapa nggak. Dulu kucecar nggak ngaku, kucecar terus sumpah atas nama Allah dan rosul-Nya baru dia ngaku ambil laba warung. Dan dikembalikan baru 100 RB. Katanya cuman ambil 100 RB dan dikembalikan aku, lah faktanya laba 860 ribu an. Berarti masih 760 ribu yang dibawa dia. 

Katanya buka rekening pakai uang dari umi (ibu mertuaku, ibunya dia) pas dikirim paket mangga, ada uang di kardus. Lah paket pas dibuka kog nggak ada uangnya, wong aku juga lihat pas paket dibuka. Akhirnya ngaku ambil uang warung, cuman ngakunya 100 ribu. Tapi faktanya uang warung nggak ada 860 ribu. Entahlah. Capek dibohongi suami. 

Mertuaku katanya nganggap aku anak sendiri. Kenapa nggak TF ke aku yang jelas udah punya ATM. Nyatanya selama ini dia juga nggak pernah bantu belanjaku kan. Nafkah kewajiban suami, ketika suami tidak mampu harusnya orangtua suami jika mampu wajib membantu anaknya karena itu kewajiban pihak lelaki. Faktanya belanja dll yang bantu ibukku, pihak perempuan. Kecuali mertua miskin ya tidak wajib bantu dan kalau perlu anak yang bantu kalau rizki lebih. Kalau nggak lebih ya nggak usah. BTW mertuaku bukan miskin, mertuaku petani tapi lahannya banyak. Suamiku pernah cerita sekitar 15 lahan yakni kampung + sawah. Tetangga suamiku juga cerita kalau sawah mertuaku banyak, mereka juga ada mobil, dua duanya daftar haji. Tapi pelit tidak peduli anak yang belum mampu menafkahi istrinya. 

Bahkan mertuaku perempuan saat aku silaturahmi ke Brebes pernah terang terangan di hadapan suamiku dan hadapanku. 
"Zur (nama suamiku), besok serahan adekmu pas nikah bantu ya. Kamu nikah kemarin habis 50 juta"
Lah suamiku aja nafkahi aku belum bisa, dibilang gitu. Bilang gitu kalau suamiku sukses GPP. Selama 2 tahun loh, belanja tiap hari aku sendiri semua, suami belum bisa kasih. Teganya bilang itu, kog nggak malu mertuaku. Ya serahan semampunya lah, mampu besar ya mewah, nggak mampu mewah ya sederhana. Sedzolim itu memang, harusnya dia bantu anaknya nafkahi istrinya. Ini belum kerja belum apa apa sudah dibebani seperti itu. Harusnya malu. Pengen kuceplosin tapi masih kutahan. Ternyata lama lama juga emang watak, kalau ngomong suka nggak mikir, ini logis nggak. Kalau orangtua baik mah nggak gitu. Anak dibantu, bukan banyak tapi semampunya rutin. Wong dia nggak miskin. Ini ngasih nggak seberapa, ungkitan nggak kira kira. Harusnya malu loh, anak belum bisa nafkahi istri bahkan istri yang nanggung semua, udah dibebani gitu. 


Ini bukti bahwa suamiku nekad bikin ATM dan rekening di November 2024 yang nyuruh ibunya. Karena suamiku nggak punya rekening, sampai nekad nyolong uang warung demi buka ini dan nggak jujur ke istri. Padahal kalau jujur barokah. Btw mertuaku dulunya nggak pernah tuh punya rekening. Kalau kirim anaknya, lewat BRI Link atau nyuruh mbak Khusnul. Saya punya buktinya, wong dulu pas nikah kan biaya KUA jg ditransfer lewat BRI Link. Kalau nggak gitu kan yang urusin mb Khusnul (ponakannya). Bagus mertua bikin rekening sendiri. Bagus suami bikin sendiri. Tapi caranya nyolong itu yang salah, tidak jujur sama istri. Mertua jg salah, katanya ngaku menantu dianggap anak. Faktanya anaknya main perempuan dibela, nyuruh anak bikin ATM hasil ambil uang warung tanpa bilang jujur ke istri. 

Btw uang satu juta itu dikirim mertua buat pegangan suami ya, bukan buat aku. Kalau buat aku, pasti aku diberi. Faktanya nggak. Pantes anaknya suruh bikin ATM sendiri. Selama aku hamil, tidak pernah ditanya kabar sekalipun. Bahkan saat kukabari anaknya kholwat dan bohongi istri dengan Silvi, dia nggak negur anaknya. Banca'an 4 bulan habis sekitar 1,5 juta, syukuran 7 bulan kecil kecilan sekitar 1 juta, banca'an 9 bulan habis sekitar 1,5 juta. Total 4 juta uangku sendiri semua dan ibuku, bukan dibantu mertua, tapi dibantuin ibukku 2 juta. Perlengkapan bayi habis sekitar 8 juta juga uangku sendiri semua, bukan uang suamiku, bukan dibantu mertuaku. Kambing buat aqiqah juga uangku sendiri, tidak dibantu mertua. Jadi semua aku sendiri. Aku tulang punggung menafkahi diri sendiri. 

Uang belanja tiap bulan 3 juta-5 juta per bulan di luar biaya banca'an, perlengkapan bayi, kambing aqiqah. Aku patungan sama ibuk, dibantu ibukku biar aku nggak keberatan. Gantian, ibuk kubantu bayar listrik, PAM, pupuk, biaya pertanian. Sama mertua, blas. Jadi kalau bilang aku dianggap kayak anak, itu hoaks. Wong selama hamil aja di silent treatment kog, tidak pernah dipedulikan, tidak pernah ditanya kabar sejak November 2024 sampai Maret 2025, padahal punya nomor HP/WA-ku. Senyeseg ini ternyata, suami main perempuan iya. Suami bohong soal keuangan juga iya. Astaghfirullah min kulli dzanbi. Mertua KDRT psikis + emosional (silent treatment+ pelit + nylekit iya). Ya Allah nyesegnya. Semoga luka demi luka diganti kenikmatan oleh Allah SWT. 













Minggu, 02 Maret 2025

SAWANG SINAWANG, APA YANG TAMPAK INDAH TIDAK SEMUANYA INDAH

 SAWANG SINAWANG, APA YANG TAMPAK INDAH TIDAK SEMUANYA INDAH


Catatan: Dewi Nur Halimah 

Lumayan banyak orang menilai aku itu enak hidupnya. Sudah cantik, tinggi, mandiri, punya segudang prestasi. Itu hanya yang tampak dhohir di permukaan, manusia itu sawang sinawang. Kamu tidak tahu beban mental yang kualami. Aku mengalaminya, mulai dari bapak kandung yang suka kekerasan verbal dan fisik ke aku, adek yang selalu dibela meski salah, suami yang sempat tergoda ajnabiyah dan main perempuan, mertua yang pelit dan minim empati (julid). Kalau kamu membaca tulisan tulisanku, akan tahu seberapa dalam lukaku dari suami, mertua, bapak, adek. 

Sejak kecil aku hidup dalam kemiskinan makanya aku nekad harga mati harus berprestasi karena prestasi dan pendidikan adalah pemutus mata rantai kemiskinan. Saat masih balita, tengah malah bapakku, emakku, aku diusir dari rumah mbahku (Almarhum Mbah Jafar dan Almarhumah Mbah Mu'anah, mereka adalah orangtua bapakku alias Mbah dari bapak), tanpa iba karena cucunya masih kecil. Baju dibuangin di halaman, dagangan garam bapak di taruh di halaman disuruh bawa pergi. Mbah Nik yang nolong, nggak tega ikutan dilabrak, nggak boleh ada yang nolong aku dan emakku. 

Dari kecil hidupku sudah keras ...
Dulu sebelum diusir dari rumah mbahku, emakku bagaikan babu. Hamil aku 9 bulan disuruh gendong gabah 50 kg jalan kaki melewati Kedung (setara bukit kecil) terpeleset dan glundung ke sungai Kedung. Dulu 1994 belum ada jembatan. Itu saat hamil aku. Dhe parni juga ngasih minuman merica saat emakku hamil aku, tujuannya apa buat gugurin bayi lah kan merica panas. Tapi karena emakku polos ya mau mau aja. Alhamdulillah kandungan masih kuat sampai aku lahir. 

Aku pernah BAB (Buang Air Besar/Eek) waktu balita, mau dicebokin ke kamar mandi rumah Simbah nggak boleh. Akhirnya dikasih air sama Mbah Nik, samping rumah Simbah. Mbah Nik dilabrak orangtua bapak, entah hatinya seperti iblis apa gimana sama cucu sendiri sejahat itu. Bukan hanya itu, Wallahi ini jujur dan aku sangat benci, luka itu masih menganga sampai sekarang. Kejadian sejak aku usia 2 tahun sampai 30 tahun aku masih ingat detail kronologi, daya ingatku kuat. Makanya aku mengontrol diri supaya nggak dendam, dengan menjauh dari orang orang yang pernah menyakitiku. 

Bukan hanya itu, tiap tahun selama hidup. Tiap kirimdungo (adat Jawa masak masak Ruwahan) atau saat banca'an, emak bantu bantu simbahku disuruh suruh kayak babu sementara anak yang lain dipuja puja. Semua cucunya dikasih makan enak dulu seperti anak lek imroatun: dek lis, Anam, nadhir (yang waktu itu sudah lahir), anak lek nur (Misbah, mudah), anak lek Sri (konik, ana) itu dikasih makan semua sama Sempol, daging sementara aku nonton paling belakang diiming imingi. Kalau dikasih ya ceker atau suwiwi itupun belakang. Dan mataku berkaca kaca. Aku ini cucunya kenapa diberlakukan beda. 

Aku kabur dari rumah Simbah pulang ke rumah. Nangis di belakang rumah sambil bersumpah: " demi Allah mbahku dzolim, sampai mbahku wafat, aku tidak akan dolan". Bapakku dengar dan aku dimarahi. Aku membela diri karena faktanya benar aku didzolimi, tiap tahun tiap banca'an dan kirimdungo aku selalu diiming iming, kalau aku tidak mau ketemu mbahku ya gpp, orang pelit sama aku juga jahat ke aku. . Akhirnya sumpah kucabut, karena dimarahin bapak. Sejahat-jahatnya dia tetap mbahmu, maafkan. Iya ibunya dia, makanya dibela meskipun bosok sementara aku darah dagingnya selalu disuruh ngalah, belum dikasari bapak sendiri. Sampai mbahku meninggal dunia, semasa hidupnya tidak ada kata maaf padaku secara terang-terangan bahwa beliau pernah menyakitiku ini, ini, dan itu yang pernah dilakukan. Maaf glondongan itu pun pantesan kayak pengumuman, tolong si fulanah dimaafkan semasa hidupnya. Sampai sekarang, aku belum bisa memaafkan. Karena aku disiksa luar biasa, bapakku juga tidak membelaku dia diam saja. Di rumah pun aku selalu dipilih kasih. 

Mbahku juga pernah ke Jakarta, dia pulang bawa oleh oleh roti banyak. Aku nggak dikasih justru diiming iming, bahkan pernah Yuni (anak tetangga) dikasih roti suruh makan di depanku buat iming iming aku. The fucked of this. Aku menyelidiki makanya tahu. Jujur hatiku sakit banget. Adek adek bapakku, kakak kakak bapakku juga sama jahatnya. Dulu saat kami miskin banget, sangat miskin. Bu Dhe kah (gedhebeg) dapat daging sapi kurban tiap tahun saat idul adha, lek Muslih (adek bapak yang sedesa) dan lek duki (adek bapak yang sedesa) dikasih daging semua masing masing 1 kg/2 kg. Cuman bapak yang nggak dikasih karena kere atau miskin. Dan anehnya bapak, ketika aku benci keluarga dia malah dia memarahiku, memukulku. Lah jelas jelas jahat, dibenci ya wajar. 

Lek duki aja nyembelih kambing ada 10 kali, daging nggak nyiprat, aku nggak disuruh ke rumahnya (Aqiqah konik, Aqiqah ana, Aqiqah ulum 2 kambing, Aqiqah Ulfa 1 kambing, reuni 2 kali keluarga besar dua tahun dari keluarga Bu lek dan keluarga pak lek, KKN Ana nyembelih kambing di masjid) lah dan 2 acara lagi aku lupa). Makan makan aja ponakan nggak dikasih, boroh boroh diundang. Sedesa KKN Ana sewa tratak nyembelih kambing, sedesa diundang semua kecuali aku, bapakku, emakku padahal aku sepupu, bapakku saudara kandung bapaknya dan Bu dhenya. Bukan hanya itu, tiap lebaran pasti waktu kecil pada dikasih sangu, siapa yang nggak pernah dikasih?. Hanya aku. Aku adalah ponakan yang tersisihkan. Wallahi aku bicara fakta bahkan saat masih kecil, saat SMA, kuliah. Adekku dikasih, semua ponakan dikasih, anak tetangga dikasih. Aku tidak dikasih karena katanya aku mandiri biasa juara bisa cari uang sendiri. Sama sama kecilnya, tapi beda perlakuannya. 

Lek Nur juga pernah nyiksa aku, saat 3 tahun, aku masih ingat di emper (halaman) rumah Mbah, dipojokan dekat rumah Mbah Nik. Kursi kecil ditaruh di atas kepalaku yang kecil, lalu diduduki pantatnya dan aku nangis delak delak (nangis histeris). Tetanggaku juga sama, Nanik waktu kecil suka iming iming aku. Semua teman seusiaku yang dekat rumah dipanggil dikasih balon kecuali aku dan aku diiming iming. Makanya sekarang aku jadi wanita mandiri. Kehidupanku sejak kecil penuh luka. 

Itu tekanan dari luar....
Sekarang tekanan dari dalam. Bapakku suka melakukan kekerasan verbal dan fisik ke aku hanya karena kesalahan kecil (dipukul, ditampar, ditendang). Sementara adekku salah pun tidak akan diperlakukan bengis seperti aku. Sudah biasa aku menahan luka, kumodif diriku menjadi perempuan kuat. Aku suka nangis sendirian saat di masjid, saat di bawah pohon. Dimana tidak dilihat bapakku, bapaku benci aku nangis katanya perempuan lemah. Anehnya kalau adekku nangis tidak ditampar, tidak diludahi, tidak dimarahi seperti aku, justru iba. Emang aku harus kuat. Masjid masjid, bawah pohon adalah tempat saat aku nangis ketika suasana sepi. 

Saat menikah pun ujian sama...
Sekitar 17 kali suamiku bohong. 5 kali kholwat sama ajnabiyah (perempuan lawan jenis) dan membohongiku dan ketahuan. 4 kali membohongiku soal keuangan dan lainnya, 8 kali tertutup tidak transparan kalau telpon keluarganya nunggu saat aku kerja, padahal kuota aku yang mengisikan tapi kuota itu dipakai untuk melukaiku mulai dari main perempuan (tidak zina farji, kholwat dan menjurus ke perselingkuhan karena diawali dengan banyak kebohongan. Bermain perempuan lewat bohongi istri dengan chat dan VC perempuan lain saat istri hamil 5 bulan), tidak terbuka, keuangan tidak jujur. Alhamdulillah sekarang taubat. Kurang sayang apa aku mas, Nerima kamu dari nol belum kerja kubantu modal buat jualan. Aku belanja tiap hari nyari sendiri. Mas juga kubelikan baju sendal sarung celana dll buat Gonta ganti ada 10 lebih. Kuota kuisikan, kog sampai hati bohongi istri. Sesakit itu. 

Mertuaku juga pelit, tidak ada kepedulian. Selama hamil, tidak pernah aku dichat atau ditelpon nomorku tanya kabarku langsung padahal punya kontakku. Suamiku belum bisa nafkahi aku, tapi dituntut nabung buat bantu adeknya kalau nikahan buat serahan, apa pantes wong nafkahi istrinya aja belum bisa. Selama suamiku belum bisa nafkahi aku, tidak pernah mertuaku tanya anaknya keuangan dan membantunya, belanjaku dibantu emakku patungan padahal kewajiban nafkah itu kewajiban suami dan jika tak mampu sementara orangtuanya ada ya wajib membantu anak lelakinya menafkahi istrinya. Faktanya tidak, semua emakku. Banca'an 4 bulan dan 9 bulan emakku, 7 bulan aku shodaqoh yatim. Aku minta suamiku bilang ortunya buat banca'an 7 bulan cucunya, blas tidak ada. 

Dibalik prestasi seabrek yang kualami, tak seindah apa yang kalian lihat, kehidupanku ujian mentalnya besar cuman aku berusaha tegar dan enjoy menjalaninya walau aku nyeseg. Karena tekanan mental itu bukan dari luar saja tapi juga dari dalam. Aku tegar karena aku punya Allah. Aku tegar karena aku yakin, semua ada hikmahnya. Fokusku sekarang ke diriku sendiri agar hidupku bermanfaat untuk lingkungan dalam menegakkan HAM, mengkampanyekan peduli lingkungan tidak buang sampah sembarangan, peduli binatang liar. Mereka sahabatku, kegiatan sosial hiburanku. Biasanya kalau aku stress, aku larinya ke rumah sakit, melihat orang orang sakit kritis para penderita kanker, diabetes dll. Biar aku bersyukur bahwa ujianku tak seberat mereka. Kalau ada uang, aku ke yatim piatu, itu rutin dari 2013 sampai sekarang. Kalau nggak TF ya langsung. Sesuai penghasilanku kalau pas penghasilanku cuman 30 RB ya aku ngasih 10 RB. Pas penghasilanku 100 RB ya aku ngasih 20 RB an. Pas 200-300 RB aku ngasih 50 RB, pas jutaan menang lomba biasanya 500-600 RB. Entahlah hiburanku ya itu. Terlalu banyak tekanan, tapi saat aku menyemangati anak yatim piatu, mengajar anak jalanan, menyemangati anak autis dan anak anak berkebutuhan khusus sebagai volunteer organisasi sosial sekaligus ketuanya, hatiku adem. Di sana aku menemukan kedamaian di balik diskriminasi, bullying, dan kekerasan yang aku terima maupun penghianatan demi penghianatan yang aku alami. 

Jika orang orang self awarding-nya mungkin shoping, aku larinya tiap sedih atau tiap bahagia ada Rizki ke tempat tempat sosial. Ini sudah sejak 2013. Kadang ke panti jompo juga, motoran sendiri. Kadang ya sama teman. Tuhanku, izinkan aku kelak mati dalam kondisi tetap iman, Islam, Husnul khotimah dan terimalah nadzarku agar anakku kuhadiahkan untuk Islam meneladani Sayyidina Solahudin Al Ayubi dan Muhammad Fatih sebagai penerus kalimat tauhid. Kuatkan imanku dibalik cobaanku, tegarkan bahuku di balik tekanan yang menghimpitku. Aku punya engkau Allah, Tuhanku yang penyayang ke aku.

KARENA AKU SELALU SALAH DI MATAMU

 KARENA AKU SELALU SALAH DI MATAMU


Sebaik apapun kamu, kalau orang benci kamu pasti dimatanya kamu selalu salah. Itulah yang kuterima sejak kecil dari bapakku. Orang luar mengira aku selalu ceria, senyum, bahagia, semangat, dimana banyak yang iri karena aku terlihat seolah perfect di luar dengan segudang prestasi, meraih puluhan kejuaraan nasional dan beberapa kejuaraan internasional. Tapi orangtuaku sendiri terutama bapak tidak pernah bangga. 

Inilah kisahku...
Waktu itu aku hamil 8 bulan 2 Minggu, Februari 2024. Aku dolan ke rumah ibuk/ emakku buat pinjam hp adekku untuk hotspot agar aku bisa beli kuota dari shopee lewat HP ku. HP ku ini buat kerja. Aku dengan tertatih tatih perut besar datang ke rumah emak. Qodarullah sore itu bukan kebahagiaan yang kudapat ternyata ada insiden yang membuat mentalku hancur. 

Bapak teriak teriak padahal dia lagi ngasih pakan kambing dimana disampingnya ada pediang itu. Kenapa tidak dicandak sendiri gercep disiram air atau dirapikan perapian dari pediang itu. Nah bersamaan itu, aku tanpa sengaja juga bilang:
"Dek pinjam HP mu buat hotspot beli kuota.". Tahukah apa yang terjadi, saking gugupnya dek Ida lari nabrak tanganku yang meminta HP dalam kondisi tanganku lurus ditendang hingga nekuk, karena sakit spontan aku negur dia. 

"Aaa sakiiit," teriakku. 
Kukira kalau nggak sengaja itu minta maaf. Ternyata Wallahi tidak, justru adekku menyalahkanku kenapa tanganku di jalan rumah minta HP. Bapak juga kenapa, dia sendiri di kandang kalau pediang mburap mburap kan bisa diurus, dimatikan, disiram air atau apa, wong bapak di dekatnya. Kebiasaan tidak cekatan dan teriak teriak suka nyuruh emak, makanya gitu kebawa terus. 

Hatiku sakit banget saat itu, jalan kaki ke rumah emak buat hotspot. Begitu sampai baru bilang pinjam tangan nggak sengaja ditendang dalam kondisi aku hamil, bukan minta maaf kalau memang nggak sengaja. Malah pembelaan. Lalu dia nangis, kau tahu apa yang terjadi?. Aku diumpat bapakku nggak karuan, dioneni ra karuan Parak e. Karena sakit hati, kubantah umpatan itu imbang. Memang aku selalu salah, meskipun aku yang ditendang tetap aku yang salah. Dari dulu kan aku yang selalu salah, maaf pun tidak sampai sekarang. Dibilang sakit, sangat sakit apalagi bapak, emak, semua bela adekku. Dari kecil emang dia dimanja, makanya salah pun ya tidak minta maaf. Apa susahnya bilang, maaf aku nggak sengaja nabrak karena gugup, maaf kalau sakit. Ini pembelaan, nangis, lalu semua memarahiku. 

FYI, dari februari 2024 sampai Februari 2025 kuota dia yang mengisikan tiap bulan aku. Aku juga yang biayain dia dari 2017-2024 lulus mondok. Obat adekku kalau sakit juga aku yang stok sejak 2018 sampai Februari 2025 sekarang ini. Obatnya lumayan mahal, 200 RB an sekali Nebus tiap habis. Aku juga pernah kuotaku habis, mau hotspot dia buat beli kuota sendiri lewat shopee, sama adekku tidak dihotspot-in. Sama ibukku suruh beli kuota sendiri ke konter. Jarak konter ke rumah itu 10 km an, yang dekat 3 km an. Masak hotspot sebentar buat beli di shopee tidak boleh, wong kuota dia juga yang ngisi aku. Dan dia juga dibela ibuk bapak, katanya HP dia rahasia soale ada chat sama calon suaminya, kiahi, guru dll. Lah siapa yang mau bukain chat, kan di akad jelas. Hotspot mau buka shopee di HP-ku buat beli kuota. Mereka gaptek, tapi tetep dibela emak bapak. Aku yang salah lagi. Capek sejak kecil selalu salah. Entahlah, aku anak kandung atau anak tiri sebenarnya kenapa dari kecil perlakuannya sangat beda. Aku nangis langsung ditampar bapak, diludahi, dimarahin, dibentak. Nggak boleh aku nangis, padahal aku juga manusia. Kalau adekku nangis langsung dibela siapa yang bikin dia nangis meskipun adek yang salah pun, yang bikin dia nangis bakal kena marah.

Kemarin, Minggu 2 Maret 2025. Bapakku jual 6/7 karung gabah. Spontan aku kaget, buat apa jual gabah kan urea sudah kubelikan semua, sudah kubayar, irigasi juga kubantu iuran bensin-nya, biaya tandur juga kukasih baik sawah kidul maupun sawah lor. Gabah buat stok makan kog dijual. Jawab bapak: "Mau kujual buat beli HP, buat lihat berita dan YouTube.". 

Kutantang, kubilang jangan. Gabah itu kebutuhan primer, buat stok pangan. HP kan kebutuhan sekunder wong tani, toh nggak dipakai kerja ngasilin uang. Cuman boros aja, nanti kuota tiap bulan. Lah uang bensin aja bapak sering minta emak, emak belanja tidak pernah dikasih uang bapak, kerja banting tulang sendiri buat belanja, udah gitu kalau masakan kurang enak kadang bapak marah (maido) padahal tidak ngasih uang. Emak kayak gitu diam aja, nangis. Aku yang nggak terima, akhirnya debat sama bapak. Bapakku emang kerja keras bertani, sregep nyawah tapi pola pikirnya ada yang salah. Tani saja tanpa mikir biaya belanja, kasihan istri pontang panting nyari belanja, bensin dia, dll. Apalagi bukan petani besar yang sawahnya luas, sawah sederhana sekedar cukup buat makan. Sementara emak jualan di pasar dan keliling pakai tombong buat Menuhin kebutuhan sehari hari dengan beban garam + kain sekitar 1 kwintal. Sakit kalau lihat, perempuan kerja otot bawa beban berat untuk belanja sehari hari. Lah belanjakan istri aja tidak bisa, mau beli HP cuman buat nonton YouTube. Nanti kuotanya gimana tiap bulan. Kalau aku yang ngisikan semua ya berat. Listrik rumah emak dan rumahku aku yang bayar, PAM aku yang bayar 2 rumah, pupuk semua aku, aku ngisikan kuota HP-ku, HP adekku, HP suamiku. Aku ini hamil, menanggung beban banyak, belum beli belanja, buah, nyidam, perlengkapan bayi. Makanya aku sering sakit saking stressnya. 

Kau tahu apa yang sebenarnya terjadi?. Ternyata bapak bohong. HP itu bukan buat dia nonton berita dan YouTube biar update, tapi HP baru untuk adekku. Adekku HP nya second bekas HP ku, sementara HP ku Infinix dari menang Give Away lazada 25 November 2022. Nah adekku minta HP baru karena dia merasa selama setahun di rumah sering bantuin masak, jemur gabah, tandur, matun makanya dia mau HP baru. Seharusnya dia dewasa, HP baru lalu HP lama buat apa?. Ngisi kuota dua HP dikira nggak berat, apalagi dia nggak kerja yang ngasilin duit cuman bantu masak, nyawah. Anak emas minta apapun pasti diturutin. Kalau aku ya, beli apapun mikir manfaat dan maslahah. Sampai aku sama bapak debat, ternyata bohong demi buat dek Ida. Sesakit itu dibohongi. Bapak didik aku supaya jujur, kalau nggak jujur ditampar kanan kiri. Makanya aku selalu berusaha jujur sejak usia 9 tahun sampai dewasa ini. Sekarang jujur bagiku integritas, kalau waktu kecil jujur supaya tidak ditampar Bapak. Ternyata yang kasar mendidikku jujur, dia sendiri bohong padaku demi anak emasnya. Sesakit itu dibohongi. 

Prinsip dasar finansial yang harus diingat:

✅ Aset = Sesuatu yang menambah nilai atau menghasilkan pendapatan (misalnya properti yang disewakan, bisnis yang berkembang, atau investasi yang bertumbuh).

❌ Liabilitas = Sesuatu yang mengurangi nilai atau hanya menjadi beban biaya (mobil yang terus turun harga, tas branded yang cuma dipakai buat pamer, cicilan yang membebani cash flow, elektronik yang nilai jualnya semakin murah).

Padahal hal terpenting dalam finansial itu cash flow dan aset produktif. Bukan sekadar gengsi, menuruti keinginan. Itulah mengapa aku menentang bapak beli HP baru, soalnya yang kerja dapat uang ibuk. Belanja aja ibuk/ emakku bertahun tahun nggak dikasih bapak. Ini mau beli hp, kuotanya gimana. Kog nggak mikir kesana, apalagi HP bukan buat kerja tapi cuman buat WA-an aja. Bukan produktif tapi konsumtif. 

Aku aja mikir kalau HP bukan buat kerja, mending nggak usah pakai HP. Nggak produktif menghasilkan uang. Pun motor kalau bukan buat transportasi dan akomodasi kerja lebih baik grab/ ojek misal keluar rumah jarang. Ternyata kan aku beli buat Wira Wiri kerja, produktif menghasilkan uang jadi ya beli walau SECOND GPP, penting fungsinya bukan gayanya. 

Entahlah pikiranku selalu salah. Kalau pikiran adek ya pengen apa dituruti. Dibandingkan aku, kuliah aja habis sekitar 150 JT an buat kos, biaya hidup, tugas tugas dari semester 1-lulus wisuda selama 4 tahun. Semua kubiayai sendiri dengan kerja serabutan, jadi babu operator laundry pernah, jadi babu pelayan restoran pernah, jadi pedagang snack buat anak kampus pernah, ikut proyek dosen, ngelesin privat, dll kulaui semua demi bisa kuliah sampai lulus. Soalnya biaya kos, biaya makan sehari hari 100% sendiri bukan dikirim orangtua. Kehidupanku keras sejak kuliah, saksinya teman temanku Biologi UNDIP angkatan 2012. Aku kayak robot, ya kuliah, ya kerja sampai jam 10 malem, ya ikut beberapa organisasi dan jadi ketua tingkat Jateng dan nasional, ya ikut lomba sehingga jarang tidur demi bisa cumlaude, berprestasi walau serabutan apa aja. 

Entahlah emang aku anak yang selalu salah. Sebaik apapun niatku, memikirkan masa depan. Aku yang tak pernah gengsian, nggak peduli pantas atau tidak dilihat orang, penting yang kulakukan halal, bukan MAKSIYAT, perut kenyang, nggak ngerepotin orang selalu salah di mata orangtuaku. Kalau adekku selalu benar. Bukan aku iri, bukan buat apa iri. Aku mikir masa depan. Wong beli HP bukan buat kerja, ngisi kuotanya kasihan emak. Emakku sudah 52 tahun kerja kasar bawa garam 100 kg ke pasar kadang keliling. Nyelep gabah kalau beras habis juga sendiri tidak pernah dibantu bapak, dibantu kalau ada kemauan kayak kemarin jual gabah demi belikan HP adekku. Jemur gabah meski mau hujan, nyereti layar juga sendiri tidak dibantuin bapak. Bapak selalu nuntut emak bantuin bapak bertani, emak pulang jualan ngarit, nyawah, sampai sore. Tapi bapak tidak bantuin pekerjaan emak, semua emak sendiri. Apa nggak kasihan. Aku jelas nggak terima. Aku juga udah bayarin banyak, keberatan aku apalagi posisiku sekarang hamil besar, mau resign kerja offline. Udah 9 bulan. Emak aja kadang kebingungan buat belanja dan sejak 2019 aku bantu terus tiap hari. Semampuku. Gitu mau HP, gimana kuotanya. Kalau beli HP nya mudah, jual gabah kelar. Lah tiap bulannya gimana kuotanya, belanja saja ibuk sering ngeluh keberatan. Sering kubantu. 

Apalah aku...
Sebaik apapun aku niatku pasti salah. Dan menyakitkannya lagi, emak juga bela adek kemarin. Mbok ya apa apa itu mikir fungsi, ke depan e gimana, nggak egois menuruti gengsi, kepentingan sesaat. Kecuali adek nggak ada HP, wong ada HP walau second masih bisa dipakai, penting fungsinya. Hanya gegara aku minta hotspot langsung minta HP baru. Dia nggak bakal mikir belanja dll. Karena dia nggak ngasilin uang, selama ini tiap emak ngeluh aku yang dengarin, biasanya kukasih uang kalau aku kebetulan ada Rizki banyak. Sekarang aku mau resign entahlah nasibku seperti apa. Biasa bantuin finansial aja aku nggak dianggap. Apalagi nanti saat resign mungkin aku nggak bisa bantu finansial seperti Januari 2019- Februari 2025, mungkin aku adalah anak yang nggak guna, hidup nggak ada manfaatnya.





Rabu, 26 Februari 2025

RIYADHOH IBU KUNCI KEBERHASILAN DUNIA AKHERAT SANG ANAK *****

RIYADHOH IBU KUNCI KEBERHASILAN DUNIA AKHERAT SANG ANAK
*****




Dalam sejarah kisah hidup dan biografi para ulama imam mahzab. Anak yang ngalim tidak lepas dari riyadhoh seorang ibu. Sebagaimana contohnya ibunda Imam Syafi'i, beliau adalah wanita yang cantik lagi cerdas ilmu fiqih, ahli puasa dan ahli ibadah melahirkan putra yang cerdas (imam mahzab) lagi soleh.

Kengaliman, kecerdasan, dan kesolehan seorang dzuriyah tidak lepas dari riyadhoh serta visi misi hidup ibuknya. Muhammad Al Fatih yang menaklukkan konstantinopel memiliki sosok ibu yang visionaris. Sholahudin Al Ayyubi, sang penakluk konstantinopel untuk kaum muslimin memiliki ibu yang visionaris untuk memajukan Islam dan kemenangan Islam.

Pun ibunda Imam besar ibnu Taimiyah, sang ibu pun berkata :

"Demi Allah, seperti inilah caraku mendidikmu (putraku). Aku nadzarkan dirimu untuk berkhidmat kepada Islam dan kaum muslimin. Aku didik engkau di atas syari'at agama. Wahai anakku, jangan kau sangka engkau berada di sisiku itu lebih aku cintai dibandingkan pada agama, berkhidmat untuk Islam dan kaum muslimin walaupun kau berada di penjuru negeri. Anakku, ridhoku kepadamu berbanding lurus dengan apa yang kau persembahkan untuk agamamu dan kaum muslimin. Sungguh, wahai ananda, di hadapan Allah kelak aku tidak akan menanyakan keadaanmu, karena aku tahu dimana dirimu dan dalam keadaan seperti apa engkau. Yang akan kutanyakan kelak tetangmu adalah : 'Wahai Ahmad, sejauh mana khidmadmu pada agama Allah dan saudara-saudaramu kaum muslimin. Jadilah penulis kitab/buku untuk menyebarkan pola pikirmu dan dakwah, niatkan untuk Islam. Jadilah pengusaha yang memajukan perekonomian ummat muslim. Jadilah penghafal yang menjaga ilmu Allah. Jadilah inivator muslim dunia yang memajukan dan berkhidmad untuk Islam dan kaum muslimin. Imbangi semua ilmu dan pengabdianmu semaksimal yang engkau bisa dengan husnul khuluq, jiwa penyayang, dan jiwa sosial. Teladani sifat rosulullah saw dan para ummahatul mukminin"

Begitulah visi misi para ibu imam mahzab. Bukan keras kepala, tapi teguh pendirian pada agama.

Pun aku, telah banyak persiapan dan riyadhoh yang kulakukan. Akan kudidik dzuriyahku kelak meneladani ibu para imam.

"Putraku, bukan apa yang agama islam dan bangsa ini berikan padamu. Tapi apa kontribusimu untuk kejayaan agama Islam dan tanah airmu. Putraku majukanlah islam dengan ilmu pengetahuan, akhlak mulia, jiwa penyayang, inovasi dan karya karyamu. Tulislaj pola pikirmu dalam kitab/buku. Inovasi dan temukanlah produk untuk mencukupi kebutuhan ummat muslim agar ummat muslim mandiri. Tidak tergantung produk komunis maupun liberal. Dzuriyahku, engkau perlu prihatin. Bahkan produk aksesoris dan alat rumah tangga seperti peniti pun kita import dari China, sementara China negara komunis. Secara tidak langsung laba itu akan membantu kemajuan komunis. Pun banyak produk rumah tangga seperti shampo, sabun, dll semua dari produk yahudi. Keuntungan mereka sebagian dihibahkan untuk kemajuan LGBT. Sementara LGBT jelas haram. Maka jadilah inovator muslim hebat, Penulis kitab, penguat agama yang membesarkan agama Islam dan berkhidmad pada kaum muslimin. Jadilah cerdas yang husnul khuluq mementingkan agamamu sayang. Jadilah pemuda yang kaya untuk berjuang Islam lewat harta, inovasi dengan karya, ngalim dengan ilmu, dan pandai berstrategi seperti Sayyidina Utsman bin Affan dan Muhammad Al Fatih"

Aamiin. Semoga diijabah Allah swt

MELATIH JIWA SOSIAL BAYI SEJAK DALAM KANDUNGAN

 MELATIH JIWA SOSIAL BAYI SEJAK DALAM KANDUNGAN


Blora, 27 Februari 2025. Saat ini usia kehamilanku sekitar 35 Minggu lebih 3 hari. Atau sekitar 8 bulan lebih 3 minggu-an. Aku sering sounding ke anakku meski ia masih dalam kandungan. 

"Dedek, besok dedek dihadiahkan buat Islam sama ibuk. Dedek semoga kelak lahir jadi anak Soleh, cerdas, berjiwa sosial tinggi, sehat mental, sehat fisik tanpa cacat, kaya dan berkontribusi buat memajukan Islam ya dek."

Selama hamil, aku pun melatih janin dalam kandunganku untuk peduli sosial tepat sasaran. Aku sering mengajak dia, jajan membeli dagangan penjual yang sepi atau penjual pentol yang manula. Membeli = sedekah yang tetap menjaga Marwah penjual. Kalau aku welas asih ke makhluk Allah yang lain, semoga Allah juga menggerakkan hati orang-orang untuk welas ke suamiku saat jualan lesehan di pasar. Sesuai dawuh kanjeng nabi, siapa yang welas asih, maka akan diwelas asihi. 

Aku juga sering menyisihkan penghasilanku untuk shodaqoh yatim atau miskin (orang yang mau kerja tapi penghasilan tidak mencukupi, aku suka orang yang usaha tidak berpangku tangan cuman ngarep bantuan nggak mau usaha dulu). Biasanya kalau penghasilanku 30-40 RB karena sering izin pas kontraksi atau morning sickness, aku menyisihkan 10 ribu kusofaqohkan. Kalau penghasilan naik, karena nggak pasti. 200 RB atau lebih sehari, aku kadang shodaqoh 50 rb-100 RB. Khusus buat yatim atau fakir. 

Aku juga nabung, buat beli perlengkapan bayi. Alhamdulillah sekitar 8 JT an sudah kubeli sendiri. Aku kasihan suamiku, penghasilannya tak seberapa kalau tidak dibantu terus nasib anakku gimana. Sementara penghasilan emakku kecil, cuman pedagang garam pasar yang kecil, bapak pedagang keliling pakai tombong. Jadi melas kalau memberatkan mereka terus. Itu aja sejak nikah sampai sekarang 2 tahun nikah, meski rumah sudah pisah tapi belanjaku sering dibantu emakku. Aku paling iuran.

Sebagai gantinya biasanya uang pupuk urea, npk/ organik aku yang membelikan buat pertanian. Buat biaya tandur, irigasi emak bapak juga kubantu, aku yang biayai. Bersyukur sudah dibagehi sawah sendiri meskipun hasilnya sekitar 7 karung kalau dipanen tapi tetap Alhamdulillah. Emakku bapakku banyak berjasa, meskipun mereka terutama bapak sering debat sama aku. Tapi mereka orangtua yang peduli dan tidak pelit. Faktanya aku belanja dibantu, rumah diberi, sawah diberi. Aku tinggal nempati dan renovasi. Mungkin keras cara mereka menyayangiku. GPP radak keras asal dermawan, daripada pendiam tapi pailit, malah mumet. Syukur syukur tidak keras, juga dermawan hehe. 

Kadang suka melas kalau nyawang suami. Penghasilan dia hanya seribu-20 rb sehari. Untung beras tidak beli, hasil panen sendiri dari sawah diberi bapakku. Alhamdulillah, paling belanja ya buat lauk dan sayur. Makanya aku tetap kerja buat bantu meringankan beban suamiku. Suamiku bukan pemalas, dia pekerja keras cuman ya memang rizkinya sedikit. Gimana dengan mertuaku?. Entahlah dia tidak peduli, faktanya selama aku hamil tidak pernah tanya kabar, tidak pula tanya anaknya bisa nafkahi istrinya tidak, bisa bantu tidak. Banca'an, belanja, beli perlengkapan semua dadi aku sendiri dan emakku. Boro boro ngasih, lawong suami aja kerja belum mapan penghasilannya, dengan tanpa nurani bilang besok serahan nikahan adekmu bantu ya. Kayak gitu GPP kalau anaknya sukses, wong anaknya nafkahi istrinya saja belum bisa mencukupi, masih kepental pontal bahkan istrinya yang biayai. Kog ndak melas sama anak sendiri. Ngomong itu lihat situasi dan kondisi, minta dibantu selama ini modali besar nggak buat rumah tangga anakmu, anakmu sudah mapan belum. 

Aku suka melas memandang suamiku, aku mencintainya, aku juga selalu menjaga amanah suamiku meskipun suamiku tidak melihatnya. Tidak ada peluang lelaki lain di hatiku kecuali hanya suamiku. Sebab ridho Allah bersama ridho suamiku. Aku juga neriman dengan keadaan suami dengan catatan suami harus selalu jujur dan terbuka ke istri, tidak main perempuan baik kholwat atau sejenisnya, dan bentuk kejahatan lain. Nyawang suami, celana cuman berapa biji doang yang dibawa saat habis nikah melas. Alhamdulillah pas ada Rizki ya kubelikan 3 celana panjang, 3 celana pendek, selusin CD, baju Koko 2, baju batik panjang 2, baju Koko pendek 4, sepasang sarung dan Koko khusus 2025, dan kebutuhan lain. Sandal juga rusak, kasihan. Alhamdulillah Allah titipkan Rizki untukku. Kubelikan suamiku biar senang, biar terawat, biar dipakai. Sandal juga kubelikan, aku sayang suamiku. Aku tidak suka janji nanti kubelikan ini mas, basi. Aku suka diam diam belikan, kalau sudah beli langsung kuberikan. Atau langsung orderan shopee dan kubayar lewat shopeepay atau transfer baru udah kubelikan bilang, jadi kejutan. Semoga keberkahan untuk suamiku, semoga dagangannya laris. 

Putraku ...
Besok yang jiwa sosial ya, ibuk waktu hamil kamu itu perjuangan di atas rata rata. Hipotensi 80 sistol, 50 diastol, rendah banget tensinya. Muntah dari usia hamil 3 bulan sampai hampir 9 bulan. Sehari bisa 4-12 kali sampai pucet dan lemes. Belum kontraksimu saat hamil usia 6 bulan sampai 9, nendang nendang rasanya rusuk remuk kayak dipukulin. Tiap hari dikerokin bapakmu, dibikinkan jamu bapakmu, dirawat bapakmu. Bapak emang tidak menanggung soal biaya, karena penghasilan bapakmu kecil. Tapi bapakmu peduli act of service di tenaga, tindakan gercep merawat ibumu. Meskipun sempat selisih gegara kegoda perawan payudara Gedhe. Alhamdulillah taubat, jadi kumaafkan. Allah memaafkan hamba yang TAUBATAN NASUHA. Aku juga memaafkan orang orang yang bener bener mau taubat jadi baik. Ibukmu ini melatihmu dermawan sejak dalam kandungan. Ya dermawan ke orangtua, ke suami, ke yatim piatu dan fakir miskin. Tapi kalau bantu orang lihat lihat ya sayang, biar tepat sasaran. Tidak asal bantu. 

Besok jadilah orang yang punya kontribusi besar memajukan Islam seperti Solahudin Al Ayubi, Najmudin Ayub dan Muhammad Al Fatih yang menaklukkan konstantinopel ya sayang. Ibu mau kamu jadi orang hebat yang rendah hati, cerdas, berjiwa sosial tinggi. 

Kamis, 20 Februari 2025

JUJUR DAN TERBUKALAH SAMA PASANGAN SEJAK AWAL, BUKAN SEJAK KETAHUAN

 JUJUR DAN TERBUKALAH SAMA PASANGAN SEJAK AWAL, BUKAN SEJAK KETAHUAN 


Senin, 17 Februari 2025 aku kontrol dan USG ke-2 di RS PERMATA Blora. Aku berangkat pukul 11.30 an, sekitar itu. Dan sampai Blora pukul 12.30 an karena hujan dan pelan pelan. Jadwal periksaku jam 2 siang. Lalu kami daftar administrasi dan menunggu dipanggil di ruang pemeriksaan sama bidan dan menunggu jadwal USG sama dokter Shofwati. 

Ternyata, habis kehujanan itu bikin sering pipis. Selain itu setelah jam 13.00 perutku lapar. Aku ngasih uang ke suamiku minta dibelikan cemilan entah donat, onde onde atau apa. Alhamdulillah dapat onde onde. Habis makan, tahunya perut kram, kontraksi. Sebagian kursi kosong, aku pinjam paha suami, minta buat bantal aku mau tiduran bentar perutku kram dan kontraksi, sakit. Suami tidak mau. Disitulah aku nyeseg, katanya malu di ruang tunggu banyak orang. Masalahnya istrimu lagi sakit, perutnya kram dan kontraksi, masak pinjam paha orang lain buat tiduran, perut sakit banget. 

Siapa yang pertama diharapkan istri dimintai pertolongan kalau bukan suaminya?. Jelas suaminya. Kecuali tidak ada suaminya, dorurot sama yang lain yang bisa bantu. Kalau ada yang halal kenapa nggak. Kenapa musti malu, wong istri sakit. Serius nahan kontraksi, nahan nyeseg sakit hati itu sakit banget. Akhirnya aku berdoa semoga ada tempat duduk yang dekat tembok yang kosong, yang duduk dipanggil atau pergi. Alhamdulillah bapak bapak yang duduk di dekat tembok pergi dipanggil. Aku langsung pindah lokasi, punggungku kusandarkan tembok sambil pegang perutku yang kontraksi nendang nendang kenceng. Kaki kuselonjorkan di bangku yang kosong, tubuh kusandarkan tembok. Nyeseg punya suami malu nolongin istri alesannya dia pakai peci dan sarung sehingga malu romantis di ruang tunggu, ini bukan soal romantis pinjam paha karena istrinya kontraksi. 

Lalu nggak lama kemudian, 30 menit lah. Aku dipanggil USG. Alhamdulillah, sepanjang ke bagian pengambilan obat aku diam, suami kudiamkan. Hatiku sangat sakit. Dimintai tolong paha buat bantal istri yang kontraksi kesakitan aja malu. Padahal istrinya sakit kontraksi, hamil anak dia, aku halal untuknya. Lalu siapa yang kumintai tolong masak lelaki lain sementara di sampingku ada suamiku, apa cuman lihatin aja. 

Dari situ aku marah, nyeseg. Sama SUBIYAH aja yang ajnabiyah (perempuan lain, bukan makhram, santriwati PP. Madinatus Salam) dulu nggak malu, sebelum nikah sering tuh tukeran record suara pamer ngaji. Padahal jelas kholwat, laki laki perempuan bukan makhram. Hafidzoh su'ul adab dan santri miskin moral. Sudah nikah bohongi istri, kholwat sama Silvi Aprilia. Ngakunya ngajar murid tua jelek. Tahunya murid perempuan muda usia sekitar 22/23 Tahuan seksi kalau kerudungan disampirin leher dan payudara besar. Ketahuan jawabnya khilaf. Sama yang haram aja NGGAK MALU, istri (yang halal secara agama dan negara) kontraksi kesakitan minta tolong nggak mau, dia MALU. 

Sama istri halal, tidak dilaknat Allah dan malaikat. Sama ajnabiyah haram dan dilaknat Allah dan malaikat. Nyeseg nggak, sakit banget rasanya. Sudah hamil besar tetap kerja buat nafkahin diri sendiri dan persiapan lahiran. Suami kerja buat dirinya sendiri, tidak pernah dikasih uang "dek ini nafkah untukmu, semampu mas segini ya. Doakan besok rizkinya melimpah biar bisa ngasih lebih banyak". Nggak pernah dapat itu. Mana perhatian kurang, selalu malu di hadapan orang meskipun kondisi istri dorurot. Maka kumodif diriku harus menjadi perempuan kuat, jangan tergantung sama makhluk meski suami. Tergantung sama Allah saja. 

Suamiku sering tertutup, tidak jujur, bohong kepadaku. Kalau ketahuan buktinya baru jujur denganku. Nyeseg, sakit, kecewa. Tapi semua kukembalikan ke Allah. Barangkali ini cara Allah membuatku kuat dan tegar walau hatiku hancur. Tetap harus kuat, ingat Halimah. Anakmu sudah kamu nadzarkan untuk dihadiahkan pada Islam. Jadi ketika hamil ujiannya luar biasa, mulai suami kholwat sama ajnabiyah, bohong berkali kali, keuangan tidak terbuka, mertua tidak peduli dan pelit, banyak hal lain yang nggak bisa diungkapkan semua. Putraku, besok yang kuat ya. Tiru sifat nabi yang selalu jujur, amanah (bisa dipercaya), tablig (transparan/terbuka dengan hak orang lain atau pasangan), dan rajinlah belajar biar Fatonah (cerdas). 


Ini namanya SUBIYAH, santri PP. Madinatus Salam Wonosobo, ada di bio FB sebelum dihapus. Paska Suami nikahin aku 1 Mei 2023, dia kayak belum ridho. Bikin akun FB 4 selalu like follow dan chat suami. Bikin IG selalu like follow suami. Sampai suami risih. Entah apa hubungan mereka sebelum nikah sampai si perempuan seganjen itu, padahal nggak sampe di khitbah, nggak dijanjikan nikah juga. Cuman hubungan nggak jelas, lebih tepat HTS. Nggak ada pengorbanan biaya nikah, dll seperti aku sama ibad jg. Pernah kutegur kudoakan semoga dapat jodoh yang baik, jangan hubungi atau ganggu suami aku, jawab e apa jal. Suka suka aku, hp hp aku. Hp hp kamu, tapi yang kamu hubungi itu dan kamu ganggu itu suami orang, neng 😅. Akhir e kulaporkan pihak pondok. Pihak pondok minta maaf ke aku, dia langsung minta maaf dan nggak berani hubungi suami lagi. Suami awalnya nggak boleh, aku lapor pondok dia. Lah ngapain kasihan ke pengganggu RT, kasihan ya ke istri. Aku nekad aja, siapa yang ganggu aku atau keluargaku, ya kuganggu balik. Disomasi cara halus tidak mempan, ya tegas. Malu urusan situ. Kalau punya malu, ya nggak usah ganggu suami orang. 


 

Suamiku bilang Silvi itu jelek dan tua, suatu malam kubuka HP nya. Ternyata PP Silvi muda. Kucek fb Silvi pakai hp suami dan kucek nama dia di IG pakai HP suami. Ternyata, muda, seksi. Suamiku melarangku upload foto wajahku di FB, IG, YouTube, Tiktok katanya mengundang syahwat ajnabi dan cantik istri itu buat suami aja. Aku manut. Tapi apa yang dilakukan?  Wallahi aku tidak ridho. Dia melarangku upload foto, dia like 5 foto Silvi. Foto bukan status ilmu, kalau status ilmu nggak masalah. Dan fotonya hijab dililit sehingga bentuk payudara nampak besar. Padahal suamiku melarangku berjilbab tidak menutup dada, harus menutup dada. Katanya Silvi tua jelek, faktanya muda seksi bahenol, cantik standar perempuan, aku juga nggak kalah. Sakit banget dibohongi. Bahkan sampai Ig suami follow Silvi (akun Instagram suamiku @arbainman2). Nah yang fb bukti dia like foto foto jilbub Silvi, akun dia namanya Izur Halimah sebelum sekarang diganti nama Izur Rohman. Itu izur Halimah like foto jilbub perempuan ajnabiyah, padahal melarang istri upload foto tapi dia like foto foto seksi perempuan ajnabiyah yang jelas haram e. 


Suami bisa membohongi istri, tapi Allah pasti tidak ridho. Makanya meskipun bekas semua chat suami sama Silvi dihapusin semua, bekas VC dihapus, bilang jelek tua dll. Ternyata kebongkar semua sama aku. HP kulacak saat dia tidur. Bukti kucari semua dan ketangkap kecuali bukti chat yang sudah dihapusin. Kenapa nggak jujur dari awal, kalau Silvi ini muda dan seksi. Usia 23 tahun. Kalau ngajar ya profesional. Lalu apa hubungannya ngajar sama follow semua akun Silvi, dan like foto foto jilbub Silvi. Lah melarang istri upload foto padahal pakai syar'i, eh like foto seksi seksi perempuan lain, kan dzolim dan bangsat. Siapa yang nggak sakit hati dibohongi. Aku udah manut, capek hapusin foto yang jumlahnya ribuan di sosmed sampe tangan kriting. Suami malah main perempuan. Mbok ya apa apa jujur dan terbuka sama istri. Kalau sama SUBIYAH, subiyah yang ngejar. Iya subiyah wajah standar nggak seksi. Kalau sama Silvi, suami yang kegatelan. Tapi dua duanya sama sama pembohong. Aku ada buktinya semua. Mereka kusumpah tidak berani. Kalau jujur, semoga keberkahan dunia akherat untuk kalian. Kalau bohong padaku bersumpahlah siap tidak diakui umat nabi Muhammad di akherat. Tidak berani, ya karena bohong. Ketahuan bohong aja, nggak Silvi nggak si suami nggak minta maaf kog. Kecuali setelah kubikin surat perjanjian mau kupidanakan KDRT psikis saat istri hamil dan kebohongan. Pasal semua kusiapkan. Baru minta maaf dan TTD surat perjanjian. Aku bukan perempuan yang ditindas diam, aku bakal membela diriku sendiri. Tuhanku melatihku kuat, bukan lemah tanpa upaya. Lemah itu boleh tapi sama Allah Dzat Yang Maha Kuat, kalau sama makhluk yang jangan ngalah apalagi sama pelaku dzolim. 



Senin, 10 Februari 2025

DARI KATA MENJADI LUKA (Part 2)

 DARI KATA MENJADI LUKA

 (Part 2)

Catatan Dewi Nur Halimah 



Dari tahun Januari 2019 - April 2023, aku mengenal sosok seorang bapak yang baik banget, namanya Bapak Khusnul Maat. Selain beliau berpendidikan, beliau juga khusnul lisan. Kalau bicara motivatif, menginspirasi dan enak didengar. Beliau salut dan kagum dengan segudang prestasiku. Beliau juga selalu mendukung karya-karyaku. Beliau sering bertukar pikiran diskusi denganku, dan beliau selalu takjub dengan pola pikirku. Jika ada yang kurang beliau lengkapi dari diskusiku. Beliau juga mengemukakan belum pernah menemukan perempuan yang pola pikirnya seperti aku, mengagumkan, cerdas, mandiri, pekerja keras tapi tetap sederhana dan rendah hati. 

Jujur hatiku tersentuh, bagaimana tidak. Selama ini aku selalu mendapatkan kekerasan fisik dan kekerasan verbal dari bapakku. Tapi beliau selalu mendukungku dengan baik, bahkan beliau pernah menawarkan bantuan finansial untuk dukungan penerbitan bukuku. Meskipun aku tolak, aku berusaha mandiri dulu kecuali kepepet kuterima. Beliau adalah ayah sahabatku, Kang Aista Wisnu Putra. Ya dulu aku mencintainya, sekarang tidak. Cintaku sekarang semua untuk suamiku. 

Kembali pada Pak Khusnul, beliau ini baik, selalu memotivasiku. Lomba didukung, beliau suka membaca tulisanku lalu memberikan saran, kritik membangun untuk perbaikan. Kalau diskusi juga nyambung dan sepemikiran. Beliau pernah bilang bahwa beliau akan sangat bahagia jika aku ditakdirkan menjadi menantunya. Aku pun juga bahagia kalau aku jadi menantunya, punya bapak mertua diskusi nyambung, selalu husnudzon, selalu memotivasi. Hanya takdir Allah berbeda, aku tidak ditakdirkan berjodoh dengan anak beliau. 

Selama 4 tahun kenal dekat Pak Khusnul, pola pikir kita sepemikiran, tidak pernah debat, tidak pernah julid dan sering nyuport. Sebagai hadiah, beliau saya beri buku tulisan saya parenting Nabawi dan cara kultur jaringan. Alhamdulillah supaya itu menjadi kenang kenangan bahwa kita pernah saling mendukung dalam berkarya. Belau baik, ramah, motivatif. Istri beliau juga baik, Bu wafiatun Ahmad. Komunikasi dengan beliau berhenti, sejak aku menikah karena suami tidak ridho. Aku manut, demi menjaga perasaan suamiku. Orang yang kucintai, surga Allah bersama ridho-Nya. 

Seandainya mertuaku berhati baik selalu mendukung seperti Pak Khusnul dan Bu Wafiatun, tentu hatiku bahagia. Namun sayangnya beberapa kata nylekit terucap tanpa dipikir sampai aku tahu sehingga meninggalkan bekas luka untukku. Kata-kata mertuaku, yang pernah kudengar langsung maupun melalui suamiku diantaranya:

1. Aku dituduh matre saat suamiku mau menikahiku. Logika saja, aku menerima suamiku dalam kondisi aku wanita karir sudah punya rumah dan kerjaan. Sementara suamiku masih kuliah, belum kerja. Aku LDR Setahun, baru Syawal 2024 kita bareng. Suamiku baru kerja itupun yang melatih aku dan bapakku. Yang melatih dagang aku, yang melatih bertani bapakku. Aku menemani suamiku dari nol dan dituduh matre, gimana nggak sakit. Sakit banget. Suamiku membelaku. Karena memang aku sederhana, tidak matre. Wong mahar saja aku tidak menarget, semampunya saja. Aku juga tidak minta ini itu, penting akhlak dan agama baik. 

2. Setelah sepasar nikah, seminggu setelah nikah. Aku diminta mertua perempuanku ke rumah Mbah Mbah. Aku menurut ke sana bersama suamiku, kukira ke rumah saudaranya. Ternyata itu rumah Mbah e Icha (Icha adalah perempuan yang mau dijodohkan sama suamiku oleh mertuaku). Bayangkan, gimana sakitnya, habis nikah disuruh dolan bawa jajanan ke rumah perempuan yang mau dijodohkan sama suamiku. Aku tak tahu makanya aku manut. 6 bulan kemudian setelah kejadian itu, barulah aku tahu jika itu rumah keluarga Icha. Wallahi sakit banget hatiku, tidak ridho. Tidak ada anjuran silaturahmi mantan jika pasangan tidak ridho. Entah mertuaku perasaanya dimana, padahal sama sama perempuan. Dikiranya mungkin aku tidak tahu, serapi apapun bangkai disembunyikan pasti kecium baunya. Aku saja sangat menjaga perasaan suamiku, suamiku tidak kuajak dolan ke rumah beberapa lelaki yang mau menikahiku kutolak dengan alasan apapun. Menjaga keutuhan rumah tangga hukumnya wajib, menjauhi mudhorot mantan yang naksir/ mantan yang dijodohkan/ atau mantan kekasih itu lebih baik.

3. Bulan Syawal 2024 (tepat setahun pernikahan kami), saat aku dan suamiku dolan Brebes di rumah mertuaku. Mertuaku perempuan bilang ke suamiku, di depannya ada aku, mertua bilang gini:
"Zur (nama panggilan suamiku, karena namanya Mustafizur), kamu serahan nikah habis 50 juta. Besok saat adekmu mau nikah gantian bantu serahannya," kata ibu mertua.

Bilang gitu pantes, kalau anaknya sudah mampu dan mapan secara ekonomi. Lah anaknya kerja aja belum, baru lulus kuliah. Selama setahun LDR saja aku tidak dinafkahi ridho, biar suami fokus kuliah. Lah iya anaknya nafkahin istrinya belum mampu, dituntut kelak bantuin adeknya kan ya lucu. Orangtua nikahin anak kan emang kewajiban orangtua, kalau tidak mau nikahin ngeragati anak, ya childfree (nggak usah punya anak, jadi tidak perlu tanggung jawab biaya ngeragati anak). Berani punya anak, ya berani tanggung jawab biayai anak. Wong suami juga nikah tidak nuntut neko neko. Dekor Snack makanan belanja pesta dll semua biaya dariku pribadi dan orangtuaku. Barang dari keluarga suami itu berupa serahan emas 11,5 juta, perabotan kasur kulkas lemari kaca 7 JT, perlengkapan kecil kecil sekitar 10 JT sama buah. Sisanya mungkin transportasi. Loh kog aku tau?. Ya tahu wong aku pegang kwitansinya juga aku biasa belanja sendiri perabotan. Bukan disupport kerja tapi sudah dibebani sebelum berjuang. Harusnya punya menantu tidak banyak nuntut itu syukur, bukan malah nyelekit. Lama lama aku yang respect jadi ilfeel. Karena ya tidak mikir sebelum bicara. Lah yang bantuin suami kerja 80% aku dan orangtuaku, baik modal maupun pelatihan, orangtuanya ngasih modal cuma 2 JT tapi sudah bebani anak kayak gitu. Nikah e anakmu kedua, ya tanggung semampunya. Mampu mewah silahkan, tidak mampu mewah ya sederhana saja sesuaikan kemampuan, tidak usah gengsi. Anak belum kerja kog dibebani. Untung istrinya mandiri, punya kerjaan sehingga bisa menghandle belanja sendiri. 

4. Saat dulu mau nikah kan pakai dekor, buat kenangan aja. Wedding kan momen sakral. Toh biaya dekor juga dari ibukku. Bisa bisanya mertuaku bilang gini:
"Sayang dekornya nok, nggak usah dekor aja. Kan cuma sehari. Buang buang uang. Eman."
Meskipun itu bercanda tetap tidak sopan. Wong aku biaya juga nggak minta, sudah disiapkan jauh jauh hari. Kecuali aku minta dia gimana, pakai uang orangtuaku. Sudah ada anggaran sapi buat nikah. Padahal mertuaku dulu saat nikah, juga dirias, teganya bilang itu. Aku tetap teguh pendirian, tetap pakai dekor dan rias meski sederhana. Panggung ukuran 5 x 6, normalnya pengantin lah. Meskipun pesta besar privat keluarga dan orang terdekat saja, rias kan buat kenangan. Ngelarang itu kalau aku minta dibayari dia, wong aku bayar sendiri. Dia juga nggak bayarin. Nyeseg sih, kalau ngomong dan bersikap suka nggak dipikir. 

Selama aku hamil cucunya, tanya kabar saja tidak pernah. Padahal punya nomorku. Tidak bisa chat, record suara bisa. Selama ini yang chat aku terus yang mulai duluan, lama lama males karena beliau juga tidak peka. Tidak pernah tanya kabar, tidak tanya kondisi sehat tidak padahal beberapa kali aku sakit. Tanya sudah ada perlengkapan bayi tidak, anaknya bisa nafkahi nggak, gimana persiapan lahiran, gimana perkembangan bayi. Wallahi nggak sama sekali. Bahkan aku bilang suamiku, 4 bulan kan dibanca'i Blora. Nanti 7 bulan dibanca'i orangtuamu Brebes ya. Wallahi nggak, aku tanyakan orang Brebes nggak ada banca'an meskipun mintaku kecil kecilan GPP, biar hemat. Keluarga besar aja, kan sudah 7 KK tuh. Sudah banyak sama anak anak dan pasangannya. Nyatanya sampai 8 menuju 9 tidak ada banca'an. Cukup kecewa. 

Kebiasaan apa kata orang, jadi kalau acara nggak besar ngundang jama'ah malu. Padahal hakekat banca'an itu sedekah juga doa. Latihan dermawan sesuai kemampuan. Misal mampunya ngundang 10 orang ya undang 10 orang, tidak usah ngoyo 60 orang. Nggak usah pedulikan kata orang, toh mereka nggak biayain kan. Sama sekali nggak dibanca'i walaupun aku minta sederhana keluarga saudara saja. Ya sudah GPP, kubancak'i sendiri. Tapi cukup tahu bahwa tidak ada kepedulian perhatian (terbukti tanya kabar aku langsung tidak pernah lewat wa atau telpon), tidak ada kepedulian uang, tidak ada kepedulian banca'an. Nyeseg, tapi belajar tegar. Justru ini melatih mandiri dan kuat, meskipun sakit. 

Saat aku diperlakukan seperti itu, kadang aku teringat Pak Khusnul. Seandainya mertuaku bersikap baik dan berkata baik seperti beliau dan istrinya yang santun, gemati, sopan ke aku. Ya sudahlah, terima apa yang ditakdirkan Allah. Alhamdulillah suami gemati, mertua julid dan nylekit ya bodoh amat. Toh rumah sudah sendiri dan pisah. Meskipun nyeseg, ya ikhlaskan. Kalau lihat emak bapakku sayang suamiku rasanya senang, sayangnya mertuaku tak segemati orangtuaku ke suamiku, habis nikah aja disuruh dolan ke rumah Mbah e Icha. 
Ya kuakui, orang yang benar benar peduli aku ya ibuku. Lagi lagi banca'an juga ibuk. Aku sakit yang rawat juga ibukku dan suamiku. Suamiku dan ibuku. Semoga Rohmat Allah untuk ibu dan suamiku. 





DARI KATA MENJADI LUKA

 DARI KATA MENJADI LUKA

(Part 1)

Catatan Dewi Nur Halimah 



Perkataan adalah sesuatu yang mudah diucapkan dari lidah yang lunak tak bertulang, tahukah kamu bahwa kata atau ucapan itu bisa memberikan dampak yang besar bagi kehidupan seseorang?. Ya , benar kata bisa membawa nikmat juga bisa membawa mala petaka. Sebagaimana contohnya:
1. Dua orang lelaki dan perempuan yang bukan makhram lantas ijab kabul. Yang awalnya haram berhubungan suami istri, setelah akad nikah jadi halal. Gara-gara kata ijab kabul, yang haram jadi halal. 
2. Gegara mengucap kalimat syahadat, seseorang yang awalnya non muslim menjadi mualaf. Syahadat cuman berwujud beberapa kata, tapi dampaknya besar bagi kehidupan seseorang. 
3. Gegara kata juga, bisa menyebabkan seseorang saling hina hingga tawuran dan pembunuhan. Maka dari itu sebelum berkata, pikirkan dua kali dampaknya. 

Berbicara soal kata, banyak orang yang kagum denganku. Mereka kagum akan prestasi dan kecerdasanku. Tak jarang juga mengagumi postur tubuh dan wajahku. Banyak inbox atau chat yang masuk bahkan ucapan langsung yang isinya pujian. Bolehkah aku menangis?. Di luar sana banyak yang menginginkan seperti aku, kata mereka manis, cerdas, prestatif, multitalenta, multitasking. Tahukah engkau, bahwa orang terdekatku sendiri tak pernah mensyukuri memilikiku. Dibilang sakit, sangat sakit. 

Sejak kecil, bapakku selalu pilih kasih dengan adekku. Jika adekku salah, mentok dimarahi saja atau disiram air. Sementara aku dituntut sempurna karena seorang kakak adalah teladan bagi adeknya. Salah sedikit, disiram air satu jerigen 30 liter. Belum ditampar, dipukul, ditendang. Sakit, tapi aku diam saja nyeseg. Aku juga masih kecil. Dari kecil sampai usia 15 tahun aku selalu dididik dengan kekerasan. Baru setelah SMA tidak pernah pakai kekerasan fisik. Meski tak pakai kekerasan fisik, aku kerap kali menerima kekerasan verbal. 

Kehidupanku tak sesempurna kelebihan yang aku miliki. Banyak kehidupan prihatin dan ngenes yang tidak aku tampilkan. Blog ini tempatku berkeluh, kalau di sosmed sudah pasti viral. Kalau di sini tidak. Aku suka kalau salah diingatkan, tapi tidak dengan kekerasan fisik, hinaan, cemoohan. Pernah suatu ketika, bapak diundang orang buat hajatan. Aku lupa memberi tahu amanah itu. Kau tahu apa hukuman yang aku terima. Di depan murid ngaji ibuk yang jumlahnya puluhan, aku diseret bapak lalu disiram air sejerigen, dipukul, dan sayuran serta makanan yang beli makan dipiring tidak jadi dimakan melainkan ditumpahkan di atas kepalaku. Sehingga jilbabku basah kuyup, habis magrib tubuhku penuh nasi, sambal, sayur. Mau tidak mau aku mandi. Sakitnya tidak seberapa, tapi malunya luar biasa. Dibilang sakit hati iya, tapi aku sadar aku salah. Apakah pantas hukumannya seperti itu. Kenapa tidak hukuman yang mendidik atau edukatif saja, misal salah diminta nulis tangan 3000 bismillahirrahmanirrahim, atau uang saku dipotong, atau wajib menghafal surat Qur'an apa. Intinya yang membuat jera, tapi mendidik namun bukan kekerasan fisik maupun penghinaan. Masihkah iri denganku yang nampak prestasi banyak tapi sering dapat kekerasan fisik dari orang terdekat?. Sejak kejadian ini kuambil hikmah, kalau ada undangan buat bapak, kutulis dikertas, kutaruh dimeja kututup gelas biar aku nggak lupa dan tidak dimarahi bapak dengan cara seperti di atas. 

Pernah suatu ketika saat bermain, aku sudah mewanti wanti agar adekku kalau jalan di tepi jalan. Qodarullah ada tulang bank plecit (bank keliling) yang naiknya ugal ugalan. Adek diserempet dan adek terluka. Alhamdulillah masih selamet tapi lecet lecet. Saking khawatir dan kecewanya, dianggap aku tidak bisa momong padahal tukang bank itu yang ugal ugalan. Kami sudah ditepi. Bapak marah ke aku, adek (anak kesayangannya usia 5 tahun), aku usia 8 tahun saat kecelakaan adekku keserempet motor. Bapak dengan emosi, menendang aku yang tubuhnya mungil hingga menjelat sekitar 3 meter. Semuanya aku yang salah, padahal kecelakaan pun terjadi bukan atas kemauanku. Takdir Allah, ternyata sudah di tepi tetap keserempet. Saat ditendang ada satu temanku yg melihat, dia lari. Sementara aku habis ditendang berusaha bangkit sendiri berdiri, menangis terisak tanpa suara dan air mata membasahi pipiku. Bapak tak peduli aku menangis, beliau lari ke adek dan mengurus yang nabrak adekku. 

Bapakku melatihku budaya terimakasih kalau dibantu. Namun caranya salah. Saat usia 13 tahun, tepatnya kelas 1 SMP. Aku mencari alamat warnet, waktu itu warnet langka dan ramai. Aku diboncengkan bapak mencari alamat warnet untuk mengerjakan tugas TIK. Qodarullah aku tak tahu alamat warnet, sehingga sampai daerah Sawahan dan Gondang aku tanya orang alamat warnet. Saking gugupnya aku lupa mengucapkan terimakasih setelah tanya alamat. Bapak memanggilku, bukan mengingatkanku untuk mengucapkan terimakasih kalau habis tanya alamat. Beliau memanggil, lalu saat aku mendekat beli menampar pipi kanan dan pipi kiriku bergantian. Aku menangis sesenggukan. Kata bapak, anak tidak tahu diri, dikasih tahu alamat malah geloyor pergi lupa mengucapkan terimakasih. Sejak kejadian itu, selalu kuingat sampai sekarang kalau dibantu orang harus mengucapkan terimakasih. Niat bapakku bagus, tapi caranya salah. 

Kalau aku berbuat salah sedikit, bapak langsung nampar, mukul, dll. Itu sudah makananku sehari-hari sejak kecil hingga usia 15 tahun. Sejak usia 16 tahun aku tidak dididik dengan kekerasan fisik, tapi kekerasan verbal. Bapak kalau ngomong sama aku suka nylekit. Entahlah. Mungkin karena wajahku mirip Bu Dhe parni, kakak yang jahat sama bapak. Jadi kalau lihat wajahku bawaannya benci. Meski aku tidak salah, atau salah sedikit langsung kekerasan fisik. Entahlah, aku berusaha tegar walau hatiku hancur. 

Rata-rata orangtua, kalau anak juara itu senang luar biasa. Tapi tidak dengan bapakku. Aku selalu mendapatkan ranking 1 dari SD kelas 1 sampai SMA kelas XII, puluhan prestasi kudapatkan dari lomba pidato, lomba cerdas cermat, lomba pajak, lomba akuntansi, lomba IPA, lomba lainnya. Tapi bapak tak pernah mengucapkan ini di hadapanku:
"Alhamdulillah ya Allah, selamat nduk kamu juara. Bapak bangga."
Bagi bapak itu hal biasa, aku sudah terbiasa dapat juara. Jadi ya tidak ada ucapan selamat atau bangga sebagai bentuk apresiasi. 
Pernah aku lomba cerdas cermat secara langsung di ShaShana Bakti, sekarang gedungnya dihancurkan di dekat MD Mall Blora. Life dilihat ratusan orang. Aku menang. Tapi ada kesedihan yang tak bisa kuungkapkan. Peserta lain kalah cerdas cermat, tapi orangtuanya pada hadir memberikan support, minimal salah satu. Sementara aku, aku juara, aku menang. Tapi orangtuaku tak ada yang hadir. Aku sendirian. Saat melihat pada disamperin orangtuanya, aku nggak. Aku berusaha kuat, nggak papa. Sudah biasa, mungkin orangtua sibuk kerja keliling jualan garam atau nyawah. Berusaha positive thinking meskipun mataku berkaca kaca saat melihat beberapa peserta lain dipeluk orangtuanya padahal kalah. Aku menang, tapi sendirian. 

Adekku selalu dimanja, karena dia waktu kecil sakit sakitan. Beda denganku yang selalu dimarahi dengan kekerasan fisik yang luar biasa. Jujur, aku suka kalau salah ditegur dan diingatkan, itu tandanya peduli akheratku. Tapi tidak dengan kekerasan fisik dan verbal. Saat SMA, fotoku menjadi cover majalah sekolah. Fotoku juga sering terpampang di koran, majalah, tabloid sebagai pemuda berprestasi. Bapak tidak bangga, makanya aku juara apa tidak pernah cerita. Paling kalau menang, dapat uang lalu kusimpan, sebagian kuberikan ibuk atau kubelikan alat rumah tangga untuk ibuk. Pernah saat aku juara, dimana banyak orang mengagumimu. Puluhan ratusan ucapan dari oranglain memujiku. Sementara bapakku menjatuhkan mentalku:
"Tuh kan gara gara bapak ledek, bapak hina. Kamu jadi menang dan juara. Kamu itu kalau diledek makin semangat."

Di saat orang orang mengucapkan selamat untukku, bapakku gengsi mengucapkan selamat, dan mengucapkan itu padaku. Di balik itu, aku tahu dia sebenarnya sayang aku. Cuman nylekit. Bukti lain beliau sayang aku,  beliau bernadzar kalau aku juara satu terus dari SD sampai lulus SMA, maka aku akan diberi emas 10 gram. Bapak menepati janjinya, sapi satu satunya milik bapak dijual dan akan digunakan membeli emas untukku. Ya dia keras, tapi dia menepati janji. 2013, sapi dijual mau untuk membelikan emas aku untuk menepati janji. Tapi aku meminta lain, agar uang hasil jual sapi dibelikan sepeda motor saja, second tidak apa apa. Terpenting bisa buat aku kuliah, kerja dan tidak jalan kaki. Uang hasil jual sapi pedhet laku 8 juta. Dibelikan motor Revo bekas di showroom. Alhamdulillah, motor sebagai pengganti emas itu adalah motor penuh perjuangan. Kuberi nama motorku itu "BERKAH" agar ia selalu membawa keberkahan di hidupku. 

Bapak sebenarnya baik, tapi gengsi mengungkapkan dan didikannya terlalu keras untukku perempuan. Aku pengen bapak sesekali kalau bicara nggak harus lembut, tapi apresiasi, motivasi, dan nggak nylekit. Kadang aku merasa, kebaikanku tidak ada apa apanya untuk bapak. Selalu salah dan salah. Saat aku kuliah, dari semester 1 sampai lulus dan wisuda tidak pernah minta uang bapak. Dikasih 500 RB saat awal mau kuliah saja. Selebihnya sendiri. Uang kos dari uang beasiswa, uang makan dari kerja. Aku kerja serabutan ya pernah jadi operator loundry, jaga toko sepatu, waitres di cafe susu halal, jualan snack, lomba, ikut proyek dll. Apapun kulakuan asal bisa dapat cuan halal buat bertahan hidup di kota atlas (Semarang) saat kuliah di UNDIP. 

Hasil menang lombaku sering kusisihkan untuk orangtua sejak zaman sekolah. Aku juga sering membelikan baju, sarung, jajan, hadiah, uang ke bapak. Tapi nggak pernah dihargai. Bapak sering bilang:
"Kerjamu iku ntuk opo. Urung ntuk sawah, omah, urung ntuk aset seng ketok. Trimo ngono kecil"
Nyeseg luar biasa. Sejak 2019-2023 padahal yang memberi uang bensin bapak tiap habis aku. Tidak pernah dianggap. Aku membiayai adekku dari 2017-2024 lulus pondok. Kirim tiap bulan, aku juga yang membelikan seretide discuss tiap habis. Tapi tidak pernah dianggap. Aku membelikan belanja ibuk dari kerja sampingan 300 RB -1 JT tiap Minggu selama 2019-2023 sebelum nikah. Tapi jg nggak dianggap. Aku mondasi rumah habis 15 JT. Aku membangun keramik habis 15 JT sama tukangnya, membuat dapur cantik habis 26 JT. Membeli perabotan rumah, kayu dll 17 JT. Belum isi rumah. Tapi tidak pernah dianggap. Rasanya sakit banget. Sementara adek tidak pernah memberi bapak, tapi dipuji puji. Apalah aku yang memang selalu salah. Sampai suatu ketika saking sakitnya hatiku saat dibilang: "kerjamu dapat apa?" Belum ungkitan lain. Aku nyeplos: " ntuk seng mbok badok". Banget mangkelnya bertahun tahun selalu diperlakukan demikian. Bisakah apresiasi kerja anak, niat baik anak. 

Orang yang benar-benar aku sayang ya ibuku. Ibuku tidak pernah menjatuhkan mentalku. Selalu menyemangati aku. Saat aku mau berangkat kuliah, uang 500 RB itu dari ibuku hasil pinjam uang di selepan di ganti saat panen. Saat aku mau sidang, ibuku tak doyan makan dan selalu mendoakan aku supaya menang. Setelah menang sidang kasus hukum, baru beliau doyan makan. Saat aku sakit, ibukku juga sabar merawatku selama 4 bulan memandikan, menuntun jalan, nyuapin dll. So far, she is like an angel for me. Makanya aku sayang banget. 

Saat aku mau sidang membela kebenaran, tanpa pengacara melainkan dengan penguasaan ilmu hukumku sendiri dan bekal pertolongan Allah karena menegakkan kebenaran (agar distribusi bansos tepat sasaran, agar pupuk subsidi harganya sesuai, dan kasus kasus lainnya), ibuku mendoakan dan mendukungku terus. Sementara bapakku, kemakan hasutan orang dzolim justru menakut nakuti ku penjara. Wallahi aku tidak takut penjara, takutku Allah. Pedomanku Imam Nawawi yang berani menyurati raja menuntut keadilan. Para ulama zaman dulu menegakkan kebenaran tidak takut dipenjara. Untuk apa aku takut, makanya aku maju terus nekad sampai menang. 

Bukan hanya itu, saat aku dibully karena aku tidak mau dinikah beberapa lelaki sampai dituduh tidak doyan nikah. Bapak justru meledekku perawan tua, nganjer. Sehingga tak jarang aku debat sama bapakku sendiri. Ibukulah yang menenangkan aku saat aku tersulut emosi. Jujur sakit hatiku, dijatuhkan mental oleh orang terdekat. Memang 2019-2021 aku menutup hati tidak mau menerima ajakan nikah dari lelaki manapun, karena aku depresi berat setelah rencana pernikahan dengan Kang Ibad beserta persiapan nikah dibatalkan sepihak. Sehingga diam diam aku perawatan mental, konsultasi psikolog, ke ulama sampai mentalku benar benar sembuh. Barulah aku bisa membuka hati. Sehingga aku menerima orang baru ya benar benar siap, bukan pelampiasan atau pelarian. Lillah menikah untuk ibadah. Justru saat aku perawatan mental, dengan biaya yang nggak sedikit karena aku belum punya BPJS. Aku nabung buat berobat, bapakku malah ikut ikutan orang yang jahat, bukan menguatkanku justru ikut menjatuhkan mentalku. Entah beliau ngomong itu sadar atau tidak, tapi pengucapannya berkali kali langsung padaku, sehingga membuatku benar benar sakit hati dan kecewa. 

Alhamdulillah ada ibu yang selalu menguatkanku. Dari kecil, saat aku dikasari bapak, ibuk sering menguatkan aku, memelukku. Itulah mengapa aku sayang banget sama ibukku. Ibuku pahlawanku, ibuku sosok yang gemati, sabar, tidak julid, pekerja keras. Semoga Rohmat Allah untukmu buk. Aamiin